Oleh:
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional merupakan salah
satu indikator ekonomi makro yang sangat penting. Nilai dari pendapatan
nasional suatu negara yang semakin besar secara teoritis dapat diartikan bahwa
pembangunan ekonomi di negara tersebut juga semakin baik. Pendapatan
nasional ini dapat dilihat sebagai indikator ekonomi baik dari nilai perkapitanya
maupun nilai keseluruhan totalnya.
Selain itu pendapatan nasional juga dapat digunakan sebagai indikator
pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi memperlihatkan
bagaimana suatu perekonomian memberikan suatu pendapatan dalam
masyarakat pada suatu periode tertentu dengan menggunakan faktor-faktor
produksi dalam menghasilkan suatu output (Fauziana, Mulyaningsih, Anggraeni,
Chaola Y.M, & Rofida, 2014). Pertumbuhan ekonomi bisa semakin meningkat
apabila pembangunan infrastruktur, iklim usaha yang baik, dan ekonomi dunia
tidak membawa pengaruh negatif terhadap ekonomi Indonesia, maka
perekonomian nasional akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan nasional (Widya, Siregar, &
Hilmiatussahla, 2019).
1
Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro
ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi
barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada
umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang
sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari
pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan
ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya (Sadono, 1994).
Bagi negara Indonesia yang masih merupakan salah satu negara
berkembang, pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan yang harus
dicapai dalam pelaksanaan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi. Dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan kesejahteraan masyarakat juga
akan meningkat. Kesejahteraan masyarakat meningkat maka masyarakat dapat
hidup dengan makmur (Diar, Tama, & Soebagyo, 2017).
Pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional sendiri telah
banyak mengalami kenaikan dan penurunan akibat berbagai peristiwa yang
terjadi terhadap Republik Indonesia baik secara internal maupun eksternal. Pada
masa awal kemerdekaan, pertumbuhan ekonomi Republik Indonesia berada di
angka minus karena biaya politik di masa awal kemerdekaan yang tinggi. Pada
masa orde baru, iklim ekonomi Indonesia lebih terarah, dengan sasaran
memajukan pertanian dan industri. Hal ini membuat ekonomi Indonesia tumbuh
drastis. Setelah itu, di tahun-tahun berikutnya, hingga sekitar tahun 1997,
pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung tinggi dan terjaga di kisaran 6 - 7
persen (Tabik, 2018). Pencapaian ini memampukan perekonomian Indonesia
bertumbuh dari peringkat ‘negara berpendapatan rendah’ masuk ke dalam
kategori ‘negara berpendapatan menengah ke bawah’ (Indonesia-Investment,
2020). Pada tahun 2000an Indonesia berusaha memulihkan perekonomian atas
dampak krisis finansial Asia dan mengalami Boom Komoditas pada 2005 –
2011. Perekonomian Indonesia kemudian kembali melambat pada 2011 – 2014.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang dikemukakan pada
tulisan ini adalah:
1. Pencapaian pendapatan nasional Republik Indonesia selama masa
pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla tahun 2015 – 2019.
2. Besar pertumbuhan ekonomi yang dicapai dengan peningkatan pendapatan
selama masa pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla tahun 2015 – 2019.
3. Peran dan pertumbuhan sektor-sektor mana saja yang paling besar dan
pengaruh sektor-sektor tersebut terhadap pendapatan nasional Republik
Indonesia (GNP).
3
Pembahasan
4
Berdasarkan pada tabel 1, Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2015 –
2019 diukur menggunakan dua dasar harga yaitu menggunakan dasar harga
berlaku dan harga konstan. Perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB)
menggunakan harga berlaku menghasilkan output nilai Produk Domestik Bruto
(PDB) Nominal. Produk Domestik Bruto (PDB) harga berlaku nominal
menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu
negara. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang besar menunjukkan sumber
daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya (Badan Pusat Statistik, 2020).
Pada tahun 2015 – 2019 nilai PDB Indonesia yang dihitung atas dasar harga
berlaku mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ini artinya kemampuan sumber
daya ekonomi yang dihasilkan Indonesia semakin baik setiap tahunnya
Perhitungan menggunakan harga konstan menghasilkan output nilai
Produk Domestik Bruto (PDB) Riil. Dengan menggunakan perhitungan
berdasarkan pada tahun dasar tertentu Produk Domestik Bruto (PDB) Riil
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setipa dari
tahun ke tahun. Perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) menggunakan dasar
harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi,
investasi dan perdagangan luar negeri. Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung
dari PDB atas dasar harga konstan, dimaksudkan agar pertumbuhan ekonomi
benar-benar merupakan pertumbuhan volume barang dan jasa, bukan
pertumbuhan yang masih mengandung kenaikan/penurunan harga. Saat ini tahun
dasar yang digunakan BPS-RI dalam penghitungan PDB adalah tahun dasar
2010.
Berdasarkan pada data, pada tahun 2015 – 2019 PDB Indonesia yang
dihitung atas dasar harga konstan juga mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Ini artinya laju pertumbuhan Indonesia juga meningkat dan membaik setiap
tahunnya.
5
Tabel 1
Perkembangan Pendapatan Nasional Indonesia
Gross Domestic Product (GDP)
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Tahun 2015 – 2019
(dalam milyar rupiah)
Pendapatan Nasional (GDP)
Tahun
Harga Berlaku Harga Konstan Tahun 2010
2015 11.526.332,8 8.982.517,1
2016 12.401.728,5 9.434.613,4
2017 13.589.825,7 9.912.928,1
2018 14.838.311,5 10.425.397,3
2019 15.833.943,4 10.949.243,7
Sumber: BPS, Jakarta, 2019
6
Pasangan Prseiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kala
kemudian dilantik pada akhir 2014. Dalam program keduanya, pasangan ini
menjanjikan untuk mengembalikan perekonomian Indonesia pada angka 7%.
Dalam eksekusi program tersebut, langkah - langkah yang dilakukan
selama pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kala sangat menjanjikan karena
telah memotong dengan drastis subsidi energi, dan mengalokasikan dana yang
tersedia kepada pembangunan infrastruktur dan sosial. Pemerintahan Jokowi
juga merilis serangkaian paket kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk menarik
investasi serta memperkuat usaha yang sudah ada dan memperkuat daya beli
masyarakat. Namun, tidak semua paket itu sukses.
Meskipun begitu selama pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kala,
angka pertumbuhan ekonomi nasional 7% yang dijanjikan di awal masa
pemerintahan tidak pernah tercapai. Hasil dari pemerintahan Joko Widodo dan
Jusuf Kala pada tahun 2015 – 2019 adalah pertumbuhan ekonomi nasional yang
berakselerasi dengan lambat. Selama jangka waktu 5 tahun tersebut
pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil dan meningkat di angka rata-rata
pertubuhan 5,3%.
Tabel 2
Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Tahun 2015 – 2019
(dalam milyar rupiah)
Pendapatan Nasional Harga Pertumbuhan dalam %
Tahun
Konstan Tahun 2010 Harga Konstan Tahun 2010
2015 8.982.517,1 4,88
2016 9.434.613,4 5,03
2017 9.912.928,1 5,07
2018 10.425.397,3 5,17
2019 10.949.243,7 5,02
Sumber: BPS, Jakarta, 2019
7
C. Peran Sektor Ekonomi dan Pengaruh Sektor Ekonomi Terhadap
Pendapatan Nasional 2015 – 2019
8
Industri pengolahan masih menjadi salah satu motor penggerak utama
pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2015-2019 dengan rata-rata
share 19,88%. Pertumbuhan industri non migas selama 5 tahun tersebut rata-rata
selalu di atas 4% dan diproyeksikan pada akhir tahun 2019 akan mencapai 5%
(Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2019). Lima sektor industri
yang menyumbangkan investasi terbesar selama periode 2015-2019 yaitu
Industri Logam, Mesin & Elektronik; Industri Instrumentasi Kedokteran, Presisi
& Optik & Jam Industri Makanan Industri Kimia & Farmasi, Industri Mineral
Nonlogam, serta Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain. Salah
satu realisasi investasi ini dapat kita lihat pada program penumbuhan dan
pengembangan smelter sampai dengan tahun 2019, terdapat 46 perusahaan yang
telah berinvestasi sebesar USD50,4 miliar (USD12,27 Miliar sudah beroperasi
dan USD 38,13 Miliar tahap perencanaan dan konstruksi), penyerapan tenaga
kerja langsung lebih dari 64.000 orang (Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia, 2019).
Tabel 3
Gross Domestic Product (GDP) Sektor/Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2015 – 2019
(dalam milyar rupiah)
9
Tahun
Lapangan Usaha
2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.555.207,00 1.671.597,80 1.787.285,20 1.900.348,50 1.171.445,80
Pertambangan dan Penggalian 881.694,10 890.868,30 1.029.554,60 1.198.987,10 767.327,20
Industri Pengolahan 2.418.891,70 2.545.203,60 2.739.711,90 2.947.299,20 1.934.533,20
Pengadaan Listrik dan Gas 129.833,70 142.344,40 162.339,90 176.346,10 94.894,80
Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang 8.546,30 8.909,40 9.439,60 10.015,50 7.369,00
Konstruksi 1.177.084,10 1.287.600,80 1.410.513,60 1.562.297,00 879.163,90
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 1.532.876,70 1.635.410,40 1.768.896,10 1.931.911,30 1.207.164,50
Transportasi dan Pergudangan 578.464,30 644.993,90 735.229,60 797.281,10 348.855,90
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 341.555,80 363.055,50 386.937,00 412.523,10 268.922,40
Informasi dan Komunikasi 406.016,50 449.188,70 513.715,80 559.054,60 421.769,80
Jasa Keuangan dan Asuransi 464.399,90 520.206,80 571.185,90 616.252,80 347.269,00
Real Estat 327.601,40 350.488,20 382.474,10 406.635,50 266.979,60
Jasa Perusahaan 190.267,90 211.623,60 238.217,00 267.094,00 148.395,50
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 449.382,40 476.490,90 498.233,00 541.741,00 310.054,60
Jasa Pendidikan 387.611,40 417.344,80 446.254,50 482.134,10 283.020,10
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 123.191,50 132.100,50 144.621,90 157.923,00 97.465
Jasa Lainnya 190.581,00 211.427,90 239.259,00 268.632,70 144.904,20
Tabel 4
Struktur Perekonomian Nasional
Tahun 2015 – 2019
(dalam persen)
Tahun
Lapangan Usaha
2015 2019
10
11
Penutup
12
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. (2020). Badan Pusat Statistik. Retrieved from
https://www.bps.go.id/subject/11/produk-domestik-bruto--lapangan-usaha-.html
Diar, A., Tama, D., & Soebagyo, D. D. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 1986-2014.
Fauziana, L., Mulyaningsih, A., Anggraeni, E., Chaola Y.M, S., & Rofida, U. (2014). Keterkaitan
Investasi Modal Terhadap GDP Nasional. Economics Development Analysis Journal,
372-380.
Sadono, S. (1994). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: PT. Raja Grasindo Perseda.
The World Bank. (2020). The World Bank Data. Retrieved from The World Bank:
https://data.worldbank.org/country/Indonesia?view=chart
Widya, H., Siregar, E. P., & Hilmiatussahla. (2019). Pengaruh Pendapatan Nasional, Kurs, Inflasi,
dan Suku Bunga Terhadap Impor Barang Modal. Jurnal Universitas Asahan Vol 1.
Yusuf, F. (2012). Analisis Pendapatan, Pertumbuhan, dan Struktur Ekonomi Nasional. Jurnal
Plano Madani Vol. I, 63-73.
13