Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Menurut ICA (International Cartographic Association), peta adalah suatu gambaran yang
berskala pada medium yang datar. Memiliki kenampakan nyata dan abstrak yang telah dipilih
sebelumnya, dan berada dalam hubungan dengan permukaan bumi atau benda langit yang lain.
Erwin Raisz seorang Kartografer Amerika, menyatakan bahwa peta merupakan gambaran
konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sebagai kenampakan jika dilihat dari atas,
dengan ditambah tulisan-tulisan sebagai tanda pengenal.
Selanjutnya, ada pengertian peta menurut Bakosurtanal atau Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional. Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi
lingkungan, menjadi sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada
tahapan dan tingkatan pembangunan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peta
diartikan sebagai suatu gambar atau lukisan pada kertas yang menunjukkan letak tanah, laut,
sungai, gunung, dan lain sebagainya. Peta juga menjadi representasi melalui gambar suatu daerah
yang menyatakan sifat, seperti batas daerah, sifat permukiman, dan denah.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dalam dunia industry geologi dan pertambangan,
peta sangat dibutuhkan dan menjadi salah satu acuan dalam pekerjaannya. Untuk kebutuhan
perencanaan tambang, peta topografi memegang peranan sentral, karena dari sini nantinya akan
diturunkan beberapa satuan peta, seperti:
1. Peta hasil eksplorasi, yang memuat informasi tentang posisi singkapan bahan galian, posisi
titik bor, dll.
2. Peta Geologi, litologi, statigrafi, morfologi
3. Peta penyebaran bahan galian.
4. Peta ketebalan overburden.
5. Peta distribusi fungsi kualitas, misalnya kadar sulfur, distribusi kalori, dalam tambang
6. Peta jalan tambang dan kemiringan lereng.
7. Peta kemajuan tambang
8. Peta perencanaan drainase tambang (peta penyaliran).
9. Peta perhitungan cadangan
Dengan demikian pemahaman dasar peta bagi seorang Geo-Mining adalah mutlak.
A. Peta Topografi
Topografi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu topos (tempat) dan graphi (menggambar).
Dengan kata lain, peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi
yang dilengkapi dengan penggambaran perairan, vegetasi, transportasi, dan batas
administratif. Pada umumnya, peta topografi identik dengan penggambaran ketinggian dari
permukaan laut dalam bentuk garis bayangan yang disebut dengan garis kontur. Garis
kontur juga digunakan untuk mengetahui kemiringan lereng sehingga dapat diketahui landai
atau tidaknya suatu tempat. Semakin rapat garis kontur, maka semakin curam tempat
tersebut. Peta topografi dapat menjadi dasar bagi pembuatan peta geologi, peta
geomorfologi, dan lain-lain seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
B. Peta Kontur
Peta kontur adalah peta yang menggambarkan sebagian bentuk-bentuk permukaan bumi
yang bersifat alami dengan menggunakan garis-garis kontur. Garis kontur adalah suatu garis
bayangan yang menghubungkan titik – titik ketinggian yang sama. Pada dasarnya peta
kontur adalah peta dasar penggambaran peta topografi. Adapun ciri-ciri garis kontur antara
lain:
1. Garis-garis kontur saling melingkari satu sama lain dan tidak akan saling berpotongan.
2. Pada daerah yang curam garis kontur lebih rapat dan pada daerah yang landai lebih
jarang.
3. Pada daerah yang sangat curam, garis-garis kontur membentuk satu garis.
4. Garis kontur pada curah yang sempit membentuk huruf V yang menghadap ke bagian
yang lebih rendah.
5. Garis kontur pada punggung bukit yang tajam membentuk huruf V yang menghadap ke
bagian yang lebih tinggi.
6. Garis kontur pada suatu punggung bukit yang membentuk sudut 90° dengan
kemiringan maksimumnya, akan membentuk huruf U menghadap ke bagian yang lebih
tinggi.
7. Garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk garis-garis kontur yang Menutup
melingkar.
8. Garis kontur harus menutup pada dirinya sendiri.
9. Dua garis kontur yang mempunyai ketinggian sama tidak dapat dihubungkan dan
dilanjutkan menjadi satu garis kontur.
A. Komponen Peta
Peta yang baik adalah peta yang mudah dibaca penggunanya. Oleh karena itu, peta harus
dilengkapi dengan komponen-komponen yang jelas dan menarik. Adapun secara umum
komponen peta sebagai berikut.
1. Garis tepi peta, Garis tepi peta adalah batas-batas pinggir gambar peta, Fungsi garis tepi untuk
menulis angka-angka derajat astronomis.
2. Garis astronomis, Garis-garis yang tegak disebut garis bujur. Sementara garis-garis yang
mendatar disebut garis lintang. Garis astronomis berguna untuk menentukan letak suatu
tempat atau wilayah.
3. Judul Peta, Judul peta ditulis di bagian atas peta. Pada umumnya ditulis dengan huruf besar.
Judul peta berfungsi memberikan kejelasan isi peta.
4. Arah mata angin, Arah mata angin merupakan petunjuk arah pada peta. Arah mata angin
berguna untuk mempermudah membaca peta, Arah mata angin ada delapan, antara lain utara
(U), timur laut (TL), timur (T), tenggara (TG), selatan(S), barat daya (BD), barat (B), dan
barat laut (BL). Pada peta, arah utara selalu berada di atas. Sementara itu, arah selatan berada
di bawah.
5. Skala, Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan keadaan sebenarnya. Ada dua
macam jenis skala, yaitu skala angka dan skala grafis atau skala batang.
6. Legenda, Keterangan/legenda adalah kumpulan beberapa simbol yang digunakan pada peta.
Keterangan/legenda berada pada bagian yang kosong. Legenda harus dipahami oleh pembaca
peta. Dengan demikian, pembaca mengetahui tujuan pembuatan peta.
7. Nama dan Tahun Pembuatan, Tahun dan nama pembuat peta sangat diperlukan terutama
pada peta-peta yang menggambarkan data atau keadaan yang cepat berubah. Contoh keadaan
yang berubah adalah peta eksplorasi (cadangan batubara) dan kemajuan tambang. Tahun dan
nama pembuat peta akan berpengaruli terhadap keakuratan peta tematik.
7. Sumber Peta, Sumber peta dicantumkan supaya pembaca tahu darimana sumber peta itu
diperoleh. Untuk negara Indonesia, badan yang memiliki fungsi dan tugas menyediakan peta
dasar adalah Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL)
9. Inset, Inset menunjukkan lokasi daerah yang dipetakan pada kedudukannya dengan daerah
sekitar yang lebih luas. Contoh: misalkan gambar peta daerah Maluku Utara. Untuk
mengetahui di mana kedudukan daerah tersebut, maka pada pojok bawah atau pada tempat
yang kosong dibuat peta Maluku, dengan Maluku Utara di dalamnya sesuai kedudukan yang
sebenarnya. Tujuan memberikan inset adalah untuk memperjelas salah satu bagian dan peta
dan untuk menunjukkan lokasi yang penting, tetapi kurang jelas dalam peta.
B. Skala Peta
Skala adalah perbandingan antara ukuran atau jarak dari suatu wilayah tertentu yang ada di
peta dengan ukuran atau jarak sebenarnya yang ada di lapangan. Fungsi dari skala ini adalah
untuk memperlihatkan ukuran pada peta dengan ukuran sebenarnya yang ada di lokasi, begitu
juga sebaliknya. Maka dari itu, skala adalah hal penting dalam membuat peta dan tidak boleh
salah. Sebab skala akan menjadi patokan yang digunakan untuk membuat peta, agar menjadi
gambaran yang sama seperti jarak aslinya. Skala terbagi menjadi 3 jenis yakni:
1. Skala Angka
Adalah jenis skala peta yang paling sering dilihat dan digunakan pada peta. Skala peta
ini dituliskan dengan menggunakan perbandingan angka, misalnya 1:50.000, 1:100.000,
dan sebagainya.
2. Skala Grafis atau Skala Batang
Adalah skala berbentuk garis lurus yang terbagi menjadi beberapa titik dengan jarak
yang sama dan merupakan perbandingan antara jarak di peta dengan jarak
sesungguhnya.Pada umumnya, skala batang digunakan jika suatu peta akan dikecilkan a
tau akan dibuat ukuran khusus. Sehingga jarak antar dua wilayah atau tempat dapat la
ngsung diukur dipeta. Terkadang pada suatu peta ada dua skala yang sekaligus dig
unakan, yaitu skala batang dan skala angka.
3. Skala Verbal
Merupakan skala yang digunakan untuk menunjukkan perbandingn jarak pada peta
dengan jarak sesungguhnya menggunakan kalimat langsung. Namun penggunaan skala
ini jarang bahakan tidak gunakan sama sekali.
Interpolasi atau sering dikenal dengan istilah jaring segitiga merupakan proses pencarian
dan penghitungan pada nilai suatu fungsi yang grafiknya melewati sekumpulan titik yang
diberikan. Pada penggambaran garis kontur, jika ketinggian titik detil tidak diukur secara
langsung ataupun penyebaran titik-titik detil kurang rapat, maka garis kontur ditarik
dengan cara interpolasi. (gambar 2……)
a. Interval Kontur
Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan. Juga
merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Pada suatu peta
topografi interval kontur dibuat sama dan berbanding terbalik dengan skala peta.
Semakin besar skala peta, semakin banyak informasi yang tersajikan, sehingga
interval kontur semakin kecil. Interval kontur ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
1
IK X Skala peta
2000
IK
X Jarak
T 2 T1
Dimana X = Jarak bagi di dalam satu garis
IK = Interval Kontur
T1 = Nilai kontur yang lebih rendah
T2 = Nilai kontur yang lebih tinggi
Setelah semua garis telah dihitung intervalnya maka langkah selanjutnya adalah
menarik garis kontur dengan cara menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian yang sama dari masing-masing titik detail dan poligon.
Beberapa manfaat dari penaksiran dan perhitungan cadangan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan hasil perhitungan kuantitas maupun kualitas (kadar) endapan
2. Memberikan perkiraan geometri 3 dimensi dari endapan serta distribusi ruang
(spasial) dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan urutan penambangan yang
pada gilirannya akan mempengaruhi pemilihan peralatan dan NPV (net present
value).
3. Jumlah cadangan menentukan umur tambang, hal ini penting dalam kaitannya
dengan perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan infrastruktur yang lain.
Perhitungan secara lokal dilakukan baik pada tahapan studi kelayakan maupun pada
saat kegiatan penambangan sedang dilakukan. Hasil perhitungan umumnya dipakai untuk
perencanaan jangka pendek atau menengah dan diklasifikasikan sebagai cadangan.
Pengertian tentang sumberdaya dan cadangan selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut:
A. Sumberdaya Mineral (Mineral Resource)
Sumberdaya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat
dimanfaatkan secara nyata. Sumebrdaya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat
berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan
memenuhi kriteria layak tambang. Adapun klasifikasi sumberdaya mineral berdasarkan
undang- undang nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sebagai
berikut:
1. Sumberdaya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral Resource) adalah
sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
perkiraan pada tahap Survei Tinjau.
2. Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource) adalah sumberdaya
mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada
tahap Prospeksi.
B. Cadangan (Reserve)
Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk,
sebaran, kuantitas, dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum,
lingkungan, dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan.
Adapun klasifikasi cadangan sebagai berikut:
1. Cadangan Terkira (Probable Reserve) adalah sumberdaya mineral terunjuk
dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya
masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor
yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara
ekonomis.
2. Cadangan Terbukti (Proved Reserve) adalah sumberdaya mineral terukur yang
berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah
terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomis.
Keuntungan dari metode ini adalah proses perhitungannya tidak rumit dan sekaligus
dapat dipergunakan untuk menyajikan hasil interpretasi model dalam sebuah
penampang atau irisan horisontal. Sedangkan kekurangan metode penampang adalah
tidak bisa dipergunakan untuk tipe endapan dengan mineralisasi yang kompleks.
Disamping itu hasil perhitungan secara konvensional ini dapat dipakai sebagai alat
pembanding untuk mengecek hasil perhitungan yang lebih canggih misalnya dengan
sistem blok.
Rumus luas rata-rata (mean area)
Rumus luas rata-rata dipakai untuk endapan yang mempunyai penampang yang
uniform.
T = V x BJ
Rumus prismoida
L
V = ( S1 + 4M + S2 )
6
S1 1/2
L
B. Metode Poligon (Area of Influence)
Metoda ini umum diterapkan pada endapan-endapan yang relatif homogen dan
mempunyai geometri yang sederhana. Kadar pada suatu luasan di dalam poligon
ditaksir dengan nilai data yang berada di tengah-tengah poligon sehingga metoda ini
sering disebut dengan metoda poligon daerah pengaruh (area of influence). Daerah
pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik conto dengan satu garis
sumbu.
5
= TITIK BOR/SUMUR UJI
10
= DAERAH PENGARUH
Andaikan ketebalan bijih pada titik 1 adalah t1 dan luas daerah pengaruhnya adalah S1
maka volume (V) = S1 x t1 (volume pengaruh). Bila specific gravity dari bijih = ,
maka tonase bijih = S1 x t1 x ton.
Untuk data yang sedikit metoda poligon ini mempunyai kelemahan, antara lain :
Belum memperhitungkan tata letak (ruang) nilai data di sekitar poligon,
Tidak ada batasan yang pasti sejauh mana nilai conto mempengaruhi distribusi ruang.
C. Metode USGS Circular 891 (1983)
Sistem United States Geological Survey (USGS, 1983) merupakan pengembangan dari
sistem blok dan perhitungan volume biasa. Sistem USGS ini dianggap sesuai untuk
diterapkan dalam perhitungan sumberdaya batubara, karena sistem ini ditujukan pada
pengukuran bahan galian yang berbentuk perlapisan (tabular) yang memiliki ketebalan
dan kemiringan lapisan yang relatif konsisten. Sumberdaya yang dihitung terdiri dari
sumberdaya terukur (measured coal) dan sumberdaya terunjuk (indicated coal), yang
keduanya termasuk ke dalam jenis sumberdaya demonstrated coal. Prosedur atau teknik
perhitungan dalam sistem USGS adalah dengan membuat lingkaran-lingkaran (setengah
lingkaran) pada setiap titik informasi endapan batubara, yaitu singkapan batubara dan
lokasi titik pengeboran.
Daerah dalam radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terukur
dan daerah radius 400-1200 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terunjuk
(USGS/Wood dkk., 1983).
Teknik perhitungan seperti di atas hanya berlaku untuk kemiringan lapisan lebih kecil
atau sama dengan 300 ( 0
). Sedangkan untuk batubara dengan kemiringan lapisan
lebih besar dari 300 0
) caranya adalah mencari harga proyeksi radius lingkaran-
lingkaran tersebut ke permukaan terlebih dahulu.
Selain itu aspek-aspek geologi daerah penelitian seperti perlipatan, sesar, intrusi dan
singkapan batubara di permukaan, ikut mengontrol perhitungan sumberdaya batubara.
D. Metode Segitiga
E. Sistem Blok
Dalam kerangka model blok, dikenal jenis penaksiran poligon dengan jarak titik
terdekat (rule of nearest point), yaitu nilai hasil penaksiran hanya dipengaruhi
oleh nilai conto yang terdekat atau dengan kata lain titik (blok) terdekat memberikan
nilai pembobotan satu untuk titik yang ditaksir, sedangkan titik (blok) yang lebih jauh
memberikan nilai pembobotan nol (tidak mempunyai pengaruh).
b. Buat garis penampang pada peta kontur yaitu dengan membuat garis melintang/garis
horizontal.
Gambar 2. Contoh kontur yang sudah disayat
c. Buat grafik/digram ketinggian di bawah peta yang sudah dibuat garis penampang.
d. Tepat di titik per potongan antara garis penampang dan kontur pada peta, tarik garis ke
bawah untuk dihubungkan ke grafik/diagram, sehingga dihasilkan titik per potongan
ketinggian pada grafik ketinggian.
Gambar 2 Contoh cara membuat titik kontur pada penampang
e. Hubungkan titik-titik per potongan pada grafik ketinggian sehingga dihasilkan pola
bentuk bumi sesungguhnya.