Kita disini akan mengambil contoh kasus tentang “Tuntutan karyawan PT Freeport
Indonesia”
"Para pekerja kecewa mendapatkan bonus kecil, apalagi selama ini karyawan telah membantu
perusahaan dalam operasional. Dengan adanya ketimpangan ini, maka sejak 28 September
karyawan memutuskan untuk mogok kerja, hingga ada kesepakatan antara perusahaan dan
karyawan," jelas Tri Puspital, saat dihubungi Liputan6.com, Senin (3/10/2016).
Setiap harinya, tambang terbuka itu menghasilkan sekitar 200 ribu ton ore atau bijih
mineral. Sementara para pekerja di tambang terbuka itu membawa alatnya masing-masing
berkisar 6-7 jam per hari.
"Sementara ini yang dituntut oleh teman-teman karyawan adalah meminta transparansi dari
perusahaan tentang pemberian bonus, misalnya bagaimana formula pemberian bonus,
bagaimana caranya dan baru dibandingkan dengan aktual pencapaian dengan kondisi real di
lapangan," urai dia.
Juru bicara PT Freeport Indonesia, Riza Pratama membenarkan adanya mogok kerja
sejak 28 September dari karyawan di tambang terbuka, karena masalah pemberian bonus.
"Kami sedang berupaya untuk mengatasi masalah ini dan mengembalikan operasi tambang
terbuka sesegera mungkin," jelasnya.
Mogok kerja yang dilakukan karyawan Freeport Indonesia tersebut tak berdampak
pada operasi tambang bawah tanah. "Operasi pabrik pengolahan juga masih beroperasi secara
terbatas,"ungkap dia. (diakses dari http://bisnis.liputan6.com/read/2616987/karyawan-pt-
freeport-indonesia-mogok-kerja pada hari Rabu tanggal 02-November-2016 pukul 06.30)