Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM

PENGEMBANGAN PAI
SMPS AL-FURQAN
ERENG-ERENG KEC. TOMPOBULU KAB. BANTAENG

KEPALA SMPS AL-FURQAN

M. MUKABBIR, S.PdI, M.Pd


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pendidikan nasional seperti tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 merupakan
sebuah amanat yang ketercapaiannya harus diupayakan secara optimal. Dalam UU tersebut pada
pasal 3 secara eksplisit disebutkan bahwa pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.

Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk


sikap, kepribadian dan keterampilan siswa dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan.

Peran pendidikan agama dalam pembentukan sikap/kartakter siswa tidak hanya tertumpu pada
kegiatan pembelajaran kelas, akan tetapi program keagamaan yang dikembangkan di lingkungan
sosio-kultural sekolah akan memberi pengaruh yang mendalam sebagai proses internalisasi nilai-
nilai agama bagi para siswa.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 40 ayat (2)
menyatakan bahwa Pendidik dan Tenaga Kependidikan berkewajiban untuk menciptakan
suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; mempunyai
komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan memberi teladan dan
menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.

Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dilakukan dengan mengedepankan


keteladanan dan pembiasaan akhlak mulia serta pengamalan ajaran agama Islam dan
dikembangkan dengan memanfaatkan berbagai sumber dan media belajar yang dapat mendorong
pencapaian tujuan pendidikan agama Islam

2
BAB II
KEBIJAKAN

Pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan agama Islam di sekolah akan

berhasil tidak lepas dari peran Kepala Sekolah dan guru PAI serta harus didukung oleh seluruh

warga sekolah (guru mata pelajaran lain, tenaga kependidikan (tata usaha, penjaga sekolah,

satpam/keamanan dan tenaga administrasi serta tenaga kependidikan lainnya) dan tak luput pula

siswa sebagai obyek pendidikan serta instansi terkait.

Untuk menjamin terselenggaranya pendidikan agama Islam yang bermutu perlu

dilakukan pengelolaan yang baik. Kepala Sekolah sebagai pendidik dan tenaga kependidikan

mempunyai peran yang sangat besar dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan di

sekolah. Kepala Sekolah dalam mengembangkan suasana sekolah yang nyaman, kondusif dan

relijius dalam proses pembelajaran melalui pengelolaan manajerial yang profesional, merupakan

kebutuhan utama suatu sekolah dalam meraih prestasi sekaligus menghasilkan sumber daya

manusia unggul, berdaya saing, berjiwa Islami, dan berakhlakul karimah.

Dalam pengembangan PAI di SMP Al-Furqan perlu didukung oleh kebijakan Kepala

Sekolah yaitu dengan memberikan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan yang sifatnya mampu

memberikan nilai atau membentuk karakter siswa, dengan program-program yang langsung

bersentuhan dengan kegiatan Siswa

3
BAB III

PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA/KARAKTER

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilakukan dalam tiga jalur yaitu pendidikan


formal, non formal, dan informal. Ketiganya merupakan trilogy pendidikan yang secara sinergis
membangun bangsa melalui pembangunan sumber daya insane yang tidak tahu menjadi tahu,
dari tahu menjadi terampil dan terampil menjadi ahli.

Pendidikan agama dapat dijadikan basis untuk pembinaan karakter dan disiplin siswa.
Guru agama bersama-sama para guru yang lain dapat merancang berbagai aktivitas sehari-hari
bagi siswa di sekolah yang diwarnai nilai-nilai ajaran agama.

Program pengembangan PAI direncanakan dan dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari melalui :

1. Kegiatan Rutin

2. Spontan

3. Keteladanan

4. Pengkondisian

Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Kegiatan rutin
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan
konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah upacara bendera, upacara pada hari besar
kenegaraan, beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam),
berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru, warga sekolah
lainya, atau teman, berseragam sekolah, mejaga kebersihan lingkungan sekolah, dan sebagainya
merupakan hal yang harus diwujudkan dan ditaati bersama sehingga menjadi kebiasaan.
Kegiatan ini akan efektif membentuk karakter siswa secara berkelanjutan dengan pembiasaan
yang sudah mereka lakukan secara rutin tersebut. Dan kegiatan-kegiatan lain dilakukan seperti,
Diklat (pesantren Kilat) Pentas Dai, Bakti Sosial yang tentunya adalah upaya untuk
pengembangan pendidikan Agama atau karakter anak didik.

2) Spontan

4
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga.
Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui
adanya perbuatan yang kurang baik dari siswa yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila
guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik maka pada saat itu juga guru harus
melakukan koreksi sehingga siswa tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik itu. Kegiatan
spontan berlaku untuk perilaku dan sikap siswa yang tidak baik dan yang baik sehingga perlu
dipuji, misalnya: memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi, berani
mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji

3) Keteladanan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam
memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan
bagi siswa untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar
siswa berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru
dan tenaga kependidikan adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku
dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu. Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya,
bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap siswa, jujur, menjaga
kebersihan.

4) Pengkondisian
Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa maka sekolah
harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak
sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar
ditempatkan teratur. Suasana kehidupan sekolah tempat siswa berinteraksi dengan sesamanya,
guru dengan guru, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok warga
sekolah/madrasah. Interaksi internal kelompok dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan,
norma, moral serta etika bersama yang berlaku di sekolah

Prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan agama atau karakter


mengusahakan agar siswa mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan
mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai
sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, siswa belajar melalui proses berpikir, bersikap,

5
dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
melakukan kegiatan sosial dan mendorong siswa untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk
sosial.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa program yang telah direncanakan dan
dilaksanakan ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat dan
kemampuannya.

6
BAB IV
HASIL

Hasil yang diharapkan dari program pengembangan pendidikan Agama/Karakter adalah


sebagai berikut :

1) Meningkatkan kemampuan anak didik sebagai anggota masyarakat dalam hubungan timbal
balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam semesta.
2) Menyalurkan dan mengembangkan potensi dan bakat anak didik sehingga menjadi kreatif
dan karya yang tinggi.
3) Melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan, dan tanggung jawab dalam menjalankan
tugas.
4) Mengembangkan etika dan akhlak yang mengintegrasikan hubungannya dengan Tuhan,
sesama dan dirinya sendiri.
5) Mengembangkan sensitivitas anak didik dalam persoalan sosial-keagamaan sehingga
menjadi proaktif terhadap permasalahan.
6) Memberikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada siswa.
7) Memberi peluang kepada anak didik agar memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara
baik, secara verbal maupun non verbal.

7
BAB V
PENUTUP

Pendidikan Agama atau karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari

pendidikan Agama/karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapat pendidikan

Agama/karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya.

Namun banyak orangtua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan

karakter.Selain itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orangtua yang gagal dalam

mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek

kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan karakter di

sekolah.

Jadi, pendidikan Agama/karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgen untuk

dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SMP, maka tanpa pendidikan

karakter adalah usaha yang sia-sia.

Demikian program pengembangan PAI ini kami, susun mudah-mudahan bermanfaat.

Saran dan koreksi dari semua pihak sangat kami harapkan.

Bantaeng, 20 Pebruari 2019


Kepala SMPS Al-Furqan

M. Mukabbir, S. PdI, M.Pd


NIP. 197812312007011097

8
9

Anda mungkin juga menyukai