Vitamin D adalah grup vitamin yang larut dalam lemak prohormon, 2 bentuk utamanya adalah vitamin D2(atau ergocalciferol) dan vitamin D3 (atau cholecalciferol). Vitamin D juga merujuk pada metabolite dan analogi lain dari substansi ini. Vitamin D3 diproduksi di dalam kulit yang terpapar sinar matahari, terutama radiasi ultraviolet B. Molekul aktif dari vitamin D, 1,25(OH)(2)D(3) merupakan pemeran utama dalam metabolisme absorpsikalsium ke dalam tulang, fungsi otot, sekaligus sebagai immunomodulator yang berpengaruh terhadap sistem kekebalan untuk melawan beberapa penyakit, termasuk diabetes dan kanker. Sumber utama vitamin D adalah kulit yang terpapar radiasi ultraviolet (Pramita, 2019) Sebagai pakar pemula penemu vitamin D dapat disebutkan Mc Collum, Hesz, dan Sherman, di mana pada tahun 1921 telah melakukan percobaan pemberian minyak ikan kemudian vitamin D mulai dikenal dan dibedakan dari vitamin A di dalam minyak ikan, yang sanggup menghindarkan penyakit rickets dan mendorong pertumbuhan, efek yang terakhir ini dianggap pengaruh vitamin A. Diketahui bahwa vitamin A rusak oleh penyinaran ultraviolet dan oleh oksidasi. Ternyata bahwa minyak ikan yang telah disinari ultraviolet dan oksidasi oleh oksigen udara, masih sanggup menghindarkan atau mengobati rachitis, tetapi sudah tidak menunjukan efek vitamin A (Pramita, 2019). Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit di mana tulang tidak mampu melakukan kalsifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar matahari konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan. Karena dapat sintesis di dalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tapi suatu prohormon. Bila tubuh tidak mendapat cukup sinar matahari, vitamin D perlu dipenuhi melalui makanan. Mula-mula disangka hanya terdapat satu ikatan kimia dengan kegiatan vitamin D, tetapi ternyata kemudian ternyata kemudian terdapat beberapa ikatan organic yang mempunyai kegiatan vitamin D ini.Berbagai jenis vitamin D ini terdapat dari hasil penyinaran beberapa jeis cholesterol dengan sinar ultraviolet antara lain : 1. Vitamin D1 terdapat pada penyinaran Ergosterol dari bahan tumbuhan. Kemudian ditemukan bahwa vitamin D1 adalah campuran dari dua jenis vitamin, yang diberi nama Vitamin D2 dan vitamin D3, sedangkan struktur molekuler vitamin D1 sendiri sebenarnya tidak ada. 2. Vitamin D3 didapat dari bahan khewani, 7-dehydro cholesterol, suatu minyak yang terdapat dibawah kulit. Pada manusia pun vitamin D3terbentuk di bawah kulit dari 7-dehydro cholesterol tersebut dengan penyinaran ultraviolet yang berasal dari sinar matahari vitamin D3 disebut juga cholecalciferol. 3. Vitamin D yang dihasilkan dari penyinaran ergosterol kemudian diberi nama vitamin D2 atau calciferol. Calciferol yang dilarutkan di dalam minyak terdapat di pasaran dengan nama viosterol. 4. Ada lagi vitamin D4 yang berasal dari minyak nabati yang mengandung 22- dehydro cholesterol, setelah disinari ultraviolet. Vitamin D berbentuk Kristal putih yang tidak larut di dalam air, tetapi larut di dalam minyak dan zat-zat pelarut lemak. Vitamin ini tahan terhadap panas dan oksidasi. Penyinaran ultraviolet mula-mula menimbulkan aktivitas vitamin D, tetapi bila terlalu kuat dan terlalu lama terjadi pengrusakan dari zat-zat yang aktif tersebut (Fitriah et al., 2018).
1.2 Fungsi Vitamin D
Vitamin D merupakan satu-satunya vitamin yang diketahui berfungsi sebagai prohormon. Vitamin D mengalami dua kali hydroksilasi untuk mendapat aktifitasnya sebagai hormon. Pertama dihydroksilasi pada C25 yang terjadi di dalam sel hati, kemudian disusul oleh hydroksilasi kedua pada C1 yang terjadi di ginjal. 1,25 dihydroksi calciferol merupakan hormon yang mengatur sintesa protein yang mentransfor calcium ke dalam sel, disebut Calsium Binding Protein (CaBP). Jadi agar vitamin D dapat melaksanakan tugasnya, diperlukan kondisi hati dan ginjal yang sehat. Efek kegiatan vitamin D tampak pada hal-hal berikut : 1. Meningkatan absobsi Ca dan Phosphat di dalam usus. Untuk penyerapan Ca yang baik, diperlukan perbandingan yang sesuai dengan tersedianya phosphate didalam hidangan. Perbandingan yang baik terletak di sekitar 1 Ca : 1P, penye rapan Ca akan terganggu bila perbandingan tersebut di bawah 1Ca : 4 Phosphat. Perbandingan ini akan memberikan sifat rakhitogenik kepada hidangan, yaitu hidangan yang akan mendukung terjadinya rakhitis. Pada perbandingan Ca dan phosphat yang sesuai, vitamin D meningkatkan penyerapan Ca. penyerapan Ca ke dalam sel usus dilaksanakan melalui mekanisme Ca-binding protein (CaBP), yang sintesanya diatur oleh hormone 1,25 dihydroksi calciferol. 2. Mendorong pembentukan garam-garam Ca didalam jaringan yang memerlukannya. Garam Ca diperlukan di beberapa jaringan untuk memperkuat struktur jaringan tersebut misalnya pada tulang-tulang dan gigi-geligi. Yang terdapat didalam jaringan keras ini garam karbonat dan garam phosphat, juga fluoride dari Calcium. Garam Ca di dalam jaringan keras terdapat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan kondisi cairan tubuh, artinya terjadi suatu fluks yang sama antara Ca yang masuk ke jaringan keras dengan yang keluar dari jaringan tersebut. Melalui pengaturan sintesa CaBP, Vitamin D menyediakan kondisi yang optimum bagi pembuatan garam Ca di dalam jaringan tersebut. Disamping hormon 1,25 dihydroksi calciferol, hormone parathyroid juga berpengaruh pada pengaturan kadar Ca di dalam cairan tubuh dan di dalam jaringan. 3. Vitamin D juga berpengaruh meningkatkan resorpsi phosphat di dalam tubuli ginjal, sehingga meningkatkan kondisi konsentrasi Ca dan phosphate di dalam jaringan untuk sintesa garam Ca phosphate (Fitriah et al., 2018).
2.3. Metabolisme Vitamin D
Telah kita bicarakan bahwa vitamin D da yang khas terdapat di dalam bahan makanan hewani dan ada yang khas di dalam bahan makanan nabati. Di dalam jaringan di bawah kulit terdapat 7-dehydro cholesterol yang berubah menjadi vitamin cholecalciferol (vitamin D3) pada penyinaran ultraviolet yang terdapat di dalam sinar matahari. Jadi di daerah tropik di mana terdapat banyak sinar matahari, defisiensi vitamin D tidak perlu terjadi, asal saja kulit kita cukup terkena sinar matahari. Bahan makanan yang kaya akan vitamin D ialah susu,di Negara barat susu difortifikasikan dengan vitamin A dan vitamin D. Untuk penyerapan vitamin D yang baik diperlukan adanya garam empedu. Mengenai transport, katabolisme dan ekskresi vitamin D belum banyak diketahui, sehingga masih memerlukan banyak penelitian lebih lanjut (Banudi, 2013).
2.4. Kebutuhan akan vitamin D.
Kebutuhan akan vitamin D belum diketahui dengan pasti, karena vitamin ini dapat disintesa dari jenis cholesterol tertentu yang terdapat di dalam jaringan di bawah kulit. Namun demikian diperkirakan bahwa konsumsi 400 SI sehari sudah mencukupi untuk semua umur dan jenis kelamin. Di amerika mula-mula dianjurkan konsumsi sebanyak 800 SI seorang sehari, tetapi kemudian terdapat tanda-tanda bahwa dosis itu terlalu tinggi, sehingga kemudian diturunkan menjadi 400 SI (Bi et al., 2018).
2.5. Defisiensi vitamin D.
Defisiensi vitamin D memberikan penyakit rakhitis (rickets) atau disebut pula penyakit inggris, karena mula-mula banyak terdapat dan dipelajari di negeri inggris. Sebelum diketahui adanya vitamin sebagai zat gizi. Penyakit ini merupakan problema gawat sekali di Negeri inggris, di mana anak-anak tidak dapat dikenai cukup sinar matahari untuk jangka waktu sangat panjang, karena hidup di lorong-lorong kota London, yang tidak pernah terkena sinar matahari karena terlindung oleh bayangan gedung-gedung yang tinggi (Banudi, 2013). Secara umum di Indonesia penyakit ini tidak perlu dirisaukan, tetapi kasus sporadis mungkin masih dijumpai pada anak-anak atau para wanita yang karena adat istiadat sdikit sekali terkena sinar matahari. Konsumsi berlebihan vitamin D dapat pula memberikan gejala-gejala Hypervitaminosis D. Kondisi ini mungkin terjadi pada anak-anak yang mendapat tetes konsentrat minyak ikan yang terlalu banyak untuk jangka waktu lama. Hypervitaminosis D menyebabkan perkapuran di dalam jaringan yang bukan biasanya, sepertidi dalam organ- organ vital ginjal dan sebagainya. 1. Akibat Kekurangan Vitamin D. Kekurangan vitamin D menyebabkan kelainan pada tulang yang dinamakan riketsia pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa. Kekurangan pada orang dewasa juga dapat menyebabkan osteoporosis. Riketsia terjadi bila pengerasan tulang pada anak-anak terhambat sehingga menjadi lembek. Kaki membengkok, ujung-ujung tulang panjang membesar (lutut dan pergelangan), tulang rusuk membengkok, pembesaran kepala karena penutupan fontanel terlambat, gigi terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur dan mudah rusak. Riketsia jarang dapat disembuhkan sepenuhnya. Sebelum ditemukan fortifikasi makanan dengan vitamin D, riketsia banyak terdapat di Negara-negara dengan empat musim. Sekarang masih terdapat pada anak-anak miskin di kota-kota industry yang kurang mendapat sinar matahari. Osteomalasia adalah riketsia pada orang dewasa. Biasanya terjadi pada wanita yang konsumsi kalsiumnya rendah, tidak banyak mendapat sinar matahari dan mengalami banyak kehamilan dan menyusui. Osteomalasia dapat pula terjadi pada mereka yang menderita penyakit saluran cerna, hati, kandung empedu atau ginjal. Tulang melembek yang memyebabkan gangguan dalam bentuk tulang, terutama pada kaki, tulang belakang, toraks dan pelvis. Gejala awalnya adalah rasa sakit seperti rematik dan lemah dan kadang muka menggamit (twitching), tulang membengkok (bentuk O atau X) dan dapat menyebabkan fraktur (patah). Kekurangan tersedianya vitamin D dalam tubuh dapat menimbulkan beberapa gangguan pada tubuh, diantaranya: a. Menimbulkan rakhitis. b. Gangguan pada pertukaran zat kapur dan fosfor. c. Gangguan pada system pertulangan. (Fitriah et al., 2018)
2. Akibat Kelebihan vitamin D
Konsumsi vitamin D dalah jumlah berlebihan mencapai lima kali AKG, yaitu lebih dari 25 mikrogram (1000 SI) sehari, akan menyebabkan keracunan. Gejalanya adalah kelebihan absorbs vitamin D yang pada akhirnya menyebabkan klasifikasi berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh, seperti ginjal, paru-paru, dan organ tubuh lain. Tanda-tanda khas adalah akibat hiperkalsemia, seperti lemah, sakit kepala, kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah, gangguan mental dan pengeluaran urin berlebihan. Bayi yang di beri vitamin D berlebihan, menunjukkan gangguan saluran cerna, rapuh tulang, gangguan pertumbuhan dan kelambatan perkembangan mental(Fitriah et al., 2018).
2.6. Apsopsi Transportasi dan Penyimpanan.
Vitamin D diapsosi dalam usus halus bersama livida dengan bantuan cairan empedu. Vitamin D dari baginan atas usus halus diangkut oleh D-plasma dinding protein (DBP) ke tempat-tempat penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang dan jaringan lain. Apsopsi vitamin D pada orang tua kurang efisien bila kandungan kalsium makanan rendah. Kemungkina hal ini disebabkan oleh gangguan ginjal dalam metabolism vitamin D (Roth et al., 2017).
2.7 Manfaat dan Pengaruh Vitamin D Selama Kehamilan
Dalam masa kehamilan ibu hamil sangat membutuhkan Vitamin D hal ini diperlukan untuk masa petumbuhan janin dan memenuhi kebutuhan ibu sendiri. Berikut adalah manfaat Vitamin D selama Kehamilan : 1. Mendukung pertumbuhan tulang dan gigi janin Vitamin D bermanfaat untuk mengatur jumlah kalsium dan fosfat di dalam tubuh. Kalsium dan fosfat merupakan mineral penting yang diperlukan oleh janin untuk membentuk jaringan tulang dan gigi. Kekurangan vitamin D saat hamil dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit rakitis pada janin. Untuk mencukupi kebutuhan vitamin D, ibu hamil disarankan untuk rutin berjemur di bawah sinar matahari pagi sebelum pukul 9 pagi selama 10–15 menit, sebanyak 2–3 kali seminggu. Saat berjemur, gunakan selalu tabir surya yang aman untuk ibu hamil guna mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari. Ibu hamil juga perlu menggunakan topi yang lebar dan kacamata hitam untuk melindungi wajah dan mata dari terik sinar matahari (Pérez-López et al., 2015). 2. Menurunkan risiko diabetes gestasional Diabetes gestasional merupakan kondisi ketika kadar gula darah di dalam tubuh ibu hamil meningkat terlalu tinggi. Diabetes gestasional adalah salah satu komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan pada ibu hamil dan janin, seperti kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan berlebih, hingga preeklampsia. Beberapa studi mengungkapkan bahwa asupan vitamin D yang tercukupi selama hamil dapat mengurangi risiko komplikasi yang dapat terjadi akibat diabetes gestasional. Oleh karena itu, Bumil disarankan untuk mencukupi kebutuhan vitamin D setiap hari dengan cara rutin berjemur, mengonsumsi makanan yang kaya vitamin D, atau mengonsumsi suplemen vitamin D sesuai rekomendasi dokter (Roth et al., 2017). 3. Mengurangi risiko preeklamsia Preeklamsia merupakan masalah kesehatan pada ibu hamil yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, pembengkakan di tubuh akibat penumpukan cairan, dan peningkatan kadar protein dalam urine. Preeklampsia cukup sering terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan atau sekitar trimester kedua, namun bisa juga terjadi pada trimester akhir. Menurut beberapa penelitian, kondisi preeklamsia lebih berisiko terjadi pada ibu hamil yang mengalami kekurangan vitamin D. Oleh karena itu, Bumil disarankan untuk mencukupi kebutuhan vitamin D agar dapat terhindar dari risiko preeklamsia (Elmee & Taghavi, 2017). 4. Mencegah bayi terlahir dengan berat badan rendah Asupan vitamin D yang tercukupi saat hamil juga dapat mengurangi risiko bayi terlahir dengan berat badan rendah. Bayi yang terlahir dengan berat badan rendah lebih rentan mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti hipotermia dan gangguan pernapasan (Elmee & Taghavi, 2017).
2.8 Kebutuhan Vitamin D selama Kehamilan
Berdasarkan rekomendasi Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019, jumlah asupan vitamin D yang direkomendasikan bagi ibu hamil adalah sekitar 15 mikrogram (mcg) atau 600 IU per harinya. Asupan vitamin D tersebut bisa Bumil peroleh dengan rutin berjemur di bawah sinar matahari pagi dan mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D (De-Regil et al., 2016).