Anda di halaman 1dari 10

NAMA : AMAN SAPOAN

NIM : F1C020019

PRODI : TEKNIK MESIN - A

MK : PROSES PRODUKSI

Tugas untuk membuat materi tentang pengelasan (Oxyasetylin, TIG, MIG, SMAW,
Submerged Arc Welding)

1. Pengelasan Oxyasetylin

Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual, dimana
permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair oleh nyala
(flame) gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau tanpa logam
pengisi, dimana proses penyambungan tanpa penekanan. Disamping untuk keperluan
pengelasan (penyambungan) las gas dapat juga dipergunakan sebagai : preheating,
brazing, cutting dan hard facing. Penggunaan untuk produksi (production welding),
pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi (repair & maintenance).

Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon, terutama
lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipun demikian
hampir semua jenis logam ferrous dan non ferrous dapat dilas denganlas gas, baik
dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal).

Disamping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane, untuk
logam–logam dengan titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas tersebut
diperlukan adanya oxygen. Oxygen ini didapatkan dari udara dimana udara sendiri
mengandung oxygen (21%), juga mengandung nitrogen (78%), argon (0,9 %), neon,
hydrogen, carbon dioksida, dan unsur lain yang membentukgas.

PEMBUATAN OXYGEN
Secara teknis, oksigen di dapat dari udara yang dicairkan. Kemudian dengan cara
elektrolisa, campuran udara cair dan air dipisahkan oleh oksigen. Masalah yang sulit
adalah antara Nitrogen dan Oksigen . Nitrogen titik didihnya lebih besar, dan titik didih
kedua gas tersebut hanya berbeda 13 0 C saja. (Oksigen = -183 0C dan Nitrogen = -196
0 C), sehingga perlu pemurnian oksigen dilaksanakan secara berulang-ulang. Kemurnian
yang dapat dicapai sampai 99,5 % dan kemudian dimanfaatkan dalam tangki-tangki
baja dengan tekanan kerja antara 15-30 atm.

Keuntungan pemakaian oksigen adalah keadaan oksigen yang cukup cair tersebut,
dapat dipertahankan pada tangki penyimpan dan mudah pada saat pengangkutan. Pada
saat dibutuhkan dengan menggunakan alat (Gasificator) , oksigen cair dijadikan oksigen
gas, dengan tekanan yang besar kemudian oksigen gas tersebut disimpan pada botol-
botol baja.

2. Pengelasan TIG

Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) atau Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) dapat
dikerjakan secara otomatis ataupun manual. Untuk melindungi sambungan, lapisan
kawat las atau fluks tidak diperlukan dalam pengelasan ini. Hasil las yang dihasilkan
oleh GTAW pada hampir semua jenis logam bermutu tinggi. GTAW biasanya digunakan
pada logam ringan seperti magnesium, aluminum, dan lain-lain serta stainless steel.
Untuk hasil yang baik, dibutuhkan kemampuan yang tinggi juga pada teknik pengelasan
ini. Wolfram merupakan Gas Inert yang sering digunakan dalam pengelasan ini.
Wolfram merupakan pelindung yang baik yang membuat atmosfir udara tidak dapat
masuk ke daerah lasan. Harga Co2 (tidak inert) lebih murah dan lebih stabil sehingga
membuat Co2 banyak digunakan sekarang ini.

Tenaga listrik DC maupun AC dibutuhkan dalam pengelasan TIG. Tenaga/Energi listrik


digunakan untuk membuat busur nyala dan sebagai pemanas, sedangkan bagian-
bagian pendukung yang lainnya masih disuplai/diperoleh dari alat-alat yang lainnya.
Tabung gas Argon ataupun gas lainnya merupakan salah satu peralatan pendukung
yang digunakan pada las TIG ini. Proses pengelasan perlu terlindungi dari adanya
pengaruh udara luar, dan gas itulah yang berperan untuk melindunginya. Pengelasan
dengan arus bolak-balik (AC) sering digunakan untuk pengelasan magnesium, besi cor,
aluminium, dan jenis logam yang lainnya. Sedangkan pengelasan dengan arus searah
polaritas langsung banyak digunakan untuk pengelasan paduan tembaga, baja tahan
karat, baja, dan yang lainnya.
Kelebihan proses TIG atau GTAW :

• Dapat dihasilkan hasil las yang bagus dan bermutu/berkualitas tinggi pada bahan non
ferrous dan ferrous

• Dalam atmosfir terdapat berbagai pengotor yang dapat mengurangi kualitas hasil las.
Jika teknik pengelasan dilakukan degan tepat, maka semua pengotor tersebut bisa
dihilangkan

• Dapat digunakan untuk membuat root pass yang berkualitas/bermutu tinggi dari arah
1 sisi pada beragam jenis bahan

• Dibandingkan dengan SMAW, kecepatan gerak TIG/GTAW lebih rendah sehingga


pengamatan untuk mengendalikan logam las ketika penyatuan dan pengisian menjadi
lebih mudah.

Kelemahan proses TIG atau GTAW :

• Dibandingkan dengan proses las lainnya, laju pengisian TIG/GTAW lebih rendah

• Agar pada pengelasan dari arah 1 sisi dihasilkan hasil las yang berkualitas tinggi,
diperlukan kontrol kelurusan sambungan yang lebih ketat

• Agar terhindar dari cacat-cacat gas dan porosity, TIG/GTAW membutuhkan kebersihan
sambungan yang tentunya lebih baik

• Untuk kecepatan udara di atas 5 mph, perlu perlindungan ekstra hati-hati guna
mempertahankan perlindungan inert gas di atas kawah las

Las TIG/GTAW biasanya diaplikasikan untuk melakukan pengelasan pada logam yang
reaktif terhadap gas oksigen, seperti magnesium, titanium, dan aluminium. Las
TIG/GTAW juga sering diaplikasi pada pelat yang tipis dengan ketebalan sampai dengan
5 mm.
3. Pengelasan MIG

Las MIG adalah pengelasan dengan menggunakan gas nyala yang dihasilkan berasal
dari busur nyala listrik, dipakai sebagai pencair metal yang dilas dan metal penambah
Disebut juga dengan Solid Wire. Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas pelindung
berupa gas kekal (inert), CO2 dan Arcal 21. Dan juga Wire Feeder berfungsi memutar
elektroda menjulur keluar pada saat proses pengelasan berlangsung. MIG digunakan
untuk mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah menggunakan
Karbon dioxida CO2.

Di dalam logam gas mulia, kawat las MIG yang digunakan berfungsi sebagai elektroda
yang diumpamakan terus menerus. Busur listriknya pun terjadi diantara kawat pengisi
dan logam induk. Gas pelindung tersebut adalah gas argon, helium yang juga bisa
dicampur keduanya. Dan untuk menetapkan busur terkadang ditembakkan gas O2 dari
2% sampai 5% ataupun CO2 diantara 5% sampai 20%. Dengan banyaknya penggunaan
las MIG sangat menguntungkan. karena hal-hal yang disebabkan oleh pengelasan ini
sangat baik.

Dari kesimpulan diatas, Las MIG biasanya banyak digunakan untuk pengelasan baja-
baja yang memiliki kualitas yang baik, seperti baja yang memiliki daya tahan karat yang
sangat tinggi ,maupun baja-baja yang sangat kuat ataupun logam-logam yang tidak bisa
dilas menggunakan teknik las manapun selain las MIG.

Las MIG juga sering digunakan secara otomatik maupun secara semi-otomatik yang
memiliki arus searah polaritas balik yang menggunakan kawat elektroda berdiameter
diantara 1,2mm sampai 24mm. Karena perkembangan teknologi semakin canggih
belakangan ini banyak menggunakan kawat elektroda yang memiliki diameter 3,2mm
sampai 6,4mm yang digunakan untuk pengelasan aluminum yang sangat tebal,
contohnya tangki penyimpanan gas alam cair. Las MIG ini juga digunakan yang memiliki
kecepatan kawat elektroda yang tetap dengan cara pengumpan tarik dorong.

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melakukan pengelasan dengan las stick:

1. Mesin las

2Kawat las

3.Stang las

4.Massa (Grounding)

5.Wire Feeder
Keuntungan menggunakan Las MIG ( Metal Inert Gas )

1. Lebih cepat dibandingkan dengan pengelasan SMAW dan menghasilkan hasil yang
lebih tahan lama, terus-menerus.

2. Tidak menghasilkan slag atau terak, layaknya terjadi pada las SMAW

3. Sangat efisien dan proses pengerjaan yang cepat

4. Proses pengelasan MIG ( Metal Inert Gas ) itu sendiri sangat cocok untuk pekerjaan
konstruksi

Kerugian menggunakan las MIG ( Metal Inert Gas )

1. Sewaktu waktu dapat terjadi burn back

2. Pada awalannya set-up yang sulit

3. Busur yang tidak stabil

4. Tidak dapat dipakai di tempat terbuka

5. Dambungan yang akan di las harus dibersihkan dahulu untuk menghilangkan cairan
seperti grease, minyak, karatan besi, dan kotoran bekas las agar terhindar dari porosity
dan cacat-cacat las lain.

4. Pengelasan SMAW

Proses pengelasan (welding) merupakan salah satu proses penyambungan material


(material joining). Adapun untuk definisi dari proses pengelasan yang mengacu pada
AWS (American Welding Society), proses pengelasan adalah proses penyambungan
antara metal atau non-metal yang menghasilkan satu bagian yang menyatu, dengan
memanaskan material yang akan disambung sampai pada suhu pengelasan tertentu,
dengan atau tanpa penekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi. Meskipun dalam
metode proses pengelasan tidak hanya berupa proses penyambungan, tetapi juga bisa
berupa proses pemotongan dan brazing. Proses pengelasan dibedakan menjadi
beberapa jenis, dan SMAW merupakan salah satu proses pengelasan yang umum
digunakan, utamanya pada pengelasan singkat dalam produksi, pemeliharaan dan
perbaikan, dan untuk bidang konstruksi.

SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah proses pengelasan dengan mencairkan
material dasar yang menggunakan panas dari listrik antara penutup metal (elektroda).
SMAW merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi power source, kabel
elektroda (electrode cable) , kabel kerja (work cable), electrode holder, work clamp, dan
elektroda. Elektroda dan system kerja adalah bagian dari rangkaian listrik. Rangkaian
dimulai dengan sumber daya listrik dan kabel termasuk pengelasan, pemegang
elektroda, sambungan benda kerja, benda kerja (Weldment), dan elektroda las. Salah
satu dari dua kabel dari sumber listrik terpasang ke bekerja, selebihnya melekat pada
pemegang elektroda, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Sebagaimana dalam AWS (American Welding Society), prinsip dari SMAW adalah
menggunakan panas dari busur untuk mencairkan logam dasar dan ujung sebuah
consumable elektroda tertutup dengan tegangan listrik yang dipakai 23-45 Volt, dan
untuk pencairan digunakan arus listrik hingga 500 ampere yang umum digunakan
berkisar antara 80–200 ampere. Dimana dalam proses SMAW dapat terjadi oksidasi,
hal ini perlu dicegah karena oksidasi metal merupakan senyawa yang tidak mempunyai
kekuatan mekanis. Adapun untuk mencegah hal tersebut maka bahan penambah las
dilindungi dengan selapis zat pelindung yang disebut flux atau slag yang ikut mencair
ketika pengelasan. Tetapi karena berat jenisnya lebih ringan dari bahan metal yang
dicairkan, cairan flux akan mengapung diatas cairan metal, sekaligus mengisolasi metal
tersebut sehingga tidak beroksidasi dengan udara luar. Sewaktu membeku, flux akan
ikut membeku dan tetap melindungi metal dari reaksi oksidasi.

Pada pengelasan dengan metode SMAW, pengelasan dimulai saat sebuah busur listrik
dipukul dengan membuat kontak antara ujung elektroda dan system kerja. Panas intens
busur mencairkan ujung elektroda dan permukaan kerja dekat dengan busur.
Gelembung-gelembung kecil logam cair dengan cepat terbentuk di ujung elektroda,
kemudian ditransfer melalui sungai busur ke dalam kolam las cair. Dengan cara ini,
logam pengisi disimpan sebagai elektroda yang dikonsumsi. Busur digerakan sesuai
dengan panjang system kerja dan kecepatan perjalanan, titik lebur dan sekering
sebagian logam dasar dan terus menambahkan logam pengisi.

Proses pengelasan dengan metode SMAW dibedakan berdasarkan jenis arusnya


meliputi arus AC dan DC, dimana arus DC dibedakan atas DCEN (straight polarity-
polaritas langsung) dan DCEP (reverse polarity – polaritas terbalik). Perbedaan antara
SMAW dengan arus AC dan DC adalah sebagai berikut:
Untuk arus AC (Alternating Current), pada voltage drop panjang kabel tidak banyak
pengaruhnya, kurang cocok untuk arus yang lemah, tidak semua jenis elektroda dapat
dipakai, arc starting lebih sulit terutama untuk diameter elektrode kecil, pole tidak dapat
dipertukarkan, arc bow bukan merupakan masalah.

Keuntungan dari SMAW :

1. Biaya awal invesmen rendah

2. Secara operasional handal dan sederhana

3. Biaya material pengisi rendah

4. Material pengisi dapat bermacam-macam

5. Pada semua material dapat memakai peralatan yang sama

6. Dapat dikerjakan pada ketebalan berapapun

7. Dapat dikerjakan dengan semua posisi pengelasan

Kekurangan dari SMAW:

1. Lambat, dalam penggantian elektroda

2. Terdapat slag yang harus dihilangkan

3. Pada low hydrogen electrode perlu penyimpanan khusus

4. Efisiensi endapan rendah.


5. Pengelasan Submerged Arc Welding

SAW atau las busur terbenam termasuk salah satu las busur listrik, dimana busur dan
kawah las ditutupi oleh lelehan flux dan lapisan butiran-butiran flux

Pada proses ini busur las tidak terlihat. Elektroda diumpankan secara kontinyu dari
sebuah gulungan dengan cara yang sama seperti pada proses GMAW. Panas busur
melelehkan base metal, elektroda dan flux sehingga menghasilkan kawah las yang
ditutupi oleh lapisan slag cair. Lapisan slag melindungi kawah las sampai membeku.
Karena busur tidak terlihat, pengelasan dapat dilakukan tanpa menimbulkan radiasi
besar dimana hal ini sudah merupakan sifat dari proses busur terbuka, dan juga
menghasilkan sangat sedikit asap.

Pengelasan dengan proses SAW pada umumnya dilakukan di bengkel-bengkel, karena


benda kerja dapat diletakkan dengan posisi datar untuk memperoleh laju pengisian
yang lebih tinggi. Proses pengelasan SAW juga sudah digunakan dilapangan untuk
mengelas dinding tangki penyimpanan minyak secara horizontal dengan menggunakan
alat khusus pengelasan posisi jam 3, dan juga untuk mengelas plat bola yang dirakit
dilapangan dan diatur untuk pengelasan posisi datar.

Karena penetrasi SAW dalam, proses ini tidak cocok untuk mengelas root pass tanpa
terlebih dahulu diberi penyangga las. Penyangga (back up) dapat bersifat sementara
atau permanen. Pengelasan dari arah satu sisi bisa dilakukan dengan memberi bahan
penyangga sementara seperti batangan tembaga, flux back up, atau pita back up
khusus dari bahan flux atau keramik. Bahan-bahan penyangga sementara yang lain
adalah batangan baja, yang juga dapat digunakan untuk meluruskan sambungan.
Penyangga ini dilepaskan sebelum mengelas dari arah sebaliknya.

Sambungan las untuk SAW pada umumnya dirancang dengan land lebih tebal dan tanpa
celah agar dapat menopang logam las selama pengelasan dari sisi pertama. Karena
penetrasi lebih dalam, sisi sebaliknya dapat dilas tanpa perlu diback gouging.
Contohnya adalah double SAW (disingkat dengan DSW), yang dilakukan oleh pabrik-
pabrik pembuat pipa.

SAW bisa digunakan dengan arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC), tetapi arus DC
lebih banyak dipakai karena penyalaan busur lebih mudah dan penetrasinya lebih dalam.
Jenis lain SAW adalah tandem arc welding, yang menggunakan dua batang elektroda
sekaligus, dan bisa dikerjakan dengan arus DC-AC atau AC-AC. Proses las SAW
biasanya dikerjakan secara otomatis. Bisa juga dilakukan secara semi-otomatis dengan
gun genggam tetapi laju pengisian kurang memuaskan. Flux SAW harus disimpan
ditempat yang hangat, kering dan harus direkondisi apabila lembab (sesuai dengan
petunjuk pabrik). Kawat untuk pengelasan SAW juga mesti disimpan ditempat yang
kering.

Keuntungan

Proses las SAW ini dapat digunakan untuk mengelas carbon steel, low alloy steel,
stainless steel dan beberapa paduan nikel tinggi. Proses ini digunakan secara luas
untuk membuat lapisan anti karat dengan menggunakan elektroda berbentuk lembaran
(tebal 0,5 mm dan lebar 60 mm). Proses las ini dapat dikerjakan dengan arus lebih
tinggi serta elektroda berganda, sehingga diperoleh laju pengisian dua hingga sepuluh
kali lebih cepat dari pada SMAW. Karakteristik penetrasi yang dalam dari proses SAW
ini menyebabkan kampuh las bisa dibuat lebih sempit, sehingga dapat mengurangi
jumlah lapisan yang diperlukan dan juga menghemat waktu pengelasan. Lapisan slag
yang menyelimuti logam las memberikan perlindungan yang handal terhadap logam las
cair, sehingga menghasilkan deposit las bermutu tinggi.

Sebagai sebuah proses las busur terbuka, SAW tidak menimbulkan radiasi tinggi
dimana hal ini memberikan kenyamanan kepada juru las. SAW adalah proses las rendah
hydrogen, tetapi kandungan hydrogennya tergantung dari tingkat kekeringan dan jenis
flux yang dipakai. Kekerasan di daerah HAZ cenderung lebih rendah karena panas
masukan yang lebih tinggi menyebabkan laju pendinginan menjadi lebih lambat. Pada
umumnya tampilan bead yang halus dari pengelasan SAW membuat inspeksi visual
menjadi lebih mudah terhadap cacat-cacat las karena kesalahan operator atau
kesalahan fungsi peralatan.

Kelemahan

Di dalam prakteknya, proses las SAW membutuhkan penanganan dan waktu


pemasangan lebih banyak untuk meletakkan benda kerja sedemian rupa sehingga
pengelasan dapat dilakukan dengan posisi datar. Terbatasnya pandangan mata
terhadap busur dan kawah las selama pengelasan membuat proses ini menjadi lebih
sulit dalam mempertahankan posisi las di atas sambungan, meskipun pada umumnya
hal ini tidak menjadi masalah. Waktu pemasangan untuk pengelasan lebih lama
dibandingkan dengan GMAW dan SMAW, sehingga proses ini tidak ekonomis pada
pekerjaan-pekerjaan kecil. Apabila menggunakan panas masukan lebih besar, bisa
terbentuk butiran-butiran kasar di daerah HAZ. Keadaan ini menyebabkan hilangnya
sifat impact, yang pada beberapa aplikasi tidak diperbolehkan. Pada pengelasan
dengan lapisan banyak, harus dipilih kombinasi kawat/flux yang sesuai sehingga dapat
mencegah pembentukan unsur Mn dan Si pada logam las, karena unsur-unsur ini akan
menaikan kekerasan, menurunkan ketangguhan, dan menimbulkan masalah retak pada
sour service.

Anda mungkin juga menyukai