TINJAUAN PUSTAKA
22
1
atau kegemukan.
2.1.1 Kategori Status Gizi :
Kategori statusgizi berdasarkan Z- score dapat dilihat padat tabel 2. 1.
Tabel 2.1. Pembakuan Indikator Status Gizi Balita
Z-score IndikatorPertumbuhan
Panjang/ Tinggi Berat terhadap Berat terhadap IMT terhadap
terhadap Umur Umur Panjang/Tinggi Umur
>3 Lihat catatan 1 Lihat catatan 2 Obesitas Obesitas
Overweight Overweight
>2
(GiziLebih) (GiziLebih)
Beresiko Gizi Beresiko Gizi
>1 Lebih Lebih
(Lihat catatan 3) (Lihat catatan 3)
0
(median)
<-1
Perawakan
<-2 Pendek Gizi Kurang Kurus Kurus
(Lihat catatan 4)
Perawakan
Sangat Pendek / Gizi Buruk
<-3 Sangat Kurus Sangat Kurus
Kerdil ( Lihat catatan 5)
( Lihat catatan 4)
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI, Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2011
2.2 Kebutuhan Gizi dan Angka Kecukupan Gizi untuk Bayi dan Anak
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang
dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhanya masih sangat pesat. Kecukupanya
akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Protein merupakan sumber
energi yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan dan menghasil 4
kalori per gram sama dengan karbohidrat. Protein merupakan senyawa organik yang
atom karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N) dan disimpan dalam otot,
tulang, darah, kulit, kartilago dan limfe. Protein ini akan dipecah menjadi sumber
energi apabila zat gizi karbohidrat dan lemak tidak mencukupi ( Febry, 2013).
Kebutuhan protein didefinisikan sebagai kebutuhan secara biologis atau asam
amino minimal yang secara individual dapat dirubah untuk mempertahankan kebutuhan
fungsional individu. Kebutuhan protein pada saat lahir sampai usia 1 tahun sangat
tinggi sehubungan dengan kecepatan pertumbuhan anak. Protein merupakan sumber
asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun. Kebutuhan protein bagi
2
bayi/anak adalah 10-15% dari total energi (Nasar, 2015).
Bayi memerlukan asupan gizi yang seimbang dan tepat untuk memenuhi
kecukupan gizinya dalam menopang proses tumbuh kembang dan kecerdasan otak.
Gizi yang seimbang ini adalah komposisi yang seimbang antara karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineralnya yang terdapat dalam konsumsi makanan bayi sehari-
hari (Febry, 2013).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan di Indonesia sebagai
terjemahan dari Recommended Dietary Allowance (RDA) adalah nilai yang
menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi
hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis
tertentu seperti hamil dan menyusui. Angka kecukupan gizi berguna sebagai rujukan
(reference values) yang digunakan untuk perencanaan konsumsi makanan, penilaian
asupan gizi orang sehat, agar tercegah dari kekurangan ataupun kelebihan asupan zat
gizi (Hendra, 2015).
Tabel 2. 2. Angka Kecukupan Energi dan Protein yang Dianjurkan untuk Bayi
dan Anak ( Perorang Perhari ).
Faktor
BB TB Energi Energi Protein Protein
Umur Koreksi
(kg) (cm) (kkal) (kkal/kg BB) (g) (g/kg BB)
Protein
0-6 bln 6 61 550 91 12 2 1,1
7-11 bln 9 71 725 80,5 18 2 1,3
1-3 thn 13 91 1125 86,5 26 2 1,5
4-6 thn 19 112 1600 84,2 35 1,8 1,5
Sumber: Permenkes RI, 2013
Tabel 2. 3. Angka Kecukupan Vitamin yang Dianjurkan untuk Bayi dan Anak
(Perorang perhari)
Umur Vitamin
A D E K B1 B2 B3 B5 Folat B12
(mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg)
3
whether in a natural state or in a manufactured or prepared form, wich are part of
human diet.”Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-
substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan. Makanan yang dimaksud adalah
berupa asupan yang dapat memenuhi kebutuhan akan zat gizi dalam tubuh.
Makanan formula adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi
yang diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diberikan mulai
umur 6 bulan sampai 24 bulan. Makanan formula adalah makanan yang berupa
makanan padat dapat berupa pisang, tepung beras/serelia (Depkes RI, 2009),
Sedangkan menurut (Kristianto, 2010) Formulasi merupakan rangkaian kegiatan
untuk merumuskan kebutuhan gizi spesifik penderitamasalah gizi, memilih bahan
makanan yang berkhasiat, dan kemudian menentukan proses penggolahan, distribusi
serta penyajian yang tepat.
Bahan Makanan Campuran (BMC) dapat dikatakan sebagai suplemen bagi
tubuh manusia dalam memenuhi kebutuhan gizinya. Bahan makanan campuran
merupakan perpaduan bahan pangan yang secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan
anak dalam hal kecukupan gizi pada umumnya. Pada umumnya bahan makanan
campuran dibuat dari serealia sebagai sumber karbohidrat (kalori) seperti beras, jagung
atau umbi-umbian yaitu ubi jalar dan singkong serta kacang-kacangan sebagai sumber
protein seperti kedelai, kacang hijau dan kacang-kacang lainnya. Lemak dan gula juga
dapat ditambah sebagai pemberi rasa serta untuk mempertinggi jumlah kalori
(Winarno, 2002).
Pemberian makanan tambahan sangat dianjurkan pada penderita KEP, terlebih
bayi usia 6 bulan keatas dengan harapan mampu memenuhi kebutuhan gizi dan
memperkecil kehilangan zat gizi (Mufida dkk, 2015)
Makanan tambahan bagi balita adalah makanan bergizi yang diperuntukkan
bagi balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan bagi pemulihan gizi. Makanan
pemulihan gizi dapat berupa makanan lokal maupun pabrikan.Makanan lokal dengan
bentuk mulai dari cair, lumat, lembik, dan padat (Kemenkes RI, 2011).
Menurut Irianto dan Waluyo (2004), dalam pemberian makanan tambahan yang
dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk
dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, serta makanan tersebut sehat, diantaranya :
berada dalam derajat kematangan, bebas dari pencemaran pada saat menyimpan
makanan tersebut danmenyajikan hingga menyuapi pada bayi atau anak, bebas dari
4
perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki sebagai akibat dari pengaruh enzym,
aktifitas mikroba, hewan pengerat,serangga, parasit dan kerusakan karena tekanan,
pemasakandan pengeringan, bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan
penyakit yang dihantarkan oleh makanan (food borne illness) harus cukup mengandung
kaloridan vitamin, mudah dicerna oleh alat pencernaan. Selain melihat kriteria diatas,
menurut Depkes RI (2007) menyatakan bahwa pemberian makanan tambahan
hendaknya melihat juga usia pemberian makanan pada anak,apakah pemberian
makanan tambahan diberikan sudah pada usia yang tepat atau tidak.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan pada anak
yaitu umur, aktivitas fisik, keadaan sakit, dan jenis kelamin. Syarat-syarat kebutuhan
untuk KEP yaitu energi 250-438 kkal, protein 11,5 - 16 g, Protein Score> 65, dan Net
Dietary Protein Energy (NDPE) > 9 serta pemberian suplementasi vitamin dan
mineral secara bertahap (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
a. Tepung Kacang Hijau
Kacang hijau merupakan sumber nabati yang baik, kandungan protein kacang-
kacangan berkisar antara 20-35%. Diversifikasi olahan pangan berbasis kacang hijau
sampai saat ini masih sangat kurang. Kacang hijau secara tradisional baru dimanfaatkan
menjadi berbagai olahan seperti bubur, bahan pengisi bakpia, sari minuman kacang
hijau. Kacang hijau dapat dimanfaatkan menjadi tepung kacang hijau karena
karbohidrat patinya mudah dicerna, maka dari itu tepung patinya baik sebagai bahan
makanan bayi maupun orang dewasa (Rahman dan Agustina, 2010).
Dalam pembuatan tepung kacang hijau, dipilih kacang hijau yang berkualitas
baik dengan klasifikasi butiran utuh dan tidak bau apek maupun berulat dan masih
segar. Kemudian dilakukan proses pengupasan sebelum dilakukan proses penepungan,
lalu dalam proses penepungan, kacang hijau digiling sampai halus lalu diayak untuk
mendapatkan tekstur tepung yang baik. Berikut syarat mutu standar tepung kacang
hijau pada Tabel 2. 4 berikut:
5
Lolos ayakan 80 mesh
Air %b/b Maks 10
Serat Kasar %b/b Maks 30%
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2011)
Tepung kacang hijau juga mengandung senyawa anti gizi antara lain antitripsin,
lektin dan asam fitat. Antitripsin adalah suatu senyawa yang dapat menghambat
aktifitas enzim tripsin didalam saluran pencernaan. Lektin adalah suatu senyawa yang
dapat menggumpalkan sel darah mera, sedangkan asam fitat adalah sumber fosfor
namun tidak dapat dicerna didalam tubuh. Tetapi dari sejumlah penelitian mengatakan
bahwa perendaman dapat menginaktifkan senyawa ini. Sehingga antigizi tersebut tidak
perlu dikhawatirkan. Tepung kacang hijau merupakan salah satu tepung yang bebas
gluten yang berasal dari biji kacang hijau. Penambahan tepung kacang hijau dengan
tepung lainnya (serealia, beras, gandum) dapat digunakan sebagai bahan makanan bayi
dan balita yang bergizi dan bermutu tinggi. Penambahan ini memiliki manfaat untuk
meningkatkan kandungan gizi protein karena adanya efek saling melengkapi
kekurangan pada masing masing bahan (Astawan, 2004). Komposisi kimia tepung
kacang hijau dapat dilihat pada tabel 2. 5:
6
Tepung kacang hijau juga mengandung asam folat yang memilki beberapa
manfaat yaitu salah satunya dapat menguatkan system kekebalan tubuh, asam folat
bekerja dengan menambah produksi sel-sel darah putih. Untuk mempertahankan fungsi
utama tubuh (Tarigan, 2009). Kandungan asam amino dari tepung kacang hijau dapat
dilihat pada tabel 2. 6.
Padi beras merah tergolong dalam family Gramineae, sub family Oryzaidae,
suku/genus dan spesies Oryza sativa. Padi beras merah (Oryza glaberrima) memiliki
keunggulan bagi kesehatan tetapi kurang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia
dibandingkan beras putih (Oriza sativa). Salah satu keunggulan itu adalah adanya
senyawa fenolik yang banyak terdapat pada beras merah. Salah satu kelompok senyawa
fenolik yang memiliki manfaat sebagai antioksidan adalah kelompok senyawa
flavonoid. Kelompok senyawa ini dibagi menjadi beberapa golongan diantaranya
flavone, flavon-3-ol, flavonone, flavan-3-ol, dan antocyanidin (Adzkiya, 2011).
Salah satu bentuk olahan beras merah paling sederhana adalah tepung beras
merah. Tepung beras merah merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah
jadi yang dianjurkan karena akan lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat
komposit), diperkaya zat gizi (divortifikasi), dibentuk dan lebih cepat di masak sesuai
tuntutan kehidupan modern yang serba praktis (Darmajati dkk, 2000). Syarat mutu
tepung beras dapat dilihat pada tabel 2. 7.
8
Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai produsen pisang dunia.
Indonesia telah memproduksi sebanyak 6,20% dari total produksi dunia, 50% produksi
pisang Asia berasal dari Indonesia (Satuhudan Supriyadi, 2008).
Pisang kepok (Musa paradisiacal forma typica) merupakan jenis pisang olahan
yang paling sering diolah terutama dalam olahan pisang goreng dalam berbagai variasi,
sangat cocok diolah menjadi keripik, buah dalam sirup, aneka olahan tradisional, dan
tepung (Prabawati dkk, 2008). Syarat mutu tepung pisang ditampilkan pada tabel 2. 9 .
Tabel 2. 9. Syarat Mutu Tepung Pisang SNI 3841-1995
Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Keadaan: Bau, Rasa, Warna - Normal
Benda-benda asing, serangga, jenis pati lain selain pati - Tidak boleh
kacang hijau ada
Kehalusan : %b/b Min 95
Lolos ayakan 60 mesh
Air %b/b Maks 5-12
Serat Kasar %b/b Maks 30%
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2011)
Tepung pisang merupakan salah satu produk awetan buah pisang yang belum
banyak dikembangkan di Indonesia. Tepung ini memiliki rasa dan aroma yang khas dan
kaya akan vitamin. Pembuatan tepung pisang sangat sederhana, pada dasarnya
semua jenis pisang dapat diolah menjadi tepung pisang, hanya saja untuk
memperoleh hasil tepung yang baik diperlukan beberapa syarat khusus terhadap
buah pisang tersebut. Salah satuyang dapat kita jadikan acuan bahwa buah
pisang yang akan kita jadikan tepung harus cukup tua. Tepung pisang yang terbuat
dari pisang kepok sangat baik hasilnya yaituwarna tepung putih menarik (Satuhu,
2002). Kandungan zat gizi pisang kepok dapat dilihat pada tabel 2. 10 :
Tabel 2. 10. Kandungan Zat Gizi dalam 100 g Tepung Pisang Kepok
Kandungan Satuan Nilai Gizi
Kadar Air g 11,2-13,5
Energi kkal 340
Protein g 3,8-4,1
Lemak g 0,9-1,0
Karbohidrat g 79,6
Serat g 3,2-4,5
Kalsium mg 30-39
Fosfor mg 93-94
9
Zat besi mg 2,6-2,7
Abu g 3,1
Sumber: Morton, 1987
Tepung pisang yang mengandung banyak granula pati dapat digunakan sebagai
bahan baku biopolimer yang baik untuk memodifikasi tekstur dan konsistensi makanan
(Witonodkk, 2012). Kandungan komposisi tepung pisang dapat dilihat pada tabel 2. 11.
Berdasarkan tabel diatas, tepung pisang kepok mempunyai kandungan gizi sangat
baik yakni energi cukup tinggi (304 Kkal), kaya akan vitamin dan mineral seperti
kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Tepung pisang juga mengandung
vitamin, yaitu C, B kompleks, B6.
10
Tabel 2.12. Syarat Mutu Susu Bubuk SNI 2970-2006
Kriteria Uji Nilai
Bau dan rasa Normal
Bahan kering Minimal 95 %
Kadar lemak Berlemak: min. 26% , Kurang lemak : >1,5 % dan
<26,0%, atau Bebas lemak : <1,5 %
Kadar protein Berlemak dan kurang lemak : 23 % ; Bebas lemak: min. 30 %
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2006)
Menurut Wardayani (2011), bentuk susu skim tersedia dalam bentuk cair dan
bubuk, susu bubuk terbuat dari susu segar yang telah melalui proses pengeringan
menjadi bentuk susu kering yang solid. Susu bubuk paling disukai karena kemudahan
penyimpanannya. Beberapa produsen susu sering kali menambahkan zat gizi tertentu
seperti vitamin dan mineral agar kualitas nutrisinya lebih baik. Untuk susu formula
bayi, penambahan zat gizi harus memenuhi standar tertentu sehingga bisa mendekati
kualitas ASI.
Tabel 2. 13. Kandungan Zat Gizi dalam 100 g Tepung Susu Skim
Kandungan Satuan Nilai Gizi
Air g 3,5
Energi kkal 359
Protein g 35,6
Lemak g 1
Karbohidrat g 52
Kalsium mg 1300
Fosfor mg 1030
Zat besi mg 0,6
Vitamin A mg 0,0
Vitamin B mg 0,04
Vitamin C mg 7
F-Edible (BDD) % 100
11
F -Weight g 100
Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2009
d. Gula
Menurut Darwin (2013), gula terbagi beberapa jenis, yaitu: gula pasir adalah
jenis gula yang berasal dari cairan sari tebu. Setelah dikristalkan, sari tebu akan
mengalami kristalisasi dan berubah menjadi butiran gula berwarna putih bersih atau
putih agak kecoklatan (raw sugar). Gula pasir kasar (Crystallized Sugar) gula jenis ini
memiliki tekstur yang lebih besar dan kasar dari gula pasir pada umumnya. Gula balok
12
atau gula dadu terbuat dari sari tebu. Bentuknya menyeru sukrosa yang merupai balok
dadu dengan warna putih bersih, gula batu diperoleh dari pengolahan gula pasir biasa
agar mudah larut. Bentuknya merupakan bongkahan gula menyerupai batu berwarna
putih, dimana tingkat kemanisan gula batu lebih rendah dibanding gula pasir, hampir
1/3 dari gula pasir. Brown sugar terbuat dari tetes tebu, namun dalam proses
pembuatannya dicampur dengan molase sehingga menghasilkan gula bewarna
kecoklatan. Gula Icing atau Icing Sugar atau Confection Sugar merupakan gula
berbentuk bubuk.Gula merah terbuat dari air sadapan bunga pohon kelapa atau air nira
kelapa, sering juga disebut dengan gula jawa dan gula aren. Kandungan zat gizi gula
dapat dilihat pada tabel 2. 15.
Pada penelitian ini penulis menggunakan gula Icing sebagai pemanis. Menurut
Darwin (2013), Icing Sugar atau Confectionsugar memiliki tekstur terhalus dalam
jenis gula putih. Icing sugar merupakan campuran dari gula pasir yang digiling hingga
halus sehingga terbentuk tepung gula dan ditambahkan tepung maizena agar tidak
mudah menggumpal.
e. Minyak Zaitun
Minyak zaitun merupakan salah satu pangan fungsional yang mempunyai
kandungan lemak tak jenuh tunggal (MUFA), yang sebagian besar terdapat dalam
13
bentuk asam oleat. Minyak zaitun mengandung antioksidan dan senyawa fenol yang
dapat mengikat LDL teroksidasi. Asam oleat yang terdapat dalam makanan, dapat
menurunkan kadar LDL apabila dikonsumsi sebanyak 15% dari total kebutuhan energi
sehari. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa diet tinggi MUFA dapat
menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida sebanyak 10%, 14
%, dan 13%. Minyak zaitun sendiri dikenal sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung,
karena kandungan asam lemak tak jenuh tunggal yang tinggi (Orey, 2008).
Asam lemak tak jenuh tunggal yang terkandung dalam minyak zaitun hampir
sebagian besar dalam bentuk asam oleat. Asam oleat mempunyai resiko lebih rendah
teroksidasi daripada asam linoleat dan asam linolenat yang termasuk asam lemak tak
jenuh ganda (Tripoli dkk, 2005). Syarat mutu dan kandungan minyak dapat dilihat pada
tabel 2.16.
2.4. 2 Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian besar air dari suatu bahan dengan cara menyerapkannya menggunakan energi
panas. Biasanya kandungan air bahan dikurangi sampai batas tertentu dimana mikroba
tidak dapat tumbuh lagi pada bahan tersebut (Tejasari, 2012)
Pengeringan adalah salah satu aspek penting dalam pengolahan makanan dan
merupakan tehnik umum dalam pengawetan makanan untuk menghasilkan bentuk baru
produk (Mechlouch dkk, 2012 dan Sachin dkk, 2010). Metode pengeringan yang sering
dipakai pada industri makanan secara konvensional adalah pengeringan dengan metode
oven menggunakan udara panas (Zhou dkk, 2011), yang bekerja dengan cara
menguapkan air dari bahan (Sachin dkk, 2010). Penggunaan oven untuk mengeringkan
produk pangan membutuhkan waktu lama dan dapat menyebabkan penurunan kualitas
pada produk kering, untuk mengatasinya penggunaan oven microwave (OM)
merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk mengeringkan produk
pangan (Zaki dkk, 2007). Pengeringan OM adalah pengeringan menggunakan energi
gelombang mikro dan merupakan salah satu teknik pengeringan cepat yang efektif
15
digunakan pada produk makanan tertentu (Anwar dkk, 2011).
16
dengan mekanik, rasa, sentuhan, penglihatan dan pendengaran yang meliputi penilaian
terhadap kebasahan, kering, keras, halus, kasar, dan berminyak. Penilaian tekstur
makanan dapat dilakukan dengan menggunakan jari, gigi, dan langit-langit. Faktor
tekstur diantaranya adalah rabaan oleh tangan, keempukan dan mudah dikunyah
(Purwaningsih, 2011).
Menurut Setyaningsih, (2010) untuk melaksanakan suatu penilaian mutu dan
analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi diperlukan suatu panel bertindak sebagai
instrumen atau alat ini terdiri dari orang atau sekelompok orang yang disebut panel
yang bertugas menilai sifat atau mutu benda yang berdasarkan kesan subjektif dan
orang menjadi anggota panel disebut panelis.
b. Kadar Abu
Kadar abu didapat dengan membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan
suhu 600°C selama 4-5 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa
organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak
terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat
dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan
(Karra, 2007).
c. Protein Kasar
Sutardi, (2009) menyatakan bahwa protein merupakan komponen penting
yang terdapat dalam makanan. Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak
18
langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang
terdapat dalam bahan. Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka
6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi
bahwa protein mengandung 16% nitrogen(perbandingan protein : nitrogen =100 :16
= 6,25:1).
d. Lemak Kasar
Lemak kasar diperoleh dengan cara melarutkan (ekstraksi) lemak yang
terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 16 jam. Ekstraksi
menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah
kloroform, eter, dan benzen. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut)
terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari
pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C. Pelarut akan menguap
sedangkan lemak tidak (titik didih lemak lebih besar dari 105°C, sehingga tidak
menguap dan tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam wadah
ditentukan beratnya.
Khairul (2009), menyatakan bahwa lemak kasar yang dihasilkan dari penentuan
lemak kasar adalah ekstraksi dari klorofil, xanthofil, dan karoten. Kadar Lemak
kasar yang didapat dari tabel diatas merupakan hasil dari pengamatan terhadap
bahan pakan diatas. Walaupun lemak yang diperoleh bukan lemak murni karena
campuran beberapa zat-zat diantaranya klorofil, xantofil, dan karoten. Lemak kasar
ini ditentukan menggunakan alat soxhlet. Lemak kasar ini juga adalah zat yang
tidak dapat larut dalam air akan tetapi dapat larut pada pelarut lemak seperti eter,
kloroform, dan benzene. Pembahasan diatas sesuai dengan pernyataan yang
disampaikan oleh Yunus (2008), yang mengatakan bahwa kandungan yang ada
pada lemak kasar merupakan bukanlah lemak murni melainkan campuran
dari beberapa zat yang terdiri dari klorofil, xantofil dan karoten.
e. Serat Kasar
Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan
dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu.
Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut
(residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan
abu adalah serat kasar. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin.
19
Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak
dapat dicerna oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai
mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa dan
hemiselulosa (Chandra, 2001).
20