Anda di halaman 1dari 2

Nama Viola Septina, S.

Ked

NIM 2006112007

Stase Ilmu Kesehatan Anak

IMUNISASI

Memiliki keluarga sehat adalah impian semua keluarga, terutama kesehatan bagi Sang
buah hati. Dan imunisasi adalah cara yang terbukti ampuh dalam mencegah penyakit
menular. Dengan melakukan imunisasi pada anak, kita dapat melindungi Sang buah hati
karena bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit tertentu.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah menerapkan imunisasi rutin lengkap


untuk anak usia 0-18 tahun. Oleh karena itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
menerbitkan rekomendasi jadwal imunisasi berdasarkan hasil perkembangan penelitian
imunisasi secara global.

Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan
cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau
bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi.Vaksin dimasukkan ke dalam
tubuh melalui suntikan atau diminum (oral). Setelah vaksin masuk ke dalam tubuh, sistem
pertahanan tubuh akan bereaksi membentuk antibodi. Reaksi ini sama seperti jika tubuh
kemasukan virus atau bakteri yang sesungguhnya. Antibodi selanjutnya akan membentuk
imunitas terhadap jenis virus atau bakteri tersebut

Apa tujuan imunisasi? Tujuan imunisasi adalah agar memdapatkan imunitas atau
kekebalan anak secara individu dan eradikasi atau pembasmian sesuatu penyakit dari
penduduk sesuatu daerah atau negeri. Sedikitnya 70% dari penduduk suatu daerah atau negeri
harus mendapatkan imunisasi. Yang tidak kalah pentingnya adalah imunisasi ulang (booster)
yang perlu dilaksanakan dalam waktu-waktu tertentu untuk meningkatkan kembali
imunitas/kekebalan penduduk.

Apa itu kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)?

KIPI adalah salah satu reaksi tubuh pasien yang tidak diinginkan yang muncul setelah
pemberian vaksin. KIPI dapat terjadi dengan tanda atau kondisi yang berbeda-beda. Mulai
dari gejala efek samping ringan hingga reaksi tubuh yang serius seperti anafilaktik (alergi
parah) terhadap kandungan vaksin. Untungnya, kejadian KIPI cenderung ringan dan dapat
membaik dengan sendirinya.

Perlu diingat, KIPI tidak selalu terjadi pada setiap orang yang diimunisasi. Munculnya gejala
ringan cenderung lebih sering terjadi dibandingkan reaksi radang atau alergi serius terhadap
vaksin.
Berikut jenis-jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan bisa didapat secara gratis
di Puskesmas atau Posyandu:

Jenis Vaksin Keterangan

Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) dapat


diberikan sejak lahir. Imunisasi ini betujuan untuk
memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit
BCG tubercolocis (TBC). Apabila vaksin BCG akan
diberikan pada bayi di atas usia 3 bulan, ada baiknya
dilakukan dulu uji tuberkulin. BCG boleh diberikan
apabila hasil tuberkulin negatif.

Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan


dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir, kemudian
dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3 hingga 6 bulan.
Hepatitis B
Jarak antara dua imunisasi Hepatitis B minimal 4
minggu. Imunisasi ini untuk mencegah penyakit
Hepatitis B.

Imunisasi Polio diberikan untuk mencegah


Polio
poliomielitis yang bisa menyebabkan kelumpuhan.

Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk


mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), dan
tetanus. Ketiga penyakit ini sangat mudah
menyerang bayi dan anak. Imunisasi DPT diberikan
pada bayi umur lebih dari 6 minggu. Vaksin DPT
DPT
dapat diberikan secara simultan (bersamaan) dengan
vaksin Hepatits B. Ulangan DPT diberikan pada usia
18 bulan dan 5 tahun. Usia 12 tahun mendapat
vaksin TT (tetanus) melalui program Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

Vaksin Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu


Campak
Campak-2 pada usia 6 tahun melalui program BIAS.

Bila imunisasi dilakukan secara benar, maka akan didapatkan kemanfatan sebagai
berikut: (1) dapat menurunkan morbiditas (angka kesakitan), (2) menurunkan mortalitas
(angka kematian), (3) terhindar dari kecacatan, (4) dan Eradikasi penyakit di suatu daerah
atau negeri.

Anda mungkin juga menyukai