Anda di halaman 1dari 10

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Logika Matematika


Judul Kegiatan Belajar 1. Kalimat, pernyataan, dan Tabel Kebenaran
(KB) 2. Kuantor, Tautologi, dan Kontradiksi
3. Aljabar Proposisi, Argumen dan metode Inferensi
4. Aturan Bukti Bersyarat dan Bukti Tak langsung
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
Garis besar materi KB1. Kalimat, pernyataan, dan Tabel Kebenaran
1 yang dipelajari
1. Kalimat dan Pernyataan

Sebelum membahas tentang pernyataan, kita bahas


terlebih dahulu apa yang disebut
kalimat dan pernyataan. Kalimat adalah rangkaian
kata yang disusun menurut tata bahasa dan
mengandung arti. Dalam logika matematika hanya
dibicarakan kalimat-kalimat yang berarti
menerangkan (kalimat deklaratif), yang disebut
pernyataan. Pernyataan mungkin bernilai benar
saja atau bernilai salah saja. Benar atau salahnya
sebuah pernyataan disebut nilai kebenaran
pernyataan itu, dan ditentukan oleh realitas yang
dinyatakannya atau kesepakatan terdahulu.
Logika yang kita bahas di sini adalah logika
matematika dua nilai, yaitu nilai BENAR (B) dan
nilai SALAH (S).
Menurut jenisnya, suatu kalimat secara sederhana
dapat dibagi seperti di bawah ini:

Menurut komponen-konponen yang membentuknya,


pernyataan dibagi menjadi dua, yaitu:

Contoh:
1. Kalimat tidak berarti: Kucing meja itu Jakarta
datang.
2. Kalimat berarti: Apakah kamu sudah makan?
3. Pernyataan bernilai Benar: Semarang ibukota
provinsi Jawa Tengah.
4. Pernyataan bernilai Salah: 2 + 3 = 54.
5. Bukan kalimat deklaratif: Berdirilah agak
menjauh!
Pernyataan yang hanya menyatakan pikiran tunggal
dan tidak mengandung kata hubung
kalimat disebut pernyataan sederhana/pernyataan
primer. Sedangkan pernyataan yang terdiri
atas dua atau lebih pernyataan sederhana dengan
bermacam-macam kata hubung kalimat disebut
pernyataan majemuk/pernyataan komposit.
Dalam logika matematika, suatu pernyataan bisa
disimbolkan dengan huruf kecil, seperti
a, b, c, . . . atau p, q, r, . . . atau kadangkala
digunakan huruf besar A, B, C, . . . atau P, Q, R, .
. . . Sedangkan nilai benar disimbolkan ”B” atau “1
(satu)” dan nilai salah disimbolkan dengan
“S” atau “0 (nol)”.
Pernyataan majemuk
Contoh:
1) p: Ada 12 bulan dalam setahun, pernyataan
bernilai benar.
2) q: 4 + 5 = 8, pernyataan bernilai salah.

2. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum/tidak
dapat ditentukan nilai kebenarannya.
Dalam matematika, kalimat terbuka bisa berbentuk
persamaan (kalimat terbuka yang
menggunakan tanda “=”) atau berbentuk
pertidaksamaan (kalimat terbuka yang menggunakan
tanda “≠”, “<”, “>”, “≤”, atau “≥”).
Contoh:
1) 𝑥 + 1 = 3, kalimat terbuka yang berbentuk
persamaan.
2) 𝑥 2 − 2 < 7 kalimat terbuka yang berbentuk
pertidaksamaan.
3) 3𝑥 − 1 ≤ 5, untuk x 𝜖 ℝ..
4) 𝑥 − 5 < 7, untuk x 𝜖 ℝ..
5) 𝑥 + 5 = 7
6) 4𝑥 − 6 = 13
7) 9 − 3𝑥 < 4, untuk x 𝜖 ℝ..
8) 14 + 3 = ⋯

Pernyataan sebagaimana disinggung pada halaman


sebelumnya adalah kalimat yang sudah dapat
ditentukan nilai kebenarannya (benar atau salah).
Dalam logika matematika, pernyataan bisa berbentuk
kesamaan (kalimat tertutup yang menggunakan
tanda “=”), berbentuk ketidaksamaan (kalimat
tertutup yang menggunakan tanda “≠”, “<”, “>”, “≤”,
atau “≥”), atau berbentuk kalimat deklaratif biasa.
Contoh:
1) 6 + 7 = 8, pernyataan yang berbentuk kesamaan,
yang bernilai Salah.
2) 42 + 13 > 20, pernyataan yang berbentuk
ketidaksamaan, yang bernilai Benar.
3) Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah.
Pernyataan bernilai Benar.
4) Kerajaan Demak terletak di Pulau Sumatra.
Pernyataan bernilai Salah.
5) Hasil perkalian 2 × 3 adalah 6. Pernyataan bernilai
Benar.

3. Pernyataan Majemuk
Pada praktiknya, suatu pernyataan dalam
matematika tidak hanya terdiri atas pernyataan
tunggal saja, namun seringkali melibatkan beberapa
pernyataan tunggal yang dihubungkan
dengan kata hubung seperti atau, dan, jika … maka
…, serta jika dan hanya jika.
Contoh:
1) Kenza gadis yang pandai dan cantik.
2) Jika saya lapar maka saya makan.
Pernyataan yang dihubungkan dengan kata hubung
tersebut di atas dinamakan dengan
pernyataan majemuk. Pernyataan majemuk adalah
pernyataan yang terdiri atas beberapa
pernyataan tunggal

a. Negasi
Misalkan pernyataan: “Soni adalah mahasiswa
UNNES”. Negasi/ingkaran pernyataan
tersebut adalah “Soni bukan mahasiswa UNNES”.
Jika pernyataan semula bernilai benar maka
negasinya bernilai salah, dan sebaliknya. Jadi, negasi
suatu pernyataan adalah pernyataan yang
bernilai salah jika pernyataan semula benar, dan
sebaliknya.
Negasi pernyataan 𝑝 disimbolkan sebagai: 𝑝
̅, −𝑝 , ¬𝑝, atau ~𝑝.

b. Konjungsi
Konjungsi merupakan pernyataan majemuk dengan
kata penghubung “dan”, “tetapi”,
“meskipun”, atau “walaupun”. Dua pernyataan 𝑝 dan
𝑞 yang dinyatakan dalam bentuk 𝑝 ∧ 𝑞
disebut konjungsi dan dibaca “𝑝 dan 𝑞”. Sebagai
contoh, 𝑝, 𝑞 merupakan pernyataan dengan
𝑝: peserta lomba wajib menyerahkan foto
𝑞: peserta diklat wajib membawa KTP
Dari dua pernyataan di atas maka dapat dibuat
konjungsi dari 2 pernyataan tersebut
sehingga 𝑝 ∧ 𝑞 berbunyi “peserta lomba wajib
menyerahkan foto dan membawa KTP”.
Seandainya kedua pernyataan tunggalnya yaitu 𝑝, 𝑞
semuanya bernilai benar, maka pernyataan
𝑝 ∧ 𝑞 (peserta lomba wajib menyerahkan foto dan
membawa KTP) juga bernilai benar. Jika salah satu
diantara 𝑝, 𝑞 ada yang salah atau bahkan keduanya
salah, maka pernyataan 𝑝 ∧ 𝑞 bernilai
salah.

c. Disjungsi
Disjungsi merupakan pernyataan majemuk dengan
kata penghubung “atau”. Dua
pernyataan 𝑝 dan 𝑞 yang dinyatakan dalam bentuk 𝑝
∨ 𝑞 disebut disjungsi dan dibaca “𝑝 atau 𝑞”.
Sebagai contoh, 𝑝, 𝑞 merupakan pernyataan dengan
𝑝: peserta diklat wajib membawa KTP
𝑞: peserta diklat wajib membawa SIM
Dari dua pernyataan di atas maka dapat dibuat
disjungsi dari 2 pernyataan tersebut sehingga
𝑝 ∨ 𝑞 berbunyi “peserta diklat wajib membawa KTP
atau SIM”. Pernyataan tersebut akan
bernilai benar apabila salah satu di antara
pernyataan tunggalnya bernilai benar. Disjungsi yang
mempunyai nilai kebenaran tersebut disebut
disjungsi inklusif. Disjungsi seperti ini yang umum
digunakan dalam pernyataan matematis.

d. Implikasi
d.1 Implikasi sebagai Pernyataan Bersyarat
Implikasi atau pernyataan bersyarat merupakan
pernyataan yang dibuat dari 2 pernyataan
tunggal 𝑝 dan 𝑞 yang dinyatakan dalam bentuk
kalimat “jika 𝑝 maka 𝑞”. Implikasi dilambangkan
dengan 𝑝 ⇒ 𝑞. Pada implikasi 𝑝 ⇒ 𝑞, pernyataan 𝑝
dinamakan pernyataan
penyebab/pendahulu/syarat
cukup/hipotesis/anteseden, sedangkan pernyataan 𝑞
dinamakan
pernyataan akibat/pengikut/syarat perlu/konklusi/
konsekuen.
Bentuk implikasi 𝑝 ⇒ 𝑞 dapat pula dibaca:
1) Jika p maka q.
2) p hanya jika q.
3) q jika p.
4) p syarat cukup bagi q.
5) q syarat perlu bagi p.
Nilai kebenaran suatu implikasi dapat dijelaskan
sebagai berikut. Misalnya kita berjanji
pada seorang anak bernama Ahmad, jika Ahmad
mendapat rangking 1, maka Ahmad dibelikan
sepeda. Di sini ada dua pernyataan tunggal, yaitu:
𝑝: Ahmad mendapat rangking 1.
𝑞: Ahmad dibelikan sepeda.
Seandainya 𝑝 bernilai benar, yaitu Ahmad mendapat
rangking 1 dan 𝑞 juga benar, yaitu
Ahmad dibelikan sepeda, maka kita tidak melanggar
janji kita sehingga pernyataan 𝑝 ⇒ 𝑞
bernilai benar. Adapun jika 𝑝 benar, tetapi ternyata 𝑞
salah, yaitu Ahmad tidak dibelikan sepeda,
maka kita telah melanggar janji kita, sehingga
pernyataan 𝑝 ⇒ 𝑞 bernilai salah. Selanjutnya
bagaimanakah apabila 𝑝 bernilai salah, yaitu Ahmad
tidak mendapat rangking 1, pada kasus ini
kita diberi kebebasan apakah Ahmad dibelikan
sepeda atau tidak. Oleh karena itu, apa pun nilai
kebenaran dari pernyataan 𝑞, maka pernyataan 𝑝 ⇒ 𝑞
tetap bernilai benar.

d.2 Pengertian Konvers, Invers, dan Kontraposisi

Misalnya, diketahui suatu implikasi 𝑝 ⇒ 𝑞. Dari


implikasi tersebut dapat dibentuk
pernyataan baru seperti berikut.
1. Konvers
Konvers adalah pernyataan yang berbentuk 𝑞 ⇒ 𝑝.
2. Invers

Invers adalah pernyataan yang berbentuk ~p ⇒ ~q.


3. Kontraposisi
Kontraposisi atau kontrapositif adalah pernyataan
yang berbentuk ~q ⇒ ~p.

d.3 Rumus dan contoh Konvers, Invers, dan


Kontraposisi
1. Konvers
• Perhatikan implikasi berikut ini:
• p ⇒ q (dibaca : jika p maka q).
Ketika pernyataan tersebut dikonverskan maka
hasilnya adalah :
q ⇒ p (dibaca : jika q maka p)
• Contoh konvers
p = saya tampan
q = saya disukai wanita
p ⇒ q = jika saya tampan maka saya disukai wanita .
..q ⇒ p = jika saya disukai wanita maka saya tampan.
2. Invers
• Perhatikan implikasi berikut: p ⇒ q (dibaca : jika p
maka q)
Ketika pernyataan tersebut diinverskan maka
hasilnya adalah:
~p ⇒ ~q (dibaca : jika negasi p maka negasi q)
• Contoh invers
p = saya cantik
q = saya disukai pria
p ⇒ q = jika saya cantik maka saya disukai pria
~p ⇒ ~q = jika saya tidak cantik maka saya tidak
disukai pria
3. Kontraposisi
• Perhatikan implikasi berikut ini:
• p ⇒ q (dibaca : jika p maka q)
Ketika pernyataan tersebut dikontraposisikan maka
hasilnya adalah:
~q ⇒ ~p (dibaca : jika negasi q maka negasi p)
• Contoh Kontraposisi
p = saya rajin belajar
q = nilai saya bagus
p ⇒ q = jika saya rajin belajar maka nilai saya bagus
~q ⇒ ~p = jika nilai saya tidak bagus maka saya tidak
rajin belajar.

e. Biimplikasi
Biimplikasi merupakan pernyataan yang dibuat dari
2 pernyataan tunggal 𝑝
dan 𝑞 yang dinyatakan dalam bentuk kalimat “𝑝 jika
dan hanya jika 𝑞”. Biimplikasi
dilambangkan dengan 𝑝 ⇔ 𝑞. Biimplikasi sebenarnya
merupakan pernyataan
majemuk kombinasi antara implikasi dan konjungsi.
Jika kita memiliki implikasi
𝑝 ⇒ 𝑞 bernilai benar dan 𝑞 ⇒ 𝑝 juga bernilai benar
maka dapat dibentuk
biimplikasi 𝑝 ⇔ 𝑞 yang juga bernilai benar.

KB 2. Kuantor, Tautologi, dan Kontradiksi

1. Kuantor
a. Kuantor Universal
Kata-kata yang biasa digunakan dalam kuantor
universal adalah “semua”, “setiap”,
“untuk semua” atau “untuk setiap”. Kuantor
universal dilambangkan dengan ∀.

b. Kuantor Eksistensial
Pernyataan matematika yang dilengkapi dengan kata-
kata “terdapat”, “ada”,
“sekurang-kurangnya satu”, atau “beberapa”
merupakan pernyataan berkuantor eksistensial.
Kuantor eksistensial dilambangkan dengan ∃.
Lambang ∃! dibaca: “Terdapat dengan
tunggal”.

c. Negasi Pernyataan Kuantor


Dua buah pernyataan (proposisi) dikatakan ekivalen
(berekivalensi logis) jika kedua
pernyataan itu memiliki nilai kebenaran yang sama.
Perhatikan dua pernyataan berikut.
𝑝: Guru pahlawan bangsa
𝑞: Tidak benar bahwa guru bukan pahlawan bangsa
Terlihat: q = ~(~𝑝)
Kedua pernyataan ini akan memiliki nilai kebenaran
yang sama, tidak peduli bagaimana nlai
kebenaran dari pernyataan semula. Dengan
demikian, 𝒑 ekivalen dengan 𝒒 dan dapat ditulis
𝒑 ≡ 𝒒. Jadi, p = ~(~𝑝) = p.

2. Tautologi
Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar
untuk setiap substitusi pernyataan
tunggalnya dinamakan tautologi. Dengan kata lain,
tautologi merupakan pernyataan yang
selalu bernilai benar dalam kondisi apa pun.
Tautologi digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan atau pembuktian matematis.

3. Kontradiksi
Jika tautologi adalah pernyataan yang selalu bernilai
benar, maka sebaliknya
kontradiksi adalah pernyataan yang selalu bernilai
salah untuk setiap substitusi nilai
kebenaran pernyataan tunggalnya.

KB 3. Aljabar Proposisi, Argumen, dan


Metode Inferensi

1. Aljabar Proposisi
Setiap proposisi yang saling ekivalen dapat
dipertukarkan atau diganti antara satu dengan
yang lainnya. Hal ini dikarenakan setiap proposisi
yang ekivalen memiliki nilai kebenaran yang
sama.

2. Argumen dan Inferensi


Logika berkenaan dengan penalaran yang dinyatakan
dengan pernyataan verbal. Suatu
diskusi atau pembuktian yang bersifat matematik
atau tidak terdiri atas pernyataan-pernyataan
yang saling berelasi. Biasanya dimulai dengan
pernyataan-pernyataan tertentu yang diterima
kebenarannya dan kemudian berargumentasi untuk
sampai pada konklusi (kesimpulan) yang
ingin dibuktikan. Pernyataan-pernyataan yang
digunakan untuk menarik kesimpulan disebut
premis. Jadi suatu premis dapat berupa aksioma,
hipotesis definisi, atau pernyataan yang sudah
dibuktikan sebelumnya. Sedangkan yang dimaksud
dengan argumen adalah kumpulan kalimat
yang terdiri atas satu atau lebih premis yang
mengandung bukti-bukti (evidence) dan suatu (satu)
konklusi. Konklusi ini selayaknya diturunkan dari
premis-premis.
Proses atau cara untuk menarik atau menurunkan
kesimpulan dalam suatu argumen dari
beberapa proposisi (premis) disebut inferensi. Ada
dua permasalahan yang dibicarakan dalam
bahasan inferensi. Pertama, bila semua premis
diketahui, bagaimana caranya memperoleh
kesimpulan? Kedua, apabila seluruh pernyataan
dalam argumen diketahui, apakah argumen
tersebut valid?
Suatu argumen adalah valid apabila kesimpulan
dapat diturunkan secara logis dari premispremis

atau dengan kata lain apabila kesimpulan


merupakan implikasi secara tautologi dari
premis-premis yang dikonjungsikan. Sedangkan
untuk membuktikan validitas argumen atau
menunjukkan bahwa inferensi yang digunakan
untuk mendapatkan kesimpulan adalah inferensi
yang dapat diterima. Dalam argumen yang valid,
kesimpulan akan bernilai benar jika setiap
premis yang digunakan dalam argumen juga bernilai
benar. Jadi, validitas argumen tergantung
pada bentuk argumen itu dan dengan bantuan tabel
kebenaran.
Karena argumen merupakan kumpulan dari
proposisi, maka argumen dapat bernilai benar
atau bernilai salah saja dan tidak keduanya.
Sehingga, validitas argumen dapat dibuktikan
dengan menguji apakah suatu argumen merupakan
suatu tautologi.

3. Metode Inferensi
Melakukan inferensi dengan menggunakan tabel
kebenaran sangatlah tidak praktis. Cara
yang lebih praktis banyak yang bertumpu pada tabel
kebenaran dasar dan bentuk
kondisionalnya. Berikut adalah beberapa kaidah
yang dapat digunakan tanpa memerlukan tabel
kebenarannya, akan tetapi berdasarkan bentuk
argumennya.
Sebagai pengantar materi ini, dapat dilihat Video
tentang Penerapan Argumen dalam menyimpulkan

d. Silogisme Disjungtif
Bentuk argumen pada silogisme disjungtif dapat
disimbolkan dalam bentuk:
Premis 1

:𝑝∨𝑞
Premis 2

:∼𝑞
Kesimpulan
:𝑝
Perhatikan bahwa 𝑝 ∨ 𝑞 bernilai benar dan 𝑞 bernilai
salah, maka 𝑝 bernilai benar. Bentuk
argumen silogisme disjungtif didasarkan pada
kenyataan jika dihadapkan pada dua pilihan dan
tidak memilih pilihan pertama, maka satu-satunya
kemungkinan adalah memilik pilihan kedua.
Validitas argumen ini dapat dilihat pada baris kedua
dan ketiga dari tabel kebenaran disjungsi.

KB 4. Aturan Bukti Bersyarat dan Bukti Tak


langsung

1. Aturan Bukti Bersyarat


Pada kegiatan belajar sebelumnya telah dibahas
bagaimana cara membuktikan keabsahan
argumen dengan bukti formal. Salah satu cara yang
digunakan dikenal dengan bukti formal
dengan cara langsung dan disingkat dengan Bukti
Langsung. Akan tetapi tidak semua argumen
dapat dibuktikan dengan bukti langsung. Cara lain
untuk membuktikan keabsahan argumen
dengan bukti formal yaitu dengan Aturan Bukti
Bersyarat (ABB).
Catatan: Hal yang perlu diingat bahwa ABB dapat
digunakan apabila konklusi argumen tersebut
merupakan implikasi.
Adapun langkah-langkah pembuktian Aturan Bukti
Bersyarat yaitu sebagai berikut.
1) Menulis premis-premis yang diketahui.
2) Menarik anteseden dari konklusi menjadi premis
baru (premis tambahan) dan konsekuennya
merupakan konklusi dari argumen (konklusi baru).
3) Menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum
penggantian untuk menemukan konklusi
sesuai dengan konklusi baru
2. Bukti Tak Langsung
Selain dengan cara Aturan Bukti Bersyarat masih
ada cara lain untuk membuktikan
keabsahan argumen yaitu dengan Bukti Tak
Langsung (Reductio Ad Absordum). Untuk
melakukan pembuktian argumen dengan bukti tak
langsung, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut.
1) Menulis premis-premis yang diketahui.
2) Menarik ingkaran dari konklusi menjadi premis
baru (premis tambahan).
3) Dengan menggunakan aturan penyirnpulan dan
hukum penggantian ditunjukkan adanya
kontradiksi.
4) Setelah ditemukan kontradiksi kita tinggal
menggunakan prinsip Adisi dan Silogisme
Disjungtif .
2 Daftar materi yang 1. Kuantor, Tautologi, dan Kontradiksi
sulit dipahami di 2. Aljabar Proposisi, Argumen dan metode Inferensi
modul ini 3. Aturan Bukti Bersyarat dan Bukti Tak langsung
3 Daftar materi yang 1. Kuantor, Tautologi, dan Kontradiksi
sering mengalami 2. Aljabar Proposisi, Argumen dan metode Inferensi
miskonsepsi 3. Aturan Bukti Bersyarat dan Bukti Tak langsung

Anda mungkin juga menyukai