Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA
Tentang
“KESERAKAHAN DAN KEKEJAMAN VOC”

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2

1. MOH. FAHREL
2. CHELSY OLIVIA
3. CINDRAWATI MOHA
4. APRIYANTO DJAMPA

KELAS IX IPA 3
SMA NEGERI 1 BUNTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapatkan menyelesaikan makalah berkaitan dengan
Keserakahan dan Kekejaman VOC. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, kami menyadari
bahwa selama penyusun makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Bunta, 03 Agustus 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
A. Berdirinya VOC.................................................................................................2
B. Keserakahan Dan kekejaman VOC...................................................................3
C. Runtuhnya VOC.................................................................................................7

BAB II PENUTUP.........................................................................................................10
A. Kesimpulan........................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar  Belakang
Latar belakang disusunnya makalah ini adalah  untuk memenuhi tugas
Sejarah sebagai mana yang telah diperintahkan oleh guru Sejarah kami. Makalah
ini membahas tentang keserakahan VOC. Disini kami berusaha menerangkan
materi yang dibutuhkan sebagai referensi agar dapat menyempurnakan topik yang
akan diperbincangkan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu sebagai berikut.    
1) Bagaimanakah latar belakang berdirinya VOC ?
2) Apakah dampak ekonomi masyarakat Indonesia  pada masa VOC?
3) Apa dampak sosial masyarakat Indonesia pada masa VOC?
4) Apa dampak budaya masyarakat Indonesia pada masa VOC?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Berdirinya VOC
VOC, atau Vereenidge Oost Indische Compagnie, yang tidak lain tidak bukan
adalah kongsi dagang milik Belanda di Indonesia. Menilik sedikit tentang
identitasnya; VOC didirikan di Amsterdam pada tanggal 20 Maret 1602 oleh
Parlemen Belanda dan dipimpin oleh Dewan Tujuh Belas serta menguasai
perdagangan di Nusantara. Bagaikan negara di dalam negara, VOC memiliki
beberapa kewenangan dan hak-hak yang sangat luas serta menguntungkan. Di
antaranya sebagai berikut : 
1) Melakukan monopoli perdagangan di wilayah antara Tanjung Harapan
sampai dengan Selat Magelhaens, termasuk kepulauan Nusantara, 
2) Membentuk angkatan perang sendiri,
3) Melakukan peperangan, 
4) Mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat,
5) Mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri,
6) Mengangkat pegawai sendiri, dan
7) Memerintah di negeri jajahan.
Karena memiliki hak untuk membentuk angkatan perang sendiri dan
melakukan peperangan, maka VOC cenderung ekspansif. VOC berupaya
memperluas daerah-daerah di Nusantara sebagai wilayah kekuasaan dan
monopolinya.
Saat itu, karena “Dewan Tujuh Belas” tidak mampu bekerja secara cepat dan
efektif, maka dibentuklah Gubernur baru dalam organisasi tersebut yang
merupakan jabatan tertinggi.
Gubernur jenderal VOC yang pertama adalah Pieter Both (1610-1614). Salah satu
sejarah yang ditinggalkannya adalah tanah yang dibeli di sebelah timur Muara
Ciliwung yang menjadi cikal bakal hunian VOC di Jawa dan cikal bakal Kota
Batavia.
Kepeminpinan Pieter Both di Jayakarta awalnya bersikap baik pada rakyat, hingga
‘kenyamanan’ yang dibalas oleh rakyat malah membuat orang-orang Belanda itu

2
mulai memanfaatkannya dengan bertindak sombong dan sikap congkak.
Terkadang, karena merasakan kenikmatan meraup keuntungan dari tanah
Nusantara, orang-orang Belanda bahkan sampai melakukan kekerasan dan
paksaan. Hingga akhirnya mereka diusir oleh rakyat dan menyingkir ke Maluku.

B. Keserakahan Dan Kekejaman VOC


Setelah beberapa kali berganti gubernur, hingga tibalah masa pemerintahan
J.P Coen yang terkenal sangat bernafsu untuk memaksakan monopoli. VOC
kembali ke Jayakarta dan merebut daerah tersebut. Mereka membumi
hanguskannya kemudian mengganti namanya menjadi Batavia dengan bangunan
khas Belanda. Di sinilah makin besarlah keserakahan VOC terhadap bumi
Nusantara. Di antara contoh-contohnya berikut ini :
1) Membangun pusat perdagangan diberbagai daerah.
2) Menguasai pelabuhan - pelabuhan dan mendirikan benteng untuk
melaksanakan monopoli perdagangan.
3) Melaksanakan politik devide et impera (memecah dan menguasai) dalam
rangka untuk menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
4) Melaksnakan sepenuhnya Hak Octroi yang ditawarkan pemerintah Belanda.
5) Membangun pangkalan / markas VOC yang semula di Banten dan Ambon,
dipindah dipusatkan di Jayakarta (Batavia).
6) Melaksanakan pelayaran Hongi (Hongi tochten).
7) Adanya Hak Ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-
rempah yang melebihi ketentuan.
8) Adanya verplichte leverantien (penyerahan wajib) dan Prianger Stelsel
(system Priangan)
9) Melakukan pembunuhan terhadap rakyat pribumi, orang-orang Tionghoa,
maupun orang asing
10) Melakukan kondolisasi kedudukan.

3
Selain itu ada juga beberapa daftar keserakahan VOC menurut tahunnya,
yaitu sebagai berikut.
1. Pada Februari 1605, Armada VOC bersekutu dengan Hitu menyerang kubu
pertahanan Portugis di Ambon dengan imbalan VOC berhak sebagai pembeli
tunggal rempah-rempah di Hitu. 
2. Pada tahun 1609, VOC membuka kantor dagang di Sulawesi Selatan. Namun
niat tersebut dihalangi oleh Raja Gowa. Karena Raja Gowa telah melakukan
kerjasama dengan pedagang-pedagang Inggris, Prancis, Denmark, Spanyol &
Portugis untuk melawan VOC. 
3. Pada tahun 1610, Ambon dijadikan pusat pengendalian VOC, yang dipimpin
oleh seorang-gubernur jendral. Tetapi selama 3 periode gubernur-jendral
tersebut, Ambon tak begitu memuaskan untuk dijadikan markas besar VOC
karena jauh dari jalur-jalur utama perdagangan Asia.
4. Pada 12 Mei 1619, Pihak Belanda mengambil keputusan untuk memberi
nama baru Jayakarta sebagai Batavia. 
5. Pada Mei 1619, Jan Pieterszoon Coen, seorang warga negara Belanda,
melakukan pelayaran ke Banten dengan 17 kapal. 
6. Pada 30 Mei 1619, Jan Pieterszoon Coen melakukan penyerangan terhadap
Banten, memukul mundur tentara Banten. Membangun Batavia sebagai pusat
militer & administrasi yg relatif aman bagi pergudangan & pertukaran
barang-barang, karena perjalanan dari Batavia mudah mencapai jalur-jalur
perdagangan ke Indonesia bagian timur, timur jauh, dan Eropa. 
7. Pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen ditunjuk menjadi gubernur-jendral
VOC. Dia menggunakan kekerasan, untuk memperkokoh kekuasaannya dia
menghancurkan semua yg menghalanginya. Dan menjadikan Batavia sebagai
tempat bertemunya kapal-kapal dagang VOC. 
8. Pada tahun 1619 pula, terjadi migrasi orang Tionghoa ke Batavia. VOC
menarik sebanyak mungkin pedagang Tionghoa yg ada di berbagai pelabuhan
seperti Banten, Jambi, Palembang & Malaka ke Batavia. Bahkan ada juga
yqng langsung datang dari Tiongkok. Di sini orang-orang Tionghoa sudah

4
menjadi suatu bagian penting dari perekonomian di Batavia. Mereka aktif
sebagai pedagang, penggiling tebu, pengusaha toko, dan tukang yg terampil. 
9. Pada tahun 1620, dalam rangka mengatasi masalah penyeludupan di Maluku,
VOC melakukan pembuangan, pengusiran bahkan pembantaian seluruh
penduduk Pulau Banda & berusaha menggantikannya dengan orang-orang
Belanda pendatang & mempekerjakan tenaga kerja kaum budak. 
10. Pada tahun 1623,VOC melanggar kerjasama dengan Inggris, Belanda
membunuh 12 agen perdagangan Inggris, 10 orang Inggris, 10 orang Jepang;
1 orang Portugis dipotong kepalanya. 
11. Pada tahun 1630, Belanda telah mencapai banyak kemajuan dalam
meletakkan dasar-dasar militer untuk mendapatkan hegemoni perniagaan laut
di Indonesia. 
12. Pada tahun 1637, VOC yang telah beberapa lama di Maluku tak mampu
memaksakan monopoli atas produksi pala, bunga pala, dan yg terpenting,
cengkeh. Penyeludupan cengkeh semakin berkembang, muncul banyak
komplotan-komplotan yg anti dengan VOC. Gubernur-Jendral Antonio van
Diemen melancarkan serangan terhadap para penyeludup & pasukan-pasukan
Ternate di Hoamoal. 
13. Pada tahun 1643, Arnold de Vlaming mengambil kesempatan kekalahan
Ternate dengan memaksa raja Ternate Mandarsyah ke Batavia &
menandatangani perjanjian yg melarang penanaman pohon cengkeh di semua
wilayah kecuali Ambon atau daerah lain yg dikuasai VOC. Hal ini
disebabkan pada masa itu Ambon mampu menghasilkan cengkeh melebihi
kebutuhan untuk konsumsi dunia. 
14. Pada tahun 1656, seluruh penduduk Ambon yg tersisa dibuang. Semua
tanaman rempah-rempah di Hoamoal dimusnahkan dan akibatnya daerah
tersebut tak didiami manusia kecuali jika ekspedisi Hongi [armada tempur]
melintasi wilayah itu untuk mencari pohon-pohon cengkeh liar yg harus
dimusnahkan.
15. Pada 1670, VOC telah berhasil melakukan konsolidasi kedudukannya di
Indonesia Timur. Pihak Belanda masih tetap menghadapi pemberontakan-

5
pemberontakan tetapi kekuatannya tak begitu besar. VOC pun menebangi
tanaman rempah-rempah yg tak dapat diawasi, Hoamoal tak dihuni lagi,
orang Bugis & Makassar meninggalkan kampung halamannya. Banyak
orang-orang Eropa & sekutu-sekutu yg tewas, semata-mata guna mencapai
maksud VOC untuk memonopoli rempah-rempah. 
16. Pada tahun 1674, Pulau Jawa dalam keadaan yg memprihatinkan, kelaparan
merajalela, berjangkit wabah penyakit, gunung merapi meletus, gempa bumi,
gerhana bulan, & hujan yg tak turun pada musimnya. 
17. Pada tahun 1680, VOC pada dasarnya hanya terbatas menguasai dataran-
dataran rendah tertentu saja di Jawa. Daerah pegunungan seringkali tak
berhasil dikuasai & daerah ini dijadikan tempat persembunyian pemberontak.
Tidak dapat dihindarkan lagi pemberontakan-pemberontakan mengakibatkan
kesulitan & menguras dana VOC. 
18. Pada tahun 1682, Pasukan VOC dipimpin François Tack & Isaac de Saint-
Martin berlayar menuju Banten guna menguasai perdagangan di Banten.
VOC merebut & memonopoli perdagangan lada di Banten. Orang-orang
Eropa yg merupakan saingan VOC diusir.
19. Pada tahun 1740, terjadi penangkapan terhadap orang Tionghoa, tak kurang 1.
000 orang Tionghoa dipenjarakan. Orang Tionghoa menjadi gelisah lebih-
lebih sesudah sering terjadi penangkapan, penyiksaan, & perampasan hak
milik Tionghoa. 
20. Pada Juni 1740, Kompeni Belanda mengeluarkan lagi peraturan bahwa semua
orang Tionghoa yg tak memiliki izin tinggal akan ditangkapdan diangkut ke
Sailan. Peraturan ini dilaksanakan dengan sewenang-wenang. 
21. Pada 9 Oktober 1740, dimulainya pembunuhan terhadap orang Tionghoa
secara besar-besaran. Yang banyak melakukan pembunuhan ini ialah orang-
orang Eropa & para budak. Dan pada akhirnya ada sekitar 10. 000 orang
Tionghoa yg tewas. Perkampungan orang Tionghoa dibakar selama beberapa
hari. Kekerasan ini berhenti sesudah orang Tionghoa memberikan uang premi
kepada serdadu-serdadu VOC guna melakukan tugasnya yang rutin.

6
22. Pada Desember 1741, awal 1742-VOC merebut kembali daerah-daerah lain
yang terancam serangan.

Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) merupakan kongsi dagang


Belanda yang didirikan di Amsterdam. Salah satu tujuan dari dibentuknya VOC
adalah memperkuat kedudukan para pedagang Belanda menghadapi persaingan
dengan pedagang negara lain. VOC terus berusaha memperluas daerah-daerah di
Nusantara sebagai wilayah kekuasaan dan monopolinya. VOC juga memandang
bangsa-bangsa Eropa yang lain sebagai musuhnya. Berbagai kekejaman yang
dilakukan oleh VOC diantaranya :
1. Membangun pusat perdagangan diberbagai daerah Menguasai pelabuhan-
pelabuhan dan mendirikan benteng untuk melaksanakan monopoli
perdagangan
2. Melaksanakan politik devide et impera (memecah dan menguasai) dalam
rangka untuk menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia
3. Melaksanakan sepenuhnya hak Octroi yang ditawarkan pemerintah Belanda.
Melaksanakan pelayaran Hongi (hongi tochten)
4. Adanya hak ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-
rempah yang melebihi ketentuan
5. Adanya verplichte leverantie (penyerahan wajib) dan prianger stelsel (sistem
periangan)
6. Melakukan pembunuhan terhadap rakyat pribumi, orang-orang Tionghoa
maupun orang asing
7. Melakukan kondolisasi kedudukan.

C. Runtuhnya VOC
Sejak tahun 1780-an terjadi peningkatan biaya dan menurunnya hasil
penjualan, yang menyebabkan kerugian perusahaan dagang tersebut. Hal ini
disebabkan oleh korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukan oleh para pegawai
VOC di Asia Tenggara, dari pejabat rendah hingga pejabat tinggi, termasuk para
residen. Misalnya beberapa residen Belanda memaksa rakyat untuk menyerahkan

7
hasil produksi kepada mereka dengan harga yang sangat rendah, dan kemudian
dijual lagi kepada VOC melalui kenalan atau kerabatnya yang menjadi pejabat
VOC dengan harga yang sangat tinggi.
Karena korupsi, lemahnya pengawasan administrasi dan kemudian konflik
dengan pemerintah Belanda sehubungan dengan makin berkurangnya keuntungan
yang ditransfer ke Belanda karena dikorupsi oleh para pegawai VOC di berbagai
wilayah, maka kontrak VOC yang jatuh tempo pada 31 Desember 1979 tidak
diperpanjang lagi dan secara resmi dibubarkan tahun 1799. Setelah dibubarkan,
plesetan VOC menjadi Vergaan Onder Corruptie (Hancur karena korupsi).
Setelah VOC dibubarkan, daerah-daerah yang telah menjadi kekuasaan VOC,
diambil alih –termasuk utang VOC sebesar 134 juta gulden- oleh Pemerintah
Belanda, sehingga dengan demikian politik kolonial resmi ditangani sendiri oleh
Pemerintah Belanda. Yang menjalankan politik imperialisme secara sistematis,
dengan tujuan menguasai seluruh wilayah, yang kemudian dijadikan sebagai
daerah otonomi yang dinamakan India-Belanda ( Nederlands-Indie ) di bawah
pimpinan seorang Gubernur Jenderal. Gubernur Jenderal VOC terakhir, Pieter
Gerardus van Overstraten (1797 – 1799), menjadi Gubernur Jenderal
Pemerintah India-Belanda pertama (1800 – 1801).
Ada beberapa faktor keruntuhan VOC, yaitu :
1. Semakin banyak daerah yang dikuasai oleh VOC, pengawasannya pun
semakin sulit. Kota Batavia semakin ramai dan padat karena orang dari timur
asing seperti Cina dan Jepang diizinkan tinggal sehingga Batavia menjadi
banjir penduduk dan mengalami banyak masalah sosial,
2. Parlemen Belanda menetapkan UU  bahwa Raja menjadi penguasa tertinggi
VOC. Banyak pengurus yang mulai akrab dengan pemerintah sehingga
mengabaikan kepentingan pemegang saham,
3. Pengurus tidak lagi berfikir untuk memajukan usaha perdangangannya,
melainkan memperkaya diri,
4. Tahun 1673, VOC tidak mampu membayar dividen dan kas-nya pun merosot
karena perang yang dilaksanakannya dan timbullah beban hutang,

8
5. Adanya ordinasi agar para pejabat VOC diperlakukan hormat oleh semua
orang baik keturunan Eropa atau Indonesia,
6. Adanya ordinasi kedua agar para pejabat memakai kendaraan kebesaran, dan
tentu itu semua membebani anggaran, dan
7. Mulai terjadinya korupsi di antara para pejabat.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keserakahan dan kekejaman VOC ialah Setelah beberapa kali berganti
gubernur, hingga tibalah masa pemerintahan J.P Coen yang terkenal sangat
bernafsu untuk memaksakan monopoli. VOC kembali ke Jayakarta dan merebut
daerah tersebut. Mereka membumihanguskannya kemudian mengganti namanya
menjadi Batavia dengan bangunan khas Belanda.
B. Saran
Kita sebagai generasi penerus bangsa, harus meneruskan perjuangan para
pahlawan yang telah gugur dengan menjaga Indonesia ini, agar tidak terjajah lagi.
Dan berusaha untuk menjunjung tinggi nama baik bangsa dan berusaha
mewujudkan tercapainya cita-cita negara kita, negara Indonesia tercinta.

10

Anda mungkin juga menyukai