Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelabuhan
Pelabuhan adalah sarana penting bagi transportasi laut. Sarana ini membuat
jarak yang ditempuh akan lebih terasa dekat atau cepat, terlebih untuk sektor
ekonomi suatu daerah yang dapat berkembang karena pusat produksi barang
konsumen dapat dipasarkan dengan lancar (Putra dan Djalante, 2016). Menurut
Auwjong (2005:16) mengungkapkan bahwa sebidang laut yang memiliki perairan
yang tenang disebut pelabuhan. Suatu wilayah yang dapat difungsikan sebagai
tempat kapal membongkar serta memuat barang, tempatnya terjangkau dari kade
atau dermaga. Pelabuhan merupakan jalan masuk menuju negara atau wilayah serta
sebagai fasilitas penghubung suatu daerah, pulau, negara, benua, serta bangsa.
Pelabuhan mempunyai hinterland atau daerah pengaruh, yang artinya berpengaruh
dalam kepentingan perekonomian, sosial, dan yang lain yang terkait dengan
pelabuhan itu (Triatmojo, 2009:3).
Triatmojo (2009:374) menyatakan bahwa pola kerja pelabuhan bisa
difungsikan sebagai alat untuk mengetahui baik buruknya pelayanan pelabuhan
terhadap para penggunanya seperti kapal dan barang, hal ini bergantung dengan
lamanya pelayanan kapal pada saat berlabuh di pelabuhan. Tingginya kegiatan
pelabuhan menunjukkan jika pelabuhan telah mengpayakan pelayan yang layak.
Berdasarkan waktunya pelayanan kapal dibagi dua yakni saat kabal bersandar di
tambatan dan saat kapal berada di wilayah perairan. Triatmojo (2009:376)
menambahkan bahwa BOR (Berth Occupancy Ratio) tingkat terpakainya dermaga
menunjukkan kinerja pelabuhan. Berth Occupancy Ratio adalah perbandingan dari
6
dermaga yang tersedia dalam jumlah waktu tertentu dan jumlah yang ada dalam satu fase
(hari/bulan) tertentu kemudian disajikan berbentuk persentase. Berth Occupancy Ratio (BOR)
dihitung pada tiap dermaga, dan parameter yang menghasilkan nilainya adalah sebagai berikut:
(1) Jenis Barang yang Ditangani di Dermaga,
(2) Ukuran Kapal,
(3) Produktivitas Kerja untuk Bongkar/Muat,
(4) Jumlah Gang yang bekerja,
(5) Jam Kerja dan Jumlah Shift Kerja,
(6) Panjang Tambatan, dan
(7) Hari Kerja Efektif per Tahun
Fair (2012:1) menyatakan umumnya pelabuhan ada pada batas darat dan laut, atau ada yg
terletak antara sungai dan danau. Fair menyebutkan bagian dari pelabuhan antara lain: (1) wilayah
air yang berfungsi sebagai area perlindungan; (2) sarana waterfront misalnya gudang, sarana
penumpang, dermaga, tambatan, bahan bakar, muatan, serta benda pasokan kapal; (3) kapal yang
berfungsi sebagai penolong serta peralatan untuk mengangkat benda di perairan sebagai peralatan
apung.
Branch (2012 : 2) mendefinisikan pelabuhan sebagai lokasi perairan yang berfungsi
sebagai tempat bersandarnya kapal menunggu waktu bertambat untuk membongkar dan memuat
barang yang merupakan sarana dari pelabuhan. Pelabuhan kebanyakan memiliki interface atau
antar muka yang berfungsi untuk layanan penghubung antar jenis alat transportasi.
Tempat parkir sementara untuk kapal yang sedang menunggu giliran bongkar muat barang
ialah komponen dari pelabuhan yang tidak dipengaruhi jarak antar lokasi labuh jangkar dengan
lokasi bertambat (Hopkins, 2012:2). Undang – Undang Tahun 2008 No.17 terkait pelayaran,
mengartikan pelabuhan sebagai area yang tersusun dari daratan dan/atau perairan yang berbatas
tertentu sebagai area kegiatan pemerintahan serta aktivitas pengusahaan yang difungsikan untuk
tempat kapal bersandar, naik turun penumpan, dan/atau bongkar muat barang, berwujud terminal
serta tempat bersandar kapal yang memiliki sarana keamanan dan keselamatan kegiatan berlayar
serta kegiatan penunjang pelabuhan dan tempat berpindahnya intra dan antarmoda transportasi.
Undang – Undang kepelabuhan No.17 Tahun 2008 menyatakan bahwa pelabuhan adalah
semua yang ada hubungannya dengan berfungsinya pelabuhan sebagai penunjang lancar, aman,
serta tertibnya arus perjalanan kapal, penumpang atau orang – orang serta benda - benda, keamanan
7
serta keselamatan perjalanan, lokasi berpindahnya intramoda maupun antarmoda dan pendorong
ekonomi negara serta lokasi yang mengutamakan penataan wilayah.
Pelabuhan adalah fasilitas transportasi pendukung keberlangsungan serangkaian kendaraan
laut dengan fungsinya berkaitan pada faktor ekonomi dan sosial. Dari sudut pandang ekonomi,
pelabuhan memiliki fungsi untuk menggerakkan roda perekonomian karena merupakan sarana
yang dapat memudahkan penyaluran hasil produksi. Dari sudut pandang sosial, pelabuhan
memiliki fungsi sebagai sarana publik yang terjadi hubungan antar masyarakat termasuk hubungan
yang terjadi sebab kegiatan ekonomi. Dalam sudut pandang yang lebih luas, pelabuhan adalah
tempat yang menjadi pusat hubungan suatu daerah penghubung dengan daerah lainnya.
2.1.1 Fasilitas Pelabuhan
a. Dermaga
Dermaga merupakan benteng rendah yang berada memanjang pada tepian pantai serta
menjorok ke laut serta berposisi di wilayah pelabuhan yang biasa difungsikan untuk pangkalan
dan bongkar muat barang. Dermaga berdimensi berdasarkan jenis dan ukuran kapal yang mendekat
dan melakukan tambatan di dermaga tersebut (KBBI,2009).
b. Gudang (warehause)
Warehause atau gudang merupakan tempat yang berfungsi sebagai penyimpanan barang yang
diambil atau diturunkan dari kapal dan sebaliknya dalam jangaka waktu lama, akan tetapi tidak
semua barang dari kaal disimpan di gudang. Gudang adalah lokasi menyimpan barang, baik bahan
pokok yang digunakan pada proses manufaktur, maupun barang yang sudah jadi dan siap dikirim.
Warehousing atau aktivtas pergudangan tidak terbatas pada kegiatan menyiman barang saja,
melainkan ada proses penanganan barang termasuk menerima, mencatat, memilih, menyortir,
memberi label, hingga mengirim barang (Meyers and Stephens, 2000).
c. Lapangan Kontainer (container yard)
Container yard atau lapangan container merupakan suatu lokasi yang berfungsi menumpuk
container atau peti petikemas yang berisi muatan atau bisa saja kosong yang akan dinaikkan atau
diturunkan dari kapal.
d. Terminal Penumpang
Terminal merupakan sebuah lokasi yang digunakan untuk menampung aktivitas yang ada
kaitannya dengan transportasi. Terminal digunakan untuk beberapa aktivitas antara lain menaikan
8
dan menurunkan barang dan penumpang, bongkar muat barang, aktivitas peti kemas yang
selanjutnya akan dikirim atau dipindahkan menuju tempat tujuan.
e. Teknik Peramalan
Ramalan adalah perkiraan atau dugaan manusia mengani sesuatu hal yang akan terjadi pada
suatu tempat atau peristiwa. Mengembangkan sebuah elabuhan dibutuhkan masukan – masukan
yang ada kaitannya dengan kegiatan yang ada di pelabuhan seperti naik turunnya penumpang,
membongkar dan memuat barang, serta arus kedatangan atau kunjungan kapal yang ada.
2.1.2 Aktivitas di Pelabuhan
1. Pelayanan Kapal
Pelayanan kapal diawali dengan kapal datang memasuki area air pada pelabuhan, ada pada
kolam pelabuhan, saat akan berlabuh dan bersandar pada tambatan, sampai pada ketika kapal
melaju menjauh dari pelabuhan. Sebagai upaya menjaga keamanan dan keselamatan penumpang,
muatan serta kapal pada saat memasuki wilayah pelayaran ke dermaga atau kolam yang ada pada
pelabuhan guna berhenti, maka pada pelabuhan – pelabuhan tertentu dengan jenis – jenis kapal
tertentu disarankan untuk terus dipandu dengan petugas pemandu yang disiapkan dari pihak
pelabuhan.
Pemerintah sudah menentukan perairan yang termasuk perairan yang wajib pandu, perairan
pandu luar biasa, dan perairan diluar batas perairan pandu. Kapal pandu merupakan kapal yang
berfungsi sebagai pengantar petugas pandu ke/dan kapal menuju kapal yang membutuhkan
perlengkapan. Kapal dengan panjang lebih dari 70 m, untuk keluar masuk pelabuhan diharuskan
menggunakan kapal tunda. Kapal dengan panjang lebih dari 30 m, untuk keluar masuk pelabuhan
diharuskan menggunakan kapal kepil karena dengan mempertimbangkan keselamatan semua
pihak.
2. Bongkar Muat
Jenis barang yang akan dimuat atau dibongkah mempengaruhi jenis peralatan yang
digunakan di pelabuhan. Jenis barang secara umum terdiri dari tiga jenis antara lain : (1) barang
yang dikemas menggunakan peti kemas, (2) barang curah kering atau cair serta (3) general cargo.
Perkembangan container atau petikemas utamanya permintaan jasa petikemas akan
meningkatcepat karena diakibatkan angkatan laut memiliki petumbuhan teknologi yang baik.
Membongkar dan memuat petikemas dapat dilakukan di terminal petikemas maupun pelabuhan
konvensional.
9
3. Pintu gerbang (gateway) maksudnya pelabuhan berfungsi sebagai pintu masuk suatu negara,
setiap kapal yang datang diwajibkan mematuhi aturan dan prosedur yang di berlakukan di
pelabuhan tersebut.
Peran pelabuhan diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
2009 bab II pasal 4 tentang kepelabuhanan, antara lain (1) Rangkaian jaringan transportasi sesuai
dengan hierarkinya; (2) Pintu masuk perekonomian; (3) Lokasi aktivitas alih moda transportasi;
(4) Pendungkung aktivitas industri maupun perdagangan; serta (5) Lokasi produksi, konsolidasi,
dan distribusi muatan atau barang, serta menciptakan wawasan nusantara dan kedaulatan Negara.
2.1.4 Bidang Usaha Pelabuhan
Undang – Undang No. 17 tahun 2008 tentang kepelabuhan membagi dua kelomok usaha
pelabuhan yaitu penyediaan dan pelayanan jasa kepelabuhan serta penyediaan dan pelayanan jasa
terkait dengan kepelabuhanan.
Penyediaan dan pelayanan jasa kapal, penumpang, serta barang secara jelas antara lain :
(1) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat; (2) Penyediaan dan/atau
pelayanan pengisian bahan bakar dan pelayanan air bersih; (3) Penyediaan dan/atau pelayanan
fasilitas naik turun penumpang dan/atau kendaraan; (4) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa
dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang dan petikemas; (5) Penyediaan dan/atau
pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan barang, alat bongkat muat, serta peralatan
pelabuhan; (6) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering,
dan Ro-Ro; (7) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang; (8) Penyediaan dan/atau
pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi barang; serta (9) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa
penundaan kapal.
Kelompok jasa yang terdiri dari kegiatan untuk mendukung kegiatan serta memberikan
keuntungan untuk perusahaan secara jelas meliputi atas perkantoran, fasilitas pariwisata dan
perhotelan, instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi, jaringan air limbah dan sampah,
pelayanan bunker, serta tempat tunggu kendaraan bermotor.
2.2 Pelabuhan Tanjung Perak
Indonesia sebagai negara yang keadaannya sebagian besar adalah daerah perairan, maka
diperlukan adanya pelabuhan sebagai pintu masuk yang dapat mendukung sektor perekonomian
wilayah tertentu melewati jalur perdagangan. Indonesia mempunyai lima pelabuhan utama yang
mendukung pertumbuhan perdagangan antara lain : (1) pelabuhan Balawan (Medan), (2) Tanjung
11
Priok (Jakarta), (3) Tanjung Perak (Surabaya), (4) SoekarnoHatta (Makassar), dan (5) Sorong
(Sorong).
Salah satu pelabuhan yang ada di Indonesia yaitu Pelabuhan Tanjung Perak. Secara
geografis pelabuhan ini terletak di Kelurahan Perak Timur, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota
Surabaya, Jawa Timur. Tanjung Perak adalah pelabuhan terbesar sekaligus pelabuhan tersibuk
kedua Indonesia setelah Tanjung Priok. Pelabuhan ini merupakan pusat perdagangan menuju
Indonesia Timur. Peristiwa ini terjadi akibat meningkatnya perkembangan ekonomi di wilayah
Jawa Timur. Hal ini berdampak ada bertambahnya arus penyaluran barang dari dalam negeri
maupun luar negeri. Saat ini Tanjung Perak menjadi pusat kantor PT. (Persero) Pelabuhan
Indonesia III.
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) saat ini di lima cabang pelabuhanya diterapkan
Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001:2004). Dokumen Sistem Manajemen Lingkungan
(ISO 14001:2004) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki kebijakan terkait lingkungan
pelabuhan yang ditandangani Top Management. Lima pelabuhan yang menerapkan sistem ini
antara lain Banjarmasin, Beno, Tanjung Emas, Tanjung Intan, dan Tanjung Perak.
Sumber : Google-earth
Gambar 2.1 Peta Pelabuhan Tanjuk Priuk
12
Dampak buruk dari pertumbuhan industri yang besar serta aktivitas pertambangan yang
ekstraktif dan bertambahnya urbanisasi utamanya pada wilayah pesisir dengan tidak memakai
sarana penanganan limbah adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan laut. Laut adalah
tempat tujuan akhir dari pembuangan samah atau limbah dari bermacam kegiatan manusia dengan
cara yang murah dan mudah. Hal tersebut menyebabkan dilaut sering ditemui sambah dan bahan
pencemar lingkungan lain seperti logam (Siahainenia, 2001).
Bertambahnya aktivitas industri memberikan kesempatan pemanfaatan logam berat
melebihi daya dukung dan daya tampung yang dimiliki lingkungan serta bertambahnya aktivitas
yang menimbun logam di area pesisir, darat, dan laut. Emisi yang berasal dari Cd, Zn, dan Pb
berasal dari peristiwa pembakaran bahan bakar serta aktivitas pertambangan. Palar (2004)
menyatakan bahwa logam dapat terakumulasi dalam tubuh yang dapat mengancam kehidupan
manusia bahkan dapat menyebabkan kematian jika logam yang terakumulasi tercampur ke dalam
rantai makanan. Pencemaran ini bisa saja ikut melalui organ – organ tubuh dan tercampur, apabila
masuk kedalam tubuh dalam jumlah yang banyak bisa dipastikan mengalami keracunan langsung.
Dengan demikian, sebagai upaya melestarikan fungsi pesisir dan laut diperlukan penanganan
kualitas serta pengendalian tercemarnya air laut untuk keperluan saat ini dan akan datang serta
keseimbangan ekologis. Upaya mewujudkan meningkatkan pengelolaan kualitas air laut salah
satunya dengan cara sebuah pemetaan kualitas air laut terlebih guna parameter logam yang
bioakumulatif berdampak jangka panjang untuk penurunan sumber daya pesisir dan laut.
Rajab (2005) menyatakan bahwa ada 60 – 85% pencemaran pada perairan pesisir dan laut
bersumber dari kegiatan yang ada di daratan dan yang lainnya bersumber dari kegiatan laut.
Bertambahnya pencemaran lingkungan dari banyaknya kegiatan ekonomi baik langsung maupun
tidak di wilayah perairan, pesisir, dan laut menjadi tekanan yang besar. Pencemaran lingkungan
ini setiap harinya bisa meningkat dikarenakan masih di jadikannya laut sebagai tempat akhir
pembuangan berbagai jenis limbah oleh manusia.
Pencemaran adalah masalah kehidupan masa depan manusia yang merupakan masalah
kemanusiaan. Pencemaran adalah cermin dari kurang tepatnya alur hubungan antara manusia
dengan sumber daya alam dan lingkungan, seharusnya diharapkan mampu melangsungkan sistem
penyangga kehidupan. Ketidaksesuaian alur ini terjadi karena ketidakmampuan manusia
menjabarkan arti kemajuan dan pertumbuhan bagi kehidupan yang semakin cepat dipengaruhi
pembangunan yang tidak sesuai dengan azas sustanability. Faktor utama terkait pelestarian suatu
15
lautan, termasuk pelabuhan yaitu aktivitas manusia dan cara mengelola wilayah perairan tersebut.
Bertambahnya kegiatan manusia akan menciptakan peningkatan terhadap aktivitas pembangunan,
sehingga berpengaruh kepada eksploitasi sumber daya alam.
Logam merupakan salah satu sumber pencemar lingkungan yang sangat berbahaya. Logam
memiliki sifat tidak dapat terurai, sedangkan industri banyak menggunakan bahan logam. Bahan
pencemar logam yang di gunakan industri antara lain As (arsen), Zn (seng), Hg (raksa), Cu
(tembaga), Ni (nikel), Pb (timbal), Cr(VI) (kromium heksavalen), serta Cd (kadmium).
Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air diatur pada Peraturan Pemerintah tahun
2001 No. 82 yang berisi bahwa semua yang bertanggung jawab terhadap usaha serta aktivitas yang
melakukan pembuangan air limbah ke air bersih diharuskan mencegah dan mengantisipasi adanya
pencemaran air. Keadaan seperti ini mengakibatkan keberlangsungan biota disekitarnya dapat
terganggu, misalnya sumberdaya perikanan dan ekosistem pesisir dan laut (mangrove, padang
lamun dan terumbu karang) dan bisa membuat dampak yang luas bagi menurunnya penghasilan
nelayan atau masyarakat pesisir yang hidupnya bekerja mengandalkan sumber daya hayati di
perairan laut. Akibat dari pencemaran yang disebabkan limbah antara lain terganggunya jaringan
makanan, struktur komunitas erairan, resistensi, efek fisiologi, tingkah laku, dan genetik.
2.4 Program Pelindo III Untuk Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup
Beberapa program dirancang oleh Pelindo III dalam rangka penanganan pencemaran
lingkungan serta untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Program tersebut antara lain
paperless and green port, penggunaan bahan bakar fosil Pelindo III, dan program bina lingkungan.
Paperless and green port merupakan program yang di desain untuk mengurangi penggunaan
kertas dengan cara mengoptimalisasikan penggunaan teknologi informasi, sehingga kegiatan
administrasi kantor dan transaksi bisnis Tower ICT. Langkah mengurangi emisi gas buang dari
kapal dan peralatan apung lainnya yaitu dengan menggunakan bahan bakar fosil Pelindo III.
Program bina lingkungan berperan aktif dalam mengurangi dampak pemanasan global serta
mewujudkan green port di area pelabuhan dengan mewujudkan lingkungan yang hijau di wilayah
pelabuhan dan pesisir.
2.4.1 Paperless and Green Port
Banyaknya kertas yang diciptakan mengakibatkan banyak pula pohon yang ditebang guna
mengakomodasi keperluan dari industri kertas tersebut. Industri kertas adalah salah satu yang
menyumbangkan polusi dan kontributor terbesar gas rumah kaca dengan melebihi 900 juta pohon
16
yang di gunakan setiap tahunnya. Environmental Protection Agency mengungkapkan bahwa kertas
merupakan barang yang paling banyak dibuang, membentuk 40% dari sistem limbah. Sebuah
penelitian menunjukan lebih dari 45% dari kertas yang digunakan di kantor yang kemudian
dibuang keluar pada hari yang sama saat kertas itu diciptakan, serta kertas yang dicetak lebih dari
8% sudah tidak pernah terpakai kembali. Sebelumnya konsep ”paperless” telah direncanakan
tetapi tidak berdampak besar, nyatanya konsumsi kertas masih saja meningkat tiga kali lipat pada
10 tahun terakhir. Maka terjadinya konsep ini akan menjadi penting untuk diwujudkan guna
memperbaiki kualitas lingkungan.
Green Port atau sering disebut pelabuhan hijau adalah hal yang baru bagi beberapa
pelabuhan nasional dan internasional Indonesia. Meskipun pelabuhan adalah rest ricted area,
tetapi sebagian besar ocean going port pada negara – negara maju sudah lama menggunakan green
port di pelabuhannya. Green Port berkonsep mengupayakan pelabuhan menggunakan cara
menciptakan Ruang Terbuka Hijau (RTH), mewajibkan menjaga lingkungan, reduktor polutam,
menahan intrusi airlaut, merencanakan penanaman pohon, serta penahan angin.
2.4.2 Penggunaan Bahan Bakar Fosil Pelindo III
Jejak karbon merupakan besaran emisi karbon yang diciptakan untuk aktivitas kehidupan
sehari – hari dan/atau organisasi yang digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan produksi. Jejak
karbon adalah bagian terbesar yang berpengaruh pada terjadinya pemanasan global dan
pencemaran lingkungan. Emisi karbon akibat besarnya aktivitas manusia yang memerlukan
sumber energi yang saat ini sebagian besar berasal dari bahan bakar fosil seperti batubara, gas
alam, dan minyak bumi.
Emisi karbon pada bagian pelayaran dan pelabuhan tidak terlalu besar, menyumbang
sekitar 3% dari seluruh emisi karbon yang ada di bumi. Tercemarnya udara yang diciptakan di
pelabuhan atau terminal pelabuhan lebih banyak disebabkan dari asap pembakaran peralatan
bongkar muat yang meliputi alat bongkar muat di sisi yard crane, ship crane dan juga trucking.
Menghitung jejak karbon dapat membantu sebuah kelompk maupun individu (industri, organisasi,
dan perusahaan lainnya) untuk mengendalikan hasil karbon. Dampak negatif dari emisi CO2 atau
karbon dioksida adalah terjadinya pencemaran lingkungan yang dapat menciptakan pergantian
iklim dan pemanasan global. Dengan mengetahui dugaan total karbon harian yang disumbangkan
untuk bumi, dirasa dapat mengendalikan dan mengupayakan sedikitnya jumlah emisi karbon di
udara.
17