MAKALAH
OLEH :
NIM : 20144010045
KELAS : A KEPERAWATAN
Makadari itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis
mengucapkanterimakasih yang sebesar-besarnya Kepada rekan-rekan yang telah
berpartisipasi dalam proses penyusunan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh beberapa kendala seperti waktu dan
sumber bacaan yang kami dapatkan. Untuk itu saran dan kritikan diharapkan guna
kesempurnaan makalahini dan semoga dapat bermanfaat bagi semua yang berkempentingan
khususnya bagi kami.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................…………………………………………………..…ii
Daftar isi……………………………………………………………………………..….iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….....4
BAB II PEMBAHASAN
3.2 Saran………………………………………………………………………………..32
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Memberikan perawatan yang sangat efektif dan efisien untuk menjamin kesehatan
pasien yang optimal setelah keluar dari rumah sakit.
2. Membantu mengembangkan dan menumbuhkan suasana yang kondusif bagi pasien
dan pengasuh atau non-pengasuh
3. Ajarkan, pandu, dan dukung aktivitas keperawatan
4. Berpartisipasi dan berkolaborasi dengan semua anggota tim kesehatan di rumah sakit
atau tempat kerja
2.3 Rencana Kerja Pelayanan Keperawatan
1. Rencana Kerja
A. Sistem
B. Penerapan system penugasan dirawat inap denganmenggunakan Metode
Manajemen Asuhan KeperawatanProfesional ( MAKP ) dengan penerapan
Model penugasan Timdalam memberikan Asuhan Keperawatan
2. Ketenagaan
A. Pembuatan sistem perhitungan kebutuhan tenagakeperawatan sesuai dengan
pedoman penghitungankebutuhan tenaga keperawatan Depkes 2005.
4. Pendidikan/diklat keperawatan
A. Peningkatan pendidikan bagi tenaga keperawatan baik formalmaupun
informal.
5. Mutu/audit keperawatan
A. Mengupdate Standar Asuhan Keperawatan sesuai dengankebutuhan dan
perkembangan iptek.
Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi
klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai berikut:
a. Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
1) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) makanan dan minum dilakukan sendiri
3) ambulasi dengan pengawasan
4) observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
5) pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
6) perawatan luka sederhana.
b. Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari
1) kebersihan diri dibantu, makan minum dibant
2) observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) ambulasi dibantu
4) pengobatan dengan injeksi
5) klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
6) klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
1) semua kebutuhan klien dibantu
2) perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
3) observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
4) makan dan minum melalui selang lambung
5) pengobatan intravena “perdrip”
6) dilakukan suction
7) gelisah / disorientasi
8) perawatan luka kompleks.
3. Metode Penugasan
Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan
klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini adalah
sebagai berikut :
1) Metode Fungsional
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan
Kelemahan :
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
Kelebihan :
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu
sibuk (memerlukan waktu )
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
C. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus
antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihannya :
Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai
2) Biaya lebih besar
D. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya
pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihan :
Kekurangan :
Secara umum, masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki tanggung
jawab yang berbeda-beda, antara lain :
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60 dst
Contoh :
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal,
8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total. Maka
jumlah perawat yang dibutuhkan :
Pagi 0.17 x 3 = 0.51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang
Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang
Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang
Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift → Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
c) Metode Gillies
Contoh :
Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan
ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total) jumlah jam kerja tiap
perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam kerja
perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
Jumlah jam = 63 jam jumlah keperawatan tidak langsung 17 orang klien x 1 jam = 17
jam
Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
17 orang
55% : 45 % = 10 : 8 orang
d. Metode Swansburg
Contoh :
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari .
(jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7 jam/shift)
Menurut Robbins (2007) ada elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para
manager ketika mereka hendak mendesain struktur organisasi. Keenam elemen
tersebut adalah spesialisasi kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang
kendali, sentralisasi, desentralisai dan formalisasi.
1. Spesialisasi Kerja
2. Departementalisasi
3. Rantai Komando
Rantai komando (chain of command) adalah suatu garis wewenang tanpa putus dari
puncak organisasi ke eselom paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada
siapa. Jika membahas rantai komando ada dua konsep lain yang harus dibahas agar saling
melengkapi yaitu:
1. Wewenang (authority)
Wewenang ini mengacu pada hak-hak yang melekat dalam sebuah posisi manajerial
untuk memberikan perintah dan berharap bahwa perintah itu dapat dipatuhi. Untuk
memfasilitasi koordinasi, tiap posisi manajerial diberi sebuah tempat dalam rantai komando,
dan tiap manajer diberi tingkat wewenang untuk memenuhi tanggung jawabnya.
4. Rentang kendali
Rentang kendali adalah berapa banyak bawahan yang dapat diatur oleh seorang
manajer secara efektif dan efisien. Lingkup kendali sangat penting karena menentukan
tingkatan struktur dan berapa orang manajer yang dibutuhkan sebuah organisasi. Semakin
luas lingkupnya, semakin efisien organisasi tersebut. Namun, dalam keadaan tertentu, rentang
yang lebih lebar bisa mengurangi keefektifan. Itu terjadi jika rentang tersebut menjadi terlalu
lebar, kinerja karyawan memburuk karena penyelia tidak lagi memiliki waktu untuk
memberikan kepemimpinan dan dukungan yang diperlukan.
Sedangkan untuk rentang yang sempit atau kecil dengan membatasi rentang kendali
pada lima atau enam karyawan, seseorang manajer dapat mempertahankan kendalinya secara
baik. Tetapi rentang yang sempit juga memiliki tiga kelemahan diantaranya: Rentang yang
sempit, memiliki biaya yang mahal karena memperbanyak tingkatan manajemen.
Menurut (Huber, 2000; Marquis & Huston, 2003) dalam (Jones, 2007) Pengambilan
keputusan desentralisasi terjadi ketika keputusan dibuat di seluruh organisasi, pada tingkat
terendah dalam organisasi. Dalam pengambilan keputusan desentralisasi, wewenang,
tanggung jawab, dan akuntabilitas yang diberikan kepada orang yang paling dekat dengan
masalah untuk menyelesaikan masalah. Metode ini meningkatkan semangat kerja karyawan
dan kepuasan kerja. Karyawan diberi kewenangan tersebut cenderung lebih termotivasi dan
merasa dihargai sebagai anggota organisasi.
6. Formalisasi
Organisasi yang tingkat formalisasinya tinggi, memiliki deskripsi tugas yang jelas,
beragam aturan organisasi dan prosedur yang didefinisikan secara tegas. Sedangkan
organisasi yang tingkat formalisasinya rendah memiliki perilaku pekerjaan yang relative tidak
terprogram dan karyawannya memiliki banyak kebebasan untuk menjalankan diskresi mereka
terkait pekerjaan.
I. Bureaucratic
Desain organisasi birokrasi biasa disebut dengan line structures atau line organization.
Pengambilan keputusan dan kekuasaan dipegang oleh beberapa orang dalam tingkat atas.
Setiap orang yang memiliki beberapa kekuatan dan otoritas yang bertanggung jawab untuk
hanya beberapa orang. Ada banyak lapisan departemen, dan komunikasi cenderung bergerak
lambat pada jenis sistem ini. Banyak orang yang telah mengenal struktur ini sehingga tidak
sulit untuk mengorientasikan seseorang ke dalam struktur ini. Dalam struktur ini, wewenang
dan tanggung jawab diatur dengan sangat jelas.
Ad Hoc Design adalah modifikasi dari struktur birokrasi dan terkadang digunakan
sementara untuk memudahkan penyelesaian sebuah proyek dengan garis organisasi formal.
Struktur ad hoc adalah sarana untuk mengatasi ketidakfleksibelan dari garis struktur. Struktur
ad hoc menggunakan proyek tim atau pendekatan tugas dan biasanya dibubarkan saat proyek
tersebut selesai. Kerugian dari struktur ini adalah menurunnya kekuatan dalam rantai
komando formal dan menurunkan loyalitas karyawan terhadap organisasi induk.
Matrix organization structure dirancang untuk fokus terhadap produk dan fungsi.
Fungsi digambarkan sebagai semua tugas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk, dan
produk merupakan hasil akhir dari fungsi tersebut. Sebagai contoh, kriteria hasil pasien yang
baik adalah produk sedangkan staf yang memadai adalah sebuah fungsi yang diperlukan
untuk menghasilkan produk yang baik. Meskipun begitu, terdapat aturan yang kurang formal
dan tingkat hirarki yang lebih sedikit. Dalam struktur ini, membuat keputusan bisa menjadi
lebih lama karena kebutuhan untuk bertukar informasi, dan hal itu dapat menyebabkan
kebingungan bagi pekerja karena desain dari dua wewenang. Keuntungan utama dari struktur
ini adalah keahlian yang terpusat seringkali sebanding dengan kompleksitas komunikasi yang
dibutuhkan dalam perancangan.
Flat organizational design adalah sebuah usaha untuk memindahkan lapisan hirarki
dengan perataan rantai komando dan desentralisasi organisasi. Pada waktu yang tepat, ketika
finansial organisasi kaya, merupakan hal yang mudah untuk menambahkan lapipsan dalam
sebuah organisasi untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Tapi ketika organisasi mulai
merasa finansialnya menurun, mereka sering melihat hirarki mereka untuk mengetahui posisi
apa yang dapat dihilangkan. Dalam desain ini, terdapat kelangsungan garis kebijakan, dan
karena struktur organisasi iini, pembuat kebijakan dan wewenang menjadi lebih banyak.
Banyak manajer yang kesulitan untuk melepaskan kontrolnya, dan walaupun struktur ini
menahan banyak karakteristik dari birokrasi.
1. Strategi.
Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan manajemen untuk
mencapai sasarannya. Karena sasaran diturunkan dari strategi organisasi maka logis
kalau strategi dan struktur harus terkait erat. Lebih tepatnya, struktur harus mengikuti
strategi. Jika manajemen melakukan perubahan signifikan dalam strategi
organisasinya, struktur pun perlu dimodifikasi untuk menampung dan mendukung
perubahan ini. Sebagian besar kerangka strategi berfokus pada tiga dimensi strategi
yaitu:
Ukuran adalah besarnya suatu organisasi yang terlihat dari jumlah orang dalam
organisasi tersebut. Terdapat banyak bukti yang mendukung ide bahwa ukuran sebuah
organisasi secara signifikan mempengaruhi strukturnya.
3. Teknologi
Teknologi mengacu pada cara sebuah organisasi mengubah input menjadi output.
Setiap organisasi memiliki paling tidak satu teknologi untuk mengubah sumber daya
finansial, SDM, dan sumber daya fisik menjadi produk atau jasa.
4. Lingkungan
5. Keefektifan Organisasi
Tidak ada cara “terbaik” untuk membuar struktur organisasi. Seseorang harus
selalu mempertimbangkan variable, misalnya ukuran organisasi, kemampuan sumber
daya manusia, dan tingkat komitmen pekerja. Tanpa mempertimbangkan tipe struktur
organisasi yang digunakan, persyaratan minimal tertentu dapat diidentifikasi:
1. Metode Fugsional
Contoh :
Keuntungan
Kerugian
Keuntungan
Kerugian
Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
Peserta didik sakit untuk melatih keterampilan dalam perawatan besar, misalnya :
menyuntik, mengukur suhu
Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab
klien bertugas.
Keuntungan
Kerugian
Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadaka atau
terburu buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota
tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.
Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
Akontabilitas dalam tim kabur.
4. Metode keperawatan primer/utama (Primary Nursing)
Keuntungan
Kerugian
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawatan primer. Semua
metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf yang
ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicara yang sebelumnya. Selain
itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan sesuai dengan kondisi ketenagaan
yang ada saat ini di Indonesia khususnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode
tim lebih memungkinkan untuk digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit
Amerika bahwa dari hasil penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode Tim,
25% perawatan total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12% metode fungsional (Kron
& Gray,1987). Dengan demikian metode tim tepat digunakan.
4. Evaluasi Kegiatan
Kegiatan yang telah dilakukan perlu dievaluasi untuk menilai apakah pelaksanaaan
kegiatan sesuai rencana. Oleh karena itu kepala ruangan berkewajiban untuk memberi arahan
yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan Dengan demikian diperlukan uraian tugas
yang jelas untuk masing-masing staf dan prosedur tugas yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan dengan memperlihatkan keselamatan dan kenyamanan klien, keselamatan dan
kenyamanan staf dan fasilitas dengan berdaya guna dan berhasil guna. Selain itu diperlukan
jugamstandar penampilan kerja yang diharapkan dari perawat yang melakukan tugas. Semua
ini perlu dievaluasi secara terus menerus guna dilakukan tindakan koreksi apabila ditemukan
penyimpangan dari standar
5. Kelompok Kerja
Kegiatan ruang rawat terlaksana dengan baik melalui kerjasama antar staf satu dan
yang lain ; antar kepala ruang dan staf dan staf sehingga perlu adanya kerjasama dan
kebersamaan dalam kelompok . Konflik dan hubungan interpersonal yang kurang baik akan
mengurangi motivasi kerja, untuk itu diperlukan kebersamaan yang utuh dan solid sehingga
dapat meninggkatkan motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam kelompok karena semua
perawat yang bekerja dalam satu ruang pada dasarnya merupakan satu kelompok kerja yang
perlu bekerja sama satu sama lain, untuk meningkatkan kualitas kerja dalam pencapaian
tujuan asuhan keperawatan diruang rawat tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1 saran
Untuk membuat managemen puskesmas lebih efektif dan efisien maka harus di
lakukan beberapa hal yaitu perencanaan merupakan proses penyusunan rencana tahunan
puskesmasuntuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Pelaksanaan dan
pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap
penyelenggaraan rencana tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana tahunan
upayakesehatan pengembangan, dalam mengatasi masalah kesehatan wilayah kerja
puskesmas.
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyaka Stoner, James A.F. 1996.