Anda di halaman 1dari 5

ANGKET SURVEY

Implementasi Kebijakan Fintech Lending Syariah di Indonesia


Dalam perspektif Maq}a>s}id as-Syari>’ah

Tujuan Implementasi Kebijakan Fintech Lending Syariah Setuju


Tidak
Setuju
Bahwa tujuan implementasi kebijakan fintech lending Syariah adalah
untuk mengurangi ketimpangan arus informasi khususnya antara 1 0
regulator, investor dan konsumen
Bahwa tujuan implementasi kebijakan fintech lending Syariah adalah
1 0
menjaga stabilitas sistem keuangan
Bahwa tujuan implementasi kebijakan fintech lending Syariah adalah
1 0
untuk menjaga integritas pasar.
Bahwa untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, proses penyusunan
regulasi diantaranya memenuhi beberapa standar diantaranya regulator
memahami Bahasa arab dan menggunakan beberapa metode ijtihad
1 0
yakni ta’lil dan d}ahiriyah, adanya hubungan antara maqa>s}id al-
as}liyyah dan maqa>s}id at-tabi’iyyah, Sukut as-Sya>ri’, Al-istiqra’,
dan mencari petunjuk dari para sahabat.
Variabel efektivitas implementasi kebijakan Tidak
Setuju
Kepentingan yang mempengaruhi Setuju
Penyusunan Kebijakan (POJK 77/2016 dan Fatwa no 117/2018) ini
memiliki kepentingan untuk mengatur, memberi izin, dan mengawasi 1 0
fintech Syariah
Penyusunan Kebijakan ini memiliki kepentingan untuk mengedukasi
1 0
masyarakat
Penyusunan Kebijakan (POJK 77/2016 dan Fatwa no 117/2018) ini
1 0
memiliki kepentingan untuk membentuk asosiasi fintech Syariah
Kebijakan ini memiliki kepentingan untuk merealisasikan regulasi
1 0
setingkat POJK yang sesuai dengan roleplay Fintech syariah
Kebijakan ini memiliki kepentingan untuk mewujudkan efisiensi biaya-
1 0
biaya bagi fintech Syariah
Kebijakan ini memiliki kepentingan untuk menyelaraskan
1 0
perkembangan inovasi teknologi Fintech Syariah dengan regulasi
Kebijakan ini memiliki kepentingan untuk merealisasikan efisiensi
1 0
biaya seperti adanya pemberlakuan teknologi e-KYC fintech Syariah
Kebijakan ini memiliki kepentingan untuk mewujudkan komunikasi
yang baik dengan kepentingan pelaku usaha melalui terbentuknya 1 0
lembaga asosiasi Fintech Syariah
Jenis manfaat yang dihasilkan dari kebijakan Setuju
Tidak
Setuju
Manfaat Kebijakan ini adalah sebagai rujukan yang bersifat legal formal
1 0
dalam mengatur pendaftaran/ perizinan fintech Syariah
Manfaat Kebijakan ini adalah untuk mereduksi stigma negatif 1 0
masyarakat tentang pinjaman online ilegal
Kebijakan ini (Khususnya Fatwa DSN) merupakan bagian dari
1 0
standardisasi model skema Syariah bagi fintech
Kebijakan ini memberikan manfaat bagi fintech Syariah dalam
1 0
meningkatkan omset dan pendapatannya
Manfaat Kebijakan ini adalah sebagai garansi hukum kepada
1 0
masyarakat sebagai pengguna fintech Syariah
Manfaat Kebijakan ini adalah untuk meningkatkan preferensi dan minat
1 0
masyarakat dalam menggunakan fintech Syariah
Manfaat Kebijakan ini adalah untuk membangun kesadaran masyarakat
1 0
khususnya dalam hal minat berinvestasi pada fintech Syariah
Manfaat Kebijakan ini adalah untuk memberikan perlindungan data
1 0
nasabah yang mengalami kredit macet
Manfaat Kebijakan ini adalah untuk memediasi fintech Syariah yang
1 0
belum terdaftar di OJK
Manfaat Kebijakan ini adalah untuk mengakomodir kepentingan-
kepentingan fintech lending Syariah dalam rangka mewujudkan inklusi 1 0
keuangan syariah di Indonesia
Derajat perubahan yang ingin dicapai Setuju
Tidak
Setuju
Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas dan
1 0
transparansi fintech lending Syariah
Kebijakan ini diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan fintech
1 0
lending Syariah terhadap regulator
Kebijakan ini diharapkan mampu memberikan kesadaran bagi fintech
Syariah untuk mengajukan pendaftaran ke OJK khusus bagi fintech 1 0
syariah yang belum terdaftar
Kebijakan ini diharapkan mampu meningkatkan kuantitas fintech
1 0
Syariah yang terdaftar dan berizin
Kebijakan ini diharapkan menjadi perubahan terhadap kualitas mitigasi
1 0
risiko fintech Syariah.
Kebijakan ini diharapkan memberikan perubahan terhadap kualitas
1 0
pendanaan dan pembiayaan fintech Syariah
Kebijakan ini diharapkan menjadi momentum terhadap munculnya
1 0
produk fintech Syariah yang lebih inovatif
Kedudukan pengambil kebijakan Setuju
Tidak
Setuju
OJK sebagai penyusun kebijakan Fintech Syariah memiliki asas
1 0
independensi terhadap putusan kebijakan
OJK sebagai pengambil kebijakan Fintech Syariah dilindungi oleh
1 0
hukum dan perundang-undangan
OJK sebagai pengambil kebijakan Fintech Syariah memiliki Kerjasama
1 0
dengan Lembaga di bawahnya atau lintas kelembagaan
OJK sebagai pengambil kebijakan Fintech Syariah memiliki fungsi
1 0
pengaturan yang baik.
OJK sebagai pengambil kebijakan Fintech Syariah memiliki fungsi 1 0
legalisasi (pendaftaran/perizinan) usaha fintech Syariah secara baik
OJK sebagai pengambil kebijakan Fintech Syariah memiliki fungsi
1 0
pengawasan yang baik
OJK sebagai pengambil kebijakan Fintech Syariah memiliki jalinan
1 0
komunikasi yang baik lintas sektoral/ kepenterian/lembaga
OJK sebagai pengambil kebijakan Fintech Syariah memiliki personalia
1 0
yang cukup secara kuantitas dan kompeten.
Pelaksana Program dan Sumber Daya yang disediakan
SDM sebagai Pelaksana program Kebijakan fintech Syariah didapatkan
1 0
dari unsur OJK
SDM sebagai Pelaksana program Kebijakan fintech Syariah didapatkan
1 0
dari unsur DSN-MUI
SDM sebagai Pelaksana program Kebijakan fintech Syariah didapatkan
1 0
dari unsur AFPI
SDM sebagai Pelaksana program Kebijakan fintech Syariah diperoleh
1 0
dari unsur AFSI
SDM sebagai Pelaksana program Kebijakan fintech Syariah diperoleh
1 0
dari unsur ALUDI
SDM sebagai Pelaksana program Kebijakan fintech Syariah disesuaikan
1 0
berdasarkan sumber pendanaan yang memadai.
Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat Setuju
Tidak
Setuju
OJK memiliki Otoritas kekuasaan mengatur fintech lending Syariah
secara independen (tanpa ada kepentingan politik dari pihak lain sesuai 1 0
dengan UU yang berlaku)
OJK memiliki Otoritas kekuasaan dalam memberikan izin atau tidak
1 0
kepada fintech lending Syariah secara independen
OJK memiliki Otoritas kekuasaan dalam mengawasi fintech lending
1 0
Syariah secara independen
Kekuasaan dan kewenangan OJK diatur dalam Undang-Undang 1 0
DSN-MUI memiliki kekuasaan memutuskan fatwa bagi fintech lending
1 0
Syariah secara independen
DSN-MUI memiliki kekuasaan dalam mengawasi prosedur Syariah
1 0
pada fintech lending Syariah secara independent
Kekuasaan dan kewenangan DSN-MUI dalam fatwa ini didasarkan atas
1 0
MoU bersama OJK
Kepentingan para aktor didasarkan pada kewenangan dan
1 0
tanggungjawab yang melekat padanya
Kepentingan para aktor (OJK dan DSN-MUI) didasarkan atas gejala
1 0
yang terjadi di masyarakat
Kepentingan para aktor (OJK dan DSN-MUI) didasarkan atas
1 0
perlindungan kepada masyarakat dari jerat pinjaman online illegal
Kepentingan para aktor (OJK dan DSN-MUI) untuk meningkatkan
1 0
kualitas usaha fintech lending syariah
Kepentingan para aktor (OJK dan DSN-MUI) salah satunya untuk 1 0
memberikan pembinaan pada fintech lending syariah yang belum
terdaftar.
Kepentingan para aktor (OJK dan DSN-MUI) selaras dengan
1 0
kepentingan fintech lending Syariah.
Strategi yang dilakukan OJK dan DSN-MUI melalui kebijakan ini
1 0
terbukti efektif dalam menertibkan fintech lending Syariah
Strategi yang dilakukan OJK dan DSN-MUI melalui kebijakan ini
terbukti efektif dalam meningkatkan kemauan fintech lending Syariah 1 0
mengajukan legalisasi usahanya
Strategi yang dilakukan OJK dan DSN-MUI melalui kebijakan ini
terbukti efektif dalam meningkatkan jumlah fintech lending Syariah 1 0
terdaftar/berizin
Strategi yang dilakukan OJK dan DSN-MUI melalui kebijakan terbukti
efektif sebagai produk hukum yang sesuai dengan karakteristik fintech 1 0
lending syariah
Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa Setuju
Tidak
Setuju
OJK adalah Lembaga yang menaungi seluruh institusi bisnis keuangan
1 0
termasuk bisnis fintech lending syariah
OJK memiliki kewenangan adjudikatif (dalam menyelesaikan sengketa
menggunakan mekanisme penyerahan kewenangan atau pengambilan 1 0
keputusan oleh pihak ketiga)
OJK memiliki kewenangan melakukan perubahan aturan atau
1 0
menciptakan peraturan baru bagi fintech lending syariah
OJK memiliki kewenangan mengadili setiap pelanggaran yang
1 0
dilakukan fintech lending syariah
OJK menarik pungutan untuk setiap proses bisnis yang berkaitan
1 0
dengan perizinan usaha atau sejenisnya.
DSN-MUI merupakan lembaga independent dalam bidang penerbitan
1 0
fatwa hukum Islam bagi lembaga keuangan Syariah
DSN-MUI memiliki kekuasaan simbolis 1 0
DSN-MUI menerbitkan fatwa yang bersifat tidak mengikat 1 0
Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana Setuju
Tidak
Setuju
Kepatuhan fintech lending Syariah pada kebijakan ini didasarkan oleh
1 0
karakteristik OJK yang otoritatif
Kepatuhan fintech lending syariah disebabkan karena adanya
1 0
keuntungan mendapatkan kepastian hukum
Kepatuhan fintech lending Syariah kepada regulasi yang berlaku
1 0
dikategorikan sebagai total compliance
Kepatuhan pada kebijakan ini juga dilakukan oleh fintech lending
1 0
Syariah yang dalam proses terdaftar di OJK
Penyelesaian sengketa hukum yang timbul dari aktivitas bisnis fintech
1 0
lending Syariah bersifat keperdataan (azas musyawarah mufakat)
OJK memberikan antisipasi atas kemungkinan sengketa hukum yang
muncul akibat dari transaksi masyarakat dengan fintech syariah melalui 1 0
beberapa aturan-aturan tambahan
Penyelesaian sengketa dilakukan oleh OJK secara cepat dan tanggap 1 0
Penyelesaian Sengketa hukum oleh OJK dilakukan pada ranah litigasi
1 0
dan non-litigasi

Anda mungkin juga menyukai