Anda di halaman 1dari 12

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN PASANGKAYU

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PASANGKAYU
Nomor : SK/ /PPRA/RS/I/2022

TENTANG
PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (PGA)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASANGKAYU

DIREKTUR RSUD KABUPATEN PASANGKAYU,


Menimbang : a. bahwa peningkatan kejadian dan penyebaran mikroba yang
resisten terhadap antimikroba di Rumah Sakit disebabkan
penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan rendahnya
ketaatan terhadap kewaspadaan standar;
b. bahwa dalam rangka mengendalikan mikroba resisten di
Rumah Sakit perlu dikembangkan Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba di rumah sakit;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud pada huruf a
dan b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Pasangkayu tentang Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba pada Rumah Sakit
Umum Daerah Pasangkayu;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4431);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5063);
3. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2015 tentang
1
Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 334);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 308);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017
tentang Akreditasi Rumah Sakit (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1023);
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan
minimal rumah sakit;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pasangkayu


tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba Rumah
Sakit Umum Daerah Pasangkayu.
KESATU : Memberlakukan keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Pasangkayu tentang Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba Rumah Sakit Umum Daerah Pasangkayu
KEDUA : Program pengedalian resistensi antimikroba merupakan kegiatan
strategis dan sistematis yang terpadu dan terorganisasi di
Rumah Sakit Umum Daerah Pasangkayu

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Program


Pengendalian Resistensi Antimikroba dilaksanakan oleh Ketua
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit
Umum Daerah Pasangkayu
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan didalamnya akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Pasangkayu
Pada tanggal : Januari 2022

Direktur,

dr. Welly Patana Salu, Sp.B


PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PASANGKAYU
NIP. 19781201 200501 1 004
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
2
JalanBukit Husada No. .... Pasangkayu Kode Pos 91571 e-mail: rsud.kab.pasangkayu@gmail.com

PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

I. PENDAHULUAN

Resistensi mikroba terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba, antimicrobial


resistance, AMR) telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak
merugikan, dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan. Muncul dan berkembangnya resistensi
antimikroba terjadi karena tekanan seleksi (selection pressure) yang sangat berhubungan dengan
penggunaan antimikroba, dan penyebaran mikroba resisten (spread). Tekanan seleksi resistensi
dapat dihambat dengan cara menggunakan secara bijak, sedangkan proses penyebaran dapat
dihambat dengan cara mengendalikan infeksi secara optimal.
Resistensi antimikroba yang dimaksud adalah resistensi terhadap antimikroba yang
efeketif untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan parasite.Bakteri adalah
penyebab infeksi terbanyak maka penggunaan antibakteri yang dimaksud adalah penggunaan
antibiotik.
Hasil peneliatian Antimicrobial Resistance in Indonesia (AMRIN-Study) tahun 2000
sanpai dengan 2005 pada 2494 individu di masyarakat, memperlihatkan bahwa 43% Eschericia
Coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%)
dan kloramfenikol (25%). Sedangkan pada 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81%
Eschericia Coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%),
kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%). Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa masalah resistensi mikroba juga terjadi di Indonesia.Penelitian tersebut
memperlihatkan bahwa Surabaya dan Semarang terdapat masalah resistensi antimikroba,
penggunaan antibiotik yang tidak bijak, dan pengendalian infeksi yang belum optimal.Penelitian
AMRIN ini menghasilkan rekomendasi berupa metode yang telah divalidasi (validated method)
untuk mengendalikan resistensi antimikroba secara efisien. Hasil penelitian tersebut telah
disebarluaskan ke rumah sakit lain di Indonesia melalui lokakarya nasional pertama di Bandung
tanggal 29 – 31 Mei 2005, dengan harapan agar rumah sakit lain dapat melaksanakan ”Self
assessment program” menggunakan “validated method” seperti yang dimaksud diatas.
Pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di masing-masing rumah sakit,
sehingga akan diperoleh data resistensi antimikroba, data penggunaan antibiotik, dan pengendalian
infeksi di Indonesia. Namun, sampai sekarang gerakan pengendalian resistensi antimikroba di
rumah sakit secara nasional belum berlangsung baik, terpadu, dan menyeluruh sebagaimana yang
terjadi di beberapa negara.
Berbagai cara pelu dilakukan untuk menanggulangi masalah resistensi antimikroba ini
baik di tingkat perorangan maupun di tingkat institusi atau lembaga pemerintahan, dalam kerja
sama antar-institusi maupun antar –negara. WHO telah berhasil merumuskan 67 rekomendasi bagi
negara anggota untuk melaksanakan pengendalian resistensi antimikroba. Di Indonesia,
3
rekomendasi ini tampaknya belum terlaksana secara institusional. Padahal, sudah diketahui bahwa
penanggulangan masalah resistensi antimikroba di tingkat internasional hanya dapat dituntaskan
melalui gerakan global yang dilaksanakan secara serentak, terpadu, dan berkesinambungan dari
semua negara.DIperlukan pemahaman dan keyakinan tentang adanya masalah resistensi
antimikroba, yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan nasional melalui program terpadu antara
rumah sakit, profesi kesehatan, masyarakat, perusahaan farmasi, dan pemerintah daerah di bawah
koordinasi pemerintah pusat melalui kementrian kesehatan.Gerakan penanggulangan dan
pengendalian resistensi antimikroba secara paripurna ini disebut dengan Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba (PPRA).
Dalam rangka pelaksanaan PPRA di rumah sakit, maka perlu disusun program kerja PPRA
agar pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit dapat berjalan dengan baik dan terarah.

II. LATAR BELAKANG


Undang-undang No 8 Tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
di Rumah Sakit menyatakan bahwa setiap rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya wajib
melaksanakan program pengendalian resistensi antimikroba.
Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) merupakan gerakan pengendalian
resistensi antimikroba secara terpadu dan paripurna di unit pelayanan kesehatan. Implementasi
PPRA di rumah sakit akan berjalan dengan baik apabila mendapat dukungan penuh dari Pimpinan
Rumah Sakit yaitu ditetapkan kebijakan PPRA di rumah sakit, program dan kegiatan PPRA,
fasilitas dan sarana untuk menunjang PPRA, serta dukungan finansial.

III. TUJUAN UMUM & TUJUAN KHUSUS


a. Tujuan Umum
Terlaksananya program pengendalian resistensi antimikroba efektif sebagai upaya peningkatan
kesadaran pencegahan penyakit dan penggunaan antimikroba yang baik dan benar.
b. Tujuan Khusus
1 Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap pengendalian resistensi antimikroba
melalui kominikasi, pendidikan, dan pelatihan efektif
2 Meningkatkan pengetahuan dan data melalui kegiatan surveilans dan penelitian
3 Menurunkan insidensi infeksi melalui sanitasi, hygiene dan pencegahan pengedalian infeksi
yang efektif
4 Mengoptimalkan penggunaan antimikroba secara bijak pada pasien

IV. KEGIATAN POKOK & RINCIAN KEGIATAN


Program kerja PPRA disusun oleh ketua Tim PPRA, dibantu oleh anggota Tim PPRA,
Komite PPI, Instalasi Farmasi, Panitia Farmasi dan Terapi, Instalasi Laboratorium, serta Klinisi di
Kelompok Staff medis masing-masing, yang disahkan serta ditandatangin oleh Direktur Rumah
Sakit untuk selanjutnya dievaluasi berkala setiap tahunnya.

4
Adapun kegiatan program pengendalian kerja tersebut terdiri dari:
1. Peningkatan pemahaman
a. Kelompok Staff Medis menetapkan pedoman penggunaan antibiotik
b. Melakukan sosialisasi dan memberlakukan pedoman penggunaan antibiotik secara resmi di
masing-masing SMF
2. Implementasi bukti dan ilmiah
a. Program pilot study di KSM tertentu
b. Program perluasan jangkauan: Studi operasional diperluas ke KMS lain
3. Penyebarluasan informasi
a. Penyebarluasan informasi tentang peta medan mikroba, resistensi, dan sensitivitas
antibiotik di rumah sakit secara berkala, sekurang-kurangnya setiap satu tahun
b. Informasi didistribusikan ke seluruh unit pelaksana pelayanan medis terkait
4. Monitoring dan evaluasi
a. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan dengan cara
uji pertik dan sampling
b. Evaluasi meliputi peta medan mikroba dan data resistensi, audit kuantitas dan kualitas
penggunaan antibiotic, serta dampak farmakoekonomi (efesiensi biaya)
5. Analisis
a. Analisis dilakukan secara bersama dengan melibatkan jajaran Pimpinan Rumah Sakit dan 4
Pilar dalam suatu pertemuan yang disebut “Rapat Tinjauan Manajemen”
b. Hasil analisis digunakan oleh Pimpinan Rumah Sakit untuk menetapkan kebijakan
selanjutnya dalam rangka membangun proses “continual improvement”

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Langkah-langkah kegiatan pelaksanaan PPRA, meliputi:


1. Membentuk tim PPRA di rumah sakit
Tim PPRA rumah sakit dibentuk dengan tujuan menerapkan pengendalian resistensi
antimikroba di rumah sakit melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi.
2. Tahapan pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
a. Mempunyai Pedoman Penggunaan Antibiotik di rumah sakit
b. Sosialisasi pedoman penggunaan antibiotik profilaksis dan terapi
c. Melakukan pengumpulan data dasar (peta medan mikroba, data resistensi, evaluasi
kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik), sebagai pembanding
d. Melakukan implementasi pelaksanaan pedoman penggunaan antibiotik
e. Melakukan pencatatan dan pengelolaan data serta forum diskusi

5
f. Menyajikan data studi operasional di KMS masing-masing, selanjutnya
dipresentasikan di rapat tinjauan manajemen (seminar, lokakarya, semiloka, workshop)
g. Melakukan pembaharuan secaraberkala pedoman penggunaan antibitoik berdasrakan
peta medan mikroba dan data resistensi terbaru
h. Kembali ke point 3
i. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan

VI. SASARAN KEGIATAN


Seluruh elemen rumah sakit terutama klinisi, perawat, bidan, dan petugas medis lainnya
yang berada di lingkungan RSUD Pasangkayu termasuk pasien itu sendiri.

6
VII. JADWAL KEGIATAN
TAHUN 2019
NO RINCIAN KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Kelompok Staff Medis menetapkan pedoman


penggunaan antibiotic

2 Melakukan sosialisasi dan memberlakukan


pedoman penggunaan antibiotik secara resmi
di masing-masing SMF

3 Program pilot study di KSM tertentu

4 Program perluasan jangkauan: Studi


operasional diperluas ke KMS lain

5 Penyebarluasan informasi tentang peta medan


mikroba, resistensi, dan sensitivitas antibiotik
di rumah sakit secara berkala, sekurang-
kurangnya setiap satu tahun

7
6 Informasi didistribusikan ke seluruh unit
pelaksana pelayanan medis terkait

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara


berkala dan berkesinambungan dengan cara
uji pertik dan sampling

7 Evaluasi meliputi peta medan mikroba dan


data resistensi, audit kuantitas dan kualitas
penggunaan antibiotic, serta dampak
farmakoekonomi (efesiensi biaya)

8 Analisis dilakukan secara bersama dengan


melibatkan jajaran Pimpinan Rumah Sakit
dan 4 Pilar dalam suatu pertemuan yang
disebut “Rapat Tinjauan Manajemen”

9 Hasil analisis digunakan oleh Pimpinan


Rumah Sakit untuk menetapkan kebijakan
selanjutnya dalam rangka membangun proses

8
“continual improvement”

9
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Surveilans infeksi rumah sakit secara teratur adalah pelaksanaan surveilans yang
dilakukan secara terencana, berkesinambungan, dan rutin.Evaluasi adalah penilaian kembali
terhadap hasil surveilans untuk dilakukan perbaikan.
Evaluasi penggunaan antibiotik sesuai standar PPRA adalah cara mengevaluasi
penggunaan antibiotik dengan metode audit kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik, mengacu
pada buku pedoman pelaksanaan PPRA Depkes RI Tahun 2005 “Antimicrobial Resistance,
Antibiotic Usage, and Infeciton Control; a Self Assessment Program for Indonesian Hospitals”
(buku kuning)
1. Audit Kuantitas Antibiotik
Merupakan metode untuk menghitung jumlah antibiotik yang digunakan dengan parameter
Defined Daily Dose yaitu dosis rata-rata harian untuk indikasi tertentu.Pada penggunaan di
rumah sakit menggunakan satuan DDD/100 patient-days.
2. Audit Kualitas Antibiotik
Merupakan metode untuk emngevaluasi penggunaan antibiotik secara rasional dengan cara
mengkaji (review) kasus dari catatan medik dan catatan/rekaman pemberian antibiotik.
Sedangkan kategori evaluasi menggunakan kriteria alur “Gyssens”, yaitu:
a. Kategori I : Penggunaan antibiotik tepat/rasional
b. Kategori IIA : Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis pemberian
c. Kategori IIB : Penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian
d. Kategori IIC : Penggunaan antibiotik tidak tepat cara/rute pemberian
e. Kategori IIIA ; Penggunaan antibiotik tidak tepat lama pemberian karena terlalu lama
f. Kategori IIIB : Penggunaan antibiotik tidak tepat lama pemberian karena terlalu
singkat
g. Kategori IVA : Penggunaan antibiotik tidak tepat karena ada antibiotik lain yang lebih
efektif (Pemilihan tidak sesuai PPAB)
h. Kategori IVB : Penggunaan antibiotik tidak tepat karena ada antibiotik yang lebih
aman
i. Kategori IVC :Penggunaan antibiotik tidka tepat karena ada antibiotik lain yang
harganya lebih murah
j. Kategori IVD : Penggunaan antibitoik tidak tepat karena ada antibitoik lain yang
spektrumnya lebih spesifik “narrow spectrum”
k. Kategori V : Penggunaan antibiotik tidak tepat karena tidak ada indikasi
l. Kategori VI : Catatan medik tidak lengkap untuk dikaji dan dievaluasi

Catatan : Alur Gyssens terlampir


Evaluasi secara berkala adalah evaluasi yang dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan dalam kurun waktu sekurang-kurangnya setiap 1 (satu) tahun.

10
Evaluasi hasil audit adalah menganalisis hasil audit kuantitas dan audit kualitas penggunaan
antibiotik sebelum dan sesuadah implementasi PPRA serta membandingkan biaya atau “cost-
effectiveness” sebelum dan sesudah implementasi PPRA
Umpan balik adalah memberikan hasil audit kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik
kepada pihak yang terkait untuk ditindaklanjuti. Laporan yang diharapkan berupa laporan lengkap
yaitu semua dokumen yang mendukung kegiatan tersebut diatas, termasuk laporan kegiatan,
evaluasi dan tindaklanjut.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Laporan kegiatan merupakan internal yang terbagi secara periodik yaitu laporan bulanan,
triwulan, dan tahunan yang mencakup:
a. Laporan bulanan
1. Laporan hasil surveilans infeksi di rumah sakit
2. Laporan hasil audit kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik
3. Laporan data pola resistensi mikroba
4. Laporan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
5. Laporan kegiatan PPRA lain yang meliputi;
a) Aktivitas pelayanan mikrobiologi klinik
b) Aktivitas pelayanan farmasi
c) Aktivitas pencegahan dan pengendalian infeksi
Laporan disusun oleh ketua dibantu oleh sekertaris dan wakil ketua yang nantinya akan
dijabarkan pada rapat bulanan Tim PPRA
b. Laporan Triwulan
Merupakan gabungan dari laporan bulanan tentang hal tersebut diatas selama 3 bulan berturut-
turut. Laporan ini juga disusun oleh ketua dibantu sekertaris dan wakil ketua yang nantinya
akan dilaporkan kepada direktur.
c. Laporan tahunan
Merupakan gabungan dari laporan bulanan selama 1 tahun. Laporan ini juga disusun oleh
ketua dibantu sekertaris dan wakil ketua yang nantinya akan dilaporkan kepada direktur dan
jajaran pimpinan rumah sakit lainnya dalam rapat tahunan.
Setiap kegiatan PPRA dimulai dari perencanaa, pelaksanaan, dan monitoring evaluasi
perlu dilaporkan ke direktur RS dan ketua Tim PPRA serta diketahui instalasi terkait untuk
meningkatkan mutu rumah sakit.
Pasangkayu, Januari 2022
Mengetahui
Direktur Ketua Komite PRA

Dr. Welly Patana Salu, Sp.B


NIP. 19781201 200501 1 004

11
12

Anda mungkin juga menyukai