OLEH
NAMA : MARGARETHA RUMAMBO
MENGETAHUI
CI LAHAN CI INSTITUSI
…………………………………… ……………………………………
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS (DM)
DENGAN ULKUS
DEFINISI
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala
klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolism lemak dan protein ( Askandar, 2000 ).
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut
insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu
gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab
utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi
memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus
Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah
2005).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan
morbiditas akibat Diabetes Melitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius
akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010).
Kaki Diabetes
C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus adalah:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pankreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak
tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI
ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada
awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu,
kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor
yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal
antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Melitus tipe II disebut juga
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk
Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang
dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
3. Diabetes dengan Ulkus
a. Faktor endogen:
1) Neuropati:
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan sensori nyeri,
panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang
dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan
hilangnya tonus vaskuler
2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
3) Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada pembuluh
darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan penurunan aliran darah ke tungkai,
bila terdapat thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.
Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:
Adanya hormone aterogenik
Merokok
Hiperlipidemia
Manifestasi kaki diabetes iskemia:
Kaki dingin
Nyeri nocturnal
Tidak terabanya denyut nadi
Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
Kulit mengkilap
Hilangnya rambut dari jari kaki
Penebalan kuku
Gangrene kecil atau luas.
2. Fisiologi
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas, adenohipofisis
dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan diintestin dialirkan ke hepar
melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar
glukosa di vena porta lebih tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai gliogen
hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi
dari vena porta. Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal glikogen di
hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi
hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan peran
insulin dan glucagon sangat penting pada metabolisme karbonhidrat. Glukagon
menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan
untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk gliogenolisis. Bila
cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif. Jumlah glukosa
yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh jaringan perifer
tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara lain :
a. Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin.
Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan cara
membantu glukosa darah masuk kedalam sel.
1) Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.
2) Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin.
3) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.
4). Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
b. Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone membentuk suatu
mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat
pengaruh insulin.
Klasifikasi :
Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,yaitu:
Derajat 0 :Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II :Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
DIABETES MELITUS (DM)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut dan kronik :
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0 : tidak ada luka
2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai
3. Komplikasi jangka panjang dari diabetes
Organ/jaringan yg
Yg terjadi Komplikasi
terkena
Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk & Sirkulasi yg jelek menyebabkan
menyumbat arteri berukuran penyembuhan luka yg jelek &
besar atau sedang di jantung, bisa menyebabkan penyakit
otak, tungkai & penis. jantung, stroke, gangren kaki &
Dinding pembuluh darah kecil tangan, impoten & infeksi
mengalami kerusakan sehingga
pembuluh tidak dapat
mentransfer oksigen secara
normal & mengalami kebocoran
Mata Terjadi kerusakan pada Gangguan penglihatan & pada
pembuluh darah kecil retina akhirnya bisa terjadi kebutaan
Ginjal Penebalan pembuluh darah Fungsi ginjal yg buruk
ginjal Gagal ginjal
Protein bocor ke dalam air
kemih
Darah tidak disaring secara
normal
Saraf Kerusakan saraf karena glukosa Kelemahan tungkai yg terjadi
tidak dimetabolisir secara normal secara tiba-tiba atau secara
& karena aliran darah berkurang perlahan
Berkurangnya rasa, kesemutan
& nyeri di tangan & kaki
Kerusakan saraf menahun
Sistem saraf Kerusakan pada saraf yg Tekanan darah yg naik-turun
otonom mengendalikan tekanan darah & Kesulitan menelan &
saluran pencernaan perubahan fungsi pencernaan
disertai serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah ke Luka, infeksi dalam (ulkus
kulit & hilangnya rasa yg diabetikum)
menyebabkan cedera berulang Penyembuhan luka yg jelek
Darah Gangguan fungsi sel darah putih Mudah terkena infeksi, terutama
infeksi saluran kemih & kulit
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih
tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka
sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini
akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.
3. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat
tidak terdeteksi
4. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL,
LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)
PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
kerja OAD tingkat reseptor
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
Biguanida pada tingkat prereseptor à ekstra pankreatik
(1) Menghambat absorpsi karbohidrat
(2) Menghambat glukoneogenesis di hati
(3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(4) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
(5) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
2) Insulin diperlukan pada keadaan :
a) Penurunan berat badan yang cepat.
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c) Ketoasidosis diabetik.
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain
dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus
dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan
kalium permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat
ortopedi yang secaramekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang
luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.Menurut Smeltzer dan Bare
(2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Melitus adalah
menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa
komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua
unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa
darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.
(1) Diit DM I : 1100 kalori
(2) Diit DM II : 1300 kalori
(3) Diit DM III : 1500 kalori
(4) Diit DM IV : 1700 kalori
(5) Diit DM V : 1900 kalori
(6) Diit DM VI : 2100 kalori
(7) Diit DM VII : 2300 kalori
(8) Diit DM VIII: 2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes
komplikasi.
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Melitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita,
penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight
(BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR = ------------------X 100 %
TB (cm) – 100
1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %
2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
4) Obesitas, apabila : BBR > 120 %
- Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
- Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
- Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
- Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah:
1) kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
2) Normal : BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan kadar
glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan pada
penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan
kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan
dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu menghindari
komplikasi dari diabetes itu sendiri.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes melitus dilakukan mulai
dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat
keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal
yang perlu dikaji pada klien degan diabetes melitus :
1. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas
bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
3. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
5. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,
letargi, koma dan bingung.
6. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
7. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
8. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
9. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten
pada pria.
Managemen
Hiperglikemia
1. Monitor GDR sesuai
indikasi
2. Monitor tanda dan gejala
diabetik ketoasidosis ; gula
darah > 300 mg/dl,
pernafasan bau aseton, sakit
kepala, pernafasan kusmaul,
anoreksia, mual dan muntah,
tachikardi, TD rendah,
polyuria,
polidypsia,poliphagia,
keletihan, pandangan kabur
atau kadar Na,K,Po4
menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi
sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai
kebutuhan
7. Konsultasi dengan dokter
jika tanda dan gejala
Hiperglikemia menetap atau
memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi
jika terjadi hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula
darah >250 mg/dl khususnya
adanya keton pada urine
10. Pantau jantung dan sirkulasi
( frekuensi & irama, warna
kulit, waktu pengisian
kapiler, nadi perifer dan
kalium
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit
RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2004. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Teguh, Subianto. (2009). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus. [ serial Online] cited 12
Februari 2012], avaible from URL:
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-
mellitus.htmlhttp://www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/
Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit
Erlangga
TINJAUAN KASUS
I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama : Tn. “J”
2. Usia : 62 tahun
3. Agama : Kr. protestan
4. Suku / Bangsa : Toraja/ Indonesia
5. Status Perkawinan : Sudah menikah
6. Pekerjaan : pensiunan PNS
7. No. Rekam Medik :
8. Tanggal Masuk RS : 31 – 08 - 2016
B. Tanggal Pengkajian : 02 – 09 - 2016
C. Penanggung Jawab
1. Nama : Ny. “ M”
2. Usia : 58 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : IRT
5. Hubungan dengan klien : Istri klien
626
62 5
48 4 3 32 27 25 24 2 1
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Sudah meninggal
: Tinggal serumah
a. Generasi I :
Nenek dan kakek klien dari pihak ayah dan ibu sudah lama meninggal dengan
penyakit yang tidak diketahui
b. Generasi II :
Ayah dan ibu klien beserta saudara – saudaranya. Ayah dan ibu klien sudah lama
meninggal dengan penyakit yang tidak diketahui
c. Generasi III :
Klien dan saudara – saudaranya.Klien adalah anak pertama dari 3 bersaudara, saat
ini klien sedang dirawat di Rumah Sakit karena penyakit Benigna Hipertropi
Prostat.
d. Generasi IV : Anak – anak klien.
III. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Pola Konsep Diri
a. Gambaran Diri : Klien adalah Ciptaan Tuhan Yang maha Esa
b. Ideal Diri : Klien sangat berharap cepat sembuh dari
penyakitnya
c. Harga Diri : Klien ingin dihargai dan disayangi sebagai manusia
walaupun dalam keadaan sakit
d. Peran Diri : Klien berperan sebagai suami dalam keluarga
e. Identitas Diri : Klien adalah seorang laki-laki
2. Pola Kognitif
Klien sering memikirkan tentang penyakitnya dan pengobatannya
3. Pola Koping
Klien sering cemas dan gelisah tentang penyakitnya. Dalam mengambil
keputusan klien di bantu keluarganya
4. Pola Interaksi
Klien dapat berinteraksi dengan perawat, dokter dan orang –orang yang ada di
sekitarnya. Bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia
IV. RIWAYAT SPIRITUAL
a. Ketaatan Klien beribadah
Sebelum di rawat,Klien taat beribadah dan menjalankan kepercayaannya
b. Dukungan keluarga Klien
Keluarga Klien mendukung dan mendoakan agar klien cepat sembuh
c. Ritual yang biasa di lakukan
Klien selalu berdoa sebelum beraktivitas dan rajin mengikuti ibadah kebaktian
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum Klien
1. Tanda-tanda distress : Ada
2. Penampilan dihubungkan dengan usia : Sesuai dengan umur
3. Ekspresi wajah : Meringis
4. Bicara : Jelas
TB :162 cm
BB : 60 kg
B. Tanda- tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
N : 84 x / menit
S :36,80C
P :20 x/menit
C. Sistem Pernafasan
1. Hidung
Inspeksi :
- Tidak Nampak adanya polip, Secret dan epistaksi
- Septum Lurus
- Kedua lobang hidung simetris kiri dan kanan
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada hidung
- Tidak teraba adanya massa
2. Leher
Inspeksi :
- Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
- Tidak ada luka sekitar leher
- Tidak ada peningkatan vena jugularis
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak teraba adanya massa
3. Dada
Inspeksi :
- Bentuk dada normochest
- Perbandingan ukuran anterior, posterior dengan tranversal 1 :2
- Gerakan dada mengikuti irama pernafasan
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
- Vocal fremitus seimbang kiri dan kanan
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesicular
Tidak ada suara nafas tambahan
D. Sistem Cardiovascular
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :
- Arteri carotis kuat
- Tekanan vena jugularis tidak meninggi
- Iktus cordis teraba pada Ics 5 midklavikula kiri
Auskultasi : S1 : “Lup “ pada penutupan katup tricuspidalis dan mitral
S2 : “Dup “ pada penutupan katup aorta dan pulmonal
Perkusi :
- Batas jantung atas : ICS 2 linea midklavikula sinistra
- Batas jantung kanan : ICS 6 linea parasternalis dekstra
- Batas jantung kiri : ICS 6 axillaris anterior sinistra
E. Sistem Pencernaan
1. Mata
Inspeksi :
- Sklera berwarna putih, konjungtiva tidak anemis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2. Mulut
Inspeksi :
- Tidak terlihat stomatitis, tidak terlihat palatokisis, jumlah gigi lengkap
(32), gigi bersih, tidak ada gangguan menelan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
3. Abdomen
Inspeksi : Konjungtiva tidak anemis, sklera berwarna putih
Auskultasi : Peristaltik usus 7x/menit
Palpasi : Ada nyeri tekan pada abdomen bagian bawah
Perkusi : Tympani
F. Sistem Indera
1. Mata
Inspeksi :
- Tidak ada edema kelopak mata, terlihat distribusi alis dan mata
- Sklera sebagian berwarna merah
- Daerah di bawah palpebra inferior kiri/ kanan memar
- Bola mata mengikuti objek yang digerakkan
Palpasi : Terdapat nyeri tekan
2. Hidung
Inspeksi :
- Tidak ada polip,secret dan epistaksis
- Septum lurus
Palpasi :
- Tidak ada nyeri yekan
- Tidak ada massa
3. Telinga
Inspeksi :
- Daun telinga simetris kiri dan kanan, rupture pada membrane tympani
telinga kiri
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada telinga kiri
G. Sistem Saraf
1. Fungsi Serebral
a. Status mental
- Orientasi waktu : Klien dapat membedakan siang dan malam
- Orientasi tempat : Klien tahu sedang berada di RS
- Orientasi orang : Klien mampu mengenal perawat dan pasien lain di
kamar perawatannya
b. Kesadaran
E :4
M :6
V :5
GCS : 15
Tingkat kesadaran : Composmentis
2. Fungsi Cranial
1. Nervus I
Klien mampu membedakan bau kulit jeruk dan minyak kayu putih
2. Nervus II
Lapang pandang 180 o, Penglihatan jelas
3. Nervus III,IV,VI
Gerakan bola mata mengikuti objek yang digerakkan, pupil isokor
4. Nervus V
Mampu merasakan sentuhan tissue pada pipi kiri / kanan, dahi dan dagu
reflex mata positif, kekuatan otot masester sama
5. Nervus VII
- Klien mampu mengangkat alis mata secara bersamaan, gerakan
wajah semetris kiri / kanan
- Klien dapat membedakan rasa manis dan asin pada 2/3 anterior
lidah
6. Nervus VIII
- Telinga kiri dan kanan mampu mendengar
7. Nervus IX
- Tidak ada gangguan menelan
- Mampu menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan
- Klien mampu menjulurkan lidah
- Klien mampu merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah
8. Nervus X
- Tidak ada gangguan menelan
- Peninggian uvula saat mengatakan “ah”
- Tidak ada suara serak
9. Nervus XI
- Mampu menahan tahanan saat bahu diberi tekanan
- Sternokleidomastoideus sama
10. Nervus XII
- Mampu menggerakkan lidah sesuai perintah
- Mampu menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan
- Kekuatan lidah sama saat diberi tahanan kiri / kanan
3. Fungsi Motorik
- Massa otot : Kenyal
- Tonus otot : Aktif
- Kekuatan otot :
5 5
5 5
4. Fungsi Sensorik
Klien dapat membedakan antara suhu panas dan dingin
Klien mengetahui tempat rangsangan nyeri
Klien mengetahui bentuk yang digambarkan pada telapak tangan tanpa
melihat
5. Fungsi Cerebellum
- Mampu mengulangi angka 1,4,10,2,4
H. Sistem Musculuskeletal
1. Kepala
Inspeksi :
- Bentuk kepala mesochepal
- Tidak ada hematoma
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Vertebrata
- Tidak ada kelainan pada tulang belakang
3. Lutut
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan, tidak ada kekakuan, gerakan aktif
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4. Kaki : Tidak edema, gerakan aktif
5. Tangan : Tidak ada edema, terpasang infus pada tangan kanan
I. Sistem Integumen
1. Rambut
Inspeksi : Rambut hitam, ikal, sedikit berminyak, tidak mudah dicabut
Palpasi : Agak lengket
2. Kulit
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, kulit elastic,ada luka op. didaerah
bokong kanan dan kemerahan.
Palpasi : ada nyeri tekan di daerah luka op.
3. Kuku
Inspeksi : Warna merah muda, CRT < 2 detik, kuku tangan panjang dan kotor,
kuku jari kaki bersih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, kuku tidak mudah patah
J. Sistem Endokrin
1. Kelenjar Tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
2. Ekskresi Urine : Sedang, ada polidipsi,ada poliphagi
3. Suhu tubuh stabil, tidak ada produksi keringat yang berlebihan
4. Tidak ada riwayat air seni dikelilingi semut
K. Sistem Perkemihan
Inspeksi : Tidak terlihat adanya edema, tidak terlihat adanya moon face, tidak
ada edema anasarka
Palpasi : Ada nyeri tekan
L. Sistem Reproduksi
1. Gland penis
- Uretra : tidak ada kelainan
2. Testis :-
3. Pertumbuhan rambut : Tidak ada kumis, tidak ada janggut, ketiak sedikit
4. Ada perubahan suara, pertumbuhan jakun menonjol
M. Sistem Imun
1. Alergi : Tidak ada
2. Klien tidak memiliki penyakit yang berhubungan dengan cuaca
3. Tidak ada riwayat tranfusi darah
CP.1A
No. RM :
ANALISA DATA
(CP.IB)
Nama Klien : Tn.” J”
No. RM :
Ruang Rawat :Antorium 4.1
Spinal Cord
Rangsangan diteruskan ke
organ target melalui saraf
afferent
Cortex Cerebri
Nyeri dipersepsikan
NYERI
2 DS : BPH GANGGUAN
- Klien mengatakan belum POLA
bisa berkemihh secara Menutup orifisium uretra ELIMINASI
normal URINE :
DO : RETENSI
- Terpasang kateter Obstruksi saluran kemih URINE
- Adanya massa pada
abdomen bawah Retensi urine
- Nyeri tekan pada abdomen
bagian bawah GANGGUAN POLA
- Hasil pemeriksaan USG ELIMINASI URINE :
abdomen : RETENSI URINE
Prostat membesar dengan
3 volume 53,65 ml
Kulit kering
Pertumbuhan jamur
candida albicans pada kulit
tidak terkendali
GANGGUAN RASA
NYAMAN : PRURITUS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(CP 2)
Nama Klien : Tn. “J”
No. RM :
Ruang Rawat : Antorium 4.1
RENCANA KEPERAWATAN
(CP.3)
Nama : Tn. “J”: Tgl MRS : 31 agustus 2016
Umur : 62 tahun Tgl. Pengkajian : 2 september 2016
Jenis kelamin : Laki – laki No. Register :
Dx. Medis : Ulkus diabetik
8. PK : Infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau tanda dan gejala infeksi primer &
keperawatan, perawat akan sekunder
menangani / mengurangi 2. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
komplikasi defesiensi imun pasien lain.
3. Batasi pengunjung bila perlu.
4. Intruksikan kepada keluarga untuk
mencuci tangan saat kontak dan
sesudahnya.
5. Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci
tangan.
6. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
7. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai
alat pelindung.
8. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap
tindakan.
9. Lakukan perawatan luka dan dresing infus
setiap hari.
10. Amati keadaan luka dan sekitarnya dari
tanda – tanda meluasnya infeksi
11. Tingkatkan intake nutrisi.dan cairan
12. Berikan antibiotik sesuai program.
13. Monitor hitung granulosit dan WBC.
14. Ambil kultur jika perlu dan laporkan bila
hasilnya positip.
15. Dorong istirahat yang cukup.
16. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.
17. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan
gejala infeksi.
Nama klien : Tn “J ”
No.RM :
Umur : 62 tahun
Ruang Perawatan : Antorium 4.1
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal : 2 september 2016
Hari / Tgl Kode Jam Tindakan Evaluasi
Ndx Keperawatan (SOAP)
4. Penatalaksanaan pemberian
teraphy anlagetik
10.0 Ketorolac 1 amp/iv.
0