BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila perbandingan ini kita terapkan pada hukum tata negara, maka
dengan metode ini dilakukan perbandingan hukum tatanegara dua Negara atau
lebih dengan tujuan memperoleh penjelasan mengenai satu hal tertentu atau
untuk mencari jalan keluar tentang satu hal tertentu.
Pengertian sesuatu apa lagi di lapangan ilmu pengetahuan tidak akan
terlepas dari istilah yang kita pergunakan. Suatu istilah kita pergunakan untuk
menentukan apa yang hendak kita berikan sebagai pengertian. Dengan
demikian penggunaan suatu istilah juga mempengaruhi ruang lingkup
persoalan yang hendak kita kupas atau kita selidiki.
Menurut prof. Miriam Budiardjo, Negara ialah suatu daerah teritorial yang
rakyat nya di perintah oleh sejumblah pejabat yang berhasil menuntut dari
warga negara nya, ketaatan peraturan perundang-undangan nya, melalui
penguasaan monopolitis dari kekuasaannya.
Kata “sistem” berarti suatu kesatuan atau kebulatan yang terdiri dari
bagian-bagian, dimana bagian yang satu dengan bagian lainnya saling
berkaitan, tidak boleh terjadi konflik, tidak boleh tumpang tindih
(overlapping).1 Dengan kata lain, sistem merupakan satu kesatuan yang utuh
terdiri dari beberapa bagian atau subsistem yang saling berkaitan dan tidak
boleh saling bertentangan.
1
Mawan mas, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004), hal.104.
2
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Bandung : Liberty, 1986), Hal. 31.
warga masyarakat. Sistem hukum bukan sekedar kumpulan peraturan hukum,
melainkan setiap peraturan itu saling berkaitan satu sama lain serta tidak boleh
terjadi konflik atau kontradiksi didalamnya.
1. Hukum tata negara dalam arti sempit (straatsrecht in enge zin ) atau untuk
singkatnya dinamakan hukum tata negara (staatsrecht)
2. Hukum tata usaha negara (administratief recht)
Definisi hukum tata negara yang dikemukakan oleh para sarjana ilmu
hukum tata negara sebagai acuan dalam memberikan rumusan hukum tata
negara, diantaranya adalah sebagai berikut :
3
Ni’Matiul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia Edisi Revisi (Jakara : Rajawali Pers, 2013) hal.
5.
4
Usep Ranawijaya, Hukum Tata Negara Indonesia Dasar-dasarnya (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1983) hal.2.
5
J.H.A.Logermann Over de Theorie van een Stellig Staatsrecht, hal. 81. Dikutip kembali oleh
Usep Ranawijaya, opcit, hal 13.
1. Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim berpendapat bahwa, hukum tata
negara adalah sekumpulan peraturan yang mengatur organisasi daripada
negara, hubungan antar alat perlengkapan negara dalam garis vertikal dan
horizontal, serta keduduka warga negara dan hak asasinya.6
2. Dasril Radjab mengemukakan bahwa, hukum tata negara adalah hukum
yang mengatur organisasi negara, hubungan alat perlengkapan negara
susunan dan wewenangnya serta hak dan kewajiban warga negara.7
3. Kusuma Pudjosewojo menegaskan bahwa, hukum tata negara ialah hukum
yang mengatur bentuk negara (kesatuan atau federal), dan bentuk
pemerintahan (kerajaan atau republik), yang menunjukkan masyarakat
hukum yang atas maupun yang bawahan, beserta tingkatan imbangannya
(hierarchie), yang selanjutnya menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat
dan masyarakat-masyarakat hukum itu dan akhirnya menunjukkan alat-alat
perlengkapan (yang memegang kekuasaan penguasa) dari masyarakat-
masyarakat hukum itu, beserta susunan (terdiri dari seorang atau sejumlah
orang), wewenang, tingkatan imbangan dari dan antara alat-alat
perlengkapan itu.8
6
Moh. Kusnardi, Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta : Pusat
Studi Hukum Tata Negara fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998) Hal. 23.
7
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta : Rinneka Cipta, 1994)
Hal.6.
8
Kusumadi Pudjosewojo, Pedoman Pelanjaran Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Aksara Baru,
t.th) Hal.93.
9
Dr. H.Ishaq,SH.MH, Pengantar Hukum Indonesia (PHI), (Jakarta : Rajawali Pers, 2015) Hal 63.
BAB II PERBANDINGAN HUKUM TATA NEGARA
Ada dua istilah yang digunakan dalam lingkup ilmu perbandingan hukum
tata negara, yaitu perbandingan hukum dan hukum perbandingan. Penggunaan
istilah yang berbeda-beda dalam lingkungan dunia ilmu pengetahuan hukum
di Indonesia ini merupakan dampak dari dipergunakannya stilah yang
digunakan di Eropa Kontinental, yaitu :
Hubungan perbandingan hukum tata negara dan ilmu negara terlihat dari
tugas perbandingan hukum tata negara itu sendiri. Adapun hubungan
perbandingan hukum tata negara dengan hukum tata negara positif terlihat
dalam proses dipergunakannya metode perbandingan.
Hubungan yang erat antara ilmu perbandingan hukum tata negara, ilmu
hukum tata negara, dan ilmu negara, yaitu sebegai berikut :
Metode merupakan hal paling penting dalam keberadaan suatu ilmu, yaitu
cara penyelidikan untuk memperoleh pengertian secara ilmiah terhadap
sesuatu atau objek tertentu sehingga dapat ditemukan kebenaran yang objektif.
Semua kajian kelimuan tidak bisa melepaskan dirinya dari metode yang
digunakan dalam penyelidikannya, termasuk penyelidikan dalam
perbandingan hukum tata negara.
12
Ibid. hal 25.
menerangkan peristiwa khusus atau penjelasan teoretis yang bersifat
umum terhadap fakta-fakta yang bersifat konkret.
2. Metode induksi, yaitu metode yang merupakan kesimpulan-
kesimpulan umum yang diperoleh berdasarkan proses pemikiran
setelah mempelajari peristiwa khusus atau peristiwa yang konkret.13
F. Ruang Lingkup Perbandingan Hukum Tata Negara
13
Ibid, hal 23.
14
Ibid, hal 17.
kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi yang akan
menyebabkan pula terjadinya kemajuan di bidang organisasi.15
Adapun syarat atau faktor yang bersifat khusus adalah sebagai berikut:
1. Suprestruktus politik
2. Instruktur politik
15
Sjachran Basah, Hukum Tata Negara perbandinga, Cat. Ke-6, bandung: Alumni, 2012, hal 15
16
Ibid, hal 17.
BAB III BERBAGAI DIMENSI STRUKTUR DAN POLA
KETATANEGARAAN
A. Struktur Ketatanegaraan Menurut Ahli Konstitusi
1. Pada awalnya setiap negara dikuasai oleh seorang saja (the rule of
man) yang disebut monarchy.
2. Ada saatnya orang yang mempunyai sifat-sifat yang baik untuk
memegang kekuasaan tidak ada lagi dan akhirnya digantikan oleh
orang yang lebih mementingkan kekuasaan daripada kepentingan
rakyatnya (tyranny/despotism).
3. Pemegang kekuasaan, tiran atau despoot tersebut menghadapi
tantangan dan oposisi dari suatu kelompok orang yang mempunyai
sifat-sifat baik dan ingin memperbaiki kehidupan rakyatnya yang
disebut aristokrasi.
4. Semangat aritokrasi hilang dan muncullah sekelompok orang yang
menjalankan kekuasaan secara sewenang-wenang untuk kepentingan
kelompok itu sendiri dan terjadi korupsi di kalangan peguasa tersebut
(oligarchy).
5. Rakyat sangat marah, menentang, dan menggulingkan penguasa korup
dan muncullah pemerintah yang disebut demokrasi, yaitu
pemerintahan yang dikendalikan oleh banyak orang.
6. Cycle of revolution ini dipatahkan dengan tipe pemerintahan yang
disebut polity.17
17
Abu Daud Busroh, Intisari Hukum Tatanegara Perbandingan (Konstitusi Sembilan Negara),
(Jakarta : Bina Aksara, 1987) Hal.49-50.
Menurut C.F Strong dalam kondisi saat ini, pola ketatanegaraan
Aristoteles tersebut tidak mempunyai daya tetap. Untuk itu, C.F Strong
mencari klarifikasi lain dengan mencari-cari atau tanda yang bersamaan pada
negara-negara modern, yang asasnya mempunyai tiga macam kekuasaan,
yaitu :
Berdasarkan sugesti dan saran dari Lord Bryce, Edward Jenks dan Sir J.A.
Marriott, C.F. Strong mengemukakan pola ketatanegaraan sebagai berikut :
Menurut C.F Strong dilihat dari segi hakikat negara, negara modern dapat
dikelompokkan dalam dua kelas besar yaitu negara kesatuan dan negara
serikat atau federal.18
18
Beni Ahmad Saebani, Ai Wati, Perbandingan Hukum Tata Negara, (Bandung : Pustaka Setia,
2016) Hal. 35-36.
Selain itu, negara yang menganut asas-asas demokrasi memilki kebebasan
untuk menyatakan pendapat dan berserikat. Kebebasan berserikat atau
berkumpul mengandung arti bahwa suatu negara memilki lebih dari satu partai
politik. Selanjutnya, pemilihan umum yang dilakukan adalah pemilihan umum
yang bebas, artinya tidak ada pembatasan yang dapat menghilangkan
kebebasan untuk melakukan hak pilih aktif atau hak pilih pasif.19