Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dicky Prasetyo

Absen : 10
Kelas : XII MIPA1

SEJARAH INDONESIA
Kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

1. Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

a) Strategi pembangunan yang inklusif, yang menjamin pemerataan dan


keadilan, yang mampu menghormati dan menjaga keberagaman rakyat
Indonesia. Pembangunan untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia
tidak boleh diartikan secara sempit, dengan sekedar mencapai
pertumbuhan ekonomi tinggi, apalagi bila hanya dilakukan dan dinikmati
oleh sekelompok kecil pelaku ekonomi, atau oleh sedikit daerah tertentu
saja.

b) Berdimensi kewilayahan. Setiap provinsi, setiap kabupaten/kota, adalah


pusat-pusat pertumbuhan negeri, yang harus bisa memanfaatkan segala
potensi daerahnya masing-masing, baik sumber daya alam, sumber daya
manusia, maupun letak geostrategisnya. Itulah sebabnya pemerintah
sungguhsungguh mendorong daerah-daerah perbatasan untuk
memanfaatkan peluang kerjasama pembangunan regional seperti delegasi
tiga negara yang tergabung dalam Indonesia, Malaysia dan Thailand
Growth Triangle (IMT-GT) dan Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,
Phillipine - East ASEAN Growth Area (BIMPEAGA), maupun kerjasama
perbatasan dengan Australia dan Timor Leste. Pembangunan berdimensi
kewilayahan juga berarti pemerintah terus mendorong setiap daerah untuk
mengembangkan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif
masing-masing. Namun demikian, keseimbangan antar wilayah harus pula
tetap dijaga sehingga tidak terjadi ketimpangan antar wilayah. Tak boleh
ada satu daerah pun yang tertinggal terlalu jauh dari daerah lainya.
Prinsipnya adalah, jika daerah-daerah maju maka negarapun akan maju.

c) Menciptakan integrasi ekonomi nasional dalam era globalisasi.


Pembangunan nasional yang sedang dijalankan, tidak berjalan di ruang
vakum. Bahkan sejak zaman kolonial, ekonomi Indonesia telah berkaitan
dengan ekonomi dunia. Bedanya, pada saat itu, konteksnya adalah
eksploitasi ekonomi dan sumber daya Indonesia untuk kepentingan
ekonomi kolonial. Sekarang, sebagai bangsa merdeka, keterkaitannya
dengan ekonomi dunia didasarkan pada kepentingan nasional dan untuk
dimanfaatkan demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.
d) Pengembangan ekonomi lokal di setiap daerah, guna membangun ekonomi
domestik yang kuat secara nasional. Ekonomi domestik yang kuat
merupakan modal utama suatu bangsa untuk berjaya di tengah arus
globalisasi. Pelajaran yang bisa kita petik dari krisis ekonomi global yang
melanda dunia saat ini adalah, negara yang bisa bertahan dari dampak
negatif resesi dunia adalah negara dengan ekonomi domestik yang kuat.
Selain itu, ekonomi domestik yang kuat juga menjamin kemandirian suatu
bangsa.

e) Keserasian dan keseimbangan antar pertumbuhan dan pemerataan, atau


Growth with Equity. Strategi demikian juga merupakan koreksi atas
kebijakan pembangunan terdahulu, yang dikenal dengan trickle down
effect. Strategi trickle down effect mengasumsikan perlunya
memprioritaskan pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu, baru kemudian
dilakukan pemerataan. Dalam kenyataannya di banyak negara, termasuk
di Indonesia, teori ini gagal menciptakan kemakmuran untuk semua.

f) Pembangunan yang menitik-beratkan pada kemajuan kualitas manusianya.


Manusia Indonesia bukan sekedar obyek pembangunan, melainkan justru
subyek pembangunan. Sumber daya manusia menjadi aktor dan sekaligus
fokus tujuan pembangunan, sehingga dapat dibangun kualitas kehidupan
manusia Indonesia yang makin baik. Untuk itu, Pembangunan untuk
Semua selalu memberikan prioritas yang sangat tinggi pada aspek
pendidikan, kesehatan, dan pendapatan serta lingkungan kehidupan yang
lebih berkualitas. Yang dimaksud dengan lingkungan, di samping
lingkungan hidup yang sehat dan lestari, juga adalah lingkungan sosial,
politik dan keamanan yang tertib, aman, nyaman dan demokratis. (Lestari,
2009)

Usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui


pengembangan masyarakat diharapkan agar bukan hanya sekedar usaha belas
kasihan pemerintah terhadap masyarakat miskin. Usaha-usaha tersebut
seharusnya ditempatkan sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah untuk
memenuhi hak-hak dasar kesejahteraan warganya. Usaha-usaha yang ada saat
ini masih bersifat ad-hoc, temporary (sementara) dan bernuansa charity-
ketimbang sebagai usaha sistematis pemerintah yang didukung secara kuat
oleh kebijakan pembangunan ekonomi. Benih-benih pembangunan sosial yang
sudah dilakukan perlu lebih diperkuat dengan kerangka makro perencanaan
dan kebijakan umum di bidang ekonomi dan sosial yang diarahkan secara
sengaja untuk investasi di bidang peningkatan kesejahteraan rakyat sehingga
upaya mewujudkan kesejahteraan sosial bukan hanya utopi atau angan-angan
belaka.

2. Reformasi di Bidang Politik dan Upaya Menjaga Kesolidan


Pemerintahan

Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang solid


berpengaruh terhadap kelancaran jalannya programprogram pemerintah
sehingga upaya untuk menjaga kesolidan pemerintahan menjadi salah satu
faktor penting keberhasilan program pemerintah.

Seperti halnya pemerintahan pada era reformasi sebelumnya,


pembentukan kabinet pemerintah merupakan hasil dari koalisi partai-partai
yang mendukung salah satu pasangan calon presiden saat pemilu presiden,
dengan demikian keberadaan koalisi dan hubungan partai-partai yang
mendukung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus dijaga.
Salah satu upaya untuk menjaga kesolidan koalisi pada masa pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah pembentukan Sekretariat
Gabungan (Setgab) antara Partai Demokrat dengan partai-partai politik
lainnya yang mendukung SBY.

Pembentukan Setgab juga bertujuan untuk menyatukan visi dan misi


pembangunan agar arah koalisi berjalan seiring dengan kesepakatan bersama.
Setgab merupakan format koalisi yang dianggap SBY sesuai dengan etika
demokrasi dan dibentuk sebagai sarana komunikasi politik pada masa
pemerintahan SBY.

3. Upaya untuk menyelesaikan konflik dalam negeri

Selain berupaya untuk menjaga kedaulatan wilayah dari ancaman luar,


upaya internal yang dilakukan pemerintah untuk menjaga kedaulatan wilayah
adalah mencegah terjadinya disintegrasi di wilayah konflik. Konflik
berkepanjangan di wilayah Aceh dan Papua yang belum juga berhasil
diselesaikan pada masa pemerintahan presiden sebelumnya, mendapat
perhatian serius dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kendati telah dilakukan pendekatan baru melalui dialog pada masa
pemerintahan Presiden B.J. Habibie termasuk dengan mencabut status DOM
yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru, namun konflik di Aceh tidak
kunjung selesai. Pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, pemerintah berupaya untuk lebih mengefektifkan forum-forum
dialog mulai dari tingkat lokal Aceh hingga tingkat internasional. Di tingkat
internasional, upaya tersebut menghasilkan Geneva Agreement (Kesepakatan
Penghentian Permusuhan/Cessation of Hostilities Agreement (CoHA).

Tujuan dari kesepakatan tersebut adalah menghentikan segala bentuk


pertempuran sekaligus menjadi kerangka dasar dalam upaya negosiasi damai
diantara semua pihak yang berseteru di Aceh. Namun pada kenyataannya,
CoHA dan pembentukkan komite keamanan bersama belum mampu
menciptakan perdamaian yang sesungguhnya. Belum dapat dilaksanakannya
kesepakatan tersebut dikarenakan minimnya dukungan di tingkat domestik,
baik dari kalangan DPR maupun militer selain tidak adanya pula dukungan
dari pihak GAM (Gerakan Aceh Merdeka)

Anda mungkin juga menyukai