Bab Ii Kajian Pustaka
Bab Ii Kajian Pustaka
KAJIAN PUSTAKA
LBP adalah nyeri yang dirasakan pada daerah punggung bawah, dapat
berupa nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa di antara
sudut iga bagian bawah sampai lipatan bokong bawah yaitu daerah lumbal dan
LBP non spesifik adalah nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh
pinggul atau anus yang mana dapat timbul akibat adanya potensi kerusakan jaringan
pada dermis, pembuluh darah, fasia, muskulus, tendon, kartilago, tulang, ligamen,
menjadi 7 tulang servikal, 12 tulang torakal, 5 tulang lumbal 5 tulang sacrum yang
12
13
dan sacrum. Vertebra lumbal berjumlah lima, di atas bersendi dengan thoracal ke
12 dan di bawah bersendi dengan tulang sacrum. Vertebra lumbal dibentuk oleh
corpus yang berfungsi sebagai penyangga berat badan. Korpus vertebra dipisahkan
oleh discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain
posterior yang bila diraba terasa seperti tonjolan, terutama berfungsi sebagai tempat
dan tumpul dengan pinggir atas mengarah kearah bawah dan kearah dorsal.
Processus tranversus terletak pada kedua sisi corpus vertebra dan sedikit kearah
atas dan bawah dari processus spinosus, yang berbentuk datar dan seperti sayap
pada 4 segmen lumbal bagian atas, tetapi pada L5 processus tranversusnya tebal
sedikit lebih besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra
dengan pedicles dan lamina, yang terdiri dari processus articularis superior dan
processus articularis inferior vertebra atas membentuk facet joint, dan processus
membentuk facet joint. Bentuk permukaan facet joint akan mencegah atau
14
membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan permukaan facet joint (Magee,
2006).
7 Tulang
Cervical
12 Tulang
Torakal
5 Tulang
Lumbal
5 Tulang
Sakrum
5 Tulang
koksigeal
Gambar 2.1
Kolumna Vertebralis, Tampak Depan, Belakang dan Samping
(Putz and Pabst, 2001)
adalah salah satu komponen dari tiga kompleks sendi diantara dua vertebra yang
lapisan annulus memberikan tahanan tarikan pada diskus saat bergerak keberbagai
Anulus fibrosus merupakan bagian luar diskus terbentuk dari lapisan tebal
serabut kolagen dan fibrokartilago. Struktur ini membantu menahan gerakan spinal
seperti ligament yang kompleks. Annulus menempel dengan kuat ke vertebra yang
ada didekatnya, dan lapisannya saling menempel dengan kuat satu sama lain.
Anulus fibrosus ditopang oleh ligament longitudinal anterior dan posterior (Kisner,
2014).
massa gelatinosa, tetapi serabutnya yang tersusun longgar menyatu dengan lapisan
annulus fibrosus yang terdalam. Nucleus pulposus pada vertebra lumbal letaknya
lebih kebatas posterior dari pada kebatas anterior annulus. Kumpulan proteoglikan,
normalnya memiliki konsentrasi yang tinggi pada nucleus yang sehat, memiliki
daya tarik air yang tinggi. Kerja cairan yang diikat oleh nucleus berfungsi untuk
menyebarkan tekanan secara merata diseluruh diskus dan dari satu korpus vertebra
Gambar 2.2
Diskus Intervertebralis (Kisner, 2014)
16
Stabilisasi vertebra lumbal terutama terdiri dari bentuk tulang vertebra dan
ligament sebagai stabilisasi pasif serta otot sebagai stabilisasi aktif. Pada gerak
ligament flavum, dan ligament longitudinal posterior. Pada gerak extensi dibatasi
oleh ligament longitudinal anterior. Pada gerak lateral fleksi dibatasi oleh ligament
Gambar 2.3
Ligament Vertebra Lumbal (Ishak, 2015)
Otot pada tulang belakang tidak hanya bertindak sebagai penggerak utama
atau sebagai antagonis terhadap gerakan yang disebabkan oleh gravitasi selama
aktivitas dinamis tetapi juga sebagai stabilisator penting bagi tulang belakang.
Tanpa aktivasi stabilitas dinamis dari otot trunk, tulang belakang akan jatuh ke
posisi tegak. Stabilisasi otot yang mengontrol tulang belakang adalah otot
Otot global atau superfisial, letaknya lebih jauh dari aksis gerak, melintasi
beberapa segmen vertebra. Otot global berfungsi untuk menghasilkan gerakan dan
memberikan fungsi guy wire yang lebar, pembebanan komprehensif pada kontraksi
yang kuat. Otot global pada daerah lumbal adalah rektus abdominis, oblikus
M. Obliquss
Externus M. Rectus Abdominis
Abdominis
M. Obliquss M. Transversus
Intenus Abdominis
Abdominis
Gambar 2.4
Otot superficial (Global) (Schunke, 2002)
Otot profunda berada lebih dekat ke aksis gerak, dan melakat pada setiap
persentase yang lebih besar pada serabut otot tipe I untuk daya tahan otot. Otot
18
M. Rotatores
Thoracis Longi
M. Spinalis M. Rotatores
Thoracis Brevis
M. Transversus
M. Quadratus
Abdominis
Lumborum
M. Multifidus
Gambar 2.5
Otot profunda (segmental) (Schunke, 2002)
1. Fleksi
Gerak fleksi dilakukan oleh m. rectus abdominis dan m. psoas. Pada saat
fleksi lumbal, nukleus pulposus akan bergerak ke arah posterior. Pada saat yang
sama, processus articularis inferior dari vertebra bagian atas akan bergeser ke arah
2. Ekstensi
posterior relaks. Pada saat yang sama, processus articularis dari vertebra bagian
bawah dan atas menjadi saling terkunci, sehingga processus spinosus dapat saling
3. Lateral Fleksi
pada anterolateral abdomen. Pada saat lateral fleksi lumbal, corpus vertebra bagian
atas akan bergerak ke arah ipsilateral sementara diskus sisi kontralateral mengalami
sisi kontralateral mengalami peregangan sementara sisi ipsilateral relaks. Pada saat
yang sama, processus articular relatif bergeser satu sama lain sehingga processus
articularis inferior sisi ipsilateral dari vertebra atas akan bergerak naik sementara
4. Rotasi
Pada saat rotasi lumbal, vertebra bagian atas akan berotasi terhadap
vertebra bagian bawah, tetapi gerakan rotasi ini hanya terjadi disekitar pusat rotasi
dalam menyelidiki berbagai faktor resiko pada LBP, dampak dari tindakan
populasi yang memiliki resiko terbesar dari sebab-sebab kesehatan agar tindakan
yang ditujukan dapat diarahkan dengan tepat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
pada bulan Mei tahun 2002 menunjukan bahwa jumlah penderita nyeri sebanyak
4.456 orang (25% dari total kunjungan), dimana 1.589 orang (35,86%) penderita
Dilihat dari data yang dikumpulkan dari penelitian Pusat Riset dan
800 orang dari 8 sektor informal di Indonesia menunjukkan keluhan LBP dialami
oleh 31,6% petani kelapa sawit di Riau, 21% perajin wayang kulit di Yogyakarta,
18% perajin onix di Jawa Barat, 16% penambang emas di Kalimantan Barat, 14,9%
perajin sepatu di Bogor dan 8% perajin kuningan di Jawa Tengah. Selain itu, perajin
batu bata di Lampung dan nelayan di DKI Jakarta menderita keluhan LBP masing-
Hasil studi Laboratorium Pusat studi Kesehatan dan Ergonomi ITB pada
tahun 2006 – 2007 diperoleh data bahwa sebanyak 40-80% pekerja melaporkan
21
tangan atau kedua tangan dan atau dengan pengerahan seluruh badan (Alviani,
2016).
Salah satu pekerjaan yang memiliki resiko tinggi terjadinya LBP adalah
petani. Data BPS hingga tahun 2010 tercatat tenaga kerja petani di Indonesia
mencapai 107,4 juta orang. Berdasarkan survey awal yang dilakukan, didapatkan
data 30% petani mengeluh menderita nyeri punggung bawah. Didapatkan 90%
kasus nyeri punggung bawah bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan
tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pada petani, nelayan atau buruh yaitu 31,2
% (Riskesdas, 2013).
bahwa petani yang melakukan posisi kerja dengan tingkat resiko sedang berjumlah
17 orang (81,0%), dan tingkat resiko tinggi berjumah 4 orang (19,0%) dan petani
3 orang (14,3%), tingkat resiko sedang berjumlah 17 orang (81,0%), dan tingkat
perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh.
22
Oleh karena itu beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar
sebagai berikut:
atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan depresi.
5. Spondilogenik: LBP spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh
berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang
menyebabkan LBP.
penyebab utama LBP. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau
sudah lama tidak melakukannya dapat menderita LBP akut, atau melakukan
23
pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama akan menyebabkan LBP
kronik. Hal yang sama juga bisa didapatkan pada wanita hamil, orang gemuk,
memakai sepatu dengan tumit terlalu tinggi. Trauma dapat berbentuk lumbal
(penyakit Marie-Strumpell)
waktu berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak
sekunder: (metastasis karsinoma payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-
lain). Metastasis tumor ganas sangat sering ke korpus vertebra karena banyak
saraf sensibel dalam tulang dan menimbulkan rasa nyeri lokal atau menjalar ke
vertebra hanya karena trauma ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek
12. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya penyakit
13. Infeksi: Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. LBP yang disebabkan
psikoneurotik adalah LBP yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak
sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan
LBP dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan
pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang
25
antara lain:
penyakit paget).
11. Lainnya: nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik, pura-pura
nyeri dapat berubah dari hari ke hari dan biasanya diperburuk oleh postur tubuh
yang statis, gerakan berulang, stres, kurang tidur, dan ketidakseimbangan gizi, dan
pasien mengeluhkan nyeri dan keterbatasan gerak pada daerah lumbal (Kisner,
2014).
berlebihan terjadi pada saat mempertahankan tubuh dalam posisi statik atau posisi
yang salah dalam jangka waktu yang cukup lama dimana otot-otot di daerah
punggung akan berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh yang normal atau
pada saat aktivitas yang dapat menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada
otot-otot punggung bawah, misalnya mengangkat beban yang berat dengan posisi
yang salah atau tubuh membungkuk dengan lutut lurus dan jarak beban jauh dari
sebagai berikut:
a. Ketegangan otot
Ketegangan otot dapat timbul disebabkan oleh sikap tegang yang konstan
atau berulang-ulang pada posisi yang sama sehingga akan memendekan otot-otot
yang akhirnya menimbulkan nyeri. Nyeri juga dapat timbul karena regangan yang
27
(McGill, 2002).
b. Spasme
ini memberi gejala yang khas dengan adanya kontraksi otot akan disertai rasa nyeri
yang hebat. Setiap gerakkan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah
c. Defisiensi Otot
point) yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri ke daerah tertentu.
Titik trigger point ini bila ditekan akan menimbulkan rasa nyeri (Caitow, 2010).
Demikian pula, faktor pekerjaan seperti bekerja berlebihan, bekerja sendiri, empati
pengawas, aktivitas monoton atau repetitif, dan kontak yang terlalu lama terhadap
28
secara manual, juga telah diidentifikasi sebagai faktor risiko untuk LBP.
penyakit sistemik, fisik, atau psikologis juga berperan penting dalam timbulnya
kompensasi pekerja, cedera pribadi, atau proses lainnya, dan kondisi kecacatan
tambahan juga dianggap berdampak pada tingkat keparahan atau durasi LBP.
Faktor genetik juga telah diidentifikasi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
Menurut Ratini (2015), tanda dan gejala dari LBP antara lain yakni:
1. Nyeri sepanjang tulang belakang, dari pangkal leher sampai tulang ekor.
terutama setelah mengangkat benda berat atau terlibat dalam aktivitas berat
lainnya.
3. Sakit kronis dibagian punggung tengah atau punggung bawah, terutama setelah
dan kaki.
5. Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau kejang otot di
punggung bawah.
29
bertahap, nyeri difus (setempat) sepanjang punggung bawah, tenderness pada otot-
otot punggung bawah, LGS terbatas, tanda-tanda gangguan neurologis tidak ada.
mechanical back merupakan bentuk dari nyeri punggung akut, yang penyebabnya
akibat strain/sprain, cidera diskus dan ligamen longitudinal posterior, akibat injury
atau trauma dan sekitar 80% tanpa diketahui penyebabnya biasanya karena adanya
Pada umumnya, faktor resiko dari LBP berawal dari aktivitas pekerjaan
mengangkat yang bisa terjadi di rumah, dan ditempat kerja. Aktivitas pekerjaan
resiko terbesar terjadinya injury pada diskus intervertebralis, ligament dan otot.
Pada umumnya injury pada diskus intervetebralis berawal dari adanya beban stress
atau kompresi yang besar pada diskus intervetebralis saat mengangkat barang dan
terjadi berulang kali terutama serabut annulus fibrous bagian dorsal dan ligament
terjadinya injury dimana diskus semakin lemah karena adanya proses degenerasi,
dimana dirasakan nyeri hebat terutama saat gerakan membungkuk. Nyeri tersebut
akan menstimulasi otot-otot disekitanya sehingga terjadi refleks spasm pada otot-
otot erectos spine sebagai proteksi terhadap gerakan. Dengan demikian, adanya
spasme atau tightness dari otot-otot erector spine akan menghambat terjadinya
gerakan dengan kata lain LGS dari vertebra lumbalis menjadi tidak normal (Alemo
dan bisa kembali ke aktivitas normal. Pasien yang mengalami ketakutan untuk
bergerak sebagai respons terhadap adanya nyeri akut yang cenderung akan
LBP kronis terlebih dahulu melibatkan perubahan dalam jumlah dan pola gerakan
yang mengarah ke remodeling jaringan ikat dan kekakuan jaringan lokal meningkat.
Sensitisasi sistem saraf perifer dan pusat kemudian akan berkontribusi pada
peradangan jaringan, tekanan emosional, rasa sakit yang berhubungan dengan rasa
Di kedua jaringan ikat dan sistem saraf, respons plastisitas ditandai oleh
memudarnya gejala dan kecacatan pada nyeri punggung bawah yang berulang dan
potensi gejala eksaserbasi akut yaitu meningkatnya kondisi akut). Rasa sakit pada
nyeri akut dapat dipicu oleh situasi yang menyebabkan peningkatan inflamasi lokal
sitokin, penurunan pH jaringan atau kandungan oksigen. Pada jaringan ikat fibrosa
dan otot, darah dan aliran limfatik dapat membahayakan secara kronis oleh struktur
jaringan yang tidak teratur dan rentan terhadap aktivitas otot yang tidak biasa
(misalnya memulai aktivitas kerja atau baru memulai olahraga), atau pada kondisi
yang menyebabkan penurunan perfusi lebih lanjut seperti duduk lama. Setelah
aktivasi nociceptors lokal dimulai, mekanisme sensitisasi sistem perifer dan sentral
substansi P) dan rasa sakit yang dirasakan, yang menyebabkan tertekan, rasa takut
peningkatan keterbatasan gerak dan fibrosis, membuat pasien mengalami rasa nyeri
Gambar 2.6
Therapeutic Intervention pada kondisi LBP (Langevin, 2007)
32
Seperti yang tampak pada gambar 2.6 di atas, dapat dijelaskan bahwa
terdapat hubungan mekanisme patogen pada LBP yang dapat dianjurkan terhadap
masalah yang timbul seperti nyeri, kesulitan dan takut untuk bergerak, plastisitas
dengan kata lain petani di Indonesia masih menggunakan tenaga fisik untuk
melakukan pekerjaanya.
Pada petani ada beberapa gerakan yang dilakukan yang dapat menimbulkan
keluhan pada musculoskeletal. Gerakan atau sikap kerja yang biasanya dilakukan
barang.
Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan
ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia akan ditopang oleh satu
ataupun kedua kaki ketika melakukan posisi berdiri. Aliran beban berat tubuh
mengalir pada kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya
33
gravitasi bumi. Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi posisi kedua
kaki. Kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul akan
menjaga tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota
Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam
pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika
bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri pada bagian punggung bagian bawah
(low back pain) bila dilakukan secara berulang dan periode yang cukup lama. Sikap
tetapi akibat tekanan yang berlebih menyebabkan ligament pada sisi belakang
lumbar rusak dan penekanan pembuluh saraf. Kerusakan ini disebabkan oleh
pada bagian punggung. Pengangkatan beban yang melebihi kadar dari kekuatan
manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau over exertion.
lumbar. Pada wilayah ini terjadi penekanan pada bagian L5/SI (lempeng antara
lumbar ke-5 dan sacral ke-1). Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu
34
untuk menahan tekanan. Intervertebral diskus pada bagian L5/S1 lebih banyak
melebihi kemampuan tubuh manusia, maka akan terjadi disc herniation akibat
(Rahmaniyah, 2007).
manusia. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi dari pekerjaan yang dilakukan. Faktor
yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang
(Rahmaniyah, 2007).
bekerja statis, dan menyebabkan elastisitas jaringan berkurang dan tekanan otot
meningkat sehingga timbul rasa nyeri dipunggung. Sikap duduk yang tidak
ergonomis sikap kerja duduk, kemungkinan gangguan yang akan dialami organ
viseral dan tulang punggung semakin kecil sehingga risiko terpapar nyeri punggung
menjadi rendah. Duduk yang lama menyebabkan beban yang berlebihan dan
kerusakan jaringan pada vertebra lumbal. Pada posisi duduk kerja otot lebih ringan
bila duduk membungkuk, dan dengan duduk membungkuk tekanan pada bantalan
saraf lebih besar Marras dan Krawowski (2006) dalam Kantana (2010), yang
35
otot yang besar, hal ini menyebabkan pembebanan pada tulang belakang menjadi
lebih besar dan meningkatkan risiko LBP. Pekerja yang bekerja mengangkat dan
membawa beban berat setiap hari, maka tulang belakangnya akan terus mengalami
penekanan sehingga lama kelamaan sikap tubuhnya akan berubah. Perubahan ini
terjadi sebagai akibat dari kebiasaan mereka bertumpu saat membawa beban, cara
bekerja didalam waktu lama dengan sikap yang salah, dapat menyebabkan nyeri
punggung yang kronis (Silviani, 2013). Saat terjadi nyeri, ada kecenderungan untuk
takut untuk memulai suatu gerakan. Pengaruh inaktivitas dan imobilisasi pada
petani inilah yang menyebabkan penurunan fleksibilitas, kondisi ini juga dapat
fungsional disebabkan oleh gangguan yang berhubungan dengan patologi aktif dan
komponen tugas motorik secara efisien atau normal. Keterbatasan LGS inilah yang
pekerjaannya, dengan kata lain petani lebih banyak menggunakan tanaga fisik di
36
menggunakan sabit untuk memanen padi, dan cangkul untuk menggarap sawah.
mananam padi, mencangkul, dan memanen padi. Menanam padi merupakan salah
satu kegiatan yang berpengaruh pada posisi kerja dari petani. Saat menanam padi,
otot-otot daerah punggung petani, dipakai sebagai penopang utama saat bekerja.
Pekerjaan petani yang seperti ini bersifat monoton dan berulang. Posisi kerja ini
sangat tidak ergonomis, jika dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan
fungsional karena berperan sebagai penghubung anggota gerak bawah dan anggota
gerak atas. Core muscle yang terlatih akan mampu menghasilkan stabilitas dan
mobilitas yang baik. Pada mayoritas penderita nyeri kronik pada NPB, otot-otot ini
untuk penguatan core muscle. Salah satunya adalah core stability exercise
(Sadhono, 2017). Menurut Balakrishnan et al tahun 2016, core adalah bagian utama
perbedaan dalam sifat dasar. Stabilitas adalah merupakan sifat tubuh jika terjadi
37
kombinasi sistem global dan lokal. Global, sistem kestabilan yang mengacu pada
otot superfisial yang lebih besar disekitar daerah abdomen dan lumbalis, seperti
rektus abdominis, para spinal, dan oblique eksternal. Otot-otot tersebut merupakan
alat penggerak utama dari gerakan fleksi, ekstensi dan rotasi trunk. Lokal stability
mengacu pada otot intrinsic pada dinding abdominal, seperti tranversus abdominus,
dan multifidus. Otot ini terkait dengan stabilitas segmental tulang belakang lumbal
selama pergerakan seluruh tubuh yang besar dan dimana dibutuhkan penyesuaian
Langkah pertama dalam core stability exercise adalah re-aktifasi dan re-
edukasi otot tranversus abdominis dan multifidus dengan 3 teknik dasar yaitu
abdominal hollowing, abdominal bracing dan pelvic tilt exercise (Kisner, 2014).
Apabila teknik dasar ini telah dikuasai maka latihan dapat ditingkatkan dengan
(Sadhono, 2017).
kontrol neuromuskular otot segmental profunda dan otot stabilitas tulang belakang
38
global untuk menopang tulang belakang melawan beban eksternal, (2) membentuk
daya tahan dan kekuatan pada otot rangka aksial untuk aktivitas fungsional, (3)
membentuk kontrol keseimbangan dalam situasi stabil dan tidak stabil (Kisner,
2014).
Menurut Kisner dan Colby tahun 2014, Penting untuk memahami dan
menggunakan prinsip serta peningkatan core stability exercise untuk instruksi yang
efektif:
1. Mulai latihan dengan kesadaran tulang belakang yang aman dan posisi
(stabilisasi dinamis).
yang berubah-ubah.
6. Tingkatkan ke gerakan dari satu posisi ke posisi lain disertai dengan gerakan
Metode yang akan digunakan untuk core stability exercise adalah curl-up,
bridging, prone hands, front plank. Di bawah ini, prosedur pelaksanaan latihan :
1. curl-up
Gambar 2.7
Gerakan curl-up (Balakrishnan, 2016)
40
kepala. Prosedur: perlahan angkat punggung ke atas, biarkan shoulder dan upper
2. Bridging
Gambar 2.8
Gerakan Bridging (Balakrishnan, 2016)
angkat pinggul dari lantai sehingga hanya forearm dan tumit yang menyentuh
lantai. Instruksi: berat didukung diseluruh daerah bahu, hindari menekan tulang
belakang bagian servikal ke lantai. Pertahankan posisi netral pada tulang lumbal
dan servikal.
41
3. Prone hands
Gambar 2.9
Gerakan prone hands (Andersen, 2014)
bahu. Prosedur: angkat lutut sampai menopang berat badan hanya pada jari kaki
dan tangan anda. Letakkan bahu di atas tangan dan tumit di atas jari kaki.
Pertahankan tubuh Anda dalam garis lurus dari atas kepala sampai ke tumit Anda.
Instruksi: keseimbangan lengan bawah bahu dan kaki dalam menjaga tubuh sejajar
4. Front Plank
Gambar 2.10
Gerakan front plank (Balakrishnan, 2016)
Posisa awal: subjek mengasumsikan posisi front plank dengan siku berada
di bawah bahu dan lengan atas tegak lurus menghadap lantai. Prosedur: perlahan
42
angkat bahu dan panggul dari lantai, titik tumpuh berada pada siku dan kaki.
Stability Exercise
kontrol neuromuskular otot segmental profunda dan otot stabilitas tulang belakang
global untuk menopang tulang belakang melawan beban eksternal (Kisner, 2014).
Efek latihan core stability akan mengembangkan kerja otot-otot dynamic muscular
trunk, trunk akan menjadi stabil, sehingga postur tegak dapat dipertahankan
yang stabil, kondisi ini akan mengurangi beban kerja dari otot lumbal, sehingga
jaringan tidak mudah cidera, ketegangan otot lumbal yang abnormal berkurang,
dengan begitu otot extremitas dapat melakukan fungsinya secara efisien dan tanpa
tekanan yang tidak seharusnya pada struktur tulang belakang (Kisner, 2014).
Core stability exercise mempunyai kaitan antara core stability dengan hip,
knee, dan ankle. Hal ini karena semua bagian pada tubuh terhubung satu sama lain,
baik secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu juga sesuai dengan teori
iradiasi, yaitu bila terdapat stimulus yang kuat pada satu stimulus tertentu, maka
43
stimulus tersebut akan disebarkan ke regio lain (terutama regio yang berdekatan
dengan regio yang terstimulus tersebut). Jika core kuat, maka otot-otot pada hip,
knee, dan ankle juga akan menjadi kuat. Peningkatan kekuatan otot tersebut juga
akan meningkatkan fleksibilitas. Hal ini terjadi karena jika pada saat suatu otot
Secara otomatis, jika ada peningkatan kekuatan otot maka fleksibilitas akan
Pada seseorang dengan kondisi LBP non spesifik akibatnya adanya spasme
otot, kelemahan otot abdominal dan otot mutifidus dengan pemberian core stability
exercise akan mengaktivasinya otot core yang berfungsi sebagai otot stabilisator
tulang belakang akan membuat otot global muscle yang tadinya spasme menjadi
rileks, dengan demikian didapatkan pula stabilitas tulang belakang yang baik dan
terintegrasi pada aktifasi otot stabilisator tulang belakang segmen profunda dan
fisioterapis menggunakan ball exercise ini untuk melatih anak-anak dengan kondisi
cerebral palsy. Bola ini biasa disebut dengan gymnast ball, ball stability, dan physio
ball. Swiss ball banyak digunakan untuk latihan rekreasi untuk menjadi alat
pelatihan untuk core stability exercise. Swiss ball merupakan pilihan pengobatan
44
timbulnya LBP lebih lanjut sebagai bagian dari program rehabilitas (Balakrishnan,
2016).
meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan tubuh, menurunkan berat badan dan
merespon secara alami dan otomatis terhadap ketidakstabilan ini agar tetap pada
posisi yang seimbang pada ball stability. Seiring waktu, otot yang digunakan untuk
menjaga keseimbangan pada Swiss ball menjadi lebih kuat. Umumnya individu
membangun kekuatan otot punggung yang penting dan otot abdominal tanpa di
Metode yang akan digunakan untuk penambahan Swiss ball pada core
stability exercise adalah curl-up, bridging, prone hands, front plank pada Swiss
Gambar 2.11
Gerakan Curl-up pada Swiss ball (Balakrishnan, 2016)
disanggah pada bola. Tangan digenggam dibelakang kepala. Kaki dibuka selebar
bahu. Gambar otot perut bagian bawah ke arah tulang belakang. Prosedur: perlahan
kencangakan tulang belakang sambil otot perut masuk, kemudian kembali ke posisi
awal. Instruksi: pertahankan agar servikal tetap stabil, dengan menjaga posisi dagu.
Gambar 2.12
Gerakan Bridging pada Swiss ball (Balakrishnan, 2016)
46
samping tubuh. Letakkan kaki di atas bola, dengan jari-jari kaki menghadap ke atas.
Akan terlihat gambaran otot perut dibagian tulang belakang. Prosedur: kontakkan
tulang belakang dan gluteus dan angkat pinggul dari lantai. Instruksi: hindari
Gambar 2.13
Gerakan prone hands pada Swiss ball (OAK Health, 2004)
Instruksi: berlutut di depan bola, letakkan tangan di atas bola dan naikkan
pinggul sampai posisi tengkurap (Prone position) dan lengan diluruskan. Catatan:
jaga tangan langsung di bawah bahu. Tujuan: perkuat shoulder, abdomen dan
Gambar 2.14
Gerakan Front plank pada Swiss ball (Balakrishnan, 2016)
Posisi awal: subjek mengasumsikan posisi front plank pada Swiss ball
dengan siku berada di bawah bahu dan lengan atas tegak lurus ke lantai. Prosedur:
perlahan angkat bahu dan panggul dari bola, titik tumpuh berada pada siku dan kaki.
Instruksi: keseimbangan lengan bawah bahu dan pertahankan tulang belakang tetap
meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan tubuh. Tubuh merespon secara alami
dan otomatis terhadap ketidakstabilan ini agar tetap pada posisi yang seimbang pada
ball stability. Dengan pemberian Swiss ball, berlatih melawan gaya yang
kemampuan untuk bergerak secara bebas dan penuh sementara tubuh tetap dalam
48
keadaan sejajar. Untuk selalu dalam keadaan stabil, tubuh harus terlebih dahulu
memindahkan kekuatan gerakan ke dalam lengan dan kaki. Gerakan manusia yang
optimal bergantung pada stabilisasi sendi yang optimal dibeberapa bidang (sagital,
diidentifikasi, dan ketiganya harus bekerja sama untuk mencapai tujuan mereka.
Sistemnya adalah sistem pasif: tulang, persendian dan ligament, sistem aktif: otot,
sistem kontrol: sistem saraf pusat dan perifer. Pelatihan pada permukaan yang tidak
stabil seperti bola stabilitas meningkatkan fungsi ketiga sistem ini dengan
meningkatkan kebutuhan akan stabilisasi sendi yang efektif, ini termasuk columna
tulang belakang yang distabilkan oleh otot abdomen. Karena sifat pelatihan
permukaan yang tidak dapat diprediksi dan sering tiga dimensi, defisit stabilisasi
dari salah satu dari ketiga sistem akan segera menjadi jelas. Pelatihan akan
memungkinkan pergerakan yang lebih efektif terjadi. Kondisi ini juga akan
(Hussain, 2017).
Manfaat dari penambahan Swiss ball pada core stability exercise dan core
Tabel 2.1
Kelebihan penembahan Swiss ball pada core stability exercise dan core stability
exercise
Penembahan Swiss ball pada core Core stability exercise
stability exercise
Memperbaiki postur, keseimbangan Perbaikan postur, keseimbangan dan
mobilitas periferal
Meningkatkan daya tahan otot dan Peningkatan daya tahan, kekuatan dan
kekuatan otot kelincahan
Mengurangi terjadinya cidera Mengurangi terjadinya cidera
Mengurangi LBP Menurunkan atau mencegah LBP
Mengurangi resiko osteophorosis Meningkatkan performance
Menurunkan berat badan (pada wanita Memungkinkan untuk melakukan
pasca melahirkan) gerakan yang lebih efektif
Meningkatkan fleksibilitas Meningkatkan fleksibilitas
Tubuh merespon secara alami dan
otomotis pada ketidakstabilan,
sehingga menciptakan keseimbangan
dan kekuatan pada otot punggung dan
abdomen.
Sumber: Balakrishnan, 2016
untuk menggerakan sendi tunggal atau rangkaian sendi secara halus dan mudah
melalui LGS bebas nyeri yang tidak terbatas. Panjang otot dan integritas sendi serta
ikat periartikular untuk menghilangkan gaya untuk mempengaruhi LGS sendi dan
Fleksibilitas statik juga disebut mobilisasi pasif atau LGS Pasif, merupakan
kelentukan yang sedikit sekali terlibat dalam suatu gerakan, seolah-olah gerakan
kelentukan statik ini berfungsi untuk menahan posisi tubuh yang tidak bergerak
aktif atau LGS aktif merupakan kelentukan yang banyak terlibat dalam gerakan,
kelentukan ini menunjukkan LGS yang dapat dicapai oleh gerakan segmen tubuh
secara aktif yang dihasilkan oleh kontraksi otot. Statik fleksibilitas merupakan
indikator yang baik untuk relatif tightness atau laxitas sendi, dimana implikasi
untuk potensial injury. Namun demikian, dinamik fleksibilitas harus cukup atau
tidak membatasi LGS yang dibutuhkan untuk aktivitas kegiatan sehari (ADL),
fleksibilitas ini meliputi gerakan fleksi dan ekstensi. Ada beberapa cara yang
diantaranya dengan menggunakan goniometri, metode sit and reach test, leighton
waktu, gerakan dan sikap tubuh dapat menyebabkan penurunan mobilitas sendi dan
intra dan inter yang sangat baik (ICC 40,91). Adapun prosedur pelaksanaan teknik
1. Posisi subjek yang dianjurkan adalah posisi berdiri dengan cervikal, thorakal,
lumbal dalam posisi 0o tanpa adanya lateral fleksi dan rotasi. Stabilisasi regio
tahun 2016 :
sehingga tampak daerah punggung dari lipatan gluteus sampai ke vertebra mid
toraks dengan SIPS kiri dan kanan yang tebuka sepenuhnya. Subjek diminta untuk
bediri tegak, dengan pandangan ke depan, kedua lengan ada disisi tubuh dan posisi
52
kaki diletakkan di atas kertas yang terpasang di lantai (dengan jarak antara tumit
kedepan dengan lengan menggantung di depan dan lutut lurus. Setelah melakukan
prosedur yang tepat fisioterapis memastikan bahwa para subjek melakukan dengan
benar.
dengan ibu jari. Margin inferior SIPS subjek ditandai dengan ke dua ibu jari dan
penggaris digunakan untuk menemukan dan menandai titik tengah pada sakrum
(tanda inferior). Kemudian tanda akhir (tanda superior) ditandai pada vertebra
pita ukur pada kedua tanda dengan nol pada tanda inferior dan 15cm pada tanda
“membungkuk sejauh yang anda bisa sambil menjaga lutut tetap lurus”. Kemudian
ukur jarak dari kedua tanda tersebut, hasil pengukuran ditulis dan minta subjek
(a) (b)
Gambar 2.15
Pengukuran Lumbal Fleksi (a) Posisi berdiri normal, (b) Pengukuran modified
modified schober test flexi (Komal Malik, 2016)
Prosedur yang sama diterapkan pada teknik fleksi, digunakan juga untuk
mengukur lumbal extension. Dengan subjek dalam posisi bediri tegak, dengan
pandangan kedepan, kedua lengan ada disisi tubuh dan posisi kaki diletakkan di
atas kertas, fisioterapis meletakan pita ukur pada tanda inferior dan superior.
Kemudian minta subjek telapak tangannya pada daerah bokong dan mengarahkan
tubuh ke belakang sejauh mungkin. Kemudian jarak antara kedua tanda inferior dan
superior diukur dengan menggunakan pita, perubahan jarak antara tanda digunakan
untuk menunjukan jumlah LGS extensi lumbal, hasil dicatat. Setelah pengukuran
54
selesai, minta subjek untuk kembali ke posisi yang nyaman. Pada akhir
Antara 3 set pengukuran pada posisi yang nyaman. Interpretasi dari pengukuran ini
adalah jika pengukuran pada saat fleksi lumbal kurang dari 5cm dan ekstensi kurang
dari 3cm maka diindikasikan ada keterbatasan lingkup gerak sendi lumbosakral
Gambar 2.16
Pengukuran Lumbal Ekstensi (Komal Malik, 2016)
Index
disebabkan oleh kesalahan posisi saat melakukan suatu pekerjaan, yang dilakukan
secara berulang. Pengulangan aktivitas yang salah ini dapat menimbulkan nyeri,
dan pasien akan mengalami ketakutan untuk bergerak sehingga terjadi penurunan
dikembangkan oleh Fairbanks dan kawan-kawan pada tahun 1980 dan telah
tidak mengisi item tentang kehidupan seks mereka terkait NPB khususnya di
negara-negara timur. Karena itu, versi terakhir mengganti item tentang kehidupan
seks dengan pekerjaan/aktifitas di rumah, selain itu modified ODI juga disarankan
digunakan pada kondisi disabilitas berat. Modified ODI terdiri dari 10 item dengan
hari, saat mengalami rasa nyeri. Item tersebut meliputi, intensitas nyeri, perawatan
diri, mengangkat, berjalan, duduk, berdiri, tidur, kehidupan sosial, bepergian, dan
pasien diinstruksikan untuk menjawab dengan memberi tanda centang atau tanda
silang pada salah satu kotak tiap bagian yang paling sesuai dengan keadaan dan
yang dirasakannya pada saat itu. Selanjutnya, dilakukan perhitungan skor yang
untuk menyatakan tidak ada disabilitas, nilai 1 untuk disabilitas yang sangat
2. Jika 10 kondisi dapat diisi, maka cukup langsung menjumlah seluruh skor.
poin total dibagi dengan jumlah kondisi yang terisi, lalu dikalikan 5.
Berikut ini adalah rentang penilaian modified ODI serta klasifikasi tingkat
dari nasihat untuk mengangkat dan duduk dengan cara yang benar agar
yaitu dengan angka 41%-60%. Rasa sakit dan nyeri tetap menjadi
kehidupan pasien.
dimana pasien tidak dapat melakukan aktifitas sama sekali dan hanya