AKUNTAN PUBLIK
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotocopi, merekam,
atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Institut Akuntan
Publik Indonesia.
ISBN: XXX-XXX-XXXXX-X-X
ii
Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai
PENGANTAR
SA 330 (Revisi 2021), “Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai” telah disetujui
oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik I pada tanggal 13 Juli 2021 dan berlaku
efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2022.
SA 330 (Revisi 2021) merupakan adopsi dari International Standards on Auditing (ISA)
sebagaimana yang tercantum dalam “Handbook of International Quality Control, Auditing,
Review, Other Assurance, and Related Services Pronouncements – 2018 Edition” yang
diterbitkan oleh International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) – International
Federation of Accountants (IFAC).
Dewan Pengurus Institut Akuntan Publik Indonesia telah menetapkan dan mengesahkan SA
330 (Revisi 2021), “Respons Auditor terhadap Riisko yang Telah Dinilai” dan berlaku efektif
untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1
Januari 2022.
Penetapan dan pengesahan SA 330 (Revisi 2021) oleh Dewan Pengurus, berdasar kepada
persetujuan Dewan Standar Profesional Akuntan Publik I pada tanggal 13 Juli 2021.
DAFTAR ISI
Paragraf
Pendahuluan
Ruang Lingkup............................................................................................... 1
Tanggal Efektif ............................................................................................... 2
Tujuan .......................................................................................................... 3
Definisi ....................................................................................................... 4
Ketentuan
Respons Keseluruhan.................................................................................... 5
Prosedur Audit sebagai Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian
Material yang Telah Dinilai pada Tingkat Asersi ..................................... 6-23
Kecukupan Penyajian Laporan Keuangan ..................................................... 24
Evaluasi terhadap Kecukupan dan Ketepatan Bukti Audit .............................. 25-27
Dokumentasi .................................................................................................. 28-30
Materi Penerapan dan Penjelasan Lain
Respons Keseluruhan.................................................................................... A1-A3
Prosedur Audit sebagai Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian
Material yang Telah Dinilai pada Tingkat Asersi ..................................... A4-A58
Kecukupan Penyajian Laporan Keuangan ..................................................... A59
Evaluasi terhadap Kecukupan dan Ketepatan Bukti Audit .............................. A60-A62
Dokumentasi .................................................................................................. A63
Standar Audit (SA) 330 (Revisi 2021), “Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai”
harus dibaca bersamaan dengan SA 200 (Revisi 2021), “Tujuan Keseluruhan Auditor
Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit”.
(Sengaja Dikosongkan)
1 Pendahuluan
2
3 Ruang Lingkup
4
5 1. Standar Audit (SA) ini mengatur tentang tanggung jawab auditor untuk mendesain
6 dan menerapkan respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang
7 diidentifikasi dan dinilai oleh auditor berdasarkan SA 315 (Revisi 2021)1 dalam suatu
8 audit atas laporan keuangan.
9
10 Tanggal Efektif
11
12 2. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai
13 pada atau setelah tanggal 1 Januari 2022.
14
15 Tujuan
16
17 3. Tujuan auditor adalah untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
18 berkaitan dengan penilaian risiko kesalahan penyajian material, melalui pendesainan
19 dan penerapan respons yang tepat terhadap risiko tersebut.
20
21 Definisi
22
23 4. Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna:
24 (a) Prosedur substantif: Suatu prosedur audit yang didesain untuk mendeteksi
25 kesalahan penyajian material pada tingkat asersi. Prosedur substantif terdiri
26 dari:
27 (i) Pengujian rinci (dari setiap golongan transaksi, saldo akun, dan
28 pengungkapan); dan
29 (ii) Prosedur analitis substantif.
30 (b) Pengujian pengendalian: Suatu prosedur audit yang didesain untuk
31 mengevaluasi efektivitas operasi pengendalian dalam mencegah, atau
32 mendeteksi dan mengoreksi, kesalahan penyajian material pada tingkat asersi.
33
34 Ketentuan
35
36 Respons Keseluruhan
37
38 5. Auditor harus mendesain dan mengimplementasikan respons keseluruhan untuk
39 merespons risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai pada tingkat
40 laporan keuangan. (Ref: Para. A1-A3)
1 SA 315 (Revisi 2021), “Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material
Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya”.
1 Prosedur Audit sebagai Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material yang
2 Telah Dinilai pada Tingkat Asersi
3
4 6. Auditor harus mendesain dan mengimplementasikan prosedur audit lanjutan yang
5 sifat, saat, dan luasnya didasarkan pada dan merupakan respons terhadap risiko
6 kesalahan penyajian material yang telah dinilai pada tingkat asersi. (Ref: Para. A4-
7 A8)
8
9 7. Dalam mendesain prosedur audit lanjutan, auditor harus:
10 (a) Mempertimbangkan dasar penilaian yang dilakukan atas risiko kesalahan
11 penyajian material pada tingkat asersi untuk setiap golongan transaksi, saldo
12 akun, dan pengungkapan, termasuk:
13 (i) Kemungkinan kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh
14 karakteristik tertentu yang relevan dengan golongan transaksi, saldo
15 akun, atau pengungkapan (sebagai contoh: risiko bawaan); dan
16 (ii) Apakah penilaian risiko memperhitungkan pengendalian yang relevan
17 (sebagai contoh: risiko pengendalian), dan dengan demikian menuntut
18 auditor untuk memeroleh bukti audit untuk menentukan apakah
19 pengendalian berjalan secara efektif (sebagai contoh: auditor bermaksud
20 untuk mengandalkan efektivitas operasi pengendalian dalam penentuan
21 sifat, saat, dan luas prosedur substantif); dan (Ref: Para. A9-A18)
22 (b) Memeroleh bukti audit yang lebih meyakinkan ketika auditor menilai risiko yang
23 lebih tinggi. (Ref: Para. A19)
24
25 Pengujian Pengendalian
26
27 8. Auditor harus mendesain dan melaksanakan pengujian pengendalian untuk
28 memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat terhadap efektivitas operasi
29 pengendalian yang relevan jika:
30 (a) Penilaian auditor terhadap risiko kesalahan penyajian material pada tingkat
31 asersi mencakup suatu harapan bahwa pengendalian beroperasi secara efektif
32 (sebagai contoh: auditor bermaksud untuk mengandalkan efektivitas operasi
33 pengendalian dalam penentuan sifat, saat, dan luas prosedur substantif); atau
34 (b) Prosedur substantif tidak dapat memberikan bukti audit yang cukup dan tepat
35 pada tingkat asersi. (Ref: Para. A20-A24)
36
37 9. Dalam mendesain dan melaksanakan pengujian pengendalian, auditor harus
38 memeroleh bukti audit yang lebih meyakinkan ketika auditor ingin lebih
39 mengandalkan efektivitas pengendalian. (Ref: Para. A25)
40
41 Sifat dan Luas Pengujian Pengendalian
42
43 10. Auditor dalam mendesain dan melaksanakan pengujian pengendalian, auditor harus:
44 (a) Melaksanakan prosedur audit lain yang dikombinasikan dengan permintaan
45 keterangan untuk memeroleh bukti audit tentang efektivitas operasi
46 pengendalian, termasuk:
47 (i) Bagaimana pengendalian tersebut diterapkan pada waktu yang relevan
48 selama periode audit;
1 Prosedur Substantif yang Terkait dengan Proses Tutup Buku Laporan Keuangan
2
3 20. Prosedur substantif yang dilakukan auditor harus mencakup prosedur audit berikut
4 yang terkait dengan proses tutup buku laporan keuangan:
5 (a) Mencocokkan atau merekonsiliasi laporan keuangan dengan catatan akuntansi
6 yang melandasinya; dan
7 (b) Memeriksa entri jurnal yang material dan penyesuaian lainnya yang dibuat
8 selama penyusunan laporan keuangan. (Ref: Para. A52)
9
10 Prosedur Substantif Sebagai Respons terhadap Risiko Signifikan
11
12 21. Ketika auditor telah menentukan bahwa risiko kesalahan penyajian material yang
13 telah ditentukan pada tingkat asersi merupakan risiko signifikan, auditor harus
14 melaksanakan prosedur substantif yang secara khusus untuk merespons risiko
15 tersebut. Ketika pendekatan terhadap risiko signifikan hanya terdiri dari prosedur
16 substantif, prosedur tersebut harus mencakup pengujian rinci. (Ref: Para. A53)
17
18 Saat Prosedur Substantif
19
20 22. Ketika prosedur substantif dilaksanakan pada tanggal interim, auditor harus
21 mengecek setelah periode interim sampai dengan tanggal neraca dengan
22 melaksanakan:
23 (a) Prosedur substantif yang dikombinasikan dengan pengujian pengendalian
24 dalam periode tersebut; atau
25 (b) Hanya prosedur substantif yang memberikan dasar memadai untuk
26 memperluas kesimpulan audit dari tanggal interim sampai dengan tanggal
27 neraca,
28
29 jika auditor menentukan bahwa hal tersebut sudah cukup. (Ref: Para. A54-A57)
30
31 23. Ketika kesalahan penyajian yang tidak diharapkan oleh auditor pada waktu penilaian
32 risiko kesalahan penyajian material terdeteksi pada tanggal interim, auditor harus
33 mengevaluasi apakah penilaian risiko yang terkait dan sifat, saat, atau luas prosedur
34 substantif yang direncanakan yang mencakup periode setelah interim sampai
35 dengan tanggal neraca perlu untuk dimodifikasi. (Ref: Para. A58)
36
37 Kecukupan Penyajian Laporan Keuangan
38
39 24. Auditor harus melaksanakan prosedur audit untuk mengevaluasi apakah penyajian
40 laporan keuangan secara keseluruhan telah sesuai dengan kerangka pelaporan
41 keuangan yang berlaku. Dalam pengevaluasian tersebut, auditor harus
42 mempertimbangkan apakah laporan keuangan telah disajikan sedemikian rupa yang
43 mencerminkan hal-hal di bawah ini secara tepat:
44 • Klasifikasi dan deskripsi informasi keuangan, serta transaksi, peristiwa, dan
45 kondisi yang mendasarinya; dan
46 • Penyajian, struktur, dan isi laporan keuangan. (Ref: Para. A59)
1 dapat lebih merespons risiko kesalahan penyajian yang telah dinilai untuk asersi
2 kelengkapan, sementara prosedur substantif dapat lebih merespons risiko kesalahan
3 penyajian yang telah dinilai atas asersi keterjadian.
4
5 A10. Alasan untuk penilaian risiko adalah relevan dalam menentukan sifat prosedur audit.
6 Sebagai contoh, jika suatu risiko yang telah dinilai lebih rendah karena karakteristik
7 tertentu golongan transaksi tanpa mempertimbangkan pengendalian yang terkait,
8 maka auditor dapat menentukan bahwa prosedur analitis substantif saja dapat
9 memberikan bukti audit yang cukup dan tepat. Di ain pihak, jika risiko yang telah
10 dinilai lebih rendah yang disebabkan oleh pengendalian internal, dan auditor
11 bermaksud untuk mendasarkan pada prosedur substantif pada risiko yang telah
12 dinilai lebih rendah, maka auditor dapat melaksanakan pengujian atas pengendalian
13 tersebut, sebagaimana yang diharuskan dalam paragraf 8(a). Hal ini dapat terjadi,
14 sebagai contoh, untuk suatu golongan transaksi yang seragam, yang mempunyai
15 karakteristik tidak kompleks yang secara rutin diolah dan dikendalikan oleh sistem
16 informasi entitas.
17
18 Saat
19
20 A11. Auditor dapat melaksanakan pengujian pengendalian atau prosedur substantif pada
21 suatu tanggal interim atau pada akhir periode. Untuk risiko kesalahan penyajian
22 material yang lebih tinggi, kemungkinan besar auditor memutuskan akan lebih efektif
23 untuk melaksanakan prosedur substantif pada saat lebih mendekati, atau pada saat
24 akhir periode dibandingkan pada tanggal yang lebih awal, atau untuk melaksanakan
25 prosedur audit tanpa pemberitahuan atau pada waktu yang tidak dapat diprediksi
26 (sebagai contoh: pelaksanaan prosedur audit pada lokasi pilihan tanpa
27 pemberitahuan sebelumnya). Hal ini sangat relevan pada saat mempertimbangkan
28 respons terhadap risiko atas kecurangan. Sebagai contoh, auditor dapat
29 menyimpulkan, pada saat risiko kesalahan penyajian yang disengaja atau manipulasi
30 teridentifikasi, prosedur audit untuk memperluas kesimpulan audit dari tanggal
31 interim sampai dengan akhir periode tidak akan efektif.
32
33 A12. Di lain pihak, pelaksanaan prosedur audit sebelum akhir periode dapat membantu
34 auditor mengidentifikasi hal-hal signifikan pada tahap awal audit, sehingga auditor
35 dapat memecahkan masalah tersebut dengan bantuan manajemen atau
36 mengembangkan suatu pendekatan audit yang efektif untuk merespons hal tersebut.
37
38 A13. Lebih lanjut, prosedur audit tertentu dapat dilaksanakan hanya pada saat atau
39 setelah akhir periode, sebagai contoh:
40 • Mencocokkan atau merekonsiliasi informasi dalam laporan keuangan dengan
41 catatan akuntansi yang mendasarinya, termasuk mencocokkan atau
42 merekonsiliasi pengungkapan terkait, apakah informasi tersebut diperoleh dari
43 dalam atau luar buku besar dan buku besar pembantu;
44 • Pemeriksaan penyesuaian yang dibuat selama penyusunan laporan keuangan;
45 dan
1 • Prosedur untuk merespons suatu risiko bahwa, pada akhir periode, entitas
2 mungkin telah menandatangani kontrak penjualan yang tidak semestinya, atau
3 transaksi yang mungkin belum terselesaikan.
4
5 A14. Faktor relevan lebih lanjut yang berdampak terhadap pertimbangan auditor ketika
6 melaksanakan prosedur audit mencakup hal-hal berikut ini:
7 • Lingkungan pengendalian.
8 • Ketika informasi relevan tersedia (sebagai contoh: arsip elektronik dapat
9 dihapus melalui penumpukan tulisan setelah tanggal neraca, atau prosedur
10 yang diamati mungkin terjadi hanya pada saat tertentu).
11 • Sifat risiko (sebagai contoh: jika terdapat risiko digelembungkannya
12 pendapatan untuk mencapai laba yang diharapkan dengan cara menciptakan
13 perjanjian penjualan palsu setelah tanggal neraca, auditor mungkin harus
14 memeriksa kontrak yang tersedia pada tanggal di akhir periode).
15 • Periode atau tanggal yang berhubungan dengan bukti audit.
16 • Saat penyusunan laporan keuangan, terutama untuk pengungkapan yang
17 memberikan penjelasan lebih lanjut tentang angka-angka yang tercatat dalam
18 laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain,
19 laporan perubahan ekuitas, atau laporan arus kas.
20
21 Luas prosedur audit
22
23 A15. Luas prosedur audit perlu ditentukan setelah mempertimbangkan materialitas, risiko
24 yang telah dinilai, dan tingkat keyakinan yang ingin diperoleh auditor. Ketika tujuan
25 audit tercapai dengan kombinasi berbagai prosedur, luas setiap prosedur
26 dipertimbangkan secara terpisah. Secara umum, prosedur audit akan lebih luas
27 sejalan dengan meningkatnya risiko kesalahan penyajian material. Sebagai contoh,
28 dalam merespons risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai yang
29 disebabkan oleh kecurangan, peningkatan ukuran sampel atau pelaksanaan
30 prosedur analitis substantif dengan tingkat yang lebih rinci mungkin merupakan
31 langkah yang tepat. Namun, meningkatnya luas prosedur audit tersebut efektif hanya
32 jika prosedur audit tersebut relevan dengan risiko kecurangan tersebut.
33
34 A16. Penggunaan teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques
35 atau CAATs)) memungkinkan pengujian yang lebih luas terhadap transaksi elektronik
36 dan arsip akun, yang berguna ketika auditor memutuskan untuk memodifikasi luas
37 pengujian, sebagai contoh, dalam merespons risiko kesalahan penyajian material
38 yang disebabkan oleh kecurangan. Teknik tersebut dapat digunakan untuk memilih
39 sampel transaksi dari arsip elektronik utama, untuk menyortasi transaksi dengan
40 karakteristik khusus, atau untuk menguji keseluruhan populasi namun bukan
41 terhadap sampel.
42
43 Pertimbangan spesifik atas entitas sektor publik
44
45 A17. Untuk audit entitas sektor publik, mandat audit dan ketentuan audit khusus lainnya
46 mungkin dapat memengaruhi pertimbangan auditor terhadap sifat, saat, dan luas
47 prosedur audit lanjutan.
1 A27. Sifat pengendalian tertentu berdampak pada jenis prosedur yang diperlukan untuk
2 memeroleh bukti audit apakah pengendalian tersebut sudah beroperasi secara
3 efektif. Sebagai contoh, apabila efektivitas operasi dibuktikan dengan adanya
4 dokumentasi, auditor mungkin dapat memutuskan untuk melakukan inspeksi untuk
5 memeroleh bukti tentang efektivitas operasi tersebut. Namun, untuk pengendalian
6 lainnya, kemungkinan dokumentasi tidak tersedia atau tidak relevan. Sebagai
7 contoh, dokumentasi atas operasi mungkin tidak ada untuk beberapa faktor dalam
8 lingkungan pengendalian seperti penetapan wewenang dan tanggung jawab, atau
9 untuk beberapa jenis aktivitas pengendalian, seperti aktivitas pengendalian yang
10 dilakukan dengan komputer. Dalam situasi tersebut, bukti audit yang menyatakan
11 efektivitas operasi dapat diperoleh melalui permintaan keterangan yang
12 dikombinasikan dengan prosedur audit lainnya seperti observasi atau penggunaan
13 teknik audit berbantuan komputer.
14
15 Luas Pengujian Pengendalian
16
17 A28. Ketika dibutuhkan bukti audit yang lebih meyakinkan berkaitan dengan efektivitas
18 pengendalian, adalah tepat dilakukan dengan menambah pengujian atas
19 pengendalian. Untuk meningkatkan keyakinan terhadap pengendalian, hal-hal yang
20 juga dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam menentukan pengujian pengendalian
21 mencakup berikut ini:
22 • Frekuensi dilakukannya pengendalian oleh entitas selama periode tersebut.
23 • Lamanya waktu selama periode audit yang di dalamnya auditor dapat
24 mengandalkan efektivitas pengendalian operasi.
25 • Tingkat penyimpangan yang diharapkan dari suatu pengendalian.
26 • Relevansi dan keandalan bukti audit yang diperoleh yang berkaitan dengan
27 efektivitas operasi pengendalian tersebut pada tingkat asersi.
28 • Luasnya bukti audit yang diperoleh dari pengujian atas pengendalian lainnya
29 terhadap asersi.
30
31 SA 530 (Revisi 2021)4 memuat panduan lebih lanjut tentang luas pengujian tersebut.
32
33 A29. Oleh karena proses pengolahan teknologi informasi mempunyai sifat konsistensi,
34 auditor mungkin tidak perlu untuk meningkatkan luas pengujian terhadap suatu
35 pengendalian otomatis. Suatu pengendalian otomatis dapat diharapkan berfungsi
36 secara konsisten, kecuali jika program yang digunakan (termasuk tabel, arsip, atau
37 data permanen lainnya yang digunakan oleh program) berubah. Pada saat auditor
38 menentukan bahwa pengendalian otomatis tersebut berfungsi seperti yang
39 diharapkan (yang dapat dilakukan pada saat pertama kali pengendalian tersebut
40 diterapkan atau pada tanggal lain), auditor dapat mempertimbangkan dilakukannya
41 pengujian untuk menentukan apakah pengendalian tersebut berfungsi efektif secara
42 berkelanjutan. Pengujian tersebut mungkin mencakup menentukan:
43 • Perubahan terhadap program tidak dilakukan tanpa didasarkan pada
44 pengendalian tepat atas perubahan program;
45 • Versi program yang telah diotorisasi digunakan untuk memroses transaksi; dan
1 • Pengendalian khusus yang telah diuji selama periode interim, dan perubahan
2 penting atas pengendalian tersebut sejak pengendalian tersebut diuji, termasuk
3 perubahan dalam sistem informasi, proses, dan karyawan.
4 • Tingkat bukti audit atas efektivitas operasi pengendalian tersebut diperoleh.
5 • Lamanya sisa periode.
6 • Luas prosedur substantif lanjutan yang auditor ingin kurangi berdasarkan
7 keyakinan auditor atas pengendalian.
8 • Lingkungan pengendalian.
9
10 A34. Bukti audit tambahan dapat diperoleh, sebagai contoh, dengan menambah pengujian
11 pengendalian atas sisa periode atau menguji pemantauan oleh entitas terhadap
12 pengendalian.
13
14 Penggunaan bukti audit yang diperoleh dari audit sebelumnya (Ref: Para. 13)
15
16 A35. Dalam kondisi tertentu, bukti audit yang diperoleh dari audit periode lalu dapat
17 memberikan bukti audit ketika auditor melaksanakan prosedur audit untuk membuat
18 pengacuan untuk audit periode kini. Sebagai contoh, dalam melaksanakan audit
19 periode lalu, auditor mungkin telah menentukan bahwa pengendalian otomatis
20 berfungsi sesuai dengan tujuannya. Auditor dapat memeroleh bukti audit untuk
21 menentukan apakah perubahan yang telah terjadi pada pengendalian otomatis di
22 periode kini memengaruhi fungsi efektivitas pengendalian tersebut sampai audit
23 periode kini melalui, sebagai contoh, permintaan keterangan dari manajemen dan
24 melakukan inspeksi atas catatan perubahan untuk mengindikasikan pengendalian
25 apa yang telah berubah. Pertimbangan terhadap bukti audit tentang perubahan ini
26 dapat mendukung peningkatan atau pengurangan bukti audit yang harus diperoleh
27 pada periode kini berkaitan dengan efektivitas operasi pengendalian.
28
29 Pengendalian yang telah berubah dari audit sebelumnya (Ref: Para. 14(a))
30
31 A36. Perubahan dapat memengaruhi relevansi bukti audit yang diperoleh dalam audit
32 sebelumnya seperti kemungkinan tidak lagi sebagai dasar untuk diandalkan secara
33 berkelanjutan. Sebagai contoh, perubahan dalam suatu sistem yang memungkinkan
34 entitas untuk menerima suatu laporan baru dari dari sistem yang kemungkinan tidak
35 memengaruhi relevansi bukti audit yang diperoleh dalam audit sebelumnya; namun,
36 perubahan yang menyebabkan data yang dikumpulkan atau dihitung dengan cara
37 yang berbeda mempunyai pengaruh atas relevansi bukti audit.
38
39 Pengendalian yang tidak berubah dari audit periode lalu (Ref: Para. 14(b))
40
41 A37. Keputusan auditor mengenai apakah akan mengandalkan pada bukti audit yang
42 diperoleh dari audit periode lalu untuk:
43 (a) Pengendalian yang belum berubah sejak terakhir kali diuji; dan
44 (b) Pengendalian yang bukan merupakan pengendalian yang menurunkan suatu
45 risiko signifikan,
1 Prosedur konfirmasi eksternal juga dapat dilakukan untuk memeroleh bukti audit
2 tentang tidak adanya beberapa kondisi. Sebagai contoh, suatu permintaan mungkin
3 khusus untuk mendapatkan penegasan tidak adanya “perjanjian tambahan (side
4 agreement)” yang mungkin relevan untuk asersi pisah batas pendapatan entitas.
5 Situasi lainnya dimana prosedur konfirmasi eksternal mungkin merupakan bukti audit
6 yang relevan dalam merespons risiko yang telah dinilai atas kesalahan penyajian
7 material mencakup:
8 • Saldo bank dan informasi lain yang relevan dengan hubungan perbankan.
9 • Saldo piutang usaha dan ketentuannya.
10 • Persediaan yang berada di tangan pihak ketiga dalam gudang kawasan berikat
11 untuk diproses lebih lanjut atau dalam kondisi konsinyasi.
12 • Akta kepemilikan properti yang dipegang oleh pengacara atau konsultan
13 keuangan untuk penyimpanan yang aman atau sebagai jaminan.
14 • Investasi yang dipegang oleh pihak ketiga untuk keamanan penyimpanan, atau
15 dibeli dari pialang saham namun belum diterima pada tanggal neraca.
16 • Jumlah yang terhutang kepada kreditur, termasuk ketentuan yang relevan
17 untuk pembayaran dan ketentuan pembatasannya (covenants).
18 • Saldo utang usaha dan ketentuannya.
19
20 A49. Meskipun konfirmasi eksternal dapat memberikan bukti audit relevan atas asersi-
21 asersi tertentu, namun terdapat beberapa asersi yang diperoleh dari konfirmasi
22 eksternal kurang memberikan bukti audit relevan. Sebagai contoh, konfirmasi
23 eksternal kurang memberikan bukti audit atas ketertagihan saldo piutang usaha,
24 apabila dibandingkan bukti yang diberikan oleh konfirmasi tersebut atas
25 keberadaannya.
26
27 A50. Auditor dapat menentukan bahwa prosedur konfirmasi eksternal untuk tujuan tertentu
28 dapat memberikan suatu peluang untuk memeroleh bukti audit tentang hal lainnya.
29 Sebagai contoh, permintaan konfirmasi untuk saldo bank sering kali juga mencakup
30 permintaan untuk memberikan informasi relevan untuk asersi laporan keuangan
31 lainnya. Pertimbangan tersebut dapat memengaruhi keputusan auditor untuk
32 melaksanakan prosedur konfirmasi eksternal.
33
34 A51. Faktor yang dapat membantu auditor dalam menentukan apakah prosedur
35 konfirmasi eksternal perlu dilaksanakan sebagai prosedur audit substantif mencakup:
36 • Pengetahuan pihak yang akan dikonfirmasi tentang hal pokok: hasil konfirmasi
37 dapat lebih andal jika diberikan oleh pihak yang memiliki pengetahuan
38 memadai tentang informasi yang dikonfirmasi.
39 • Kemampuan atau kesediaan pihak yang dikonfirmasi untuk memberikan
40 respons: sebagai contoh, pihak yang dikonfirmasi:
41 o Mungkin tidak menerima tanggung jawab untuk memberikan jawaban
42 atas permintaan konfirmasi;
43 o Mungkin mempertimbangkan bahwa pemberian respons terlalu
44 mengonsumsi biaya atau waktu;
45 o Mungkin mempunyai kekhawatiran tentang potensi munculnya kewajiban
46 hukum sebagai akibat pemberian respons;
1 menjadi sekuritas yang tidak terdapat perubahan yang terjadi, yang mungkin masih
2 relevan untuk periode audit kini. Dalam hal ini, merupakan hal yang tepat untuk
3 menggunakan bukti audit dari prosedur substantif audit periode lalu jika bukti tersebut
4 dan hal pokok yang terkait di dalamnya tidak berubah secara fundamental, dan
5 prosedur audit telah dilakukan untuk membuat pengacuan untuk audit periode kini.
6
7 Penggunaan Bukti Audit yang Diperoleh Selama Suatu Periode Interim (Ref: Para. 22)
8
9 A55. Dalam kondisi tertentu, auditor dapat menentukan bahwa merupakan hal efektif
10 untuk melaksanakan prosedur substantif pada suatu tanggal interim, dan untuk
11 membandingkan dan merekonsiliasi informasi tentang saldo pada akhir periode
12 dengan informasi yang dapat dibandingkan pada saat tanggal interim tersebut untuk:
13 (a) Mengidentifikasi jumlah yang tampak tidak biasa;
14 (b) Menginvestigasi jumlah yang tidak biasa tersebut; dan
15 (c) Melaksanakan prosedur analitis substantif atau pengujian rinci untuk menguji
16 periode antara periode interim sampai dengan tanggal neraca.
17
18 A56. Pelaksanaan prosedur substantif pada suatu tanggal interim tanpa melakukan
19 prosedur tambahan di tanggal kemudian meningkatkan risiko bahwa auditor tidak
20 akan mendeteksi kesalahan penyajian material yang mungkin ada pada saat tanggal
21 neraca. Risiko ini meningkat seiring bertambahnya periode antara interim dengan
22 tanggal neraca. Faktor berikut ini dapat memengaruhi apakah perlu untuk
23 melaksanakan prosedur substantif pada suatu tanggal interim:
24 • Lingkungan pengendalian dan pengendalian lain yang relevan.
25 • Ketersediaan informasi yang dibutuhkan pada tanggal kemudian untuk
26 dilakukannya prosedur oleh auditor.
27 • Tujuan prosedur substantif.
28 • Risiko kesalahan penyajian material yang ditentukan.
29 • Sifat golongan transaksi atau saldo akun dan asersi yang terkait.
30 • Kemampuan auditor untuk melaksanakan prosedur substantif yang tepat atau
31 kombinasi prosedur substantif dan pengujian pengendalian untuk mencakup
32 periode antara interim sampai dengan tanggal neraca dalam rangka
33 menurunkan risiko bahwa kesalahan penyajian yang mungkin terdapat pada
34 tanggal neraca akan tidak terdeteksi.
35
36 A57. Faktor-faktor seperti di bawah ini mungkin dapat memengaruhi dilakukannya
37 prosedur analitis substantif pada periode di antara tanggal interim dan tanggal
38 neraca:
39 • Apakah saldo golongan transaksi atau saldo akun tertentu per tanggal neraca
40 dapat secara wajar diperkirakan angkanya, tingkat signifikansinya, dan
41 komposisinya.
42 • Apakah prosedur entitas untuk menganalisis dan menyesuaikan golongan
43 transaksi atau saldo akun tersebut pada tanggal interim dan prosedur untuk
44 menetapkan pisah batas akuntansi telah tepat.
45 • Apakah sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan akan
46 memberikan informasi yang cukup tentang saldo pada tanggal neraca dan
1 transaksi dalam periode di antara tanggal interim dan tanggal neraca cukup
2 untuk memungkinkan dilakukannya investigasi atas:
3 (a) Transaksi atau entri yang tidak wajar dan signifikan (termasuk yang
4 terjadi pada tanggal neraca);
5 (b) Penyebab lain fluktuasi signifikan, atau fluktuasi yang diharapkan namun
6 tidak terjadi; dan
7 (c) Perubahan dalam komposisi golongan transaksi atau saldo akun.
8
9 Kesalahan penyajian yang diketahui pada suatu tanggal interim (Ref: Para. 23)
10
11 A58. Ketika auditor menyimpulkan bahwa sifat, saat, dan luas prosedur substantif yang
12 direncanakan yang mencakup periode di antara tanggal interim dan tanggal neraca
13 perlu dimodifikasi sebagai akibat dari kesalahan penyajian yang tidak diperkirakan
14 terjadi pada tanggal interim, modifikasi tersebut mungkin berupa perluasan atau
15 pengulangan prosedur yang telah dilakukan pada tanggal interim tersebut pada
16 tanggal laporan posisi keuangan.
17
18 Kecukupan Penyajian Laporan Keuangan (Ref: Para. 24)
19
20 A59. Pengevaluasian atas penyajian, pengaturan, dan isi laporan keuangan yang tepat
21 mencakup, sebagai contoh, pertimbangan atas istilah yang digunakan sebagaimana
22 yang diharuskan oleh kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, tingkat
23 keterperincian yang disajikan, agregasi dan disagregasi angka-angka, dan basis
24 yang mendasari angka-angka tersebut.
25
26 Evaluasi terhadap Kecukupan dan Ketepatan Bukti Audit (Ref: Para. 25-27)
27
28 A60. Audit atas laporan keuangan adalah suatu proses kumulatif dan berulang. Selama
29 auditor melaksanakan prosedur audit yang direncanakan, bukti audit yang diperoleh
30 dapat menyebabkan auditor untuk melakukan modifikasi sifat, saat, serta luas
31 prosedur lain yang direncanakan. Suatu informasi dapat menjadi perhatian auditor
32 karena berbeda secara signifikan dengan informasi yang menjadi dasar penilaian
33 risiko. Sebagai contoh:
34 • Luas kesalahan penyajian yang dideteksi oleh auditor dengan melaksanakan
35 prosedur substantif dapat mengubah pertimbangan auditor tentang penilaian
36 risiko dan dapat menunjukkan adanya kekurangan signifikan dalam
37 pengendalian internal.
38 • Auditor mungkin menyadari kekurangan dalam catatan akuntansi, atau bukti
39 yang bertentangan atau hilang.
40 • Prosedur analitis yang dilakukan pada tahap penelaahan secara menyeluruh
41 terhadap audit dapat menunjukkan risiko kesalahan penyajian material yang
42 belum diketahui sebelumnya.
43
44 Dalam kondisi demikian, auditor mungkin perlu untuk mengkaji ulang prosedur audit
45 yang telah direncanakan, berdasarkan atas pertimbangan yang telah diubah atas
46 risiko yang telah ditetapkan untuk seluruh atau sebagian golongan transaksi, saldo
1 akun, atau pengungkapan dan asersi terkait. SA 315 (Revisi 2021) memberikan
2 panduan lanjutan dalam merevisi penilaian risiko auditor.7
3
4 A61. Auditor tidak dapat menganggap bahwa kecurangan atau kesalahan merupakan
5 kejadian yang terisolasi. Oleh karena itu, pertimbangan mengenai bagaimana
6 mendeteksi kesalahan penyajian dapat memengaruhi risiko kesalahan penyajian
7 material yang telah dinilai adalah penting dalam menentukan apakah penilaian risiko
8 kesalahan penyajian masih tepat.
9
10 A62. Pertimbangan auditor untuk menentukan bukti audit yang cukup dan tepat
11 dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
12 • Signifikansi potensi kesalahan penyajian dalam asersi dan kemungkinan
13 kesalahan penyajian tersebut berdampak material, baik secara individu
14 maupun secara agregat dengan potensi kesalahan penyajian lainnya, terhadap
15 laporan keuangan.
16 • Efektivitas respons dan pengendalian manajemen untuk merespons risiko
17 tersebut.
18 • Pengalaman yang diperoleh selama audit sebelumnya yang berkaitan dengan
19 kesalahan penyajian potensial yang sama.
20 • Hasil prosedur audit yang dilaksanakan, termasuk apakah prosedur audit
21 tersebut mengidentifikasi contoh spesifik tentang kecurangan atau kesalahan.
22 • Sumber dan keandalan informasi yang tersedia.
23 • Kepersuasifan bukti audit.
24 • Pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal
25 entitas.
26
27 Dokumentasi (Ref: Para. 28)
28
29 A63. Bentuk dan luasnya dokumentasi audit merupakan masalah pertimbangan
30 profesional, dan dipengaruhi oleh sifat, ukuran, dan kompleksitas entitas serta
31 pengendalian internalnya, ketersediaan informasi dari entitas dan metodologi audit
32 serta teknologi yang digunakan dalam audit.
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45