Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis yang paling menonjol dari dunia pendidikan kita adalah krisis

pendidikan akhlak. Dapat disaksikan saat ini betapa dunia pendidikan di

Indonesia tidak dapat menahan kemerosoton akhlak yang terjadi. Dapat kita

lihat bahwa sampai saat ini masih ada yang keliru dalam pendidikan di Tanah

Air. Titik berat pendidikan masih lebih banyak pada malasah kognitif. Penentu

kelulusan pun masih lebih banyak pada prestasi akademik dan kurang

memperhitungkan akhlak dan budi pekerti siswa. Bahkan jika dilihat dari

sudut global, munculnya banyak masalah yang mendera bangsa Indonesia

adalah akibat rendahnya moral dan akhlak para pelaku kebijakan yang juga

diikuti oleh rendahnya etos kerja masyarakat. Belum lagi jika diikuti statistik

perkembangan terkait kasus-kasus akhlak buruk pelajar maupun mahasiswa,

seperti tawuran sesama mereka, serta masalah pergaulan bebas yang sudah

sangat meresahkan dan membosankan sebagian orang yang mendengar

beritanya. Kasus siswa membuat video porno dengan menggunakan

handphone di Jakarta dan delapan terpidana mati kasus narkoba telah

diekskusi di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu dini hari (29/04)

sementara terpidana asal Filipina ditunda.

1
2

Sebenarnya konsep-konsep pendidikan nasional yang disusun

pemerintah sudah menekankan pentingnya pendidikan akhlak dalam hal

pembinaan moral dan budi pekerti sesuai UU RI No.20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang

berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,

tutor, instruktur, fasiliator dan lain. UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk melahirkan manusia

yang beriman dan bertakwa, dan dalam pasal 36 tentang Kurikulum dikatakan

bahwa kurikulum disusun dengan memperhatikan peningkatan iman dan

takwa, meskipun dalam pasal-pasal tersebut kata-kata ‘iman dan takwa’ tidak

terlalu dijelaskan. Namun kenyataannya dapat dikatakan bahwa mayoritas

akhlak para peserta didik yang dihasilkan dari proses pendidikan di Indonesia

tidak sesuai dengan yang dirumuskan. Jadi dapat dikatakan bahwa penyebab

terbesar dalam krisis pendidikan ini adalah akibat gagalnya pembangunan

karakter anak didik yang mengabaikan pembinaan akhlak dalam proses

pendidikan yang sedang berlangsung.

Pada sisi lain, beberapa pemerhati pendidikan Islam di Indonesia telah

berusaha memecahkan masalah tersebut dengan membuat konsep-konsep atau

model-model pendidikan yang dapat mengurangi kelemahan sistem

pendidikan tersebut. Namun masalah terbesarnya kini adalah bahwa hampir

sebagian besar para ilmuwan Islam masih terjebak dalam epistemologi

pendidikan Barat.
3

Konsep dan metode yang dihasilkan tetap tidak dapat dilepaskan

dalam paradigma keilmuwan Barat yang mengambil logika sebagai sumber

ilmu. Dalam konteks pendidikan akhlak Islam, menurut Abdurahman

An-nahlawi bahwa rumah tangga muslim adalah benteng utama tempat

anak-anak dibesarkan melalui pendidikan akhlak Islam. Orang tua muslim

dalam memberikan pendidikan kepada anaknya perlu dilandasi oleh ajaran

Islam.1

Tidak ada jalan lain untuk menghindar, bahkan menyingkirkan pegaruh

negatif dari hal-hal tersebut di atas kecuali dengan mendalami memahami, dan

mengaplikasikan aqidah islamiyah yang sahih agar hidup kita dapat berjalan

sesuai kehendak Illahi, demi kebahagiaan kita baik di dunia maupu di akhirat,

seperti yang di firmankan Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 69 dan An-Nahl

ayat 97 sebagi berikut :

Artinya :

“Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad) Maka


mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat
oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang orang
yang mati syahid dan orang orang yang shaleh. Mereka itulah teman
yang sebaik-baiknya.” (Q.S. An-Nisa’[4]:69)

1
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulang Bintang, 1987), h . 35
4

Artinya :
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik2 dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan.(Q.S. An-Nahl [16]:97)

Selain dari itu, situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif

dan membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat

kehidupan yang lebih baik. Para peserta didik memandang sekolah sebagai

lembaga yang dapat mewujudkan cita-cita mereka. Sementara orangtua

menaruh harapan kepada sekolah untuk dapat mendidik anak menjadi yang

pintar, serta memiliki akidah akhlak yang mulia. Apa yang diharapkan dari

pendidikan untuk perkembangan peserta didik, setiap negara atau bangsa

memiliki orientasi dan tujuan yang relatif berbeda. Bagi kita bangsa Indonesia,

kontribusi pendidikan yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik

termaktub dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 BAB II Pasal 3 yang

berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan

tujuan pendidikan tersebut menurut Syamsu Yusuf adalah menunjukan

2
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat
pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
5

karakter pribadi peserta didik yang diharapkan terbentuk melalui pendidikan.3

Salah satu kewajiban guru dan orang tua adalah menanamkan akidah, ibadah,

akhlak yang baik pada anaknya, dan melaksanakan ajaran agama dengan

benar. Seringkali orang tua tidak mampu memenuhi kewajibannya tersebut.

Oleh karena itu, mereka memasukan anaknya ke lembaga pendidikan formal

(Sekolah / Madrasah) di mana fungsi orang tua sebagai pendidik dapat dibantu

oleh guru.

Pada pendidikan formal di sekolah khususnya sekolah menengah

pertama (SMP/MTs), waktu yang disediakan untuk pendidikan akidah akhlak

dipandang kurang mencukupi. Oleh karena itu anak perlu memperoleh

bimbingan khusus yang disebut dengan bimbingan dan konseling.

Kegiatan bimbingan dan konseling di lingkup sekolah menengah

pertama (SMP/MTs) umumnya di titik beratkan pada pendalaman sikap

terutama aqidah dan akhlak sehingga berpengaruh pada peningkatan prestasi

serta konsentrasi belajar siswa.

Sudah barang tentu kegiatan bimbingan dan konseling yang

dilaksanakan di sekolah tersebut mempunyai tujuan sebagaimana halnya

lembaga pendidikan Islam pada umumnya. Oleh karena itu materi yang

disajikan mencakup bimbingan akhlak, bimbingan karier serta banyak yang

lainnya. Maka tujuan operasional kegiatan bimbingan dan konseling adalah

mewujudakan anak didik yang terampil, berakhlak mulia, mengenal bakat

3
Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung, PT. Remaja
Rosda Karya, 2010), h. 3
6

serta minat serta prestasi belajarnya. Tentang tujuan operasional ini dijelaskan

oleh Zakiah Daradjat sebagai berikut :

Dalam tujuan operasional lebih banyak dituntut dari anak didik suatu
kemampuan dan keterampilan tersebut. Dalam pendidikan hal ini
terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah, seperti bacaan, kaifiyat
sholat, akahlak dan tingkah laku. Pada masa permulaan yang penting
adalah anak didik mampu dan terampil berbuat, baik perbuatan itu
perbuatan lidah (ucapan) ataupun perbuatan anggota badan.
Kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada anak didik
merupakan sebagaian kemampuan dan keterampilan Insan Kamil yang
semakin sempurna (meningkat).4

Orang tua dapat memonitor dan memperhatikan perkembangan aklak

anaknya melalui kegiatan bimbingan dan konseling yang di adakan di

lingkungan sekolah khususnya sekolah menengah pertama (SMP) atau

Madrasah Tsanawiyah (MTs). Orang tua murid dapat mempersepsi kegiatan

tersebut yang dinilainya dapat meningkatkan kualitas pendidikan aqidah

akhlak, mengenal bakat serta minat anaknya.

Kondisi persepsi guru bimbingan dan konseling di atas diduga

berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi siswa/siswi untuk mengetahui

bakat serta minatnya. Menurut Ngalim Purwanto bahwa motivasi adalah

“pendorongan”, suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku

seseorang agar ia tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu sehingga

mencapai hasil atau tujuan tertentu.5

Berdasarkan studi pendahuluan di MTs Nurul Falah Ciater Kec.

Serpong Kota Tangerang Selatan yang dipimpin oleh Bp. Amud S.Pd.

4
Zakiyah Darajat, Op Cit, h. 23
5
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002),
hal. 71
7

kegiatan progran bimbingan dan konseling dilaksanakan setiap hari efektif

kegiatan belajar mengajar dan diikuti oleh peserta didik terutama kelas VII

dan VIII.

Menurut kepala sekolah, guru, serta orang tua peserta didik setempat,

kegiatan bimbingan dan konseling tersebut telah mengurangi fenomena

kenakalan remaja. Para remaja yang asalnya terbiasa merokok,

mabuk-mabukan, dan berkelahi, berangsur-angsur menjadi berkurang.

Selain itu kegiatan program kegiatan bimbingan dan konseling ini juga

dapat meningkatkan sikap disiplin peserta didiknya terutama dalam mengenal

bakat, minat aqidah serta akhlaknya.

Berdasarkan fenomena di atas, jika dianalisis dengan seksama maka

akan terlihat betapa positif kegiatan program bimbingan dan konseling yang

diselenggarakan di sekolah tersebut. Namun sekalipun demikian ternyata

masih banyak peserta didik yang enggan dan merasa canggung serta takut

mengikuti kegiatan program bimbingan dan konseling tersebut, meskipun

sebagian yang telah mengikuti telah terbukti dengan ditunjukannya sikap

sikap positif. Kasus Norkoba, Tangerang (ANTARA News) - Peredaran

narkotika di Kota Tangerang Selatan, Banten, mengalami peningkatan secara

signifikan.

Hal tersebut di atas menarik untuk diteliti dan dituangkan dalam

penelitian, “PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VIII DI MTS NURUL FALAH

CIATER KEC. SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN.”


8

(Studi kasus di MTs Nurul Falah Ciater Kecamatan Serpong Kota

Tangerang Selatan).

B. Identifikasi Masalah

Yang menjadi masalah sesuai latar belakang di atas serta tidak terjadi

kesalahahaman maka dalam penelitian ini adalah terkait dengan bagaimana

peranan guru bimbingan dan konseling terhadap akhlak peserta didik kelas

VIII di MTs. Nurul Falah Ciater Kec. Serpong Kota Tangerang Selatan, dan

dapat diuranikan sebagai berikut :

1. Anggapan Kepala sekolah terhadap kegiatan bimbingan dan konseling.

2. Hubungan manusiawi kepala sekolah dengan guru bimbingan dan

konseling.

3. Peranan guru BK di lingkungan MTs Nurul Falah Ciater.

4. Jalannya program bimbingan dan konseling yang sedang berlangsung.

5. Hubungan manusiawi antara guru BK dan peserta didik.

6. Anggapan positif peserta didik terhadap program bimbingan dan konseling

7. Gambaran umum akhlak peserta didik di lingkungan MTs Nurul Falah

Ciater.

8. Upaya guru bimbingan dan konseling dalam pendidikan akhlak peserta

didik.

9. Timbal balik (feed back) program bimbingan dan konseling terhadap

akhlak siswa.
9

10. Peranan guru bimbingan dan konseling terhadap akhlak peserta didik

khusunya kelas VIII di lingkungan MTs Nurul Falah Ciater.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari banyaknya masalah di atas, maka dalam penelitian ini hanya

dibatasi pada tiga masalah, yaitu :

1. Peranan guru bimbingan dan konseling pada lembaga pendidikan

khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)

2. Metode guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan program

bimbingan dan konseling.

3. Korelasi & dampak guru bimbingan dan konseling terhadap akhlak siswa.

Berdasarkan uraian di atas, ditetapkan bahwa inti masalah yang akan

dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaiman peranan guru bimbingan dan konseling pada lembaga

pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) ?

2. Bagaimana teknik guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan

program bimbingan dan konseling ?

3. Bagaimana peranan guru bimbingan dan konseling terhadap akhlak

kaitannya dengan prestasi peserta didik ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara operasional tujuan penelitian ini, adalah :


10

a. Untuk mengetahui Peranan guru bimbingan dan konseling pada

lembaga pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama

(SMP/MTs).

b. Untuk mengetahui teknik guru bimbingan dan konseling dalam

pelaksanaan program bimbingan dan konseling

c. Untuk mengetahui hubungan guru bimbingan dan konseling terhadap

akidah akhlak siswa.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menambah wawasan pengetahuan khususnya atas permasalahan yang

dikaji.

b. Untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat ujian guna mencapai

gelar sarjana S1 dan menambah perbendaharaan hadzanah keilmuan

bagi kemajuan STAINU Jakarta Program Studi PAI.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian,

yang terbukti melalui data yang terkumpul.6

Penelitian ini menyoroti dua variable yaitu variable X (peran guru

bimbingan dan konseling sebagai motivator) dan variable Y (Akhlak peserta

didik sebagai konseli). Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa secara

logika rendah dan tingginya akhlak peserta didik salah satunya dapat terlihat

dari peranan serta tehnik guru bimbingan dan konseling membimbing akhlak
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke- V, h . 62
11

peserta didik di sekolah tersebut. Dari asumsi teoritik tersebut, maka dapat di

rumuskan hipotesis semakin baik peranan guru bimbingan dan konseling

disekolah tersebut, maka semakin baik pula akhlak peserata didik. Sebaliknya,

semakin kurang peranan guru bimbingan dan konseling, maka semakin

berkurang pula akhlak peserta didik di sekolah tersebut.

Dalam penelitian ini digunakan hipotesis nol, yaitu tidak ada hubungan

antara peranan guru bimbingan dan konseling terhadap akhlak peserta didik.

Prosedur penyajiannya didasarkan pada taraf signifikasi 5%, yaitu dengan

membandingkan harga “t” hitung dengan harga “t” tabel dengan catatan

apabila harga “t” hitung sama atau lebih besar “t” tabel maka hipotesis nol

ditolak, sedangkan apabila harga “t” hitung lebih kecil dari harga “t”, maka

hipotesis nol diterima.

F. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan pokok penelitian ini, yaitu peran guru bimbingan

dan konseling tentang kegiatan bimbingan dan konseling di MTs Nurul Falah

Ciater, dalam upaya memotivasi aqidah akhlak siswanya dalam mengikuti

program bimbingan dan koseling, maka penelitian yang digunakan melalui

pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu jenis penelitian yang

memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa

ada perlakuan terhadap objek yang diteliti, dengan menggunakan angka, mulai

dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan dari


12

hasilnya. Demikian juga pemahaman akan kesimpulan penelitian disertai

dengan tabel, grafik dan lain-lain.7

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif korelasional. Menurut Winarno Surakhmad penelitian

deskriftif adalah penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada

pada masa sekarang, menuturkan dan menafsirkan data yang ada.8 Sedangkan

penelitian korelasioner adalah penelitian yang ditujukan untuk mengetahui

hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel yang lain.9 Dengan

menggunakan metode deskriptif korelasional ini diharapkan penelitian tidak

hanya sekedar pengumpulan data, melainkan analisis dan membuat

kesimpulan.

1. Teknik Pengambilan Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang

ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Penelitian populasi hanya dapat

dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya tidak terlalu banyak.10

Berdasarkan batasan di atas, maka dapat ditetapkan bahwa populasi penelitian

ini adalah siswa/santri MTN berjumlah 1 dan MTs berjumlah 42 sekolah di

Tangerang Selatan. Tujuan penetapan sampel adalah untuk memperoleh

7
Ibid, h . 10.
8
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah. (Bandung : Tarsito, 1985), Cet.
Ke-7, h . 139.
9
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Kependidikan, (Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, 2007),Cet. Ke – 3, h . 54
10
Suharsimi Arikunto, op cit, h . 108
13

gambaran tentang keadaan populasi. Sedangkan dalam menentukan jumlah

sampel, penulis menggunakan teknik sampel (random sampling).

Pengambilan sampel secara acak berarti setiap individu dalam populasi

mempunyai peluang / memiliki karakteristik yang sama untuk dijadikan

sampel dan memungkinkan digunakan perhitungan statistik inferensial.11

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan

langsung ke tempat penelitian, yaitu di MTs Nurul Falah Ciater, untuk

melihat peran guru bimbingan dan konseling tentang kegiatan bimbingan

dan konseling dalam upaya meningkatkan perubahan akidah akhlak lebih

baik baik di sisi informal daupun ninformal.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi

melalui tatap muka antara pihak penanya dengan pihak ditanya atau

penjawab.12 Wawancara ini dilakukan terhadap guru bimbingan konseling

dan peserta didik. Dengan wawancara ini diharapkan mendapatkan data

sebagai pelengkap dari data-data yang telah didapatkan dengan teknik lain.

c. Angket

Angket adalah daftar yang berisi pertanyaan atau

pernyataan yang disusun secara khusus untuk menggali dan menghimpun

keterangan atau informasi yang cocok untuk dianalisis. Dari penyajian


11
Nana Syaodih Sukmadinata, op cit, h . 252
12
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung : Tarsito, 1986), h . 234
14

angket tersebut, diharapkan mendapatkan data yang objektif 13. Angket ini

diberikan kepada responden maksudnya untuk mengetahui data tentang

peran guru bimbingan dan konseling terhadap akidah akhlak siswa.

3. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data-data terkumpul, maka ditempuh langkah-langkah

menganalisa data. Analisis ini dilakukan untuk menguji dan menghitung

variabel X dan variabel Y secara terpisah dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Menghitung Tendensi Sentral

b. Menguji normalitas variabel

c. Analisa korelasi

d. Menguji pengaruh variabel X terhadap variabel Y

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistimatika penulisan akan diuraikan antara lain :

Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka

pemikiran, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Kerangka Teori terdiri dari peran guru bimbingan dan konseling,

tehnik bimbingan dan konseling, serta bimbingan akidah akhlak

terhadap peningkatan prestasi serta perubahan akhlak peserta didik.

13
Sudjana, op cit, h . 231
15

Bab III Metode Penelitian terdiri dari operasional variabel, tempat dan

waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik dan alat

pengumpulan data, dan teknik pengolahan dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian,

deskripsi data, dan pengolahan dan analisa data.

Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.


16

DAFTAR PUSTAKA

Farid Mashudi, Supervisi Bimbingan dan Konseling, Jogjakarta : DIVA

Press, 2013

Beni S. Ambar Jaya, Psikologi Pendidikan dan Pengajaran Teori dan

Praktek, Jakarta : Caps, 2012.

U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, Bandung : CV.

Pustaka Setia. 2012.

M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, Lombok : Holistica. 2013.

Rohadi Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi Dalam Islam, Jakarta : Rineka

Cipta. 1997.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta

: Rineka Cipta, 2002.

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito,

1985.

Anda mungkin juga menyukai