Anda di halaman 1dari 12

GERAKAN POLITIK RASULULLAH DAN PARA SAHABAT

DALAM MENEGAKKAN AGAMA ISLAM


Kode Jurnal (E)

DISUSUN UNTUK MELENGKAPI PERSYARATAN PESERTA INTERMEDIATE


TRAINING (LKII)

CABANG CIPUTAT

OLEH

ARIF GUNAWAN
KOMISARIAT TEKNIK INFORMATIKA

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

CABANG SIGLI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya Saya sebagai
penulis dimampukan untuk menyelesaikan Jurnal ini sebagai salah satu syarat untuk dapat
mengikuti Latihan Kader II Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat, Tanggerang

Saya sebagai penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada :

1. Kedua Orang tua, yang sebagaimana telah mendukung dari segi finansial maupun
dari segi lainnya.
2. Seluruh Keluarga Besar HMI Cabang Sigli yang telah memberi banyak dorongan
serta masukan yang bermamfaat bagi saya selama ini.
3. Terkhusus untuk Abangda saya Mahzal Abdullah, M. Tajul, Mustafa Kamal dan
Yunda Srinarti yang telah membantu Mengarahkan saya dalam menyelesaikan
Jurnal ini.

Saya sebagai penulis sangat menharapkan masukan, solusi dan saran dari semua
pihak, guna untuk menyempurnakan jurnal ini

Akhir kata saya sebagai penulis semoga mkalah ini dapat membeikan manfaat
bagi semua pihak.

Sigli, 10 Juli 2021


Penulis,

Arif Gunawan

i
Abstrak

Tulisan ini menjelaskan kemajuan Islam yang dicapai di era Khulafaurrasyidin,


terutama dalam melakukan politik masyarakat Muslim. Setelah Nabi Muhammad saw wafat,
para Khulafaurrasyidin melanjutkan kepemimpinannya dari pemerintahan Islam dengan
bijak. Meskipun berlalu 30 tahun, Khulafaurrasyidin berhasil membentuk peradaban Islam,
mengkosolidasi, dan merekonstruksi landasan politik bagi masyarakat Muslim. Khalifah
Abu Bakar, misalnya, mengatasi dan menyelamatkan masyarakat Muslim dari lubang besar
ketat murtad yang menolak zakat. Selain itu, khalifah kedua, Umar bin al-Khattab juga
berhasil mengkonsolidasi komunitas Muslim di Arab, mengubah masyarakat nomaden
menjadi masyarakat yang disiplin patriotik, menghancurkan imperialisme Persia dan
Byzantium, mengembangkan imperialisme yang kuat termasuk Persia, Irak, Caldera, Suriah,
Palestina, dan Mesir. Khalifah ketiga, Usman bin Affan, menambah ekspansi kerajaan di
seluruh Asia Tengah dan Tripoli. Khalifah terakhir, Ali bin Abi Thalib, berjuang di bawah
kesulitan berasal dari negara domestik 

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Pada umumnya berbicara tentang Islam yang ada saat ini merupakan berbicara
pada sebuah negara, yaitu negara arab kaerena islam muncul ditengah-tengah orang
Arab. Perkembangan Islam yang begitu pesat lagi meluas sehingga tidak pernah
terlepas dari pengaruhnya Nabi yang memiliki sifat begitu sempurna.

Sejarah kenabian Muhammad umumnya dibagi ke dalam dua fase. Yakni fase
Mekkah dan fase Madinah. Artinya, aktifitas Dakwah Nabi pertama-tama dimulai di
Mekkah dan kemudian berpuncak di kota Madinah. Dalam dua fase sejarah itulah
kajian ini akan memotret aktifitas Muhammad dalam sudut pandang teori politik
modern. Tindakan Nabi Muhammad dengan menggunakan pendekatan-pendekatan
teori politik modern untuk menghadirkan suatu penjelasan yang tidak hanya berbeda,
namun juga menghadirkan suatu gagasan baru untuk pengembangan dalam bidang
pemikiran politik islam

Priode Khulafa’ur Rasyidin ini dumulai sejak rasulullah wafat pada 12 Rabi’ul
Awal tahun 11 H atau 632 M, dan diakhiri apada akhir abad pertama hijriah. Mentut
para ahlisejarah Islam , priode ini adalah priode penafasiran undang- undang atau
Hukum yang ditafsirkan dari Alqur’an dan Hadist yang dipandang sebagai
pandangan yuridis.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Fase Mekah dan Madinah

Sejarah kenabian Muhammad umumnya dibagi ke dalam dua fase. Yakni fase
Mekkah dan fase Madinah. Artinya, aktifitas Dakwah Nabi pertama-tama dimulai di
Mekkah dan kemudian berpuncak di kota Madinah. Dalam dua fase sejarah itulah
kajian ini akan memotret aktifitas Muhammad dalam sudut pandang teori politik
modern.

Sebagaimana pemahaman umum, pada periode Mekkah pengikut Muhammad


relatif kecil belum menjadi suatu komunitas yang mempunyai daerah kekuasaan yang
berdaulat sehingga tidak mampu tampil menjadi kelompok sosial penekan terhadap
kelompok sosial mayoritas kota itu yang berada di bawah kekuasaan aristokrat
Quraisy yang masyarakatnya homogen.

Dakwah Rasulullah SAW ditolak oleh sebagian besar masyarakat Mekkah,


mereka bahkan melacarkan permusuhan kepada Rasulullah dan para pengikutnya di
Mekkah. Lain halnya dengan masyarakat Yatsrib yang justru terbuka menerima
dakwah Rasulullah SAW.

Masyarakat Mekkah sangat berdedea dengan mayasyarakat madinah, yang


sebagian besar masyarakat Mekkah memusuhi Muhammad, bahkan menolak
kebenaran risalah islam. Masyarakat Madinah justru menerima terhadap Dakwah
Nabi Muhammad ditandai dengan kesediaan mereka menerima Islam sebagai agama
mereka.

Masyarakat Madinah langsung mengakui Muhammad sebagai Nabi, tentu dengan


segenap keyakinan mereka bahwa Muhammad adalah Nabi sekaligus Rasul Allah
yang dipilih atau diangkat langsung oleh Allah SWT untuk menyampaikan risalah
agama kepada umat manusia.

2.2. Nabi Muhamad SAW Sebagai Manusia Politik (Zoon Politicon)

A. Praksis Politik Nabi Muhammad Pra Hijrah

2
Nabi Muhammad Saw sebagai manusia politik (zoon politicon) dalam kajian ini
kita asumsikan sebagai manusia yang tidak lepas dari berbagai kepentingan yang ingin
diwujudkan, baik keinginan yang berorientasi pada kemuliaan akhirat maupun pada
orientasi duniawi yang bersifat sosial kemanusiaan yang profan.

Berdasarkan dua bai’at itu, Nabi Muhammad menganjurkan pengikutpengikutnya


untuk hijrah ke Yatsrib pada akhir tahun itu juga, dan beberapa bulan kemudian Nabi
sendiri hijrah bergabung dengan mereka.4 Secara politis, peristiwa bai’at itu dapat
dibaca sebagai pertemuan dua kepentingan dalam satu momentum sejarah.

Secara politis, peristiwa bai’at itu dapat dibaca sebagai pertemuan dua
kepentingan dalam satu momentum sejarah. Pertama, kepentingan Muhammad
sebagai utusan Allah untuk mentransmisikan ajaran Islam pada masyarakat Yatsrib.
Kedua, kepentingan masyarakat Yastrib atas hadirnya satu sosok pemimpin yang
mampu menyelesaikan konflik sosial.

Dinafikkan bahwa kepemimpinan Muhammad dijalankan berdasarkan moralitas


Islam yang universal, yaitu kepemimpinan yang diorientasikan untuk memaksimalkan
kebaikan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat dan sekaligus menumpas segala
kezhaliman dan ketidakadilan di masyarakat.

B. Parksis Politik Nabi Muhammad SAW di Manidanah

Penentuan apakah Kota Madinah layak disebut sebagai manajemen konstitusi atau
hukum dasar yang melandasi tegaknya sebuah negara, yang paling utama adalah
menjelaskan masyarakat Madinah sebagai masyarakat politik yang hidup bernegara
dengan ragam kriteria pada politik dan ketatanegaraan modern.

Menurut H.J.W. Hetherington sebagaimana dikutip C.F. Strong dalam bukunya,


Konstituai-konstitusi Politik Modern, Negara adalah institusi atau seperagkat institusi
yang menyatukan penduduknya dalam suatu wilayah teritorial yang ditandai secara
jelas di bawah otoritas tunggal yang menjamin tercapainya tujuan dasar dan kondisi
kehidupan bersama.

Menurut Appadorai dalam Jimly Asshiddiqie, apabila kumpulan orang


bermasyarakat itu diorganisasikan untuk mencapai tujuan sebagai satu unit

3
pemerintahan tertentu, maka perkumpulan itu dapat dikatakan diorganisasikan secara
politik, dan disebut body politic atau Negara (state) sebagai a society politically
organized.

Piagam Madinah dapat disebut wujud pernyataan kehendak antara Muhammad


sebagai penguasa dan masyarakat Madinah atas produk hukum yang diberlakukan di
dalam suatu negara demi mewujudkan kebaikan bersama.

2.3. Khulafa’ur Rasyidin

Kepempinan Nabi Muhammad SAW. Dan Khulafa’ur arrasyidin menjadi inspirasi


dan contoh teladan dalam mengendalikan Negara dengan arif dan bijaksana. Politik
yang utama adalah kebijaksanaan sehingga mengandung hikmat, bergerak, berfikir ,
bertindas, dan berlaku .

Setelah Nabi wafat , status sebagai Rasul tidak dapat digantikan oleh siapapun,
tetapi kedudukan Rasulullah yang kedua sebagai pemimpin kaum muslimin harus
segera digantikan dengan calon yang benar, halus, pintar, memperoleh hidayah, lagi
yang arif, bijaksana, Jadi Khulafa’ur Rassyidin adalah para pemimpin peganti
Rasulullah SAW.

Al-Khulafa ar-Rasyidin bermakna pengganti-pengganti Rasul yang cendekiawan.


Adapun pencetus nama Al-Khulafa ar-Rasyidin adalah dari orang-orang muslim yang
paling dekat dari Rasul setelah meninggalnya beliau. Khulafa al-Rosyidin secara
umum kita mengetahui ada 4 s, yaitu:

1. Abu Bakar

2. Umar bin
Khattab

3. Usman bin
Affan

4
4. Ali bin Abi
Thalib

Nabi Muhammad telah meletakkan dasar agama Islam, sehingga ide-idenya


dilanjutkan oleh Khulafa’ur rasyidin. Di antara keempat khalifah tersebut, ternyata
Umar memiliki kedudukan yang istimewa, dengan tanpa menafikan peran khalifah
yang lain. Keistimewaan Umar terletak pada kemampuannya berpikir kreatif dan
kebrilianannya dalam memahami syariat Islam.

Kreativitas Umar mulai tampak ketika ia menghawatirkan keutuhan Alquran


karena banyak huffaz yang mati syahid. Untuk itu, ia mengusulkan kepada khalifah
Abu Bakar untuk membukukan Alquran yang pada waktu itu masih merupakan
catatancatatan lepas dan hafalan-hafalan pribadi para sahabat.

Umar memberikan sumbangan yang besar dalam membangun Peradaban Islam.


Ketika sudah menjadi kepala negara, ia mengubah nama kepala negara yang semula
bergelar Khalifah al-Rasul menjadi Amîr al-Mu’minîn. Ia juga melanjutkan perluasan
wilayah (futûhat), sehingga pada masanya wilayah kekuasaan Islam meliputi Syiria,
Mesir, Palestina, Irak, dan sebagian wilayah Persia.

Umar memerintah selama sepuluh tahun 6 bulan 4 hari. Masa jabatannya berakhir
dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah.
Saat terluka parah, dari pembaringannya ia mengangkat syura (komisi pemilih) yang
akan memilih penerus pemerintahannya.

Pada masa Usman, dibangun sebuah bendungan yang besar untuk melindungi
Madinah dari bahaya banjir dan mengatur persediaan air untuk kota itu. Ia juga
membangun jalan, jembatan, rumah tamu di berbagai wilayah dan memperluas masjid
Nabawi.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari paparan diatas, penulis dapat meniyimpulkan dari Jurnal ini sebagai berikut :

1. Sikap orang Arab dalam merima nabi mempunyai 2 Fase yaitu fase Mekkah
dan fase Madinah. Mekkah yang sebagian besar memusuhi Muhammad,
bahkan menolak kebenaran risalah islam, masyarakat Madinah justru bersikap
sebaliknya, yakni terbuka menerima seruan dakwah Nabi Muhammad SAW
Keterbukaan masyarakat Madinah terhadap Dakwah Muhammad ditandai
dengan kesediaan mereka menerima Islam sebagai agama.

2. Praksis politik Nabi Pada fase Mekkah, Muhammad, menjalankan aktifitas


politik dengan dua metode gerakan, yaitu gerakan intelektual disamping
gerakan sosial. Islam pada fase Madinah tidak hanya memanusia melainkan
telah berkembang menjadi masyarakat politik atau negara. Islam menjadi
identitas yang utuh sebagai kommunitas politik. Tindakan Nabi Muhammad
yang berimplikasi secara politik tergambar pada dua fase sejarah, yaitu dimulai
dari perjalanan sejarah kenabian Muhammad pada fase Mekkah yang di

6
dalamnya terjadi peristiwa Bai’at Aqabah sebagai dasar fundamen bangunan
negara bagi komunitas Islam pertama

3. Kepemimpinan setelah wafat Nabi jatuh kepada Umar bin Affan antara
keempat khalifah tersebut, ternyata Umar memiliki kedudukan yang istimewa,
dengan tanpa menafikan peran khalifah yang lain. Keistimewaan Umar terletak
pada kemampuannya berpikir kreatif dan kebrilianannya dalam memahami
syariat Islam.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang Jurnal “Gerakan
Politik Rasulullah dan Para Sahabat Dalam Menegakkan Agama Islam” di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentu dapat di
pertanggungjawabkan oleh penulis.

7
DAFTAR PUSTAKA

C.F. Strong, 2015, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern: Studi Perbandingan tentang


Sejarah dan Bantuk, Terj. Derta Sri Widowatie, Cet. 10, Bandung, Nusa Media.

Al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam (Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX). Cet.
Keenam. 2008. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.

Pulungan, J. Suyuthi, 1996, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah


ditinjau dari pandangan al-Quran, Cet. II Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

http://fitria97.wordpress.com/tugas-tugas/agama-islam/kepemimpinan-nabimuhammad-
saw.-periode.mekkah-dan-madinah/diakses tanggal 22-10- 2018.

http://fitria97.wordpress.com/tugas-tugas/agama-islam/kepemimpinan-nabimuhammad-
saw.-periode.mekkah-dan-madinah/diakses tanggal 22-10- 2018.

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/madania/article/view/2844

8
CURICLLUM VITAE

Nama : Arif Gunawan L


Tempat/tgl hir : Desa Reului/10 Maret 1999
No Hp : 082361960615
Alamat Email : argunawan41@gmail.com
Alamat : Jl. Calue – Kota Bakti Reului Busu, Kec. Mutiara
Kab. Pidie
Asal Komisariat :Teknik Informatika
Asal Cabang : HMI Cabang Sigli
Jabatan Struktural HMI : Anggota Komisariat
Tahun Masuk LK 1 : 2019
Alasan Megikuti LK2 : Untuk Mengikuti Proses Jenjang HMI dan
Memperluar Jaringan Silaturrahmi Senusantara

Jenjang Pendidikan :
1. SD Negeri 01 Busu
2. SMP Swasta Harapan Ummat
3. SMK Negeri 1 Sigli
4. Universitas Jabal Ghafur

Jenjang Training :

1. LK 1 HMI Cabang Sigli 2019

Anda mungkin juga menyukai