HALUSINASI
A. MASALAH UTAMA:
Perubahan sensori persepsi : halusinasi ……...
1
Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa
ada rangsangan dari luar.
2. Penyebab
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi
antara lain klien menarik diri dan harga diri rendah (Stuart dan Laraia,
2001). Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial
klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien
akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominant
dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan
kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal.
Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.
4. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya
sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak
lingkungan ( risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan ). Hal ini
terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami
panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-
benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan.
Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, mebunuh orang lain
bahkan merusak lingkungan.
2
C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
3
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perubahan sensori perseptual : halusinasi.
2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan
dengan menarik diri.
4
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Tindakan :
1) Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi
halusinasi.
2) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru
untuk mengontrol halusinasinya.
3) Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara
dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan,
mengatakan pada suara tersebut “saya tidak mau dengar.”
4) Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan.
5) Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri
pujian jika berhasil.
6) Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi.
d. Klien dapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang
gejala, cara, memutus halusinasi, cara merawat, informasi
waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan.
2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
1) Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.
2) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien,
obat, dosis, cara, waktu).
3) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
4) Beri reinforcement positif klien minum obat yang benar.
5
DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995