Anda di halaman 1dari 6

LEARNING OBJECTIVE

SKENARIO III
“Tolong kakiku,dok!”

ISRA NUR HIDAYAH

N10120053

KELOMPOK 14

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
LEARNING OBJECTIVES

1. Apa perbedaan gagal ginjal akut dan kronik?

Gagal ginjal akut adalah kondisi kerusakan pada ginjal yang terjadinya akut atau
mendadak, biasanya sering disebabkan kondisi dehidrasi dapat akibat mual muntah
berlebihan atau diare, atau dapat juga disebabkan oleh kondisi luka bakar atau perdarahan
hebat. Sedangkan gagal ginjal kronis sendiri adalah gangguan fungsi ginjal sampai pada
menimbulkan kerusakan fungsi ginjalsecara bertahap biasanya dialami gangguan lebih dari 3
bulan, sering berkaitan dengan penyakit darah tinggi, penyakit jantung, penyakit gula. Pada
gagal ginjal ini terdiri dari beberapa stadium stadium 1-5 dimana stadium 5 merupakan
stadium akhir. (Wagiyo,2018)

 Gangguan ginjal akut (GGA/AKI) biasanya diikuti dengan kenaikan kreatinin serum
kreatinin > 0,3 mg/dL dalam 48 jam atau peningkatan kreatinin serum > 1,5 kali atau
>50% dari konsentrasi awal yang diperkirakan sudah terjadi selama 7 hari terakhir
dan dengan volume urin < 0,5 ml/kgBB/Jam selama 6 jam. Gangguan ginjal akut juga
disebut Acute Kidney Injury (AKI). Serta memiliki etiologi-patofisiologi yang
terbagi-bagi dari GGA prerenal,GGA intrinsic, dan GGA postrenal. (Wagiyo,2018)
 Gangguan ginjal kronik (GGK/CKD) disebutkan sebagai kerusakan ginjal secara
structural atau fungsionalnyang terjadi selama > 3 bulan yang berpengaruh pada
kesehatan dengan memenuhi salah satu tanda dari kerusakan ginjal seperti ;
albuminuria, abnormalitas sedimene urine, kelainan elektrolit, kelainan histologis,
adanya riwayat transplantasi ginjal. Gagal ginjal kronik adalah suatu derajat yang
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi
ginjal. Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua
organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada gagal ginjal kronik. GGK juga ditandai
dengan Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60ml/menit/1,73m2 selama 3
bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Pada keadaan tidak terdapat kerusakan
ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG sama atau lebih dari 60,l/menit/1,73 m2, tidak
termasuk kriteria gagal ginjal kronik (Liwang,2020)
2. Bagaimana pembagian jenis CKD?

Menurut Natoinal Kidney Foundation Classification of Chronic Kidney Disease, GGK


dibagi dalam lima stadium
Rumus menghitung GFR (Glomelulaar Filtration Rate) berdasarkan alat kalkulasi GFR
adalah untuk laki-laki : (140-umur) x BB(kg) / 72 x serum kreatinin, dan untuk perempuan :
(140-umur) x BB(kg) /72 x Serum kreatinin x 0,85. (Wagiyo,2018)

3. Apa indikasi pelaksanaan hemodialisa (cuci darah/HD)?

Inisiasi hemodialisis diperlukan untuk penyakit akut yang berhubungan dengan:

 Cedera ginjal akut


 Ensefalopati uremik
 Perikarditis
 Hiperkalemia yang mengancam jiwa
 Asidosis refrakter
 Hipervolemia menyebabkan komplikasi organ akhir (misalnya, edema paru)
 Gagal tumbuh dan malnutrisi
 Neuropati perifer
 Gejala gastrointestinal yang sulit diatasi
 Pasien tanpa gejala dengan GFR 5-9 mL/menit/1,73 m² 
 Setiap konsumsi racun
Kondisi ini menyebabkan disregulasi dan gangguan pembersihan sitokin (modulator respon
imun), menyebabkan vasodilatasi, depresi jantung, dan imunosupresi yang menyebabkan
kerusakan organ akhir, ketidakstabilan hemodinamik, atau menunda pemulihan ginjal. RRT
meningkatkan pembuangan sitokin pada keadaan sitokin tinggi seperti sepsis (Anjum,2021).

Direkomendasikan bahwa pasien yang mencapai CKD stadium 4 (GFR, 30 mL/min/1,73


m^2), dan mereka yang membutuhkan dialisis pemeliharaan selama penilaian awal, harus
diberi konseling tentang gagal ginjal dan pilihan pengobatan (transplantasi ginjal)
(Anjum,2021).

Kondisi jantung yang memerlukan dialisis adalah aritmia akibat gangguan elektrolit,
perikarditis uremik, dan kelebihan cairan akibat gagal jantung kongestif berat yang dipicu
oleh fungsi ginjal yang kurang optimal. Setelah kelainan struktural jantung, gangguan
elektrolit (kalsium, magnesium, dan kalium) adalah aritmia yang paling umum. Kelainan
kalium timbul dari asidosis (akibat pergeseran antar sel) dan penurunan ekskresi ginjal pada
penyakit ginjal kronis atau pasien gagal ginjal (Anjum,2021)

4. Apa hubungan penyakit metabolik DM dengan gagal ginjal kronik?

Selain pankreas, adiposit, hati, dan usus, ginjal juga memainkan peran penting dalam
kontrol glikemik. Dalam reabsorpsi glukosa di tubulus, glukoneogenesis ginjal juga
berkontribusi secara signifikan terhadap homeostasis glukosa (Wagiyo,2018)

Aliran darah ginjal rata-rata 1000-1500 mL/menit, dan pada individu sehat, semua glukosa
yang disaring diserap kembali oleh tubulus ginjal. Rata-rata, ginjal menyaring 162 g glukosa
per hari (mengingat laju filtrasi glomerulus 180 L/hari); 90% dari ini direabsorbsi melalui
sodium/glucose cotransporter (SGLT) 2 yang diekspresikan dalam tubulus proksimal. Sisa
10% glukosa yang disaring diserap oleh transporter SGLT1 yang terletak di tubulus
proksimal desendens, sehingga biasanya mencegah glikosuria. Pada individu dengan DM,
Tm untuk glukosa (kapasitas maksimum reabsorpsi glukosa tubulus ginjal) lebih tinggi
daripada individu sehat, sehingga memperburuk hiperglikemia. Rata-rata, ginjal
menyumbang 20% dari total glukosa tubuh melalui reabsorpsi glukosa tubular dan
glukoneogenesis ginjal. (Rahayu,2019)
Glukosa yang tinggi menempel pada protein-protein dalam darah dikarenakan proses glikasi.
Proses glikasi mengeluarkan produk yang menyebabkan sel-sel menjadi kaku dan rusak,
salah satunya pada arteriol eferen (arteri yang keluar dari nefron) sehingga jalur keluar dari
nefron menjadi kaku dan sempit, sehingga tekanan glomerulus tinggi dan menyebabkan
hiperfiltrasi, selain itu sel-sel mesangial juga kembali ke bentuk imatur, mengeluarkan
matriks ekstraseluler, glomerulus jadi besar, nefron berkurang kemampuannya menyaring
darah. Karena kurangnya kontrol glycemic meningkatkan tingkat perkembangan kegagalan
renal, kontrol glycemic yang tepat pada tahap awal CKD sangat penting. (Rahayu,2019)

Homeostasis glukosa sangat berubah pada pasien dengan CKD, yang terkena risiko tinggi
baik hiperglikemia dan hipoglikemia. Baik kadar glikemik tinggi maupun rendah dikaitkan
dengan peningkatan morbiditas dan kelangsungan hidup yang lebih pendek pada kelompok
pasien ini. Faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko hipoglikemia pada
pasien PGK termasuk penurunan glukoneogenesis ginjal, gangguan jalur metabolisme
(termasuk perubahan metabolisme obat) dan penurunan pembersihan insulin. Di sisi lain,
penurunan filtrasi dan ekskresi glukosa, dan resistensi insulin yang diinduksi inflamasi
merupakan faktor predisposisi episode hiperglikemik. Kontrol glikemik yang tepat yang
disesuaikan untuk pasien diabetes diperlukan untuk menghindari hipoglikemia yang diinduksi
hemodialisis dan kekacauan glikemik lainnya (Rahayu,2019)

5. Apa fungi ginjal?


Berikut adalah fungsi ginjal :
o Buang produk limbah dan obat-obatan dari tubuh
o Menyeimbangkan cairan tubuh
o Seimbangkan berbagai elektrolit dan kadar asam-basa bersama paru-paru
o Melepaskan hormon untuk mengontrol tekanan darah (renin)
o Melepaskan hormon untuk mengontrol produksi sel darah merah
(eritropoietin)
o Membantu kesehatan tulang dengan mengontrol kalsium dan fosfor
o Ginjal mengeluarkan urea dari darah melalui unit penyaringan kecil yang
disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari bola yang terbentuk dari kapiler darah
kecil (glomerulus) dan tabung kecil yang disebut tubulus ginjal. Urea, bersama
dengan air dan zat sisa lainnya, membentuk urin saat melewati nefron dan
menuruni tubulus ginjal. (Wagiyo,2018)
DAFTAR PUSTAKA

Anjum,F.,2021.Hemolialysis.Statpearls:Internet

Liwang,F.et al.2020.Kapita Selekta kedokteran Jilid 1.Edisi V.Jakarta:Media


Aesculapius

Rahayu,C.2019.Pengaruh Diabetes Miletus Tipe II dengan Kondisi Gagal Ginjal


Kronik .Vol.11(1).From:jpurnal.thamrin.ac.id

Wagiyo,et al. 2018.Gagal Ginjal dan Terapi.Jakarta:Medika Salemba

Anda mungkin juga menyukai