Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN

HALUSINASI

A. MASALAH UTAMA:
Perubahan sensori persepsi : halusinasi ……...

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat ( yang
diprakarsai secara internal atau eksternal ) disertai dengan suatu
pengurangan, berlebih – lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap
semua stimulus ( Towsend, 1998). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar
( Maramis, 1998 ). Menurut Lubis, 1993, halusinasi adalah suatu
penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksternal, persepsi palsu.
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh /
baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber
atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal
rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri
secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa
bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang
diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan
perasaannya sendiri. (Budi Anna Keliat, 1999)
Halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini
merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.
Halusinasi sering diidentikkan dengan Skizofrenia.

1
Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa
ada rangsangan dari luar.

2. Penyebab
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi
antara lain klien menarik diri dan harga diri rendah (Stuart dan Laraia,
2001). Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial
klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien
akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominant
dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan
kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal.
Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.

3. Tanda dan gejala


Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum
atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,
gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga
keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa
yang dilihat, didengar atau dirasakan).

4. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya
sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak
lingkungan ( risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan ). Hal ini
terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami
panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-
benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan.
Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, mebunuh orang lain
bahkan merusak lingkungan.

2
C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Core problem Perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata.
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata.
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
4) Klien merasa makan sesuatu.
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
7) Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
b. Data Objektif
1) Klien berbicar dan tertawa sendiri.
2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
3) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu.
4) Disorientasi.

3
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perubahan sensori perseptual : halusinasi.
2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan
dengan menarik diri.

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
1) Salam terapeutik – perkenalan diri – jelaskan tujuan – ciptakan
lingkungan yang tenang – buat kontrak yang jelas (waktu,
tempat, topik).
2) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
3) Empati.
4) Ajak membicarakan hal-hal yang ada di lingkungan.
b. Klien dapat mengenal halusinasinya.
Tindakan :
1) Kontak sering dan singkat.
2) Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal
dan non verbal).
3) Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada
suara yang didengar dan apa yang dikatakan oleh suara itu.
Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu,
tetapi perawat tidak. Katakan perawat akan membantu.
4) Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu,
frekuensi terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan saat
terjadi halusinasi.
5) Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi.

4
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Tindakan :
1) Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi
halusinasi.
2) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru
untuk mengontrol halusinasinya.
3) Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara
dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan,
mengatakan pada suara tersebut “saya tidak mau dengar.”
4) Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan.
5) Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri
pujian jika berhasil.
6) Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi.
d. Klien dapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang
gejala, cara, memutus halusinasi, cara merawat, informasi
waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan.
2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
1) Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.
2) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien,
obat, dosis, cara, waktu).
3) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
4) Beri reinforcement positif klien minum obat yang benar.

5
DAFTAR PUSTAKA

1. Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995

2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :


EGC, 1999

3. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.


Amino Gonohutomo, 2003

4. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,


Bandung, RSJP Bandung, 2000

5. Tri Desi Nadia, Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat


Kekambuhan Klien Halusinasi Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Prof. Hb Sa’anin Padang Tahun 2012, Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas, 2012

Anda mungkin juga menyukai