Anda di halaman 1dari 17

SISTEM KOLOID

Materi Pembelajaran

Pada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen.
Misalnya saja saat ibu membuatkan air teh untuk ayah, susu untuk adik, serbuk/ tepung susu
bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid.

Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi (campuran kasar).Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang
berbeda dari sifat larutan maupun suspensi.Keadaan koloid bukan ciri zat tertentu karena
semua zat, baik padat, cair, dan gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.Sistem koloid perlu
kita pelajari karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan sehari-hari. Cairan tubuh,
seperti darah, adalah sistem koloid; bahan makanan, seperti susu, mentega, roti; berbagai
bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid. (Purba, 2007: 282).

A. Pengertian Koloid.
Kata koloid berasal dari bahasa Yunani, kola (colla) yang berarti perekat atau lem.
Koloid pertama kali diselidiki oleh Thomas Graham ketika mempelajari sifat difusi
beberapa larutan yang berdifusi melalui membran kertas perkamen. Ia menemukan adanya
partikel atau zat-zat yang sukar berdifusi, seperti gelatin, kanji dan putih telur, yang
kemudian digolongkan sebagai koloid. Partikel koloid tidak dapat diamati dengan mikroskop
biasa, tetapi dapat diamati dengan mikroskop ultra.

Koloid merupakan campuran heterogen dua fase dari dua zat atau lebih dimana
partikel-partikel berukuran koloid tersebar/ terdispersi merata dalam zat lain. Zat yang
tersebar/terdispersi sebagai partikel koloid disebut fase terdispersi.Sedangkan zat yang
merupakan fase kontinyu dimana partikel koloid terdispersi disebut medium
pendispersi.Karena ukurannya yang terlihat terlalu kecil, maka koloid tidak dapat disaring
dengan kertas saring biasa, tetapi dapat disaring dengan menggunakan mikroskop ultra,
karena pori-porinya lebih kecil.
 Perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi
Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan
dan suspensi (campuran kasar).Sistem koloid perlu kita pelajari karena berkaitan erat
dengan hidup dan kehidupan sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah, adalah sistem koloid;
bahan makanan, seperti susu, mentega, roti; berbagai bahan kosmetik, tanah pertanian juga
merupakan koloid.

Tabel. Perbandingan Sifat Larutan, Koloid Dan Suspensi

Larutan Koloid Suspensi

(dispersi molekuler) (dispersi koloid) (dispersi kasar)

Contoh: larutan gula dalam Contoh: campuran susu Contoh: campuran tepung
air dalam air terigu dengan air
1.Homogen, tak dapat 1. Secaramakroskopis 1. Heterogen
dibedakan walaupun bersifat homogen tetapi
menggunakan mikroskop heterogen jika diamati
ultra dengan mikroskop ultra
2.Partikel berukuran kurang 2. Partikel berukuran lebih
2. Partikel berukuran antara
dari 1 nm besar dari 100 nm
1 nm sampai 100 nm
3. Dua fase
3. Dua fase
3. Satu fase 4. Tidak stabil
4. Pada umumnya stabil
5. Dapat disaring
4. Stabil 5. Tidak dapat disaring
5. Tidak dapat disaring kecuali dengan
penyaring ultra

B. Jenis-jenis Koloid.
Suatu sistem koloid terdiri dua fase yaitu, fasa terdispersi dan fase pendispersi atau
sering disebut medium pendispersi. Baik fase terdispersi maupunmedium pendispersi dapat
berupa gas, cair dan padat. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium
yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.

Koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol. Ada tiga jenis sol, yaitu
sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat dalam gas).
Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih dikenal
sebagai aerosol (aerosol padat). Koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut
emulsi. Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair
dalam cair), dan emulsi gas (cair dalam gas).Istilah emulsi biasa digunakan untuk
menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas juga dikenal dengan nama aerosol (aerosol
cair). Koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih. Hanya ada dua jenis buih,
yaitu buih padat dan buih cair.Campuran antara gas dengan gas selalu bersifat homogen yang
merupakan larutan, bukan koloid. Istilah buih biasa digunakan untuk menyatakan buih cair.

Berdasarkan fase terdispersinya, koloid dapat dikelompokkan menjadi 8 macam


(dalam hal ini, gas dengan gas tidak dapat membentuk sistem koloid karena pencampuran gas
selalu homogen). Dapat dilihat seperti yang tercantum pada Tabel.berikut:

Tabel . Jenis-jenis Koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi

Fasa Fasa
No Nama Contoh
terdispersi pendispersi

1. Padat Gas Aerosol padat Asap, debu di udara

2. Padat Cair Sol Cat , tinta

3. Padat Padat Sol padat Gelas berwarna, intan hitam

4. Cair Gas Aerosol Cair Kabut , awan

5. Cair Cair Emulsi Susu, santan, minyak ikan

6. Cair Padat Emulsi padat Jelli, mutiara

7. Gas Cair Buih cair Buih sabun, krim kocok

8. Gas Padat Buih padat Karet busa, batu apung

a. Sol adalah koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair.
Contoh: kanji dalam air, agar-agar dalam air, lempung (tanah liat) dalam air, tawas atau
Al(OH)3 dalam air, deterjen, tinta dan cat.

b. Aerosol
- Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat.
Contoh : asap yang keluar dari knalpot mobil dan cerobong industri

- Jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair
Contoh : kabut di daerah pengunungan, hair spray, parfum, dan cat semprot.

c. Gel
Koloid setengah kaku (antara padat dan cair) disebut Gel. Gel dapat terbentuk dari suatu
sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium pendispersinya sehingga terbentuk koloid
yang agak padat.

Contoh : agar-agar dan kanji (jika dipadatkan), lem, gelatin, selai, dan gel sabun.

d. Emulsi
Emulsi adalah sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair. Suatu emulsi
terjadi bila terdapat dua jenis zat cair yang tidak saling melarutkan, seperti minyak dan air.

 Emulsi minyak dalam air, Contoh : susu, santan, lateks


 Emulsi air dalam minyak, Contoh : minyak ikan dan mayonais
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah sabun
yang dapat mengemulsikan minyak ke dalam air.Contoh lainnya adalah kasein dalam susu
dan kuning telur dalam mayonaise.

e. Buih
Sistem koloid yang terdiri dari fase terdispersi berupa gas dan fase pendispersinya
berupa zat cair disebut buih sedangkan sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat
disebut buih padat.Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat
pembuih, misalnya sabun, deterjen dan protein.

Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya, pada pengolahan bijih logam, pada alat
pemadam kebakaran dan lain-lain.

C. Penggunaan Koloid.
Koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari. Adapun sifat karakteristik
koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.  

Tabel . Aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari.


Jenis industri Contoh aplikasi

Makanan Keju, mentega, susu, saus salad

Kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun

Cat Cat

Kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen

Pertanian Peptisida dan insektisida

Farmasi Penisilin untuk suntikan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:

a. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.Dengan melarutkan gula ke dalam
air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatom atau karbon.
Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut
mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
b. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu,
untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar
partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas {Al2(SO4)3}.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi:
Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah
skema proses penjernihan air secara lengkap:
Gambar2. Penjernihan Air
c. Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan
negatif.Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan
positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut
akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan
membentuk suatu delta.
d. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi
dengan menggunakan alat yang disebut pengendap Contrell. Asap buangan itu
dimasukkan kedalam ruangan bertegangan listrik tinggi sehingga menggumpal.
Akhirnya gas yang keluar bebas asap dan padatan.
Gambar 3. Alat Pengendap Cottrel

e. Penggumpalan lateks
Lateks adalah koloid karet dalam air berupa sol bermuatan negatif. Bila ditambahion
positif, lateks akan menggumpal dan dapat dibentuk sesuai cetakan.

f. Membantu penderita ginjal


Orang yang ginjalnya tidak mampu mengeluarkan senyawa beracun dari darah, seperti
urea dan keratin, disebut gagal ginjal. Orang ini dapat dibantu dengan cara dialisis
yaitu pengisapan darahnya dan dialirkan kedalam alat (disebut alat cuci darah)
sehingga urea serta ion-ion lain tertarik. Darah yang telah bersih dimasukkan kembali
kedalam tubuh penderita.

g. Sebagai bahan kosmetik


Ada beberapa bahan kosmetik berupa padatan, tapi lebih baik bila dipakai dalam
bentuk cairan.Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dalam pelarut tertentu.

D. Sifat – sifat koloid.


1. Efek tyndall
Efek tyndall merupakan peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
Peristiwa efek tyndall dapat diamati dengan mengarahkan sinar pada sistem koloid seperti
susu maka sinar akan dihamburkan oleh sistem koloid tersebut(gambar kanan). Cahaya yang
melalui koloid dapat dilihat dari samping walaupun partikel koloidnya tidak kelihatan.
Gambar 4: Penghamburan Cahaya Pada Koloid

Hal ini terkait dengan ukuran partikel koloid yang relatif besar dibandingkan ukuran
partikel larutan. Sedangkan pada larutan sejati (gambar kiri) sinar akan diteruskan (tampak
transparan). Sifat penghamburan cahaya oleh system koloid ditemukan oleh John Tyndall
(1820-1893), seorang ahli fisika inggris. Oleh karena itu, sifat ini disebut efek tyndall. Efek
tyndall dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dengan larutan.

Peristiwa Efek Tyndall yang dapat kita amati dalam kehidupan yaitu :

a). Sorot lampu proyektor di gedung bioskop ketika ada asap rokok.

b). Sorot lampu mobil pada malam hari yang berkabut.

c). Berkas sinar matahari yang melalui celah daun pepohonan pada pagi hariyang berkabut.

d). Langit yang berwarna merah pada sore hari.

2. Gerak brown
Gerak brown merupakan gerak zig-zag (patah-patah) pada partikel koloid secara terus
menerus.Ukuran partikel koloid yang cukup kecil menyebabkan tumbukan antar partikel
cenderung tidak seimbang.Akibatnya, gerak partikel berubah arah menghasilkan gerak zig
zag. Adanya gerak brown yang terus menerus menyebabkan partikel koloid mampu
mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak terbentuk endapan. Gerak brown pertama kali
diamati oleh Robert Brown (1827), sehingga disebut gerak Brown.

Gambar 5 : Gerak Brown Pada Koloid


3. Muatan koloid.

a. Adsorpsi
Ukuran partikel yang cukup kecil menghasilkan permukaan yang sangat luas sehingga
dapat menyerap banyak partikel pada permukaannya. Penyerapan yang terjadi pada
permukaan disebut adsorpsi.Adsorpsi terjadi karena adanya tegangan permukaan koloid
yang cukup tinggi sehingga partikel yang menempel cenderung dipertahankan.
Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap partikel bermuatan dari medium
pendispersi pada permukaannnya.Sehingga partikel koloid tersebut bermuatan.Jenis
muatannya tergantung pada partikel muatan yang diserap, kation atau anion.Selain
mengadsoprsi ion, partikel koloid juga mengadsorpsi partikel yang tidak bermuatan.Karena
permukaannya yang relatif luas, daya adsorpsi partikel koloid cukup besar.
Sebagai contoh partikel sol Fe(OH)3 (bermuatan positif) mempunyai kemampuan
untuk mengadsorpsi kation dari medium pendispersinya sehingga sol Fe(OH) 3 bermuatan
positif, sedangkan partikel sol As2S3 (bermuatan negatif) mengadsorpsi anion dari medium
pendispersinya sehingga bermuatan negatif.

b. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid karena pengaruh medan
listrik. Peristiwa bergeraknya partikel koloid ke salah satu elektroda menunjukkan bahwa
partikel koloid bermuatan listrik. Partikel koloid dapat bermuatan listrik karena terjadi
penyerapan ion pada permukaan partikel koloid.

Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam
medan listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis. Untuk lebih jelas, kita lihat tabung pada
gambar 7.

Gambar 7. Elektroforesis
Pada gambar7, terlihat bahwa partikel-partikel koloid bermuatan positif tersebut
bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan, yaitu elektrode negatif. Jika sistem
koloid bermuatan negatif, maka partikel itu akan menuju elektrode positif.

Kestabilan Koloid

           Sifat koloid yang terpenting adalah muatan partikel koloid. Partikel-partikel koloid
ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak-menolak yang mencegah partikel-partikel
koloid bergabung dan mengendap akibat gaya gravitasi. Oleh karena itu, selain gerak
Brown, muatan koloid juga berperan besar dalam menjaga kestabilan koloid.

Sifat adsorpsi dari koloid ini digunakan dalam berbagai proses, antara lain sbb:

 Pemutihan Gula Tebu


Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah
diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga
diperoleh gula yang putih bersih.

 Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif Norit. Di dalam usus, norit
membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun

 Penjernihan Air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau aluminium
sulfat. Di dalam air, Aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH) 3 yang berupa
koloid, senyawa ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar dalam air.
(Purba, 2007: 289-290)

 Pencelupan serat wol, kapas dan sutera


Serat yang akan diwarnai, dicelupkan dalam larutan Aluminium sulfat, Al(SO 4)3dan
Natrium Karbonat, NaCO3. (Justiana, 2010: 340)

4. Koagulasi
Apabila sistem koloid dibiarkan dalam waktu tertentu, maka koloid tersebut akan
dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Akibatnya, zat-zat terdispersi dalam sistem koloid secara
perlahan-lahan akan turun ke dasar wadah, sehingga terjadi penggumpalan atau
pengendapan, yang disebut Koagulasi. Lamanya koagulasi berbeda antara koloid satu
dengan koloid yang lain.
Proses koagulasi pada koloid dapat terjadi secara spontan atau dengan perlakuan
tertentu, yaitu dengan menambahkan zat yang bermuatannya berbeda dengan muatan
koloid. Akibatnya, partikel-partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk molekul
besar.

Koagulasi dalam koloid banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti


proses penjernihan air, menjernihkan larutan gula, menjernihkan larutan garam, untuk
menghilangkan bau badan, asap atau debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan dengan
alat koagulasi listrik dari Cottrel.

Ion-ion Na+ ditambahkan Muatan partikel- Partikel-partikel sol


Ke koloid sol dengan partikel sol menjadi akan menggumpal
partikel-partikel netral selanjutnya
sol yang bermuatan mengendap
negatif (terkoagulasi)
Gambar 9. Koagulasi partikel-partikel sol yang bermuatan negative

(Johari,2009:310-311)

5.Koloid Pelindung

Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain agar tidak
mengalami pengendapan(koagulasi). Koloid pelindung bekerja dengan membentuk lapisan di
sekeliling partikel koloid yang lain. Lapisan ini melindungi muatan koloid tersebut sehingga
partikel koloid tidak mudah mengendap atau terpisah dari mediumnya. Contoh koloid
pelindung banyak digunakan dalam berbagai industri diantaranya adalah :

 Di industri susu, kasein digunakan untuk melindungi partikel-partikel minyak atau


lemak dalam medium cair.
 Butiran-butiran halus air dalam margarin distabilkan dengan lesitin.
 Untuk mencegah terbentuknya gula atau Kristal es pada es krim digunakan gelatin.
 Pembuatan cat dan tinta
 Sabun dan detergen tergolong koloid pelindung.

6. Dialisis
Dialisis adalah suatu proses yang dapat menstabilkan ion-ion penggangu koloid.
Koloid dapat dipertahankan dengan menambah sedikit elektrolit dengan konsentrasi yang
tepat kedalam koloid tersebut. Bila konsentrasi elektrolit tidak tepat maka akan terbentuk ion-
ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid. Untuk mencegah adanya ion pengganggu ini
digunakan cara dialisis.

Proses dialisis digunakan untuk memurnikan dari partikel-partikel lain yang


ukurannya lebih kecil. Dalam dunia industri, teknik dialisis digunakan untuk memisahkan
tepung tapioka dari ion-ion sianida yang terkandung dalam ubi. Sementara itu, dibidang
kesehatan, prinsip dialisis digunakan pada proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal.

7. Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas Koloid liofil dan koloid
liofob. Dikatakan koloid liofil(philia=suka) adalah koloid dimana terdapat gaya tarik menarik
yang cukup besar antara fase terdispersi dengan medium pendispersinya yang bersifat lebih
stabil. Sedangkan Koloid liofob(phobia= takut) adalah koloid dimana tidak atau sangat
lemah gaya tarik menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersinya yang bersifat
kurang stabil (mudah terkoagulasi), mengadsorpsi mediumnya, bersifat reversible. Bila
pelarut yang digunakan air disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.

Koloid hidrofil mempunyai gugus ionik atau gugus polar di permukaannya, sehingga
mempunyai interaksi yang baik dengan air. Butir-butir koloid liofil/hidrofil dapat
mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga membentuk suatu selubung atau jaket. Hal ini
disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara ini butir-butir koloid tersebut terhindar dari
agregasi(pengelompokkan).Contoh: protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji dan
gelatin.Secara umum, koloid liofil mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.

1. Koloid liofil mudah mengadsorpsi mediumnya, sehingga ukuran-ukuran


partikelnya dapat semakin besar.
2. Effek tyndall dari liofil kurang jelas.
3. Bersifat reversible, jika koloid-koloid tersebut terkoagulasi, maka dapat dibuat
ulang menjadi kolid dengan mudah.
4. Mempunyai kekentalan yang lebih tinggi dari pada mediumnya.
Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar (seperti air) tanpa kehadiran
zat pengemulsi (emulgator) seperti sabun untuk menyatukan minyak dan air karena memiliki
ujung-ujung liofob dan liofil. Zat pengemulsi membungkus partikel hidrofob sehingga
terhindar dari koagulasi. Susu (emulsi lemak dalam air) distabilkan oleh sejenis protein susu,
yaitu kasein; sedangkan mayonaise (emulsi minyak nabati dalam air) distabilkan oleh kuning
telur.Contoh: susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol sulfida dan sol logam. Secara
umum, koloid liofob memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
a. Koloid liofob tidak mengadsopsi mediumnya.
b. Effek tyndall dari koloid liofob sangat jelas.
c. Bersifat ireversibel, artinya jika koloid-koloid tersebut terkoagulasi, maka sukar
dibuat ulang menjadi koloid.
d. Mudah terkoagulasi.
e. Mempunyai kekentalan yang relatif sama dengan kekentalan mediumnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, sifat-sifat hidrofil dan hidrofob banyak dimanfaatkan
orang.Salah satunya pada proses pencucian pakaian dengan sabun atau detergen. Detergen
dan sabun memiliki dua bagian utama yaitu bagian polar/ kepala yang bersifat liofil dan non-
polar/ekor yang bersifat liofob. Ketika mencuci bagian liofil dari molekul sabun dan detergen
tersebut akan menempel pada air. Sementara itu bagian liofobnya akan menempel pada
kotoran dan menarik kotoran tersebut dengan menggunakan gaya molekuler yang relativ
kuat. Akibatnnya, tegangan permukaan air berkurang, sehingga air mudah meresap pada
pakaian dan kotoran akan terdispersi dalam air yang membentuk suatu emulsi.

E. PEMBUATAN KOLOID

Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi.
Oleh karena itu, koloid dapat dibuat dengan menggelompokkan (agregasi) partikel larutan
sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam
medium pendispersi. Ada dua dasar pembuatan koloid yaitu cara kondensasi dan cara
dispersi.
Gambar 8. Cara Pembuatan Koloid

 1. Cara Kondensasi

          Dengan cara kondensasi, partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk
partikel-partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan partikel-partikel
larutan (atom, ion). Cara kodensasi ini dapat dilakukan secara kimia, yaitu dekomposisi
rangkap, hidrolisis, redoks.

a. Secara Kimia
1. Reaksi Dekomposisi Rangkap       
 Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan As2O3 dingin
sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang
As2O3   +   3 H2S         As2S3 (koloid) + 3H2O 

 Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 dan larutan HCl encer. 
AgNO3    +    HCl                AgCl (koloid)   + HNO3  

2. Reaksi Redoks 
Reaksi Redoks merupakan reaksi pembentukan partikel koloid melalui mekanisme
perubahan bilangan oksidasi  

Reaksi Reduksi

Yaitu mereduksi logam dari senyawa sehingga terbentuk agregat atom logam.

 Sol Au dapat dibuat dengan mereduksi emas koloridadengan stanni klorida.


2AuCl3   +  3SnCl2     2Au (koloid) +  3SnCl4

Reaksi Oksidasi

Yaitu mengoksidasi unsur dalam senyawa sehingga terbentuk unsur bebas.


 Sol belerang dapat dibuat dengan mengoksidasi hidrogen sulfida dengan SO2
2H2S + SO2 3S (koloid) + 2H2O

3. Reaksi Hidrolisis
Reaksi Hidrolisis merupakan reaksi pembentukan koloid dengan menggunakan pereaksi
air.    

 Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garamAlCl3  dalam air mendidih
AlCl3        +     3H2O              Al(OH)3 (koloid)   +   3HCl

 Sol Fe(OH)3 dapat diperoleh dari rekasi hidrolisis garamFeCl3 dalam air mendidih 
FeCl3         +     3H2O             Fe(OH)3 (koloid)  +   3HCl

b. Secara Fisis
1) Pendinginan
Melalui proses ini, suatu larutan dapat dirubah menjadi sistem koloid. Karena
kelarutan suatu zat dalam larutannya dipengaruhi oleh perubahan suhu.Semakin tinggi suhu,
semakin besar kelarutan suatu zat dalam larutan, dan sebaliknya.Oleh karena itu, dengan
pendinginan partikel-partikel zat dapat digumpalkan menjadi partikel-partikel koloid tertentu.

2) Penggantian pelarut
Belerang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol.Jadi,
untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersi air, belerang dilarutkan terlebih
dahulu dalam etanol sampai jenuh.Setelah larut, larutan belerang dalam etanol ini
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Belerang akan menggumpal
menjadi partikel koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air.

3) Pengembunan uap
Penguapan adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnyaair)
dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi
Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika
terpapar pada gas dengan volumesignifikan

Contoh: Uap air yang telah menguap dari teh panas terkondensasi menjadi tetesan air. Gas air
tidak terlihat, tetapi awan tetesan air adalah petunjuk dari penguapan yang diikuti oleh
kondensasi.
2.  Cara Dispersi

           Dengan cara dispersi, partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel


berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Caranya dapat
berupa cara mekanik maupun peptisasi

a. Cara Mekanik
         Pengertian dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat
dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang
digunakan disebut penggilingan koloid.

         Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan.
Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling.
Partikel berukuran koloid yang terbentuk kemudian didispersikan dalam medium
pendispersinya untuk membuat sistem koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini
ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang

b. Cara peptisasi

        Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi sistem koloid dengan
penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah elektrolit, terutama yang
mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH) 3
ditambahkan elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3  maka
Fe(OH)3  akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+  tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan
positif dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel koloid.  Beberapa contoh lain
:      

-      Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS

-      Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl

-      Sol  Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3

c. Cara Busur Bredig         

        Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam seperti Ag, Au, dan Pt. Logam
yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai elektroda. Dua
elektroda logam dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air dingin) sedemikian sehingga
kedua ujungnya saling berdekatan.Kemudian kedua elektroda diberi loncatan listrik. Panas
yang timbul akan menyebabkan logam menguap. Uapnya kemudian akan terkondensasi
dalam medium pendispersi dingin. Hasil kondensasi ini berupa partikel-partikel koloid. Jadi,
cara ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.

Anda mungkin juga menyukai