Anda di halaman 1dari 61

PEDOMAN

PELAYANAN KLINIS

PUSKESMAS SIMOLAWANG
TAHUN 2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pasal 28H dan pasal 34
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mengamanahkan,
bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, serta Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitan pelayanan kesehatan dan fasilitan
pelayanan umum yang layak.

Dengan pelayanan yang berkualitas dampak terhadap perbaikan derajat


kesehatan masyarakat akan lebih dirasakan, masyarakat akan lebih berminat untuk
memanfaaatkan sarana yang ada sehingga sekaligus dapat meningkatkan efisiensi
pelayanan kesehatan.

Kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh fasilitas pelayanan


kesehatan dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang
ada didalamnya.Dokter, Dokter gigi, Dokter Spesialis, Dokter gigi Spesialis dan
tenaga paramedis lainnya merupakan tenaga kesehatan yang dalam memberikan
pelayanan kesehatan harus selalu menjaga mutu pelayanan dengan standar
kompetensi yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi masing-masing. Dengan
standar kompetensi diharapkan para tenaga kesehatan dapat memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan kualitas dan mutu yang hampir
sama.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
yang optimal.Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya dari seluruh potensi
bangsa baik masyarakat, swasta maupun pemerintah pusat dan daerah.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dan perubahan paradigma sehat yaitu upaya untuk meningkatkan
kesehatan bangsa Indonesia agar mampu mendorong masyarakat untuk bersikap
mandiri dalam menjaga kesehatan sendiri melalui kesadaran yang tinggi yang
mengutamakan upaya promotif dan preventif.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas meliputi upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Kinerja Puskesmas, sebagai
sarana pelayanan kesehatan dasar yang paling dekat dengan masyarakat sangat
2
menentukan kinerja Kabupaten/Kota untuk mewujudkan masyarakat sehat di
wilayahnya. Prinsip penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu,
terjangkau dan bermutu merupakan prinsip yang seharusnya diterapkan di
Puskesmas, sehingga kinerja Puskesmas lebih optimal.
Sesuai dengan Visi Puskesmas Simolawang (Mewujudkan Puskesmas
dengan pelayanan prima menuju Kecamatan Sehat) dan Misi Puskesmas
Simolawang Meningkatkan sistem manajemen mutu pelayanan, Meningkatkan
profesionalisme sumberdaya manusia, Memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu, Meningkatkan pelayanan Upaya Kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat diharapkan masyarakat kita khususnya masyarakat wilayah
kerja puskesmas Simolawang sudah mempunyai kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat dengan konsep sehat dan produktif. Apalagi
ditambah dengan adanya program Jamkesmas dan berbagai pembiayaan dari
APBD Pemkot dan Propinsi serta Pusat diharapkan dapat mendukung peningkatan
pelayanan di Puskesmas Simolawang.

Amanat Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Kesehatan


Nasional (SJSN), bahwa untuk melaksanakan Universal Health Coverage, Indonesia
telah menetapkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan system pembiayaan
pra upaya, termasuk pelayanan Kesehatan Gigi. Namun dengan beberapa
keterbatasan yang ada maka belum semua penyakit maupun tindakan yang
merupakan kompetensi dokter gigi dapat menjadi paket manfaat yang diterima oleh
peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Kepatuhan kepada Panduan Pelayanan pelayanan Klinis bagi Dokter, Dokter


Gigi, Dokter spesialis, dokter gigi Spesialis dan tenaga medis lainnya menjamin
pemberian pelayanan kesehatan dengan upaya terbaik di fasilitan pelayanan
kesehatan tetapi tidak menjamin keberhasilan upaya atau kesembuhan pasien.
Modifikasi terhadap panduan Pelayanan klinis Puskesmas Simolawang dapat
dilakukan atas dasar keadaan yang memaksa untuk kepentingan pasien, antara lain
keadaan khusus pasien, kedaruratan dan keterbatasan sumber daya yang di catat
dalam rekam medis.

Panduan Pelayanan klinis Puskesmas Simolawang menjadi acuan pelaksanaan


tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk dapat melindungi masyarakat
sebagai penerima layanan.

B. TUJUAN DAN MANFAAT PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS


SIMOLAWANG SURABAYA
a) Tujuan Pedoman

3
1. Mutu pelayanan klinis Puskesmas Simolawang, Sebagai panduan dalam
penatalaksanaan tindakan masing-masing penyakit.
2. Pembiayaan, Sebagai acuan dalam pembiayaan masing-masing tindakan
pelayanan medis.
3. Pengamanan Hukum, merupakan landasan hukum dalam menjalankan
pelayanan medis sesuai dengan standar kompetensi dan kewenangan
dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis dan tenaga medis
lain di puskesmas Simolawang.
4. Kebijaksanaan Penatalaksanaan Penyakit, sebagai acuan untuk membuat
Standar Operasional Prosedur (SOP) pada pelayanan masing-masing unit
pengobatan pelayanan klinis di Puskesmas

b) Manfaat
Dengan digunakannya Pedoman Pelayanan Klinis Puskemas Simolawang
dapat memberikan manfaat bagi:
1. Pasien
Pasien sebagai penerima layanan kesehatan baik dengan atau tanpa
paket manfaat Jaminan Kesehatan Nasional berhak memperoleh
pelayanan yang sesuai standar dan memperoleh kepastian pembiayaan
atas tindakan yang diterima
2. Dokter, Dokter Gigi, dan Paramedis
Penatalaksanaan secara professional yang efektif dan efisien dapat
memberikan jaminan kualitas, pembiayaan, dan keamanan
penyelenggaraan layanan medis
3. Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Sebagai penanggung jawab urusan kesehatan pada tingkat daerah.
4. Unit Kerja lainnya seperti, unit Apotek, Laboratorium, Gizi, PKPR
Keberadaan tenaga medis lain sangat mendukung terwujudnya pelayanan
kesehatan terpadu.

C. SASARAN PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS SIMOLAWANG


SURABAYA
Pedoman ini ditujukan untuk dokter, dokter gigi dan para medis pemberi
pelayanan di unit-unit pelayanan medis Puskesmas Simolawang

D. RUANG LINGKUP PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS SIMOLAWANG


SURABAYA

4
Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) merupakan pusat pengembangan ,
pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus merupakan pos
terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat . Peran Puskesmas sebagai unit
pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan merupakan pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama atau ujung tombak pelayanan terdepan dan
terdekat dengan masyarakat.

Kegiatan puskesmas terbagi menjadi 2 program pokok, yakni Upaya Kesehatan


Perorangan ( UKP ) dan Upaya Kesehatan Masyarakat ( UKM ) yaitu :

1. Upaya Kesehatan Pokok ( UKP ) meliputi :


a. Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Perbaikan Gizi
d. Kesehatan Ibu - Anak dan Keluarga Berencana
e. Pemberantasan Penyakit Menular
f. Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Masyarakat ( UKM ) meliputi:


a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Lansia
i. Upaya Pengobatan Tradisional
Selain 2 program tersebut, puskesmas Simolawang juga mempunyai beberapa
pelayanan yang merupakan pelayanan pengembangan dan penunjang pelayanan
yaitu :

1. Upaya Kesehatan Pengembangan ( Inovatif ) meliputi:


a) Jumat Bersih dari Jentik Nyamuk Demam Berdarah ( Jumat Berkah)
b) Posyandu Fair
c) Kelompok Pendukung Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (KP
PMBA)
d) Dokter Gigi Sahabat Anak
2. Upaya Kesehatan Penunjang meliputi:
a. Laboratorium

5
b. Ruang Farmasi
Puskesmas Simolawang mempunyai 35 Posyandu Balita dengan kriteria Madya:
26 posyandu, Purnama: 9 posyandu. Selain itu terdapat 5 Posyandu Lansia dan 20
Posbindu, 2 Poskeskel, 1 Pusling dan 3 Poskestren.

E. BATASAN OPERASIONAL
Puskesmas Simolawang Surabaya merupakan puskemas perkotaan dengan tipe
Puskesmas Perawatan yang memiliki kebijakan, meningkatkan pelayanan
kesehatan secara Promotif, Preventif, Kuratif dan Inovatif secara
berkesinambungan. Dan memiliki visi : “Mewujudkan Masyarakat Sehat dengan
Pelayanan Paripurna”, dengan misi:
 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat
 Meningkatkan pelayanan kesehatan yang Paripurna dan merata
 Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia di bidang kesehatan
 Meningkatkan system manajemen mutu pelayanan kesehatan di
Puskesmas

6
B A B II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014, tentang
Tenaga Kesehatan, Tenaga di bidang Kesehatan terdiri dari, Tenaga Kesehatan
dan asisten tenaga kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan, dan harus memiliki kualifikasi minimum Diploma
Tiga (D3), kecuali Tenaga Medis yang terdiri atas Dokter dan Dokter Gigi. Dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tenaga kesehatan wajib memiliki SIP
yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan harus memenuhi
kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan puskesmas dan Standar Operasional Prosedur.( UU RI No. 36 Th
2009)
Asisten tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan minimum pendidikan menengah / dibawah
jenjang Diploma Tiga (D3) di bidang Kesehatan.
Asisten Tenaga Kesehatan hanya dapat bekerja di bawah supervisi Tenaga
Kesehatan dan Tenaga Medis.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Didalam memberikan pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) Simolawang, tenaga kesehatan Puskesmas Simolawang terdiri dari
Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Bidan, Perawat, Perawat gigi, Analis Medis, Ahli
Gizi, Ahli Rekam Medis, Asisten Apoteker dengan pendistribusian tenaga
sebagai berikut:
1. DOKTER UMUM
Menurut Perataturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73, Th. 2013
tentang Jabatan Fungsional Umum di lingkungan Kementrian kesehatan,
dokter Umum memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan pelayanan
medis baik rawat jalan, rawat inap, kegawatdaruratan, pelayanan gizi dan
KIA, menyusun catatan medis pasien, menyusun draft visum et repertum,
melaksanakan tugas jaga sesuai dengan petunjuk kerja dan arahan pimpinan
dalam memberikan pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan kepada
masyarakat.
7
Dokter Umum memiliki tugas :
1. Melaksanakan pelayanan medis rawat jalan
2. Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan medis
3. Melaksanakan pelayanan gizi dan KIA
4. Menganalisis data dan hasil pemeriksaan pasien sesuai dengan pedoman
kerja untuk menyusun catatan medis pasien
5. Menyusun draft visum et repertum
6. Melaksanakan tugas jaga
7. Menyusun Draft laporan pelaksanaan tugas
8. Menyusun Laporan pelaksanaan tugas
9. Menyusun laporan lain-lain

2. DOKTER GIGI
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.HK
02.02/MENKES/62/2015, tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi.
Maka Dokter gigi dapat melaksanakan pelayanan medik Gigi dan Mulut baik
umum maupun spesialistik di unit pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat
darurat, menyusun catatan medis pasien, mengumpulkan data, melakukan
pelayanan forensic, melaksanakan tugas jaga sesuai dengan petunjuk kerja
dan arahan pimpinan dalam memberikan pelayanan kesehatan Gigi dan
Mulut.
Dokter Gigi memiliki tugas :
a. Melaksanakan pelayanan medik gigi dan mulut umum rawat jalan.
b. Melaksanakan tindakan gawat darurat gigi dan mulut
c. Menganalisis data dan hasil pemeriksaan pasien sesuai dengan pedoman
kerja untuk meyusun catatan medis pasien.
d. Mengumpulkan data dalam rangka penyelidikan epidemiologi gigi dan
mulut.
e. Menyusun draft laporan pelaksanaan tugas
f. Menyusun laporan pelaksanaan tugas
g. Menyusun laporan lain – lain.

3. APOTEKER
Melaksanakan pelayanan kefarmasian berupa mengumpulkan data maupun
literatur kefarmasian, menyusun draft surat permintaan obat, melaksanakan
pekerjaan kefarmasian, menyusun draft berita acara pemusnahan resep,
menyusun draft penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan pasien
rawat inap sesuai dengan
8
petunjuk kerja dan arahan pimpinan dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian.
Apoteker memliki Tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data maupun literatur kefarmasian
2. Menyusun draft surat permintaan obat
3. Menyusun draft berita acara pemusnahan sediaan farmasi, alatkesehatan
dan perbekalan rumah tangga
4. Memeriksa dan menilai resep
5. Meracik obat
6. Menyerahkan kepada pasien disertai dengan penjelasan penggunaan obat
7. Menyusun draft berita acara pemusnahan resep
8. Menyusun draft penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan pasien
rawat inap
9. Menyusun Laporan pelaksanaan tugas

4. BIDAN
Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus fisiologis, patologis maupun
gawat darurat, membuat diagnosa kebidanan, menyusun draft rencana
operasional asuhan kebidanan pada kasus patologis maupun gawat darurat,
mendokumentasikan asuhan kebidanan, melaksanakan tugas jaga sesuai
dengan petunjuk kerja dan arahan pimpinan dalam melaksanakan pelayanan
asuhan kebidanan kepada klien.
Bidan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
1. Mempersiapkan pelayanan kebidanan
2. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus fisiologis, patologis maupun
kegawatdaruratan kepada klien
3. Membuat diagnosa kebidanan berdasarkan hasil analisis terhadap data
pasien
4. Menyusun draft rencana operasional asuhan kebidanan pada kasus
fisiologis, patologis maupun kegawatdaruratan pada klien
5. Mendokumentasikan asuhan kebidanan
6. Menyusun Draft laporan kegiatan
7. Menyusun Laporan pelaksanaan tugas
8. Menyusun laporan lain-lain

5. PERAWAT
Memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam upaya peningkatan
9
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan
kesehatan serta pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka
kemandirian keperawatan.
Perawat memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
a) Melaksanakan pengkajian keperawatan pada keluarga
b) Melaksanakan analisis data sederhana untuk merumuskan diagnosa
keperawatan pada individu
c) Melaksanakan penyuluhan kepada keluarga
d) Melaksanakan tugas anestesi operasi kecil dan asistensi pada operasi
kecil
e) Melaksanakan pengelolaan pelayanan keperawatan di Puskesmas dan di
puskesmas pembantu
f) Melaksanakan tugas siaga dan tugas khusus
g) Menyusun Draft laporan kegiatan;
h) Menyusun Laporan pelaksanaan tugas;
i) Menyusun Laporan pelaksanaan tugas lain-lain

6. Perawat Gigi
Mengumpulkan data, melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan gigi
pada kelompok anak usia 6-14 tahun, menerima dan melakukan konsultasi,
melaksanakan tugas sebagai asisten pelayanan medik dan melaksanakan
tugas limpahan sesuai dengan petunjuk kerja dan arahan pimpinan untuk
melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut.
Perawat gigi memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data dan literatur sebagai bahan penyusunan rencana
asuhan keperawatan gigi
2. Menyusun draft materi penyuluhan pelayanan asuhan keperawatan gigi
pada anak usia 6-14 tahun
3. Melakukan pelayanan asuhan keperawatan gigi pada anak usia 6-14 tahun
4. Melakukan pemeliharaan terhadap alat-alat gigi
5. Melakukan pemeriksaan community hygiene index symplified
6. Menerima konsultasi dari masyarakat
7. Mengadakan konsultasi dengan tenaga kesehatan lainnya
8. Melaksanakan tugas sebagai asisten pelayanan medik gigi dan mulut
dasar umum
9. Melaksanakan tugas limpah berupa penambalan gigi dua bidang baik
dengan tambalan glass ionomer cement maupun resin komposit sinar.

10
10. Melaksanakan tugas limpah berupa pencabutan gigi sulung dengan
infiltrasi anesthesia
11. Melakukan rujukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
12. Menyusun Draft laporan kegiatan
13. Menyusun Laporan pelaksanaan tugas
14. Menyusun Laporan pelaksanaan tugas lain-lain

7. ANALIS MEDIS/ PRANATA LABORATORIUM KESEHATAN


Menyusun draft rencana kegiatan, mempersiapkan pasien, mempersiapkan
pelayanan laboratorium kesehatan sederhana, mempersiapkan
sampel/spesimen, melakukan pemeriksaan fisika, kimia, dan mikrobiologi
sederhana, menyusun draft pencatatan hasil pemeriksaan umum, melakukan
pemusnahan spesimen/reagen, melakukan perbaikan peralatan dan
menelihara organisme untuk pengolahan air limbah sesuai dengan pedoman
dan arahan pimpinan untuk melaksanakan tugas pelayanan laboratorium
kesehatan.
Analis Medis memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
1. Menyusun draft rencana kegiatan pelayanan laboratorium kesehatan
2. Mempersiapkan pasien
3. Mempersiapkan pelayanan laboratorium kesehatan sederhana
4. Mempersiapkan sampel/spesimen
5. Melakukan pemeriksaan fisika, kimia, dan mikrobiologi sederhana
6. Menyusun draft pencatatan hasil pemeriksaan umum
7. Melakukan perbaikan peralatan laboratorium
8. Melakukan pemusnahan spesimen/reagen
9. Menyusun draft laporan kegiatan
11. Menyusun Laporan pelaksanaan tugas
12. Menyusun laporan lain-lain

8. AHLI GIZI / NUTRISIONIS


Mengumpulkan data gizi, makanan, dietetik, literatur, melakukan
pemeriksaan status gizi, pencatatan dan pemantauan diet, menyusun draft
laporan penerimaan, distribusi dan laporan materi, bahan pangan, peralatan
dan sarana kegiatan pelayanan, menyediaka preparat gizi, menyusun draft
penggunaan bahan makanan sesuai dengan petunjuk kerja dan arahan
pimpinan untuk melakukan pelayanan gizi kepada klien.
Ahli gizi / nutrisionis memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :

11
a) Mengumpulkan data gizi, makanan, dan dietetik sebagai bahan
penyusunan rencana kegiatan
b) Mengumpulkan data dan literatur sebagai bahan penyusunan pedoman
gizi
c) Mengumpulkan data untuk pemantauan dan penyelesaian masalah gizi
d) Melakukan pemeriksaan status gizi terhadap klien
e) Melakukan pencatatan dan pemantauan diet
f) Menyusun draft laporan penerimaan materi, bahan pangan, peralatan dan
sarana kegiatan pelayanan
g) Menyusun draft laporan distribusi materi, bahan pangan, peralatan dan
sarana
h) Menyediakan dan memberikan makanan tambahan pemulihan untuk bayi
atau balita dengan status gizi kurang/buruk.
i) Menyusun draft laporan penggunaan bahan makanan
j) Menyusun Draft laporan kegiatan;
k) Menyusun Laporan pelaksanaan tugas;
l) Menyusun Laporan pelaksanaan tugas lain-lain.

9. AHLI REKAM MEDIS

Menyusun draft rencana kegiatan, menyiapkan, melakukan dan


mengumpulkan data dan mendistribusikan rekam medis rawat jalan, rawat
inap, menyimpan, menyortir, dan menyusun draft daftar pertelaahan rekam
medis yang akan disusutkan sesuai dengan pedoman dan arahan pimpinan
untuk melaksanakan pelayanan rekam medis.
Ahli rekam medis memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
1. Menyusun draft rencana kegiatan pelayanan rekam medis
2. Menyiapkan pelayanan rekam medis rawat jalan
3. Melakukan pelayanan rekam medis rawat jalan
4. Mengumpulkan data rekam medis rawat jalan
5. Menyimpan rekam medis rawat jalan
6. Menyortir rekam medis rawat jalan
7. Menyusun draft daftar pertelaan rekam medis yang akan disusutkan
8. Mendistribusikan rekam medis
9. Menyusun draft laporan kegiatan
10. Menyusun Laporan pelaksanaan tugas
11. Menyusun laporan lain-lain

12
10. ASISTEN APOTEKER
Mengumpulkan data maupun literatur kefarmasian, melakukan penyiapan
pekerjaan kefarmasian, menyusun draft laporan penyimpanan perbekalan
farmasi, melakukan penghitungan harga obat sesuai dengan petunjuk kerja
dan arahan pimpinan dalam melaksanakan penyiapan pelayanan
kefarmasian.
Asisten apoteker memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data maupun literatur kefarmasian
2. Menimbang dan atau mengukur obat untuk resep racikan
3. Melakukan penerimaan perbekalan farmasi/obat yang datang
4. Melakukan penyimpanan perbekalan farmasi
5. Menyusun Draft laporan kegiatan
6. Menyusun laporan pelaksanaan tugas
7. Menyusun laporan lain-lain
8. Meracik obat
9. Menyerahkan kepada pasien disertai dengan penjelasan penggunaan obat

11. SANITARIAN
Mengolah data, menyusun data, melakukan pengamatan sederhana,
menyusun draft instrumen, melakukan analisis, menyusun draft materi
pengembangan masyarakat sesuai dengan pedoman dan arahan pimpinan
dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk dapat
memelihara, melindungi dan meningkatkan cara-cara hidup bersih dan sehat.
Sanitarian memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
1. Mengolah data dalam rangka penyusunan rencana kegiatan
2. Menyusun data dalam rangka penyusunan pedoman kerja
3. Melakukan pemeriksaan sampel air PDAM, sampel Depot Air
Minum(DAM), sampel sumur gali dalam rangka pengamatan lingkungan
4. Memeriksa sampel makanann kantin sekolah, makanan jajanan yang dijual
di depot, Pedagang Kaki Lima, pedagang keliling.
5. Menyusun draft diagnosa dan intervensi awal untuk setiap kelompok
pengamatan
6. Menyusun draft instrument sederhana dalam rangka pengamatan
lingkungan
7. Melakukan analisis sederhana terhadap perilaku
8. Menyusun draft materi pemberdayaan masyarakat
9. Menyusun draft laporan kegiatan
10. Menyusun Laporan pelaksanaan tugas
11. Menyusun laporan lain-lain
13
12. PENGEMUDI AMBULANCE
Memeriksa, memanaskan, dan merawat kelengkapan ambulans berdasarkan
petunjuk kerja serta mengemudikan, memperbaiki, dan melaporkan segala
kerusakan agar kondisi ambulans beserta perlengkapannya selalu siap pakai.
Pengemudi ambulance memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Memeriksa kelengkapan kendaraan dengan cara mengecek rem, oli dan
lampu di mesin, air radiator, air aki dan tekanan udara ban agar
kendaraan dapat dikendarai dengan baik.
2. Memeriksa kelengkapan dan kelaikan peralatan kesehatan di dalam
ambulan secara berkala sesuai standar.
3. Memanaskan mesin ambulans guna mengetahui kelainan mesin.
4. Merawat kendaraan dengan cara membersihkan mesin, ruangan dalam
dan luar kendaraan agar kendaraan kelihatan bersih.
5. Mengemudikan kendaraan berdasarkan tujuan dan ketentuan lalu lintas
yang berlaku untuk melayani kebutuhan puskesmas.
6. Memperbaiki kerusakan kecil kendaraan agar kendaraan dapat berfungsi
kembali;
7. Menyusun laporan pelaksanaan tugas sebagai pertanggungjawaban
kepada pimpinan;
8. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan pimpinan.

C. JADWAL KEGIATAN

Puskemas Simolawang Surabaya memberikan pelayanan klinis dengan jadwal


sebagai berikut:

1. Rawat Jalan Umum


Hari : Senin – Sabtu
Jam : 07.30 – Selesai
Jenis Pelayanan : Ruangan Pemeriksaan Umum, Ruangan Kesehatan Gigi
dan Mulut, Ruangan KIA, KB dan Imunisasi, Klinik Gizi,
Klinik Sanitasi, Klinik Promkes, Ruang Farmasi, dan
Laboratorium
2. Ruangan Tindakan : 07.00 – 17.30
3. Rawat Jalan Sore
Hari : Senin – Jum’at
Jam : 14.30 – 17.30
Jenis Pelayanan : Unit Pengobatan Umum, Unit Obat
14
4. Unit PKPR
Hari : Senin, Rabu, Jum’at
Jam : 07.30 – 14.30
5. Unit 3 in 1 ( Gizi, Sanitasi, Promkes)
Hari : Senin – Sabtu
Jam : 07.30 – 10.00

15
B A B III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Puskesmas Simolawang memiliki fasilitas ruangan unit-unit pengobatan
yang lengkap dan digunakan seluruhnya, ditata menurut alur kegiatan dengan
memperhatikan ruang gerak petugas dan dievaluasi pemanfaatannya.
Masing-masing ruangan unit pengobatan memiliki ventilasi dan
penerangan/pencahayaan yang cukup, ruangan diterangi cahaya alami dan/atau
lampu listrik sehingga pasien dan tulisan dapat terbaca tanpa sumber cahaya
tambahan.
Masing-masing Ruangan poli di Puskesmas Simolawang bersih, bebas
debu, kotoran, sampah atau limbah, tersedia tempat sampah medis & non
medis, atap bersih, terawat dan tidak terdapat sarang laba-laba, berikut juga
lantai, meubel, perlengkapan dan instrument, pintu dan jendela, dinding, steker
listrik dan langit-langit. (Foto Denah Ruangan Terlampir)
B. STANDAR FASILITAS
Puskemas Simolawang memiliki fasilitas ruangan yang lengkap dan
digunakan seluruhnya, ditata menurut alur kegiatan dengan memperhatikan
ruang gerak petugas dan dievaluasi pemanfaatannya.
Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan yang
cukup, ruangan diterangi cahaya alami/lampu listrik sehingga pasien dan tulisan
dapat terbaca tanpa sumber cahaya tambahan.
Ruangan-ruangan di puskesmas bersih, bebas debu, kotoran, sampah
atau limbah tersediah tempat sampah, atap bersih dann terawatt dan tidak ada
sarang laba-laba.Hal ini juga berlaku untuk lantai, mebel, perlengkapan dan
instrument, pintu dan jendela.

Tabel 3.1 Standar Ruangan Puskesmas dan Fungsi

No. Jenis Ruangan Fungsi dan Kegunaan Ruang


1. Ruangan Pendaftarann & Penyimpanan dan pengolahan data pasien
Rekam Medik
2. Ruangan Pertemuan Serbaguna untuk penyuluhan dan koordinasi staf serta
ruang data dengan kapasitas 100 orang
3. Ruangan Tindakan Pelayanan Triase, tindakan dan observasi, lokasi terletak
dibagian depan puskesmas, mudah dijangkau masyarakat
dengan tanda yang jelas dari dalam dan luar puskesmas,
dilengkapi ruang triase dan ruang tunggu serta wastafel
dengan air bersih mengalir dan AC.
4. Ruangan Pemeriksaan Pemeriksaan pasien umum ( 1 tempat tidur), dengan

16
Umum fasilitas ber pendingin ruangan, ventilasi cukup dan
terbuka, terdapat wastafe dan air bersih mengalir untuk
cuci tangan.
5. Ruangan Kesehatan Gigi Pemeriksaan dan tindakan gigi & mulut, dengan fasilitas
dan Mulut AC, 2 kursi gigi, lemari alat, sterilisator, terdapat wastafel
dan air mengalir untuk mencuci tangan.
6. Ruangan KIA, KB dan Pelayanan KIA dan Keluarga Berencana dan Imunisasi
Imunisasi dengan AC, tempat tidur untuk periksa, meja Gynec,
wastafel dan air mengalir
7. Klinik Gizi Konsultasi
8. Klinik Sanitasi Pelayanan kesehatan llingkungan
9. Promosi Kesehatan Konsultasi dan penyuluhan atau pemberian informasi
kesehatan kepada masyarakat
10. Unit Obat Pemberian Obat, pembuatan obat racik dan penyimpanan
obat
11. Ruang Konsultasi Obat Pemberian konsultasi obat dan pemantauan Pengobatan
pasien
12. Laboratorium Pemeriksaan specimen pasien, dengan fasilitas ruang ber
AC, memiliki exhauster, memiliki tempat terbuka khusus
untuk mengambil sampel dahak.
13. Kepala Puskesmas Administratif
14. Ruang Tunggu Penyuluhan/promotif
15. Gudang Obat Penyimpanan stok obat, dengan kriteria luas gudang dan
volume obat sesuai, tersendiri, sirkulasi udara baik, ber AC,
melindungi obat dan cahaya matahari langsung, tidak
lembab, bersih, penerangan cahaya cukup, bebas hewan
pengerat, kunci rangkap
16. Gudang Umum Penyimpanan buku administrasi cetakan
17. Administrasi/kantor Administratif oleh staf puskesmas
18. Genset Pengganti listrik puskesmas dalam keadaan darurat, ruang
kedap suara.
19. Ruang Perlengkapan Penyimpanan perlengkapan kebersihan
kebersihan
20. Tempat Parkir Khusus Penyimpanan ambulans operasional/transport dan atau
Ambulance ambulans gadar
21. Parkir Depan Parkir kendaraan pengunjung dan karyawan Puskesmas
22. KM/WC karyawan Untuk kebutuhan buang air karyawan
23. KM/WC pasien Untuk kebutuhan buang air pasien 4 buah kamar mandi

17
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) merupakan pusat pengembangan ,


pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus merupakan pos
terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat . Peran Puskesmas sebagai unit
pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan merupakan pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama atau ujung tombak pelayanan terdepan dan
terdekat dengan masyarakat.

Kegiatan puskesmas terbagi menjadi 2 program pokok, yakni Upaya Kesehatan


Perorangan ( UKP ) dan Upaya Kesehatan Masyarakat ( UKM ) yaitu :

1.1. Upaya Kesehatan Pokok ( UKP ) meliputi :

a. Promosi Kesehatan
b. Upaya Penyehatan Lingkungan
c. Upaya Perbaikan Gizi
d. Kesehatan Ibu - Anak dan Keluarga Berencana
e. Pemberantasan Penyakit Menular
f. Pengobatan

1.2 Upaya Kesehatan Masyarakat ( UKM ) meliputi:


a.Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c.Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e.Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Lansia)
i. Upaya Pengobatan Tradisional
Selain 2 program tersebut, puskesmas Simolawang juga mempunyai beberapa
pelayanan yang merupakan pelayanan pengembangan dan penunjang pelayanan
yaitu :

1.3 Upaya Kesehatan Pengembangan ( Inovatif ) meliputi:


1. Jumat Bersih dari Jentik Nyamuk Demam Berdarah ( Jumat Berkah)
2. Posyandu Fair

18
3. Kelompok Pendukung Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (KP PMBA)
4. Dokter Gigi Sahabat Anak

1.4 Upaya Kesehatan Penunjang meliputi:


a. Laboratorium
b. Unit Obat
Puskesmas Simolawang mempunyai 35 Posyandu Balita dengan kriteria Madya
26 posyandu dan Purnama 9 posyandu. Selain itu terdapat 5 Posyandu Lansia dan
20 Posbindu, 2 Poskeskel, 1 Pusling dan 3 Poskestren.

B. METODE dan LANGKAH KEGIATAN

1. UPAYA KESEHATAN PERORANGAN (UKP)


1.1 PROMOSI KESEHATAN
Kegiatan meliputi :

1. Pengkajian dan Intervensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Rumah
Tangga dan Institusi.

Kegiatannya berupa pengumpulan data dan fakta serta analisis PHBS nya
dengan tindak lanjut berupa penyuluhan maupun bentuk intervensi lain
dengan berbagai metode apapun pada rumah tangga dan institusi
pendidikan, kesehatan, TTU dan tempat kerja.

Tujuannya adalah membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi


perorangan, keluarga/ kelompok dan masyarakat sehingga dapat
memberikan dampak yang bermakna terhadap derajat kesehatan.

2. Penyuluhan Kesehatan
Tujuannya adalah meningkatkan pegetahuan kesehatan kepada masyarakat
meliputi berbagai program KIA, KB, P2M, Gizi, NAPZA, Kesehatan Gigi, dll.

3. Advokasi ( Suatu usaha sistematik & terorganisasir untuk mempegaruhi dan


mendesak terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap maju &
semakin baik).
4. Bina Suasana. ( upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan)

1.2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN


Kegiatannya meliputi :

19
1. Pengawasan dan Pengendalian Kualitas Air.
Bertujuan untuk meningkatkan kualitas air bersih sebagai upaya untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat.

2. Pengawasan dan Pengendalian Tempat-Tempat Umum ( TTU ).


Bertujuan untuk mewujudkan kondisi TTU yang memenuhi syarat
kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan
bahaya penularan penyakit menular serta tidak menyebabkan gangguan/
bahaya terhadap kesehatan masyarakat disekitarnya.

3. Pengawasan dan Pengendalian Penyehatan Lingkungan Pemukiman.


Bertujuan untuk mencapai peningkatan kesehatan perumahan dan
terpenuhinya syarat kesehatan bagi rumah yang akan dan sedang
dibangun oleh masyarakat.

4. Pembinaan Pengelola Tempat Pengolahan Makanan (TPM) dan


Penjamah Makanan.
Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
pengelolaan penyehatan makanan, diperolehnya kualitas makanan yang
sehat, aman dan hygienis.

5. Pembinaan Kesehatan Lingkungan Institusi

Bertujuan untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan di lingkungan


institusi.Dalam hal ini institusi pendidikan, institusi kesehatan dan tempat
kerja.

1.3 UPAYA PERBAIKAN GIZI


1.3.1Pojok Gizi
a. Jenis pelayanan yang ada di Pojok Gizi:
1. Penyuluhan dan konseling sesuai dengan penyakit yang diderita pasien
2. Pemberian leaflet diet untuk panduan pasien di rumah
3. Pemantauan balita gizi kurang dan gizi buruk yang dirujuk ke
Puskesmas
4. Memberikan menu diit/ terapi nutrisi sesuai kondisi pasien
5. Memberikan PMP (Pemberian makanan Pemulihan) untuk bayi dan
balita dengan status gizi kurang atau gizi buruk.
b. Sasaran Pojok Gizi:

1. Balita gizi buruk


2. Pasien rawat jalan yang memiliki masalah gizi terutama penyakit
degeneratif

20
3. Ibu hamil dan menyusui dengan kondisi KEK
4. Bayi dan balita memiliki masalah gizi

c. Mekanisme pencarian sasaran pengunjung Pojok Gizi:

1. Pasien Pengobatan Umum atau KIA yang perlu penanganan masalah


diet, langsung dirujuk ke Pojok Gizi .
2. Rujukan dari kader – kader posyandu.

d. Sarana penyuluhan yang dipakai di Pojok Gizi:

Lembar balik, leaflet, poster, food model.

Biaya yang dibutuhkan untuk pelayanan di Pojok Gizi sesuai Perda.

1.3.2 Kegiatan Gizi Di Lapangan


1. Pemantauan status gizi balita melalui kegiatan Posyandu dan Pojok Gizi
2. Pemberian suplemen kapsul Vitamin A dosis tinggi .
Jenis, Dosis, Sasaran, Waktu Pemberian dan Tempat Pemberian

JENIS DOSIS SASARAN WAKTU

Vit. A 100.000
Bayi 6-11 bln Februari & Agustus
Biru SI

Balita 12-60
Vit. A 200.000 bln Februari & Agustus
Merah SI
Bufas

 Manfaat Kapsul Vitamin A dosis tinggi:


a. Bayi &Balita : menambah dan membantu pembentukan daya tahan
tubuh terhadap penyakit, memelihara jaringan kulit.
b. Pada Bufas : mempercepat pemulihan kondisi tubuh, meningkatkan
produksi ASI.
c. Mencegah terjadinya penyakit mata seperti Rabun Senja,
Xeropthalmia.
3. Pemantauan pemakaian garam beryodium di wilayah keluarga dan
dengan melakukan kegiatan palpasi.
4. Pemberian Tablet Fe ( tambah darah ) untuk Bumil KEK.

Jenis, Dosis, Sasaran, Waktu Pemberian dan Tempat Pemberian


21
SASARA
JENIS DOSIS WAKTU TEMPAT
N

1 tablet sehari
Puskesmas
Tablet Periksa
selama 30 hari Induk,
tambah Bumil awal dan
hari Puskesmas
darah ulang
Pembantu.
(minimal 90 hari)

Ada
Syrup kasus
1 sdt sehari
tambah Balita balita Posyandu.
selama 3 bulan anemia /
darah
gizi buruk

 Manfaat Tablet Tambah Darah : Mencegah anemi


 Mekanisme untuk mendapatkan Tablet Tambah Darah:
Menyesuaikan dengan alokasi Tablet Fe dari Gudang Farmasi
kemudian dibagikan sesuai jumlah sasaran.

 Biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan Tablet Tambah Darah:


Gratis
5. Penyuluhan dan konsultasi gizi di meja 4 posyandu.
6. Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT)
Sasaran, Dosis , Waktu Pemberian , Tempat Pemberian.

 Manfaat PMT Pemulihan


1. Menaikkan berat badan balita yang tidak naik agar di bulan
berikutnya berat badannnya dapat naik.
2. Menjaga balita gizi buruk agar tidak jatuh dalam keadaan yang lebih
buruk lagi.
3. Menaikkan berat badan balita sesuai dengan umur balita .
 Mekanisme pencarian sasaran PMT Pemulihan:
1. Balita dengan status gizi buruk lebih diutamakan.
2. Balita di Bawah Garis Merah (BGM) dengan status gizi sangat
kurang dan sangat kurus.
 Tempat mendapatkan PMT Pemulihan: di Puskesmas .
 Biaya untuk mendapatkan PMT Pemulihan: Gratis
7. Memantau dan meningkatkan kegiatan Kadarzi
8. Pelacakan balita gizi buruk
9. Pemantauan pola konsumsi keluarga.

22
1.4. KESEHATAN IBU dan ANAK (KIA)

1.4.1. Pelayanan Ibu Hamil


Jenis Pelayanan:

1. Pemeriksaan kehamilan (minimal 4 kali), bayar: sesuai Perda


2. Pemeriksaan laboratorium ( Hb, Albumin, Reduksi, Golongan
Darah, PITC (Provider Initiatif Test and Councelling)) untuk
Bumil yang baru pertama kali periksa, bila perlu Plano Test:
bayar sesuai Perda.
3. Pemberian imunisasi TT.
Yang sudah imunisasi TT 5 kali berurutan sesuai jadwal tidak
perlu imunisasi TT.

4. Pemberian Tablet Besi / Tablet Tambah Darah

5. Pemeriksaan gigi untuk Bumil untuk yang baru pertama kali


periksa ( K1)

6. Pemeriksaan USG

1.4.2. Pelayanan Ibu Nifas ( 42 hari pasca melahirkan )

Jenis Pelayanan:

a. Jenis dan banyaknya perdarahan


b. Luka bekas jahitan perineum
c. Pemberian Vitamin A ( 2x ) setelah persalinan dan 24 jam kemudian
1.4.3. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir dan Balita

Jenis Pelayanan:

1. Penilaian Apgar Score


2. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir , pemberian Vitamin K dan salep
mata.
3. Penanganan segera pada bayi Asfiksia
1.4.4. Stimulasi Intervensi Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( SIDDTK )
Jenis Pelayanan:

1. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan.

2. Pengukuran LIKA (Lingkar Kepala) dan LIDA (Lingkar Dada) serta


memperhatikan perkembangan sensor motorik balita.

1.4.5. Imunisasi

23
Jenis Pelayanan:

1. Imunisasi BCG
2. Imunisasi DPT Penta Valen
3. Imunisasi Hepatitis B
4. Imunisasi Campak
5. Imunisasi Polio

1.4.6. Pembinaan TK ( Taman Kanak-Kanak )


Sasaran : semua TK di wilayah kerja puskesmas

Jenis Pelayanan:

1. Pemeriksaan kesehatan umum


2. Pemeriksaan gigi
3. SIDDTK (Stimulasi Intervensi Deteksi Dini Tumbuh Kembang)
1.4.7. Pembinaan Posyandu Balita.
Sasaran : semua posyandu di wilayah kerja puskesmas

Jenis Pelayanan:

1. Penyuluhan
2. Penimbangan
3. Imunisasi
4. Pemeriksaan Bumil
5. Pemberian PMT
6. Konsultasi Kesehatan ( KB, Alat Kontrasepsi )

1.5. KELUARGA BERENCANA


Pelayanan Akseptor KB
1. Pemasangan IUD ( Non Hormonal )
- Indikasi : tidak hamil
- Jenis kontrasepsi : IUD Cupper T 380A
- Manfaat : menunda kehamilan dalam jangka panjang ± 5-8
tahun.
2. Pemasangan Implant ( Hormonal )
- Sasaran : PUS
- Indikasi : tidak hamil
- Jenis pemasangan : susuk KB 1 kapsul / 2 kapsul
- Manfaat : menunda kehamilan dalam jangka panjang ± 3
tahun.
24
3. Pemberian Suntik KB ( Hormonal )
- Sasaran : PUS
- Indikasi : tidak hamil
4. Pemberian Pil KB kombinasi
- Jenis Kontrasepsi : pil kombinasi diminum setiap hari
- Manfaat : menunda kehamilan
5. Pencabutan IUD
- Sasaran : PUS, akseptor KB aktif yang ingin hamil, dengan efek
samping / komplikasi
- Indikasi : ingin hamil
6. Pencabutan Implant
- Sasaran : PUS, akseptor KB aktif yang ingin hamil, pasang ulang
dengan efek samping / komplikasi
- Indikasi : ingin hamil
- Kegagalan jenis kontrasepsi Implant
7. Penanganan Akseptor KB Aktif dengan efek samping/ komplikasi/
kegagalan.
- Sasaran : WUS, akseptor KB aktif semua metode
- Indikasi : tidak hamil
8. Pelayanan IVA (Inspeksi Visual Acetic Acid)
- Sasaran : WUS, akseptor KB aktif semua metode
- Indikasi : tidak hamil
9. Pemeriksaan Cryo Therapy
- Sasaram : WUS, PUS, akseptor KB aktif semua metode
- Indikasi : tidak hamil

1.6. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

a. P2 Menular
Jenis, Manfaat, Waktu Pemberian, Sasaran dan Tempat Pelayanan
Imunisasi

SELANG SASARA
VAKSIN MANFAAT WAKTU TEMPAT
WAKTU N

Mencegah TBC Puskesma


BCG 1 kali - 0-3 bl
Paru s, Pustu

PENTA Mencegah 3 kali 4 mgg 2-11 bl Puskesma

25
penyakit Diphteri,
s, Pustu,
Pertusis, Tetanus,
VALEN Posyandu
Meningitis dan
Balita
Hepatitis

Puskesma
4 kali s, Pustu,
Mencegah
Polio (Polio 1, 4 mgg 2-11 bl Posyandu
Penyakit Polio
2, 3,4)
Balita

Puskesma

Mencegah s, Pustu,
Campak 1 kali - 9-11 bl Posyandu
Penyakit Campak

Balita

Hepatiti Mencegah Puskesma


1 kali - 0 – 7 hari
sB0 Penyakit Hepatitis s, Pustu

Mencegah
Murid SD
DT Penyakit Dipteri, 2 kali 4 mgg Sekolahan
Kelas 1
Tetanus

Murid SD
Mencegah
TT 2 kali 4 mgg Kelas 1, Sekolahan
Penyakit Tetanus
2, 3

TT1-TT2

(4 mgg)

Mencegah TT2-TT3 Semua Puskesma

Penyakit Tetanus Wanita s,


TT WUS 5 kali (6 bln) Posyandu
Bagi Wanita Usia Usia
Subur TT3-TT4 Subur Balita

(1 thn)

TT4-TT5

26
(1 thn)

TT1-TT2

(4 mgg)

Mencegah TT2-TT3
Penyakit Tetanus Semua Puskesma

Bagi Calon (6 bln) Calon s,


TT CPW 1 kali Posyandu
Pengantin untuk TT3-TT4 Pengantin
persiapan Wanita Balita
melahirkan (1 thn)

TT4-TT5

(1 thn)

1. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (P2 DBD)


Jenis Pelayanan:

a. Penyuluhan di sekolah, Posyandu, RT, RW


b. Penemuan suspect DBD di Puskemas
c. Penyelidikan Epidemiologi ( PE )
d. Fogging focus
e. Abatisasi selektif
f. Pemeriksan Jentik Berkala (PJB) di rumah dan sekolahan tiap 3
bulan sekali
g. Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektoral
h. Tilik Kampung ( PSN bersama masyarakat )

2. Pencegahan dan Pemberantasan Diare (P2 Diare)


Jenis Pelayanan:

a. Penyuluhan di Puskesmas, Sekolah, Posyandu, RT, RW


b. Pengobatan
c. Menggerakkan kerja bakti
d.
3.Pencegahan dan Pemberantasan Kusta (P2 Kusta)
Jenis Pelayanan:

a. Penyuluhan
b. Pencatatan penderita

27
1. Active Case Finding dengan survey di sekolah – sekolah dan
survey kontak keluarga penderita
2. Passive Case Finding dengan pemeriksaan penderita yang
dicurigai yang datang di Puskesmas
3.Pengobatan Penderita sesuai tipe ( gratis)

a. Tipe PB : 6 Dosis, 6-9 Bln, Obat: Rifampisin, DDS


b. Tipe MB : 12 Dosis, 12-18 Bln, Obat: Rifampisin, Lamprene,
DDS

4. Pencegahan dan Pemberantasan TB (P2 TB)


a. Pencarian penderita
Penderita dengan keluhan batuk lebih dari 2 minggu diperiksa dahak
SPS.

b. Pengobatan gratis bagi penderita TB Paru


c. Pengobatan TB : Program DOTS ( Directly Observed Treatment
Shortcource) atau Pengobatan Jangka Pendek.

5. ISPA
6. HIV / AIDS

1.7 P2 Tidak Menular


1. Diabetes Mellitus (DM)
Jenis Pelayanan:

a. Penjaringan penderita yang datang ke puskesmas dengan gejala-gejala yang


dicurigai DM diperiksa Gula Darah Acak
b. Pemberian pengobatan
c. Rujukan ke RS bila diperlukan
d. Penyuluhan
e. Konsultasi Gizi

2. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah


Jenis Pelayananan:

a. Penemuan penderita yang datang ke puskesmas


b. Pengobatan dan Rujukan bagi penderita yang perlu dirujuk
c. Penyuluhan

28
d. Konsultasi Gizi

3. Surveillance AFP (Acute Flaxid Paralitic)


Jenis Pelayanan:
1. Pengobatan penderita yang datang ke Puskesmas, Pustu (dalam gedung) dan
Pusling ( luar gedung ) untuk Umum, Askes, Jamkesmas, Jamkesmasda non
quota dan Jamkesmas non quota.

2. Fasilitas pelayanan di Puskesmas Induk: Pengobatan Umum, Pengobatan Gigi,


KIA, KB, Pojok Gizi, Klinik Sanitasi dan Laboratorium.

3. Melakukan rujukan ke Rumah Sakit bila perlu

4. Menerima rujukan dari kader posyandu

5. Pemeriksaan laboratorium sederhana (darah, urine, feses, tes kehamilan)

6. Penanganan dan rujukan kasus gawat darurat.

2. UPAYA PENGEMBANGAN KESEHATAN

2.1 UPAYA KESEHATAN SEKOLAH DAN REMAJA


Kegiatannya meliputi Trias UKS, yaitu

A. Pendidikan Kesehatan

1. Pembinaan kader Tiwisada


2. Pembinaan guru UKS
3. Penyuluhan Kesehatan ( Kes. Gilut, DHF, NAPZA, dll )
4. Pertemuan TPUKS Kec.Kenjeran
5. Studi banding guru dan kader UKS ke sekolah yang berpretasi
6. Lomba kebersihan antar ruangan di Ponpes
B . Pelayanan Kesehatan

1. Penjaringan kesehatan pada murid klas I


2. Pemeriksaan kesehatan berkala 6 bulan sekali pada murid klas II
s/d VI
3. Imunisasi
4. Rujukan ke Puskesmas
C. Kesehatan Remaja

2.2 UPAYA KESEHATAN GIGI DAN MULUT


Kegiatannya meliputi:
29
1. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut ( Umum, Anak Sekolah, Anak
Prasekolah dan Bumil )
2. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut murid TK
3. Penyuluhan dan pemeriksaan gigi murid, SD / MI, SLTP
4. Demo sikat gigi massal untuk anak SD / MI ( selama ini hanya bila ada
program kerjasama dengan Dinas Kesehatan)

2.3 UPAYA KESEHATAN USIA LANJUT


Kegiatannya meliputi:

1. Pelayanan pengobatan pasien Lansia yang datang ke puskesmas


2. Pembinaan Posyandu Lansia meliputi pemeriksaan kesehatan,

Penyuluhan dan PMT Lansia


SASARAN JUMLAH WAKTU TEMPAT

Pra Lansia
1 x setiap bulan
( 45th – 59 th ) Rp 5000,- per Posyand
selama 12 bulan
Lansia orang u Lansia
( Rp 5000,-)
( > 60 th )

Wilayah Puskemas Simolawang mempunyai 5 Posyandu Lansia yaitu :


1. Posyandu lansia bougenville Sejahtera
2. Posyandu Lansia Mawar
3. Posyandu Lansia Flamboyan
4. Posyandu Lansia Kenanga
5. Posyandu Lansia Dahlia

30
B A B V

L O G I S T I K

Data Terlampir

31
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS SIMOLAWANG

A. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu
ditangani segera maka diperlukan standar keselamatan pasien puskesmas yang
merupakan acuan bagi puskesmas untuk melaksanakan kegiatannya.
Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan di puskesmas dan penilaiannya
dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi Puskesmas
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. hak pasien
2. mendidik pasien dan keluarga
3. keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:

Standar I. Hak pasien


Standar:
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana
dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria:
1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencanapelayanan.
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya insiden.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga


Standar:
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria:
32
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas
harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan


Standar:
Puskesmas Simolawang menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari puskesmas.
2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien
dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada
seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik
dan lancar.
3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan
sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak
lanjut lainnya.
4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan
efektif.

Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan


evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar:
Puskesmas harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
33
intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.
Kriteria:
1. Puskesmas Simolawang harus melakukan proses perancangan (desain)
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan
pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis
yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
2. Puskesmas Simolawang harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko,
utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
3. Puskesmas Simolawang harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus
risiko tinggi.
4. Setiap puskemas harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja
dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Standar:
1. Kepala Puskesmas mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan
“Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas“.
2. Kepala Puskesmas menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Kepala Puskesmas mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4. Kepala Puskesmas mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Kepala Puskesmas mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria:
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden.
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen puskesmas
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
34
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar
Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat
program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan “Kejadian Sentinel”.
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.
8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk
evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja puskesmas dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar:
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
1. Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf
baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
2. Puskesmas Simolawang harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden.

35
3. Puskesmas Simolawang harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
1. Puskesmas Simolawang perlu menyediakan anggaran untuk merencanakan dan
mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang
hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

B. SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di Puskemas
yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Puskesmas. Penyusunan sasaran ini
mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety
(2007).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik
dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah
dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus
berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang
baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi
yang menyeluruh. Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal
sebagai
berikut :

SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN


Standar SKP I
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan
ketelitian identifikasi pasien.
Maksud dan Tujuan :
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir semua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi
36
pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak
sadar, bertukar tempat tidur/kamar/ lokasi di puskesmas, adanya kelainan sensori,
atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali
pengecekan yaitu:
1. Untuk identifikasi pasien sebagai individu yangakan menerima pelayanan atau
pengobatan.
2. Untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi
pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan
lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal
lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien
atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga
menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di
puskesmas, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau termasuk
identifikasi pada pasien koma tanpa identitas.
Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau
prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat
diidentifikasi.
Elemen Penilaian Sasaran I
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.

SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Standar SKP II
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi
antar para pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan :

37
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang
mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara
lisan atau melalui telepon.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke
unit pelayanan.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan ke
komputer) perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah;
kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil
pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca
ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga
menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back)
bila tidak memungkinkan seperti situasi gawat darurat di UGD.

Elemen Penilaian Sasaran II:


1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
-
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
(HIGH-ALERT)
Standar SKP III
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan
obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).
Maksud dan Tujuan :
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus
berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang
perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
38
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat
yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA). Obat-obatan yang sering
disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat
secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium
fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih
pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan
baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih
dahulu sebelum ditugaskan, atau pada
keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan
obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari
unit pelayanan pasien ke farmasi.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada
di puskesmas. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja
yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta
pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di
area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak
sengaja/kurang hati-hati.

Elemen Penilaian Sasaran III


1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).

SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT


PASIEN
Standar SKP IV
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi,
tepat-prosedur, dan tepat- pasien.
Maksud dan Tujuan
Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah sesuatu yang
menkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di puskesmas. Kesalahan ini adalah akibat
39
dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim,
kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak
ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, asesmen pasien yang
tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak
mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang
berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible handwritting) dan
pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Puskesmas perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang
digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di
The Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong
Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada
tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di
puskesmas dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan,
dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus
termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel
level (tulang belakang).
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk:
1. Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar.
2. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang; dan
3. melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant2 yang
dibutuhkan.
Tahap “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan
diselesaikan. Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat
sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit
menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan secara ringkas, misalnya
menggunakan checklist.

Elemen Penilaian Sasaran IV


1. Puskesmas menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Puskesmas menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi
saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,tepat, dan fungsional.

40
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi.

SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
Standar SKP V
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan :
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan
pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi
pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai
dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi
pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan
dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan
berbagai organisasi nasional dan internasional.
Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan
dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene
yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

Elemen Penilaian Sasaran V


1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHOPatient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH


Standar SKP VI
41
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari
cedera karena jatuh.

Maksud dan Tujuan :


Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat
inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan,
dan fasilitasnya, puskesmas rawat inap Simolawang perlu mengevaluasi risiko
pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai
jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi
alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien. Program tersebut harus diterapkan puskesmas.
Elemen Penilaian :
1. Puskesmas menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko
jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera
akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

C. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS


Mengacu kepada standar keselamatan pasien pada Lampiran I, maka puskesmas
harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis
yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan
“Tujuh Langkah Keselamatan Pasien ”.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas adalah sebagai
berikut:
1. MEMBANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
A. Bagi Puskesmas Simolawang:

42
Pastikan puskesmas memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus dilakukan
staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta
harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan
keluarga.
1. Pastikan puskesmas memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
2. Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah
sakit.
3. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
B. Bagi Unit/Tim:
1. Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian
mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
2. Demonstrasikan kepada tim tentang ukuran-ukuran yang dipakai di puskesmas
untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses
pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.

2. MEMIMPIN DAN MENDUKUNG STAF


Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di
Puskesmas
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas
6. Pastikan Kepala Puskesmas dan staf yang bertanggung jawab atas
Keselamatan Pasien
7. Identifikasi di tiap bagian puskesmas, orang-orang yang dapat diandalkan untuk
menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien
8. Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat staf maupun rapat-rapat
minilokakarya puskesmas.
9. Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf puskesmas
pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.

B. Untuk Unit/Tim:
1. Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan
Keselamatan Pasien.
2. Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
3. Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.

3. MENGINTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO


43
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikas dan
asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas :
1. Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan
nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan
Keselamatan Pasien dan staf.
2. Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang
dapat dimonitor oleh direksi/pimpinan rumah sakit.
3. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan
kepedulian terhadap pasien.
B. Untuk Unit/Tim:
1. Bentuk forum-forum dalam puskesmas untuk mendiskusikan isu-isu
Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang
terkait;
2. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen
risiko puskesmas
3. Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk
memperkecil risiko tersebut;
4. Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses
asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.

4. MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN


Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta puskesmas mengatur
pelaporan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien RumahSakit.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke
luar, yang harus dilaporkan ke Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
B. Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga,
karena mengandung bahan pelajaran yang penting.

5. MELIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN


Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan:
44
A. Untuk Puskesmas:
a. Pastikan puskesmas memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-
cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para
pasien dan keluarganya.
b. Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan
jelas bilamana terjadi insiden.
c. Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien dan keluarganya.
B. Untuk Unit/Tim:
a. Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden
b. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi
insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar
secara tepat
c. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan
keluarganya.

6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN PASIEN


Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas :
1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara
tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria pelaksanaan
Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA) yang mencakup insiden
yang terjadi dan minimum satu kali pertahun melakukan Failure Modes and
Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.
B. Untuk Unit/Tim:
1) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisisinsiden.
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan
dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

7. MENCEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN


PASIEN
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
45
A. Untuk Puskesmas:
1. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan
solusi setempat.
2. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
3. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
4. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan.
B. Untuk Unit/Tim :
1) Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
2) Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
3) Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan.

Tujuh langkah keselamatan pasien puskesmas merupakan panduan yang


komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut
secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap puskesmas.
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus
serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan
di rumah sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah
yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik,
puskesmas dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.

.
46
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan


jaminan keselamatan dan meningkatkan derajad kesehatan pekerja dengan cara
pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di
tempat kerja, Promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh


masyarakat maka tuntutan pengelolaan program kesehatan dan keselamatan kerja di
Puskesmas semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia (SDM) di Puskesmas
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar Puskesmas ingin
mendapaatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayaan maupun karena kondisi sarana
dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar

Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan


karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayannan yanglebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut
mampu memberikan dan mengermbangkan program K3 di Puskesmas seperti yang
tercantum dalam buku standar pelayanan puskesmas dan terdapat dalam instrument
akreditasi puskesmas.

Dalam Undang-undang Nomor 30 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya


pasal 165, “Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja”. Berdasarkan pasal diatas maka pengelola tempat kerja di Puskesmas
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya.Salah satunya adalah
47
melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja Puskesmas harus
menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau
pekerja maupun masyarakat sekitar dari potensial bahaya di puskesmas. Oleh karena
itu, puskesmas dituntuk untuk melaksanakan Upaya kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga resiko terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja(KAK) di puskesmas dapat
dihindari.

1. KEADAAN DAN MASALAH DI PUSKESMAS SIMOLAWANG


Bahaya-bahaya potensial di puskesmas disebabkan oleh faktor biologi (virus,
bakteri, jamur, parasite), faktor kimia (antiseptic, reagen, gas anaesthesi), faktor
ergonomic ( lingkungann kerja, cara kerja, dan posisi kerja yang salah), faktor fisik
(suhu, cahaya, bising, listrik, getaran, radiasi), faktor psikososial (kerja bergilir, beban
kerja, hubungan sesame pekerja/atasan) dapat mengakibatkan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja.
PAK di puskesmas, umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman pathogen
yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang
terus menerus seperti antiseptic pada kulit, gas anestesi pada hati), faktor ergonomic
(cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah), faktor fisik (panas pada kulit,
tegangan tinggi pada system reproduksi, radiasi pada system produksi sel darah),
faktor psikologis (ketegangangan di ruang gawat darurat, ketegangan di kamar
bedah, dll)
Sumber bahaya yang ada di puskesmas harus diidentifikasi dan dinilai untuk
menentukan tingkat resiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan PAK.
Bahaya-bahaya potensial di puskesmas dapat dikelompokkan seperti dalam
table berikut :

Bahaya fisik Diantaranya: radiasi non pengion, suhu panas, suhu


dingin, bising, getaran, pencahayaan
Bahaya Kimia Diantaranya ethylene oxide, formaldehid, glutaraldehyde,
Ether, Halothane, Etrane, Mercury, Etsa Asam, Chlorine
Bahaya Biologi Diantaranya virus (mis:Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza,
HIV)
Bakteri (mis S. Saphrohyticus, Bacillus Sp.,
Porionibacterium sp., H. Influenzae, S. Pneumoniae, N.
Meningitidis, B. Streptococcus, Pseudomonas, Jamur
( Candida), parasite (mis: S. Scabiei)
Bahaya Ergonomi Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis,

48
angkat angkut pasien, membungkuk, menarik,
mendorong.
Bahaya Psikosial Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan
kerja, post traumatic
Bahaya Mekanik Diantaranya terjepit, terpotong, terpukul, tergulung,
tersayat, tertusuk benda tajam
Bahaya Listrik Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek,
kebakaran, petir, listrik statis.
Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam
Limbah Puskesmas Diantaranya limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah,
darah), limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia
(mis: droplet, saliva, sputum)

2. STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


PUSKESMAS (K3P).
Puskesmas merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan
program K3P yang bermanfaat baik bagi SDM Puskesmas, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar
Puskesmas.Pelayanan K3P harus dilaksanakan secara terpadu mellibatkan berbagai
komponen yang ada di puskesmas.
a. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Puskesmas
Bentuk Pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan, sebagai berikut:
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM
Puskesmas
2. Melakukann pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Puskesmas
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada SDM Puskesmas
4. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan
kerja dan memberikan bantuan kepada SDM Puskesmas, dalam
penyesuaian diri baik fisik maupun mental.
5. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik SDM Puskesmas
6. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM
Puskesmas yang menderita sakit.
7. Melakukan koordinasi dengan tim panitia pencegahan dan pengendalian
infeksi mengenai penularan infeksi terhadap SDM Puskesmas dan pasien
8. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja

49
9. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomic yang
berkaitas dengan kesehatan kerja (Pemantauan / Pengukuran terhadap
faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomic)
10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3P yang
disampaikan kepala Puskesmas dan unit teknis terkait dalam lingkup
kerja puskesmas.
b. Standar Pelayanan Keselamatan Kerja di Puskesmas
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan
sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja
yang dilakukan.:
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan.
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap
SDM Puskesmas
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja.
6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM
puskesmas
7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, desain/layout
pembuatan tempat kerja dan pemilihan alat serta engadaannya terkait
keselamatan dan keamanan.
8. Membuat system pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya.
9. Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran (MSPK)
10.Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan
keselamatan kerja yang disampaikan kepada Kepala Puskesmas dan unit
teknis terkait di lingkup kerja Puskesmas
3. STANDAR TEKNIS
1. Standar Teknis Sarana
a. Bangunan
Ruang bangunan yang digunakan untuk perawatan mempunyai
 Rasio tempat tidur dengan kamar mandi 10TT : 1KM
 Bebas serangga dan tikus
 Kadar debu maksimal 150mikrogram/m 2 udara dalam pengukuran rata-
rata 24 jam
 Tidak berbau (terutama H2S dan atau NH3)
 Pencahayaan 100 – 200 lux

50
 Suhu 26 – 37o (dengan AC) atau suhu kamar (tanpa AC) dengan
sirkulasi udara yang baik
 Kelembaban 40 – 50% (dengan AC) kelembaban udara ambient (tanpa
AC)
 Kebisingan ,45 dBA
b. Lantai
 Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan
mudah dibersihkan dan berwarna terang.
 Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan
air.
c. Dinding(Mengacu KMK No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit)
 Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak mengandung
logam berat
 Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding dengan
langit-langit membentuk konus (tidak membentuk siku)
 Dinding KM/WC dari bahan kuat dan kedap air
 Permukaan dinding keramik, rata, rapi, sisa permukaan keramik dibagi
sama ke kanan dan ke kiri
 Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselen atau keramik setinggi
1,5m dari lantai
d. Pintu/Jendela
 Pintu harus cukup tinggi minimal 270cm dan lebar minimal 120cm.
 Pintu dapat dibuka dari luar
 Ambang bawah jendela minimal 1m dari lantai
 Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji
e. Plafond
 Rangka plafond kuat dan anti rayap
 Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan, tidak
menggunakan bahan asbes
 Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai
 Langit-langit menggunakan cat anti jamur
f. Ventilasi
 Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang
cukup, luas 15% dari luas lantai
 Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri

51
g. Atap
 Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan
binatang pengganggu lain.
h. Sanitasi
 Closet, urinoar, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh
dan tidak cacat serta mudah dibersihkan.
 Urinoar dipasang/ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan baik
 Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan
bau, dilengkapi disinfektan dan dilengkapi tisu yang dapat dibuang.
 Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan
mudah dibersihkan.
 Air untuk keperluan sanitasi seperti mandi, cuci, urinoar, wastafel, closet,
keluar denan lancer dan jumlahnya cukup
i. Air bersih
 Kapasitas reservoir sesuai dengan kebutuhan puskesmas
 System penyediaan air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur
artesis
 Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan
sekali
 Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air
dalam penanggulangan kebakaran
j. Pemipaan
 System pemipaan menggunakan kode warna : biru untuk pemipaan air
bersih dan merah untuk pemipaan kebakaran.
 Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan pipa air kotor.
 Instalasi pemipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan
instalasi listrik.
k. Saluran drainase
 Saluran keliling bangunan drainase dari bahan yang kuat, kedap air dan
berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup kea
rah aliran pembuangan.
 Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak
tertentu dan di tiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup
yang mudah di buka/ di tutup memenuhi syarat teknis, serta berfungsi
dengan baik.
l. Jalur yang melandai/lereng (Ramp)
 Kemiringan rata-rata 10-15 derajat
52
 Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimum 140cm,
khusus ramp koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimum
240cm, kedua ramp tersebut dilengkapi dengan rambatan, kuat,
ketinggian 80cm
 Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, mudah untuk
berputar, tidak licin
 Setiap ramp dilengkapi lampu penerangan darurat, khusus ramp
evakuasi dilengkapi dengan pressure fan untuk membuat tekanan udara
positif
m.Tangga
 Lebar tangga minimum 120cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah
 Lebar injakan minimum 28cm
 Tinggi ijakan maksimum 21cm
 Tidak berbentuk bulat/spiral
 Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam
 Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat
 Dilengkapi pegangan, mimimum pada salah satu sisinya. Pegangan
rambat mudah dipegang, keginggian 60 – 80cm dari lantai, bebas dari
segala instalasi
n. Jalur pejalan kaki
 Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras/stabil, kuat, dan tidak
licin
 Hindari sambungan atau gundukan permukaan.
 Kemiringan 7 derajad setiap jarak 9meter ada border
 Drainase searah jalur
 Ukuran minimum 120cm (jalur searah), 160 (jalur 2 arah)
 Tepi jalur pasang pengaman
o. Area parkir
 Are parkir harus tertata baik
 Mempunyai ruang bebas disekitarnya
 Untuk penyandang cacat disediakan ramp trotoar
 Diberi rambu penyandang cacat yang bias memedakan untuk
mempermudah dan membedakan dengan fasilitas parkir bagi umum.
p. Pemandangan (Landscape): Jalan, Taman
 Akses jalan harus lancer dengan rambu-rrambu yang jelas
 Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan baik
dan tidak menimbulkan bau.

53
 Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu
yang ada.
 Jalan dalam area puskesmas pada keduabelah tepinya dilengkapi
dengan kansten dan dirawat.
 Harus tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner)
 Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda dan dilengkapi dengan
gardu jaga.
 Papan nama puskesmas dibuat rapi, kuat, jelas atau mudah dibaca
untuk umum, terpampang di bagian depan puskesmas
 Taman tertata rapi, terpelihara dan berfungsi memberikan keindahan,
kesejukan, kenyamanan bagi pengunjung maupun karyawan dan pasien
puskesmas.
2. Standar Teknis Prasarana
a. Penyediaan Listrik
 Puskemas Simolawang memiliki daya listrik sebesar S2/33000 WH
 Kapasitas dan Instalasi listrik terpasang memenuhi standar PUIL
 Tersedia Unit UPS
 Kapasitas generator (Gen Set) disediakan minimal40% dari daya
terpasang dan dilengkapi AMF dan ATS system
 Grounding system terpisah antara grounding panel gedung dan panel
alat
b. Instalasi Penangkal petir
 Pengawasan instalasi penangkal petir sesuai dengan ketentuan
Permenaker No.2 Tahun 1989
c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
 Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar Pedoman dan Manual
(NSPM) kebakaran seperti yang diatur oleh Permenaker No. 4 tahun
1980
 Tersedia dan tercukupi air untuk pemadam kebakaran
d. System komunikasi
 Tersedia saluran telepon internal dan eksternal yang berfungsi baik
 Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (untuk UGD)
 Tersedia komunikasi Handy Talkie (HT) untuk mendukung komunikasi
Tim Gerak Cepat (TGC) tanggap darurat
e. Gas medis
 Tersedia gas medis Tabung
 Kelengkapan tabung gas : gas Oksigen (O2), gas Nitrous Oxide (NO2)
f. Limbah cair
54
Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan perizinannya
g. Pengolahan Limbah Padat
 Tersedia tempat/container penampungan limbah sesuai dengan kriteria
limbah
 Tersedia incinerator, terpelihara dan berfungsi baik
 Tersedia tempat pembuangan limbah padat sementara, tertutup dan
berfungsi dengan baik
3. Standar Peralatan Puskesmas
a. Telah Memiliki perijinan
b. Telah diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas
Kesehatan
c. Tersertifikasi
d. Penggunaan peralatan medis dan non medis di puskesmas telah sesuai
dengan indikasi medis pasien
e. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan puskesmas dilakukan oleh
petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya
f. Pemeliharaan peralatan didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan
berkesinambungan.
4. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA K3 PUSKESMAS SIMOLAWANG
1. Kriteria Tenaga K3 Puskesmas
a. Tenaga kesehatan masyarakat K3 Diploma III dan S1 minimal 1 orang dan
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
Puskesmas
b. Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1 orang
dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3 Puskesmas
c. Tenaga paramedic yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3 Puskesmas minimal 1 orang
d. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 Puskesmas minimal 1 orang
2. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan SDM K3P
Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3 Puskesmas
merupakan hal pokok yang tidak bias dikesampingkan.Kepala Puskesmas
memegang peranan penting dalam membangun kepedulian dan memotivasi
pekerja dengan menjelaskan nilai-nilai organisasi dan mengkomunikasikan
komitmentnya pada kebijakan yang telah dibuat. Selanjutnya transformasi
system manajemen K3 dari prosedur tertulis menjadi proses yang efektif
merupakan komitmen bersama.

55
Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan dalam
mencapai tujuan dilakukan mulai dari proses, recruitment, seleksi,
penempatan, orientasi, pengkajian, pelatihan dan pengembangan
kompetensi/keahlian lainnya, rotasi dan mutasi, serta hukuman dan
penghargaan (reward & punishment).
Program pelatihan yang dikembangkan untuk SDM Puskesmas Simolawang
mempunyai unsur:
1. Indentifikasi kebutuhan pelatihan SDM Puskesmas yang dituangkan dalam
matriks pelatihan.
2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu
3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3
4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua SDM
Puskesmas Simolawang di bidang K3
5. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop, pertemuan
ilmiah, pendidikan lanjutan yang dibuktikan dengan sertifikat
6. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi
atau perundang-undangan.
7. Pelatihan untuk sekelompok SDM Puskesmas yang menjadi sasaran.
8. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima
9. Evaluasi pelatihan yang telah diterima.

5. PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN PELAPORAN


A. Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui system berjenjang.Pembinaan
dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain dengan melalui pelatihan, penyuluhan,
bimbingan teknis dan temu konsultasi dan lain-lain.
Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan kerja di
Puskesmas dibedakan dalam dua macam, yakni pengawasan internal, yang
dilakukan oleh Kepala Puskesmas dan pengawasan eksternal yang dilakukan
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya sesuai dengan fungsi dan tugasnya
masing-masing.
B. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3 secara tertulis
dari masing-masing unit kerja Puskesmas dan kegiatan K3P secara keseluruhan
yang dilakukan oleh tim K3P, yang dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan
oleh tim K3P kepada Kepala Puskesmas dan unit teknis terkait di Dinas
Kesehatan.

56
Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah menghimpun dan
menyediakan data dan informasi kegiatan K3, mendokumentasikan hasil-hasil
pelaksanaan kegiatan K3, mencatat dan melaporkan setiap kejadian/kasus K3
dan menyusun dan melaksanakan pelaporan kegiatan K3.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah mencatan dan
melaporkan pelaksanaaan seluruh kegiatan K3 yang tercakup di dalam :
1. Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan kesehatan lingkungan
Puskesmas.
2. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya penanggulangan dan
tindak lanjutnya.

Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing aspek K3,


dilaksanakan dengan membuat atau menggunakan formulir-formulir yang telah
ada atau yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan K3 dilakukan setiap waktu


sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan, dan atau pada
saat terjadi kejadian/kasus (tidak terjadwal)

Pelaporan terdiri dari pelaporan berkala (bulanan, semester, dan tahunan)


dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh pelaporan
sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-waktu pada saat
kejadian atau terjadi kasus berkaitan dengan K3.

Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun, yang berkaitan dengan
K3, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada tim K3 di Puskesmas.

Puskesmas perlu menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik untuk laporan
rutin/berkala, laporan kasus/kejadian tidak terduga.

57
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Dalam melaksanakan program-program yang dijalankan oleh Puskesmas


Simolawang untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat perlu
disusun indikator-indikator mutu pelayanan yang perlu dikendalikan dan diwujudkan
adalah sebagai berikut :

Tabell 8.1 Indikator Mutu Pelayanan

NO. UNIT SASARAN MUTU PERENCANAAN TARGET CAPAIAN


1. UMUM Meningkatkan kontrol rutin Sosialisasi dan 100 %
pasien Diabetes Melitus memberikan pemahaman
dengan konseling Petugas ke pasien tentang rujuk
Kesehatan balik
2. GIGI Kunjungan ibu hamil Pemeriksaan Gigi pada ibu 100 %
mendapat perawatan sesuai Hamil
kasus yang ditentukan
3. APOTE Pemakaian obat generik Pencatatan penggunaan 100 %
K dalam peresapan di Obat generik
Puskesmas Simolawang
5. GIZI Penurunan Angka Gizi Pembagian PMT 100 %
Buruk Pemulihan

58
6. KIA / KB 1. Pemeriksaan USG pada 1. Pemeriksaan dengan 100 %
ibu hamil Trimester 3 USG 100 %
untuk deteksi dini 2. Pemeriksaan USG 100 %
kelainan letak janin. 3.Skrining Deteksi Dini HIV
2. Ibu Hamil yang diperiksa – AIDS 100 %
USG Trimester 3 4.Pelaksanaan Imunisasi 100 %
3. Deteksi Dini HIV-AIDS 5.Pelayanan KB untuk
pada ibu Hamil semua jenis alat
4. Imunisasi Dasar Lengkap kontrasepsi
pada Bayi
5. Cakupan Akseptor KB
Aktif
7. LABOR Keberhasilan pengambilan Proses pengambilan darah 100 %
ATORIU darah vena pada pasien Vena pada pasien dewasa
M dewasa dengan 1x sampling
oleh petugas Laboratorium
8. PENDA PENDAFTARAN: Seluruh pasien lansia usia
FTARA Mendahulukan pelayanan > 60 tahun diberikan 100% 72%
N DAN pada pasien lansia >60 pelayanan awal tanpa
KASIR tahun mengambil nomor antrian
terlebih dahulu
100% 80%
KASIR :
PASIEN MEMBAYAR
RETRIBUSI DI KASIR
DENGAN UANG PAS
TERPENUHI

59
BAB IX

PENUTUP

Demikian Pedoman Pelayanan Klinis Puskesmas Simolawang disusun dengan


harapan bahwa pedoman ini dapat dijadikan pedoman dan acuan para petugas tenaga
medis, dan tenaga non medis yang saling bekerjasama dalam malaksanakan tugas
dan tanggung jawab di Puskesmas Perawatan Simolawang dengan harapan dapat
memberikan peningkatan pelayanan klinis medis kepada masyarakat.

Dalam penyusunan pedoman ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan


yang ditemui, untuk itu mohon kiranya masukan, kritikan dan saran yang baik dan
membangun guna terwujudnya pedoman pelayanan klilnis Puskesmas Tanah Kali
Kedidinding ini yang sempurna.

Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan namun manusia mempunyai kewajiban


melakukan yang sebaik-baiknya pekerjaan yang telah ditekuni dan menjadi tanggung
jawab seluruh tenaga medis dan tenaga medis dalam bekerja di Puskesmas
Simolawang.

Demikian semoga penyusunan Pedoman Pelayanan Klinis ini bermanfaat bagi


kita semua, amiin…amiin..amiin..ya rabbal alamiiiinn…

….

60
REFERENSI

1. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, Standar Puskesmas, Bina Pelayanan


Kesehatan, 2013
2. PMK No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011, tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
3. PMK No. 73 TAHUN 2013, tentang Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan
Kementrian Kesehatan, 2013
4. KMK No. 1087/MENKES/SK/VIII/2010, tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit

61

Anda mungkin juga menyukai