Anda di halaman 1dari 11

PEMBUKTIAN MATEMATIS

PAPER

Dosen Pengampu :
IyonMaryono, M.P.Mat
NIP. 197908152009121004

Oleh :
Kelompok 6
Ana Faiqoh (1162050009)
Anisa Yuliastika (1162050013)
Cici Cintiawati (1162050019)
Ghaitsa Nur Fitri (1162050040)

Kelas VI-D1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
A. Definisi Pembuktian Matematis
Dalam matematika, pembuktian adalah serangkaian rgument logis yang
menjelaskan kebenaran suatu pernyataan. Hal ini dinyatakan oleh Hanna dan Barbeau
(VanSpronsen, 2008) pembuktian adalah penerapan sejumlah berhingga langkah-
langkah logis dari apa yang diketahui (aksioma, prinsip-prinsip atau hasil yang telah
dibuktikan sebelumnya) dan menerapkan prinsip-prinsip logika, untuk menciptakan
rgument deduktif yang valid guna mencapai suatu kesimpulan menggunakan aturan
inferensi yang dapat diterima. (Dickersen, 2008).
Kemampuan pembuktian matematis adalah salah satu kemampuan yang harus
dimiliki oleh mahasiswa calon guru matematika agar mahasiswa mampu untuk
berpikir logis dan sistematis. NCTM (Hodiyanto, 2017) disebutkan bahwa
mathematical reasoning and proof offer powerful ways of developing and expressing
insights about a wide range of phenomena. Lebih lanjut disebutkan bahwa ultimately,
a mathematical proof is a formal way of expressing particular kinds of reasoning and
justification. Artinya, penalaran dan pembuktian matematis menawarkan cara ampuh
untuk mengembangkan dan mengekspresikan wawasan tentang berbagai fenomena.
Oleh sebab itu, kemampuan pembuktian matematis adalah cara formal untuk
mengekspresikan berbagai fakta atau keterangan dalam penalaran dan pembenaran.
(Hodiyanto & Susiaty, 2018)
Pembuktian matematika adalah sebuah demonstrasi yang meyakinkan atas
rumus, teorema itu benar, dengan bantuan logika dan matematika. Pembuktian bukti
telah lama mendapatkan perhatian besar dalam matematika teoritis. Menurut Hernandi
(2008) pembuktian terbagi menjadi dua yaitu pembuktian langsung dan tidak
langsung.
Untuk definisi nya sendiri pembuktikan langsung adalah pembuktian suatu
kalimat atau sifat matematika tanpa mengubah susunan kalimat tersebut. Dengan kata
lain untuk membuktikan kebenaran pernyataan implikasi p →q . Kita berangkat
dengan memisalkan p benar, maka harus dibuktikan bahwa q juga benar. Sedangkan
pembuktian tidak langsung adalah pembuktian suatu kalimat atau sifat matematika
dengan mengubah susunan kalimat tersebut. Bukti tidak langsung terdiri atas bukti
dengan kontraposisi dan bukti dengan kontradiksi.
Menurut Lestari & Yudhanegara (2015) kemampaun pembuktian matematis
adalah kemampuan memahami pernyataan atau simbol matematika serta memberikan
alasan/bukti terhadap kebenaran solusi.
Kemampuan pembuktian matematis merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam berargumentasi secara logis dan dapat menggunakan nalar dalam
mempertahakan argumennya sehingga didapatkan hasil yang valid. (Nurrahmah &
Karim, 2018)

A. Indikator Pembuktian Matematis


Ada beberapa rgument yang mendukung kemampuan mengkonstruksi bukti.
1. Mampu mengidentifikasi apa yang menjadi fakta dalam pembuktian geometri.
2. Mampu membuat konjektur sebagai hipotesis dalam pembuktian.
3. Mampu menunjukkan aturan sebagai hal yang menjembatani pernyataan dan
kesimpulan.
4. Mampu mengidentifikasi apa yang menjadi kesimpulan dalam pembuktian
geometri tersebut.
5. Mampu mengetahui aturan penarikan kesimpulan dari proses pembuktian yang
logis. (Rahman & Yunita, 2018)

Adapun rgument dari kemampuan pembuktian matematis adalah


1. Membuat dan menginvestigasi dugaan matematis,
2. Mengembangkan dan mengevaluasi rgument dan pembuktian matematis,
3. Memilih dan menggunakan berbagai jenis tipe penalaran dan metode
pembuktian. (Ashari & Salwah, 2017)

Indikator kemampuan pembuktian matematis meurut Lestari (2015) antara


lain:
1. Membaca pembuktian matematis.
2. Melakukan pembuktian matematis, secara langsung, tak langsung atau dengan
induksi matematis
3. Mengkritik pembuktian dengan menambah, mengurangi atau menyusun
kembali suatu pembuktian matematis.
B. Kesulitan Dalam Melakukan Pembuktian
Dalam membuktikan terdapat beberapa masalah yang ditemui siswa atau
mahasiswa yang menjadi faktor kesulitan mereka dalam membuktikan. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Moore (1994). Moore melakukan penelitian dari 16
mahasiswa sarjana. 8 diantaranya adalah mahasiswa matematika, 6 diantaranya
mahasiswa pendidikan matematika dan 2 orang yang lainnya merupakan mahasiswa
yang telah lulus sarjana. Pada penelitiannya, terdapat tujuh kesulitan yang di temui
mahasiswa dalam pembuktian matematis diantaranya adalah:
1. Mahasiswa tidak mengetahui definisi dan tidak dapat menyatakan definisi
2. Mahasiswa memiliki sedikit pemahaman intuitif dari konsep
3. Gambar konsep mahasiswa tidak memadai untuk melakukan pembuktian
4. Mahasiswa tidak dapat atau tidak ingin membangun dan menggunakan
contoh mereka sendiri
5. Mahasiswa tidak mengetahui bagaimana menggunakan definisi untuk
menentukan keseluruhan struktur pembuktian
6. Mahasiswa tidak mampu mengerti dan menggunakan bahasa dan notasi
matematika
7. Mahasiswa tidak tahu bagaimana cara memulai bukti.

Masih menurut Moore (1994) sulitnya mahasiswa dalam membuktikan pun tidak
hanya karena kurangnya pengetahuan terhadap konten materi. Kadangkala mahasiswa
mengetahui definisi dan dapat menjelaskannya secara informal namun tidak dapat
menggunakan definisi untuk menuliskan bukti (point 5). Moore pun menyatakan bahwa
sumber kesulitan itu disebabkan oleh tiga aspek, yaitu :

1. Pemahaman konsep (definisi, gambar, dan kegunaan).


2. Kekurangan pengetahuan logika dan metode pembuktian.
3. Keterbatasan dari bahasa dan notasi.

Mahasiswa pun lebih fokus pada prosedur dibandingkan konten. Lebih jauh lagi,
mahasiswa menyadari bahwa mereka lebih menghafal bukti karena mereka tidak
mengerti apa itu bukti dan bagaimana menuliskannya.

Selanjutnya Baker (1996) dalam Vanspronsen (2008) melakukan penelitian


dimana pada penelitian tersebut ditemukan bahwa mahasiswa hanya memfokuskan
perhatian kognitif mereka pada prosedur dibandingkan pada konsep atau aplikasinya.
Baker menyatakan bahwa kesulitan itu disebabkan lebih karena kurangnya pengetahuan
konten matematika.

Mingus and Grassl (1999) dalam Vanspronsen (2008) dalam sebuah


penelitiannya terhadap beberapa calon Guru dan beberapa Guru matematika sekolah
menengah menemukan fakta bahwa kurangnya pengetahuan atau pengalaman bukan
satu-satunya masalah, namun perlu paparan berulang-ulang kepada siswa untuk
mendapatkan kepercayaan yang merupakan masalah yang krusial.

Weber (2011) melakuakan penelitian pada 4 mahasiswa sarjana dan 4 mahasiswa


program doktorat yang menunjukan fakta bahwa mereka mengalami kesulitan dalam
pembuktian khususnya pada tujuh proporsi homomorfisme. Kesulitan dikarenakan oleh
kemampuan dan pengetahuan memilih fakta dan teorema untuk diterapkan.

Remillard (2010) menyatakan bahwa kesulitan mahasiswa behubungan dengan


pembuktian matematika sudah banyak diteliti, isu tentang prosedur, konsep, dan
komunikasi selalu menjadi isu dalam membahas pembuktian matematis. Mahasiswa
bergelut dengan proses memahami konstuksi bukti dan ketepatan dalam menuliskan
bukti matematis, begitupun dengan aturan logika dalam kontruksi bukti.

Cara mengatasi penyebab kesulitan dalam pembuktian matematis

Dalam membuktikan matematis, mahasiswa perlu berinteraksi antar mereka dan


berinteraksi aktif dengan pengajarnya. Sehingga ketika pembelajaran di kelas dengan
membuat diskusi grup kecil diyakini dapat membantu mahasiswa dalam proses
membuktikan, dimana terdapat interaksiinteraksi yang alami dan menyenangkan. Hal
ini ternyata dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membuktikan
dibandingkan mereka bekerja sendiri-sendiri. Selain itu perlu adanya latihan yang rutin
dan berulang baik secara individu ataupun kelompok sehingga pengguasaan konsep dan
materi dapat dikuasai dengan baik.
Dalam hal ini Vanspronsen (2008) menyatakan bahwa strategi individu juga
merupakan hal yang penting dalam melakukan pembuktian. Beberapa strategi tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1. Menggunakan contoh.Dalam melakukan pembuktian, penggunaan contoh
merupakan suatu hal yang lazim dilakukan oleh individu, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan ide dan mendalami pemahaman bukti, dan hal ini
membentuk bagian dari suatu bukti;
2. Menggunakan kesamaan-kesamaan, ketika melakukan pembuktian harus
melakukan maipulasi yang digunakan ketika melakukan pembuktian;
3. Visualisasi, ketika melakukan bukti penting bagi individu untuk membuat
visualisasi yang akan menuju ke bukti yang diinginkan;
4. Selfregulation (kemandirian), beberapa mahasiswa tidak dapat melihat ide kunci
dan gambaran umum yang diperlukan untuk melengkapi bukti;
5. Mengenali ide kunci, merupakan aspek penting dalam membuktikan. Karena ide
kunci pembuktian untuk masing-masing bukti berbeda dengan pembuktian
untuk soal yang berbeda. Artinya, ide ini merupakan hal yang krusial untuk
dapat sukses dan merupakan komponen utama dalam melakukan pembuktian.

C. Contoh Soal
1. Bukti Langsung
Contoh:
Buktikan jika x bilangan ganjil maka x 2 juga bilangan ganjil.
Bukti:
Misalkan x=2 k +1, untuk setiap k ϵ Ζ. Akibatnya,
x =( 2 k +1 ) =4 k + 4 k +1=2 ( 2k +2 k )+ 1.
2 2 2 2

Karena 2 k 2 +2 k adalah bilangan bulat maka x 2=2 p+ 1, dengan p ϵ Ζ . Berarti x 2


adalah bilangan ganjil.
Kesimpulan: Jadi terbukti jika x bilangan ganjil maka x 2 juga bilangan ganjil.

2. Bukti Tak Langsung


Contoh:
Buktikan bahwa jika n2 habis dibagi tiga, maka n juga habis dibagi 3.
Bukti:
Andaikan n tidak habis dibagi 3. Maka kemungkinannya adalah
n=3 k +1 atau n=3 k +2, untuk suatu k ϵ Ζ .
Untuk n=3 k +1, diperoleh
n2 =(3 k +1)2=9 k 2+ 6 k +1=3 ( 3 k 2+ 2k ) +1,
Yang berarti bahwa n2 tidak habis dibagi 3 (Kontradiksi dengan yang diketahui).
Untuk n=3 k +2, diperoleh
n2 =(3 k +2)2=9 k 2+ 12k + 4=3 ( 3 k 2 + 4 k +1 ) +1
Yang berarti bahwa n2 tidak habis dibagi 3 (Kontradiksi dengan yang diketahui).
Kesimpulan: sehingga pengandaian bahwa n tidak habis dibagi 3 adalah salah.
Jadi haruslah n habis dibagi 3.

3. Pembuktian Segitiga
1) Buktikan bahwa jumlah besar sudut segitiga adalah 180°

Buatlah garis yang melalui titik C dan sejajar dengan AB, yaitu garis DE.
Karena DE || AB, maka berakibat:
< DCA = < CAB (sudut dalam berseberangan)
< ECB = < ABC (sudut dalam berseberangan)
Jumlah besar sudut dalam segitiga:
o o o
x + y + z =¿CAB +¿ ABC+ ¿ BCA
= < DCA + < ECB + < BCA
= 180°
(karena DCE membentuk garis lurus maka sudutnya adalah 180°
Jadi, Jumlah besar sudut segitiga adalah 180°

4. Buktikan rumus berikut

Dimana a x 2 +bx+ c=0


Jawab:
a x 2 +bx+ c=0
Kemudian kedua ruas dibagi dengan a
2
a x +bx +c 0
=
a a
ax 2 bx c 0
+ + =
a a a a
2 bx c
x+ + =0
a a
c
Kedua ruas dikurangi dengan
a
2 bx c c 0 c
x+ + − = −
a a a a a
bx −c
x 2+ =
a a

lengkapkan kuadrat sempurna dengan cara menambahkan kuadrat dari setengah kali
koefisien x, agar nantinya kita dapat memfaktorkan ruas sebelah,

b 2 −c
( ) ( )
2
2bx b
x+ + = +
a 2a a 2a

( ) ( ) b 2 −c 2
b
x+ = +
2a a 2a

( x + 2ab ) = −ca + 4ba


2 2

( x + 2ab ) = −4 a4 c+a a b
2 2 2

( x + 2ab ) = a(−44aca +b )
2 2

( x + 2ab ) = −44ac+
2 2
b
2
a

Akarkan kedua ruas

√( x+
2a)
b 2
=

−4 ac+ b2
4a
2
x+
b
2a
b


−4 ac+b 2

1
4a
2

x+
2a

2a
√−4 ac+ b2
b 1
x+
2a

2a
√ 2
b −4 ac

b
Kurangkan kedua ruas dengan
2a

b b 1 b
x+ − =±
2a 2a 2a
√ 2
b −4 ac−
2a
−b 1
x= ±
2a 2a
√ b2 −4 ac

−b √ b −4 ac
2
x= ±
2a 2a
−b ± √ b −4 ac
2
x= (Terbukti)
2a
KESIMPULAN

Analisis kelompok berdasarkan pengertian mengenai pembuktian matematis adalah


suatu cara berfikir formal dan logis sehingga mampu menjelaskan kebenaran suatu
pernyataan yang dapat meyakinkan atas rumus, teorema itu benar dengan bantuan logika
matematika yang dimulai dengan aksioma dan bergerak maju melalui langkah yang logis
(artinya setiap langkah dalam argumentasi di benarkan oleh langkah – langkah
sebelumnya) sampai pada suatu kesimpulan.
Berdasarkan Indikator diatas, kelompok kami menyimpulkan bahwa Indikator dari
Pembuktian Matematis adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengidentifikasi apa yang menjadi fakta dalam pembuktian geometri.
2. Mampu membuat konjektur sebagai hipotesis dalam pembuktian.
3. Mengembangkan dan mengevaluasi rgument dan pembuktian matematis. Bisa
dengan cara mengkritik pembuktian dengan menambah, mengurangi atau
menyusun kembali suatu pembuktian matematis.
D. Memilih dan menggunakan berbagai jenis tipe penalaran dan metode
pembuktian, seperti melakukan pembuktian matematis, secara langsung, tak
langsung atau dengan induksi matematis,
Dari pendapat hasil penelitian para ahli dapat di ketahui beberapa penyebab dari
kesulitan siswa/mahasiswa ataupun guru dalam proses pembuktian atau ketidak
sempurnaan mahasiswa dalam melakukan pembuktian, yaitu berkaitan dengan bebrapa
hal diantaranya:
1. Kurangnya pemahaman konsep.
2. Tidak mampu mengerti dan menggunakan bahasa dan notasi matematika.
3. Mahasiswa tidak tahu bagaimana cara memulai bukti (prosedur).
4. Kekurangan pengetahuan logika dan metode pembuktian.
5. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman serta latihan dalam pembuktian.
6. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan dalam memilih dan menerapkan
fakta dan teorema.
7. Aspek afektif berpa keyakinan dalam pembuktian.
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, N. W., & Salwah. (2017). Problem Based Learning (PBL) Dalam Meningkatkan
Kecakapan Pembuktian Matematis Mahasiswa Calon Guru. Jurnal Matematika dan
Pendidikan Matematika, 2(2).

Hodiyanto, & Susiaty, U. D. (2018). Peningkatan Kemampuan Pembuktian Matematis


Melalui Model Pembelajaran Problem Posing. Jurnal Matematika dan Pembelajaran,
6(1).

Nurrahmah, A., & Karim, A. (2018). Analisis Kemampuan Pembuktian Matematis Pada
Matakuliah Teori Bilangan. Edumath, 4(2), 21-29.

Rahman, A. A., & Yunita, A. (2018). Penerapan Model Pembelajaran PACE Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pembuktian Matematika Siswa di Kelas VII SMP Materi
Geometri. MAJU, 5(1), 27-38.

santosa, C. A. (2013). Mengatasi Kesulitan Mahasiswa Ketika Melakukan Pembuktian


Matematis Formal . Jurnal Pengajaran MIPA, 152-160.

Anda mungkin juga menyukai