Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Definisi Vitamin D


Vitamin D adalah grup vitamin yang larut dalam lemak prohormon, 2 bentuk
utamanya adalah vitamin D2(atau ergocalciferol) dan vitamin
D3 (atau cholecalciferol). Vitamin D juga merujuk pada metabolite dan analogi lain dari
substansi ini. Vitamin D3 diproduksi di dalam kulit yang terpapar sinar matahari, terutama
radiasi ultraviolet B. Molekul aktif dari vitamin D, 1,25(OH)(2)D(3) merupakan pemeran
utama dalam metabolisme absorpsikalsium ke dalam tulang, fungsi otot, sekaligus
sebagai immunomodulator yang berpengaruh terhadap sistem kekebalan untuk melawan
beberapa penyakit, termasuk diabetes dan kanker. Sumber utama vitamin D
adalah kulit yang terpapar radiasi ultraviolet (Pramita, 2019)
Sebagai pakar pemula penemu vitamin D dapat disebutkan Mc Collum, Hesz, dan
Sherman, di mana pada tahun 1921 telah melakukan percobaan pemberian minyak ikan
kemudian vitamin D mulai dikenal dan dibedakan dari vitamin A di dalam minyak ikan,
yang sanggup menghindarkan penyakit rickets dan mendorong pertumbuhan, efek yang
terakhir ini dianggap pengaruh vitamin A. Diketahui bahwa vitamin A rusak oleh penyinaran
ultraviolet dan oleh oksidasi. Ternyata bahwa minyak ikan yang telah disinari ultraviolet dan
oksidasi oleh oksigen udara, masih sanggup menghindarkan atau mengobati rachitis, tetapi
sudah tidak menunjukan efek vitamin A (Pramita, 2019).
Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit di mana tulang tidak
mampu melakukan kalsifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar
matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar matahari konsumsi vitamin D melalui makanan
tidak dibutuhkan. Karena dapat sintesis di dalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan
vitamin, tapi suatu prohormon. Bila tubuh tidak mendapat cukup sinar matahari, vitamin D
perlu dipenuhi melalui makanan.
Mula-mula disangka hanya terdapat satu ikatan kimia dengan kegiatan vitamin D, tetapi
ternyata kemudian ternyata kemudian terdapat beberapa ikatan organic yang mempunyai
kegiatan vitamin D ini.Berbagai jenis vitamin D ini terdapat dari hasil penyinaran beberapa
jeis cholesterol dengan sinar ultraviolet antara lain :
1. Vitamin D1 terdapat pada penyinaran Ergosterol dari bahan tumbuhan. Kemudian
ditemukan bahwa vitamin D1 adalah campuran dari dua jenis vitamin, yang diberi
nama Vitamin D2 dan vitamin D3, sedangkan struktur molekuler vitamin D1
sendiri sebenarnya tidak ada.
2. Vitamin D3 didapat dari bahan khewani, 7-dehydro cholesterol, suatu minyak yang
terdapat dibawah kulit. Pada manusia pun vitamin D3terbentuk di bawah kulit dari
7-dehydro cholesterol tersebut dengan penyinaran ultraviolet yang berasal dari sinar
matahari vitamin D3 disebut juga cholecalciferol.
3. Vitamin D yang dihasilkan dari penyinaran ergosterol kemudian diberi nama
vitamin D2 atau calciferol. Calciferol yang dilarutkan di dalam minyak terdapat di
pasaran dengan nama viosterol.
4. Ada lagi vitamin D4 yang berasal dari minyak nabati yang mengandung 22-
dehydro cholesterol, setelah disinari ultraviolet.
Vitamin D berbentuk Kristal putih yang tidak larut di dalam air, tetapi larut di dalam
minyak dan zat-zat pelarut lemak. Vitamin ini tahan terhadap panas dan oksidasi. Penyinaran
ultraviolet mula-mula menimbulkan aktivitas vitamin D, tetapi bila terlalu kuat dan terlalu
lama terjadi pengrusakan dari zat-zat yang aktif tersebut (Fitriah et al., 2018).

1.2 Fungsi Vitamin D


Vitamin D merupakan satu-satunya vitamin yang diketahui berfungsi sebagai
prohormon. Vitamin D mengalami dua kali hydroksilasi untuk mendapat aktifitasnya
sebagai hormon. Pertama dihydroksilasi pada C25 yang terjadi di dalam sel hati, kemudian
disusul oleh hydroksilasi kedua pada C1 yang terjadi di ginjal. 1,25 dihydroksi calciferol
merupakan hormon yang mengatur sintesa protein yang mentransfor calcium ke dalam sel,
disebut Calsium Binding Protein (CaBP). Jadi agar vitamin D dapat melaksanakan tugasnya,
diperlukan kondisi hati dan ginjal yang sehat. Efek kegiatan vitamin D tampak pada hal-hal
berikut :
1. Meningkatan absobsi Ca dan Phosphat di dalam usus. Untuk penyerapan Ca yang
baik, diperlukan perbandingan yang sesuai dengan tersedianya phosphate didalam
hidangan. Perbandingan yang baik terletak di sekitar 1 Ca : 1P, penye rapan Ca akan
terganggu bila perbandingan tersebut di bawah 1Ca : 4 Phosphat. Perbandingan ini
akan memberikan sifat rakhitogenik kepada hidangan, yaitu hidangan yang akan
mendukung terjadinya rakhitis. Pada perbandingan Ca dan phosphat yang sesuai,
vitamin D meningkatkan penyerapan Ca. penyerapan Ca ke dalam sel usus
dilaksanakan melalui mekanisme Ca-binding protein (CaBP), yang sintesanya diatur
oleh hormone 1,25 dihydroksi calciferol.
2. Mendorong pembentukan garam-garam Ca didalam jaringan yang memerlukannya.
Garam Ca diperlukan di beberapa jaringan untuk memperkuat struktur jaringan
tersebut misalnya pada tulang-tulang dan gigi-geligi. Yang terdapat didalam jaringan
keras ini garam karbonat dan garam phosphat, juga fluoride dari Calcium. Garam Ca
di dalam jaringan keras terdapat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan kondisi
cairan tubuh, artinya terjadi suatu fluks yang sama antara Ca yang masuk ke jaringan
keras dengan yang keluar dari jaringan tersebut. Melalui pengaturan sintesa CaBP,
Vitamin D menyediakan kondisi yang optimum bagi pembuatan garam Ca di dalam
jaringan tersebut. Disamping hormon 1,25 dihydroksi calciferol, hormone parathyroid
juga berpengaruh pada pengaturan kadar Ca di dalam cairan tubuh dan di dalam
jaringan.
3. Vitamin D juga berpengaruh meningkatkan resorpsi phosphat di dalam tubuli ginjal,
sehingga meningkatkan kondisi konsentrasi Ca dan phosphate di dalam jaringan untuk
sintesa garam Ca phosphate (Fitriah et al., 2018).

2.3. Metabolisme Vitamin D


Telah kita bicarakan bahwa vitamin D da yang khas terdapat di dalam bahan
makanan hewani dan ada yang khas di dalam bahan makanan nabati. Di dalam jaringan di
bawah kulit terdapat 7-dehydro cholesterol yang berubah menjadi vitamin cholecalciferol
(vitamin D3) pada penyinaran ultraviolet yang terdapat di dalam sinar matahari. Jadi di
daerah tropik di mana terdapat banyak sinar matahari, defisiensi vitamin D tidak perlu
terjadi, asal saja kulit kita cukup terkena sinar matahari. Bahan makanan yang kaya akan
vitamin D ialah susu,di Negara barat susu difortifikasikan dengan vitamin A dan vitamin D.
Untuk penyerapan vitamin D yang baik diperlukan adanya garam empedu. Mengenai
transport, katabolisme dan ekskresi vitamin D belum banyak diketahui, sehingga masih
memerlukan banyak penelitian lebih lanjut (Banudi, 2013).

2.4. Kebutuhan akan vitamin D.


Kebutuhan akan vitamin D belum diketahui dengan pasti, karena vitamin ini dapat
disintesa dari jenis cholesterol tertentu yang terdapat di dalam jaringan di bawah kulit.
Namun demikian diperkirakan bahwa konsumsi 400 SI sehari sudah mencukupi untuk
semua umur dan jenis kelamin. Di amerika mula-mula dianjurkan konsumsi sebanyak 800
SI seorang sehari, tetapi kemudian terdapat tanda-tanda bahwa dosis itu terlalu tinggi,
sehingga kemudian diturunkan menjadi 400 SI (Bi et al., 2018).

2.5. Defisiensi vitamin D.


Defisiensi vitamin D memberikan penyakit rakhitis (rickets) atau disebut pula
penyakit inggris, karena mula-mula banyak terdapat dan dipelajari di negeri inggris.
Sebelum diketahui adanya vitamin sebagai zat gizi. Penyakit ini merupakan problema gawat
sekali di Negeri inggris, di mana anak-anak tidak dapat dikenai cukup sinar matahari untuk
jangka waktu sangat panjang, karena hidup di lorong-lorong kota London, yang tidak pernah
terkena sinar matahari karena terlindung oleh bayangan gedung-gedung yang tinggi (Banudi,
2013).
Secara umum di Indonesia penyakit ini tidak perlu dirisaukan, tetapi kasus sporadis
mungkin masih dijumpai pada anak-anak atau para wanita yang karena adat istiadat sdikit
sekali terkena sinar matahari.
Konsumsi berlebihan vitamin D dapat pula memberikan gejala-gejala
Hypervitaminosis D. Kondisi ini mungkin terjadi pada anak-anak yang mendapat tetes
konsentrat minyak ikan yang terlalu banyak untuk jangka waktu lama. Hypervitaminosis D
menyebabkan perkapuran di dalam jaringan yang bukan biasanya, sepertidi dalam organ-
organ vital ginjal dan sebagainya.
1. Akibat Kekurangan Vitamin D.
Kekurangan vitamin D menyebabkan kelainan pada tulang yang dinamakan
riketsia pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa. Kekurangan pada
orang dewasa juga dapat menyebabkan osteoporosis. Riketsia terjadi bila pengerasan
tulang pada anak-anak terhambat sehingga menjadi lembek. Kaki membengkok,
ujung-ujung tulang panjang membesar (lutut dan pergelangan), tulang rusuk
membengkok, pembesaran kepala karena penutupan fontanel terlambat, gigi
terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur dan mudah rusak. Riketsia jarang dapat
disembuhkan sepenuhnya. Sebelum ditemukan fortifikasi makanan dengan vitamin D,
riketsia banyak terdapat di Negara-negara dengan empat musim. Sekarang masih
terdapat pada anak-anak miskin di kota-kota industry yang kurang mendapat sinar
matahari.
Osteomalasia adalah riketsia pada orang dewasa. Biasanya terjadi pada wanita
yang konsumsi kalsiumnya rendah, tidak banyak mendapat sinar matahari dan
mengalami banyak kehamilan dan menyusui. Osteomalasia dapat pula terjadi pada
mereka yang menderita penyakit saluran cerna, hati, kandung empedu atau ginjal.
Tulang melembek yang memyebabkan gangguan dalam bentuk tulang, terutama pada
kaki, tulang belakang, toraks dan pelvis. Gejala awalnya adalah rasa sakit seperti
rematik dan lemah dan kadang muka menggamit (twitching), tulang membengkok
(bentuk O atau X) dan dapat menyebabkan fraktur (patah).
Kekurangan tersedianya vitamin D dalam tubuh dapat menimbulkan beberapa
gangguan pada tubuh, diantaranya:
a. Menimbulkan rakhitis.
b. Gangguan pada pertukaran zat kapur dan fosfor.
c. Gangguan pada system pertulangan.
(Fitriah et al., 2018)

2. Akibat Kelebihan vitamin D


Konsumsi vitamin D dalah jumlah berlebihan mencapai lima kali AKG, yaitu
lebih dari 25 mikrogram (1000 SI) sehari, akan menyebabkan keracunan. Gejalanya
adalah kelebihan absorbs vitamin D yang pada akhirnya menyebabkan klasifikasi
berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh, seperti ginjal, paru-paru, dan organ tubuh
lain. Tanda-tanda khas adalah akibat hiperkalsemia, seperti lemah, sakit kepala,
kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah, gangguan mental dan pengeluaran urin
berlebihan. Bayi yang di beri vitamin D berlebihan, menunjukkan gangguan saluran
cerna, rapuh tulang, gangguan pertumbuhan dan kelambatan perkembangan
mental(Fitriah et al., 2018).

2.6. Apsopsi Transportasi dan Penyimpanan.


Vitamin D diapsosi dalam usus halus bersama livida dengan bantuan cairan
empedu. Vitamin D dari baginan atas usus halus diangkut oleh D-plasma dinding protein
(DBP) ke tempat-tempat penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang dan jaringan lain. Apsopsi
vitamin D pada orang tua kurang efisien bila kandungan kalsium makanan rendah.
Kemungkina hal ini disebabkan oleh gangguan ginjal dalam metabolism vitamin D (Roth et
al., 2017).

2.7 Manfaat dan Pengaruh Vitamin D Selama Kehamilan


Dalam masa kehamilan ibu hamil sangat membutuhkan Vitamin D hal ini diperlukan
untuk masa petumbuhan janin dan memenuhi kebutuhan ibu sendiri. Berikut adalah manfaat
Vitamin D selama Kehamilan :
1. Mendukung pertumbuhan tulang dan gigi janin
Vitamin D bermanfaat untuk mengatur jumlah kalsium dan fosfat di dalam
tubuh. Kalsium dan fosfat merupakan mineral penting yang diperlukan oleh janin
untuk membentuk jaringan tulang dan gigi. Kekurangan vitamin D saat hamil dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit rakitis pada janin.
Untuk mencukupi kebutuhan vitamin D, ibu hamil disarankan untuk rutin
berjemur di bawah sinar matahari pagi sebelum pukul 9 pagi selama 10–15 menit,
sebanyak 2–3 kali seminggu.
Saat berjemur, gunakan selalu tabir surya yang aman untuk ibu hamil guna
mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari. Ibu hamil juga perlu
menggunakan topi yang lebar dan kacamata hitam untuk melindungi wajah dan mata
dari terik sinar matahari (Pérez-López et al., 2015).
2. Menurunkan risiko diabetes gestasional
Diabetes gestasional merupakan kondisi ketika kadar gula darah di dalam tubuh
ibu hamil meningkat terlalu tinggi. Diabetes gestasional adalah salah satu komplikasi
kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan pada
ibu hamil dan janin, seperti kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan berlebih,
hingga preeklampsia.
Beberapa studi mengungkapkan bahwa asupan vitamin D yang tercukupi selama
hamil dapat mengurangi risiko komplikasi yang dapat terjadi akibat diabetes gestasional.
Oleh karena itu, Bumil disarankan untuk mencukupi kebutuhan vitamin D setiap hari
dengan cara rutin berjemur, mengonsumsi makanan yang kaya vitamin D, atau
mengonsumsi suplemen vitamin D sesuai rekomendasi dokter (Roth et al., 2017).
3. Mengurangi risiko preeklamsia
Preeklamsia merupakan masalah kesehatan pada ibu hamil yang ditandai dengan
tekanan darah tinggi, pembengkakan di tubuh akibat penumpukan cairan, dan
peningkatan kadar protein dalam urine.
Preeklampsia cukup sering terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan atau sekitar
trimester kedua, namun bisa juga terjadi pada trimester akhir.
Menurut beberapa penelitian, kondisi preeklamsia lebih berisiko terjadi pada ibu
hamil yang mengalami kekurangan vitamin D. Oleh karena itu, Bumil disarankan untuk
mencukupi kebutuhan vitamin D agar dapat terhindar dari risiko preeklamsia (Elmee &
Taghavi, 2017).
4. Mencegah bayi terlahir dengan berat badan rendah
Asupan vitamin D yang tercukupi saat hamil juga dapat mengurangi risiko bayi
terlahir dengan berat badan rendah. Bayi yang terlahir dengan berat badan rendah lebih
rentan mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti hipotermia dan gangguan
pernapasan (Elmee & Taghavi, 2017).

2.8 Kebutuhan Vitamin D selama Kehamilan


Berdasarkan rekomendasi Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019, jumlah asupan vitamin D yang
direkomendasikan bagi ibu hamil adalah sekitar 15 mikrogram (mcg) atau 600 IU per
harinya. Asupan vitamin D tersebut bisa Bumil peroleh dengan rutin berjemur di bawah
sinar matahari pagi dan mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D (De-Regil et al.,
2016).

Anda mungkin juga menyukai