Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana (KB)

Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri

untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran

yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang

diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol

waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri dan

menentukan jumlah anak dalam keluarga. Program keluarga

berencana dimaksudkan untuk membantu pasangan dan

perorangan dalam mencapai tujuan reproduksinya secara

bertanggung jawab dalam rangka membangun keluarga kecil

berkualitas. KB artinya mengatur jumlah anak sesuai kehendak

dan menentukan sendiri kapan ingin hamil lagi. Bila

memutuskan untuk tidak segera hamil sesudah menikah

(BKKBN, 2002).

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

perbaikan penyediaan metode kontrasepsi dengan

mempertimbangkan adanya perbedaan kebutuhan pada

pasangan dan pribadi berdasarkan usia, paritas, prevensi

besarnya keluarga serta wanita dan pria yang mendapat

informasi tentang KB yang aman dan efektif sehingga


8
memungkinkan akseptor untuk memilih alat kontrasepsi yang

tepat. Peningkatan mutu pelayanan KB menekankan

pemberian informasi dan kualitas hubungan interpersonal yang

baik agar klien dapat memilih metode yang efektif, terjangkau,

aman dan cocok (Propenas, 2004).

Paradigma baru program KB ini sangat menekankan

pentingnya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya

integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Hak-hak

reproduksi didalamnya meliputi hak pria dan wanita untuk

memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap

berbagai metode keluarga berencana yang mereka pilih aman,

efektif, terjangkau (Propenas, 2004).

2.2 Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari dua kata yaitu kontra yang

berarti mencegah dan konsepsi yang berarti pertemuan antara

sel telur dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Cara kerja tersebut pada umumnya untuk mengusahakan agar

tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma atau menghalangi

pertemuan sel telur dengan sperma (Depkes, 2003).

Kontrasepsi merupakan cara untuk mengatur kehamilan

yang cukup efektif setelah program KB dilaksanakan. Menurut

(Cunning Ham, dkk 1995), bila pasangan usia subur tidak

menggunakan kontrasepsi dalam hubungan seks mereka,

9
sekitar 90% wanitanya akan hamil dalam waktu 1 tahun. Di

Indonesia alat kontrasepsi yang telah dikembangkan menjadi

program Pil, Suntik, IUD, dan Implant serta kontrasepsi pria

(BKKBN, 2003).

Pemakaian kontrasepsi yang rasional diupayakan untuk

menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia

muda dan dalam rangka merencanakan pembentukan keluarga

kecil, bahagia sejahtera, terbagi atas tiga masa usia produksi:

1. Masa menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan Usia Subur)

dengan istri usia dibawah 20 tahun dianjurkan untuk

menunda kehamilannya.

2. Masa kehamilan periode usia 20-35 tahun merupakan usia

yang paling baik untuk melahirkan. Memiliki anak 2 orang

dengan jarak kelahiran 3-4 tahun.

3. Masa mengakhiri kesuburan periode diatas 35 tahun

sebaiknya mengakhiri setelah memiliki 2 orang anak atau

lebih (BKKBN, 2001).

Menurut (Wiknjosastro, 2003) syarat kontrasepsi yang

ideal adalah dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang

mengganggu kesehatan, daya kerja dapat diatur menurut

kebutuhan, tidak memerlukan motivasi secara terus-menerus,

mudah pelaksanaannya, murah harganya dan dapat diterima

penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.

10
Tujuan dari pelayanan kontrasepsi adalah untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dalam ber-KB yang bermutu

yaitu aman, mempunyai efektifitas yang tinggi, cocok dan

terjangkau sehingga memberikan kepuasan kepada

masyarakat. Pelayanan kontrasepsi merupakan bentuk

kegiatan KB yang paling esensial. Kegiatan ini mempunyai

andil langsung dalam upaya pengaturan (pembatasan) tingkat

kelahiran (BKKBN, 2002).

2.3 KB Suntik 3 Bulan

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah

kehamilan dengan melalui suntikan hormonal yang Depo

Medroksi Progesteron Asetat (DMPA). Kontrasepsi hormonal

jenis KB suntik 3 bulan semakin banyak dipakai karena

kerjanya efektif, pemakaian praktis dan aman.

Kontrasepsi hormonal DMPA (Depo Medroksi

Progesteron Asetat) diberikan dalam suntikan tunggal 150

mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Baziad,

2002).

11
2.3.1 Cara Kerja KB Suntik 3 bulan

KB suntik 3 bulan bekerja dengan cara yaitu

mencegah ovulasi, mengentalkan lender serviks sehingga

menurunkan kemampuan penetrasi sperma, mencegah

pertemuan sel telur dan sperma (Depkes, 2003).

Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas yang tinggi dengan

0,3 kehamilan per 100 perempuan, jika penyuntikannya

dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah

ditentukan.

2.3.2 Keuntungan dan Kekurangan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan

Menurut Depkes, (2003) kontrasepsi suntik memiliki

beberapa keuntungan jika menggunakan kontrasepsi tersebut

yaitu: sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang,

tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri, tidak memiliki

pengaruh terhadap Air Susu Ibu (ASI)

Kontrasepsi suntik sangat efektif mencegah kehamilan,

tapi sering ditemukan gangguan haid pada akseptor, yaitu:

a. Siklus haid yang memendek atau memanjang

b. Menstruasi tidak teratur seperti, perdarahan yang banyak

atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan

bercak, tidak haid sama sekali

12
c. Klien sangat tergantung pada jadwal pelayanan

kesehatan/KB untuk kembali melakukan penyuntikan

kembali

d. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

selanjutnya

e. Terjadi peningkatan berat badan (BKKBN, 2001)

2.3.3 Cara Pemakaian Kontrasepsi Suntik 3 Bulan

Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan

dengan cara disuntik intramuscular di daerah pantat. Apabila

suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi

suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera secara efektif.

Periode tenggang waktu atau waktu kelonggaran (grace

period) selama 2 minggu untuk akseptor DMPA yang disuntik

ulang setiap 3 bulan. Bila klien tidak dapat kembali pada

jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2

minggu sebelum jadwal. Suntikan bisa juga diberikan 2

minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi

kehamilan. Tenaga kesehatan sebaiknya memberikan

instruksi pada klien suntikan kembali setiap 12 minggu untuk

DMPA.

Pemakaian metode kontrasepsi suntikan perlu

mempertimbangkan indikasi maupun kontraindikasinya.

Indikasi kontrasepsi suntikan yaitu: digunakan bagi

13
perempuan yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang

dan yang memiliki efektifitas tinggi, perempuan yang telah

banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi,

perempuan yang sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

Kontraindikasi pada perempuan usia >35 tahun yang

merokok, perempuan dengan keganasan payudara,

perempuan dengan perdarahan vagina (Depkes , 2003)

2.3.4 Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik digunakan sesuai aturan

penyuntikan, yaitu: (BKKBN, 2001)

a. Penyuntikan dilakukan pada 7 hari pertama siklus haid

b. Pada perempuan yang tidak haid, injeksi pertama dapat

diberikan setiap saat, jika perempuan tersebut tidak hamil.

Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan

hubungan seksual

c. Ibu melahirkan dapat melakukan suntik KB setelah 42 hari

d. Ibu yang mengalami keguguran dapat melakukan suntik

KB kembali segera atau dalam waktu 7 hari

e. Bila perempuan sedang menggunakan jenis kontrasepsi

lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi

suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan

diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan

yang sebelumnya

14
2.3.5 Informasi Yang Perlu Disampaikan Kepada Akseptor
Suntik
Akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik

diberikan pengarahan oleh tenaga kesehatan. Informasi ini

akan sangat berguna bagi akseptor dalam menentukan

kontrasepsi yang tepat dan indikasi yang mungkin muncul

setelah menggunakan kontrasepsi. Berikut ini beberapa hal

yang akseptor harus ketahui, yaitu:

1) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan

gangguan haid (amenorea). Gangguan haid ini biasanya

bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu

kesehatan

2) Peningkatan berat badan, sakit kepala, dan nyeri

payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya

dan cepat hilang

3) Akseptor mendapatkan penjelasan terutama bagi

perempuan usia muda yang ingin menunda kehamilan,

atau bagi perempuan yang merencanakan kehamilan

berikutnya dalam waktu dekat, karena terlambat

kembalinya kesuburan

4) Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang.

Haid baru datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan

15
5) Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan.

Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid, akseptor harus

kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk

dicari penyebab tidak haid tersebut

6) Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah

ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum

jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah

jadwal ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien

tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7

hari atau menggunakan metode kontrasepsi lainya selama

7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi

darurat

7) Bila akseptor misalnya sedang menggunakan salah satu

kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk

digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain,

sebaiknya jangan dilakukan. Andai kata terpaksa juga

dilakukan, kontrasepsi yang diberikan tersebut diinjeksi

sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi hormonal

yang sebelumnya

8) Bila akseptor lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera

diberikan, jika diyakini perempuan tersebut tidak hamil

16
2.3.6 Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik dapat menimbulkan beberapa efek

samping yang mungkin dirasakan oleh akseptor. Hal ini bisa

dianggap wajar, tapi apabila berlangsung terus menerus lebih

baik konsultasi dengan dokter. Efek samping tersebut antara

lain sebagai berikut: (BKKBN, 2001)

a. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya

kemungkinan kehamilan

b. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala

kehamilan ektopik terganggu

c. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi

d. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat atau

kaburnya penglihatan

e. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid

atau 2 kali lebih banyak dalam satu periode masa haid

Bila terjadi hal-hal yang disebutkan diatas, hubungi segera

tenaga kesehatan atau klinik

2.3.7 Ketepatan Waktu Untuk Suntik Kembali

Tepat berarti betul, lurus, tidak ada selisih sedikitpun.

Waktu adalah ukuran rentetan saat yang tertentu (Depdikbud,

2002). Suntik kembali adalah suntik ulang yang dilakukan

oleh akseptor KB suntik. Menurut pengertian di atas dapat

17
disimpulkan bahwa ketepatan waktu untuk suntik kembali

adalah ukuran rentetan saat tertentu untuk suntik ulang yang

dilakukan oleh akseptor KB suntik.

2.3.8 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Dalam KB


Suntik
Kontrasepsi KB suntik akan sangat membantu program

pemerintah untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia

dan sejahtera. Ada beberapa faktor yang menentukan

keberhasilan dalam penggunaan KB suntik (BKKBN, 2001)

yaitu:

a. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi

akseptor untuk memilih alat kontrasepsi yang baik untuk

dirinya. Pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai

motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku maupun

tingkat pendidikan.

b. Faktor Ekonomi

Tingkat pendapatan suatu keluarga ditentukan oleh

pekerjaan keluarga. Bila tingkat ekonomi sudah mencukupi

maka bisa melaksanakan KB secara tepat untuk menekan

kelahiran dan menjadikan keluarga kecil yang makmur.

18
c. Faktor Pelayanan Kesehatan

Tujuan pelayanan kontrasepsi adalah untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan

KB yang bermutu. Masyarakat mengetahui tempat

pelayanan kesehatan yang dekat dari tempat tinggal dan

bermutu sehingga dapat memberikan kepuasan kepada

masyarakat.

d. Faktor Kesibukan/Pekerjaan

Jaman sekarang para istri banyak yang sudah

menjadi wanita karir atau bekerja, karena terlalu sibuk

bekerja ibu tersebut lupa seharusnya kembali ke

pelayanan kesehatan untuk melaksanakan KB atau

suntikan kembali. Faktor tersebut menyebabkan

keterlambatan untuk melakukan suntikan kembali.

Keluarga diharapkan aktif untuk saling mendukung dan

mengingatkan agar akseptor tepat waktu dalam melakukan

penyuntikan kembali.

19

Anda mungkin juga menyukai