PROYEK AKHIR
DISUSUN OLEH :
DIMAS ARIF RAFIQI
NIM: 2017-71-047
PROYEK AKHIR
Disusun oleh :
Dimas Arif Rafiqi
NIM : 2017-71-047
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pada Program Studi Diploma III
FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI – PLN
Telah disidangkan dan dinyatakan Lulus Sidang Proyek Akhir pada Program
Studi Diploma III Teknologi Listrik Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi
Terbarukan Institut Teknologi - PLN pada tanggal 25 Agustus 2020
Mengetahui :
Kepala Program Studi D-III Teknologi Listrik
ii
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan ini Saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang
sebesar – besarnya kepada yang terhormat:
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Institut Teknologi - PLN, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : DIMAS ARIF RAFIQI
NIM : 2017-71-047
Program Studi : DIPLOMA TIGA
Jurusan : TEKNOLOGI LISTRIK
Jenis karya : PROYEK AKHIR
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Institut Tekonologi – PLN Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 23 Juni 2020
Yang menyatakan,
Dimas Arif Rafiqi
NIM : 201771047
v
STUDI KERUGIAN ENERGI AKIBAT KWH METER BLANK PADA
PELANGGAN 16500 VA DI PT.PLN (PERSERO) UP3 METRO
Dimas Arif Rafiqi, 2017-71-047
Di bawah bimbingan Novi Gusti Pahiyanti, ST., MT dan Albert Gifson Hutajulu, ST.,MT.
ABSTRAK
Kebutuhan akan tenaga listrik pada era globalisasi saat ini semakin meningkat.
Mulai dari rumah tangga, industri, rumah sakit, sekolah, dll. Hal ini membuat
tingkat permintaan energi listrik semakin bertambah. Maka dari itu, dibutuhkan
metode atau cara yang efektif dan efisien untuk melakukan pengukuran energi
listrik yang digunakan oleh konsumen tersebut. Dengan adanya metode ini,
diharapkan hasil pengukuran energi listrik yang digunakan oleh konsumen
terukur dengan tepat dan akurat dan juga dapat menurunkan angka
susut/losses, karena angkat susut/losses tersebut sangat berpengaruh
terhadap kinerja PLN. Saat ini PT.PLN (Persero) menerapkan metode
pengukuran energi listrik dengan menggunakan sistem AMR (Automatic Meter
Reading). Dengan menggunakan sistem ini, dapat mempermudah dalam
melakukan pembacaan kWh meter yang ada pada pelanggan, selain itu AMR
juga dapat mengidentifikasi beberapa anomaly yang dapat menyebabkan
terjadinya susut. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ditemukan gangguan
yang disebabkan kWh meter mati / blank sehingga menyebabkan kerugian
bagi pihak PLN yang berdampak muncul tagihan susulan pada pelanggan B2
dengan daya 16500 VA sebesar Rp 5.547.454,76
vi
STUDY OF ENERGY LOSS DUE TO KWH METER BLANK IN
16500 VA CUSTOMERS AT PT. PLN (PERSERO) UP3 METRO
Dimas Arif Rafiqi, 2017-71-047
Under the guidance of Novi Gusti Pahiyanti, ST., MT and Albert Gifson Hutajulu, ST.,MT.
ABSTRACT
The need for electricity in the era of globalization is increasing today. Starting
from households, industries, hospitals, schools, etc. This makes the level of
electricity demand grow. Therefore, it takes an effective and efficient method or
way to measure the electrical energy used by the consumer. With this method,
it is expected that the results of electrical energy measurements used by
consumers are measured precisely and accurately and can also decrease the
number of shrinks / losses, because the shrinking / losses are very influential to
pln performance. Currently PT. PLN (Persero) implements electrical energy
measurement method using AMR (Automatic Meter Reading) system. By using
this system, it can make it easier to perform kWh meter readings on customers,
in addition AMR can also identify some anomaly that can cause shrinking. The
results explained that there was a disturbance caused by kWh meter off / blank
resulting in losses on the part of PLN that impacted the appearance of follow-up
bills on B2 customerswith a power of 16500 VA amounting to Rp 5.547.454,76
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
viii
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 5
ix
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 38
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Selisih Antara Data Terukur Dengan Data Yang Di Hitung ............ 40
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 3.9 Tampil Activation Successfully ................................................... 31
xiii
DAFTAR RUMUS
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Permasalahan Penelitian
1. Terjadinya gagal baca pada pelanggan Automatic Meter Reading (AMR).
2. Terjadinya susut energi yang disebabkan oleh faktor non-teknis.
3. Pengukuran secara langsung pada kWh meter pelanggan cukup sulit.
2
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang dibahas serta
tercapainya sasaran pembahasan yang tepat dan terarah, maka penulis perlu
membuat ruang lingkup masalah yang akan dibahas. Ruang lingkup masalah
pada penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pemantauan pemakaian energi listrik melalui sistem
Automatic Meter Reading (AMR).
2. Perhitungan susut tidak termasuk pelanggan I4 (Pelanggan Tegangan
Tinggi).
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Sistem Distribusi
Sistem distribusi merupakan sistem penyaluran tenaga listrik dari
pembangkit ke konsumen (beban). Agar tenaga listrik yang dibangkitkan oleh
pembangkit dapat sampai ke konsumen, maka di perlukan beberapa tahap
yaitu proses produksi tenaga listrik di pusat pembangkit tenaga listrik, proses
penyaluran daya dengan tegangan tinggi yang disalurkan dari pusat
pembangkit ke gardu induk, dan terakhir yaitu proses pendistribusian tenaga
listrik dengan tegangan menengah dan tegangan rendah dari gardu induk ke
pemakai atau konsumen.
Tegangan listrik sebelumnya dibangkitkan terlebih dahulu didalam pusat
listrik seperti PLTGU, PLTA PLTP, PLTD, dan PLTN. kemudian disalurkan
melalui saluran transmisi (SUTET). Sebelum di salurkan, tegangan listrik yang
ada di Pusat Listrik dinaikan tegangannya dengan menggunakan transformator
penaik tegangan (Step Up Transformator). Saluran transmisi digunakan untuk
menyalurkan energi listrik dari Pusat Listrik menuju Ke Gardu Induk. Saluran
transmisi tegangan tinggi yang ada di PLN umumnya mempunyai tegangan 66
kV, 150 kV dan 500 kV. untuk tegangan 500 kV dapat disebut sebagai
tegangan ekstra tinggi. Untuk saat ini saluran transmisi dapat berupa saluran
udara dan kabel tanah. Namun untuk kabel tanah, dibutuhkan biaya yang cukup
mahal. Maka dari itu, saluran transmisi yang ada pada PLN kebanyakan berupa
saluran udara. Kerugian dari penggunaan saluran udara ini antara lain mudah
terganggu, misalnya terganggu oleh pohon-pohon tinggi yang ada di sekitar
saluran udara, tersambar petir dan lain-lain.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah
tenaga listrik ke Gardu Induk (GI). Di Gardu Induk (GI) tegangan listrik
diturunkan kembali tegangannya. Penurunan tegangan ini menggunakan
transformator penurun tegangan (step down transformer) menjadi tegangan
menengah atau bisa juga disebut dengan istilah tegangan distribusi primer.
Umumnya tegangan menengah yang ada di PLN mempunyai tegangan 20 kV,
12 kV dan 6 kV. Namun untuk saat ini tegangan menengah atau tegangan
distribusi primer yang berkembang di PLN adalah 20 kV. Setelah Jaringan
6
keluar dari gardu induk (GI), jaringan biasa disebut dengan jaringan
transmisi. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer
maka kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu
distribusi menjadi tegangan rendah dengan tegangan 380/220 Volt atau
220/127 Volt, kemudian disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
untuk selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN
melalui Sambungan Rumah maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat
pembatas daya dan kWh meter.
Rekening listrik pelanggan tergantung kepada daya tersambung serta
pemakaian kWh nya. Oleh karenanya PLN memasang pembatas daya dan
kWh meter. Setelah melalui kWh meter, tenaga listrik kemudian memasuki
instalasi rumah, yaitu instalasi milik pelanggan. Instalasi milik PLN pada
umunya sampai kWh meter dan sesudah kWh meter instalasi listrik pada
umumnya adalah instalasi milik pelanggan. Dalam instalasi pelanggan tenaga
listrik langsung memasuki alat-alat listrik seperti lampu, setrika, lemari es,
pesawat radio, pesawat televisi dan lain-lain.
7
b) Tegangan : Voltage
c) Arus : Ampere
d) Faktor Kerja : cos φ
Besaran listrik yang akan diukur menyangkut pemakaian tenaga listrik
oleh pelanggan PT.PLN (Persero) dengan konsumennya. Bisnis tenaga listrik
antara PT.PLN (Persero) dengan konsumennya secara garis besar mengacu
pada tarif dasar listrik PT.PLN (Persero).
Transaksi bisnis listrik PT.PLN (Persero) dengan konsumennya secara
substansial ditentukan oleh pemakaian daya dan pemakaian energi dari
konsumen. Pemakaian daya terkait dengan daya terpasang pada konsumen
dan menyangkut pembayaran tetap setiap bulan berdasarkan Rp/VA.
Sedangkan pemakaian energi dibayar berdasarkan kategori tarif konsumen
dan Rp/kWh.
8
meter analog, meter analog adalah alat ukur energi listrik yang
bekerja secara elektromagnetik.
b) Pengukuran secara elektronik dengan menggunakan kWh meter
elektronik, meter elektronik adalah alat ukur energi listrik
menggunakan microprocessor sebagai pengaturan pemrosesan
data sampai dengan menampilkan hasil perhitungan di layar
liquid crystal display (LCD).
9
optical probe. Namun dengan berkembangnya teknologi, belakangan ini sistem
AMR menggunakan teknologi komunikasi antara lain seperti PSTN (telepon
rumah), GSM, Gelombang Radio, PLC (Power Line Carrier) dan saat ini
pembacaan meter AMR menggunakan LAN / WAN / WIFI untuk meter yang
sudah di dukung TCP / IP.
Prinsip kerja dari Automatic Meter Reading (AMR) umumnya terdiri dari 3
komponen utama, antara lain :
1. Meter Interface Module, sistem ini terdiri dari 4 komponen yaitu power
supply yang dibutuhkan untuk menunjang proses kerja dari AMR
(Automatic Meter Reading), Meter sensor yang berfungsi sebagai alat
pengukur arus dan tegangan listrik, Controlling Electronic merupakan
suatu sistem elektronik yang dapat digunakan untuk mengolah data
hasil pengukuran dari meter sensor lalu diubah menjadi data digital
dan dikirim dengan menggunakan sistem Communication Interface
berupa modem GSM yang sesuai dengan media komunikasi yang
tersedia.
2. Communication System yang berfungsi sebagai media komunikasi
yang mengirim data pengukuran hasil AMR kepada kantor PT.PLN
(Persero) dengan menggunakan media komunikasi seperti jaringan
internet.
3. Office Central Equipment juga memiliki beberapa sistem utama seperti
Receivers data dan computer server. Receivers data dapat berupa
10
modem GSM, ADSL dan lain-lain sesuai dengan media komunikasi
yang digunakan dalam proses pengiriman data. Receivers data harus
terhubung dengan computer operasi sistem AMR yang memiliki
kapasitas diatas komputer pada umunya, karena komputer digunakan
untuk menerima seluruh data AMR yang dikirim, selain itu komputer
yang digunakan harus dilengkapi dengan Operating System khusus
server untuk menjalankan Web dan database serta mampu melayani
permintaan dari komputer host. Komputer host yang dimaksud adalah
komputer yang digunakan oleh admin perusahaan PT.PLN (Persero)
area tertentu untuk mengakses web dan database dari pelanggan
AMR tersebut.
Pada sistem ketenagalistrikan di PT.PLN (Persero) terdapat beberapa
jenis kWh meter yaitu pasca bayar dan prabayar. Sebagian besar kWh meter
pasca bayar masih memerlukan proses pembacaan stand meter dan
pemutusan secara manual, sedangkan kWh meter prabayar memerlukan
mekanisme penginputan token secara manual sehingga sering terjadi proses
penyalahgunaan/tempering sehingga dapat mempengaruhi ketepatan proses
pengukuran kWh meter. Namun dengan adanya AMR (Automatic meter
Reading) yang dapat membantu proses pengukuran secara akurat dan dapat
mempermudah proses pembacaan stand secara real time.
Modem
Modem digunakan untuk menghubungkan antara saluran
komunikasi dengan kWh meter / komputer. Pemasangan modem
dapat bersifat internal maupun eksternal. Untuk pemasangan
internal, modem yang digunakan menyatu dengan meter. Modem
ini menggunakan sumber tegangan yang di dapat dari kWh meter.
Sedangkan untuk pemasangan eksternal modem yang dipakai tidak
menyatu dengan meter dan sumber tegangan dari luar. Sebelum
digunakan, modem GSM/GPRS ini terlebih dahulu disambungkan
ke bagian antena, ke bagian adaptor / teg DC, dan ke bagian kabel
data / meter. Setelah semuanya tersambung maka lampu LED
akan berkedip untuk mengindikasikan bahwa modem tersebut aktif
dan bisa digunakan.
12
Gambar 2.5. Modem MLiS
Komputer
Komputer dalam sistem AMR digunakan sebagai alat untuk
pemograman. Selain itu komputer juga digunakan sebagai alat
pembacaan meter elektronik di sisi pelanggan.
Saluran Komunikasi
Dalam sistem AMR, saluran komunikasi yang digunakan untuk
menghubungkan antara komputer dengan kWh meter milik
pelanggan. Saluran komunikasi ini dapat berupa telepon PSTN,
GSM atau PLC / frekuensi radio. Namun jaringan untuk PSTN dan
PLC / frekuensi radio sudah tidak lagi digunakan. Sedangkan untuk
saat ini, untuk interface komunikasi yang paling umum tersedia di
13
kWh meter elektronik dan juga pada IED atau Intelligent Electronic
Device lainya adalah interface Serial (RS-485 / RS-232). Beberapa
Meter dan IED untuk saat ini telah mendukung interface Ethernet,
disamping menyediakan interface Serial. Beberapa meter
elektronik dan IED juga telah menyediakan interfase USB, namun
pada umumnya interfase USB hanya digunakan sebagai port untuk
konfigurasi.
Software AMR
Selain software meter, pada sistem AMR terdapat pula software
15
AMR. Software AMR sendiri digunakan untuk menyimpan data-
data yang dibaca dari kWh meter yang ada di pelanggan ke dalam
format / table database yang selanjutnya digunakan oleh aplikasi
lainya (Energy Process Information). Selain itu, software AMR juga
menyediakan fungsi Partial Energy Process Information secara
minimum. Software AMR sendiri terdiri atas tiga bagian yaitu :
Protokol Driver yang berfungsi untuk pengambilan atau
penerimaan data.
Gateway / Data Handler yang berfungsi sebagai pemisah dan
pengolahan data.
Database yang digunakan untuk penyimpanan data.
Software yang digunakan di PT.PLN (Persero) Area Metro ini yaitu
software AMICON. Amicon adalah aplikasi Meter Icon+ , aplikasi ini
di-develop oleh salah satu anak perusahaan PLN yang bergerak
dibidang IT yaitu PT.Indonesia Comnet+. Perbedaan yang
mendasar antara AMICON dengan aplikasi yang lainya terdapat
pada tipe komunikasinya, untuk AMICON sudah menggunakan
GPRS dengan IP Static (sinyal data), sementara aplikasi lainya
masih menggunakan CSD (sinyal suara). Dari sisi kecepatan
proses pemanggilan/penarikan data cukup menguntungkan karena
dalam satu waktu bisa melakukan penarikan data untuk ratusan
pelanggan bahkan bisa lebih (di PLN Wilayah Metro yang sudah
menggunakan AMICON dengan jumlah pelanggan di atas 2.000
pelanggan penarikan data tidak lebih dari 2 jam). Sedangkan di
aplikasi yang lainya untuk 1 modem pemanggil dalam 1 waktu
hanya bisa memanggil 1 pelanggan dengan durasi sekitar 2-3
menit per perlanggan.
16
dengan settingan AMR yang terpasang, pada umumnya di PT.PLN (Persero)
UP3 Metro pelanggan AMR dikelompokan berdasarkan daya pelanggan
diantaranya sebagai berikut :
1. Pelanggan AMR Tegangan Menengah (>197 KVA)
2. Pelanggan AMR Tegangan Rendah (23 KVA s/d 41.5 KVA)
3. Pelanggan AMR TR PLC 450 VA s/d 23 KVA)
Seluruh pelanggan AMR di PT.PLN (Persero) UP3 Metro dipantau
dengan menggunakan aplikasi Amicon. Sehingga melalui aplikasi Amicon
admin dapat melakukan commisioning dengan melihat data instantaneous
sehingga dapat memantau besar nilai tegangan,arus,sudut fasa dan diagram
fasor. Pemantauan ini dilakukan sebagai pertimbangan untuk target P2TL
(Penertiban Pengguna Tenaga Listrik) dan pemeliharaan untuk mengurangi
terjadinya kesalahan dalam pengukuran energi listrik. Selain dapat melihat data
instantaneous aplikasi amicon juga dapat melihat load profile untuk mengetahui
historis dari data penggunaan beban seperti tegangan, arus, cos phi, Wh
export, Wh import, Varh eksport, dan Varh import. Serta dapat melihat jika
adanya kelainan penggunaan energi listrik oleh pelanggan sehingga
menyebabkan kelainan hasil pengukuran.
18
mengecek error meter dan error CT (Current Transformator) dengan nilai
toleransi sesuai class meter yang terpasang menggunakan calmed dan
apabila error hasil calmed melebihi batas toleransi maka dilakukan
penggantian ratio CT ataupun dengan meter yang baru. Tujuan dilakukan
pengecekan error meter dan CT karena berdasarkan fungsi dari meter
dan CT yang terpasang adalah untuk pengukuran maka tindakan ini
dilakukan untuk memastikan akurasi pengukuran dari meter dan CT yang
terpasang apakah sesuai atau tidak
19
ketidak wajaran pemakaian dari pelanggan dengan langsung
mendatangi lokasi dimana pelanggan tersebut pada target operasi
untuk petugas P2TL.
4. Upaya peningkatan mutu pelayanan melalui data langsung
penggunaan energi listrik yang dikonsumsi oleh pelanggan yang
bersangkutan.
5. Dapat mengetahui losses yang terjadi pada pelanggan
Sistem AMR dapat memantau losses. Untuk bagian nonteknis misalnya
pelanggan dengan kasus pencurian listrik, hal tersebut dapat terdeteksi
dari AMR sehingga petugas bisa dengan segera melakukan tindakan
lebih lanjut. Jika dibandingan dengan jasa cater, maka akan
membutuhkan waktu lebih lama sehingga losses yang terjadi juga akan
lebih besar.
20
2.2.9 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan Rumusan Masalah dan landasan teori yang diperoleh dari
eksplorasi teori yang dijadikan rujukan konsepsional variabel pemikiran maka
disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:
Mulai
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pembuatan Laporan
Selesai
1. Mulai
Memulai penelitian di kantor PT. PLN (Persero) UP3 Metro
2. Studi Literatur
Melakukan pencarian landasan-landasan teori dari tempat melakukan
penelitian, dari internet maupun dari buku-buku pedoman tentang
kelistrikan.
3. Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung dengan turun langsung ke
lapangan di tempat melakukan penelitian yaitu di PT.PLN (Persero)
UP3 Metro.
4. Pengumpulan Data
Melakukan proses pengumpulan data-data yang telah di peroleh dari
lapangan untuk selanjutnya di olah sesuai dengan metode yang
digunakan, dalam hal ini juga dilakukan wawancara kepada staf-staf
yang ada di PT.PLN (Persero) untuk mendapatkan lebih banyak data
yang dibutuhkan
5. Pengolahan Data
Mengolah data-data yang telah dikumpulkan selama penelitian
berlangsung dan data-data dari referensi yang sudah dikumpulkan.
6. Pembuatan Laporan
Melakukan penyusunan laporan berdasarkan hasil penelitian yang
sudah di kumpulkan.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
23
3.1.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh keakuratan maka penulis melakukan beberapa
teknik pengumpulan data yaitu:
a) Study Literatur, dalam penulisan penelitian ini, penulisan
menggunakan acuan berupa literatur, artikel, jurnal ilmiah dan buku-
buku diktat yang berkaitan dengan AMR (Automatic Meter Reading).
b) Teknik Observasi, yaitu suatu teknik yang dilakukan untuk
selektivitas data pelanggan AMR yang akan ditinjau di PT.PLN
(Persero) UP3 Metro.
c) Interview Penelitian melakukan wawancara secara langsung dengan
pegawai Assisten manager serta supervisor bidang Transaksi Energi
PT.PLN (Persero) UP3 Metro.
24
dalam Berita Acara Pemeriksaan (BA P2TL).
6. Jika ditemukan indikasi pelanggaran, petugas pasang dari AP
menyelesaikan sesuai prosedur P2TL. Setelah itu penggantian /
pemasangan meter elektronik dapat dilaksanakan.
7. Setelah melakukan penggantian meter, langkah selanjutnya yaitu
melakukan pemasangan komponen seperti adaptor modem, modem, dan
antena. Modem digunakan sebagai sarana komunikasi antara komputer
milik petugas operasi sistem AMR dengan kWh meter yang ada pada
pelanggan.
8. Dalam melakukan kegiatan ini, harus disertai dengan Berita Acara
penggantian atau pemasangan. Selain itu, pelaksanaan commisioning
harus dilakukan oleh petugas operasi sistem AMR. Dengan adanya
commisioning, maka dapat diketahui bahwa kWh meter yang telah
terpasang berfungsi dengan baik.
9. Selanjutnya, penyegelan dilakukan pada instalasi meter beserta
kelengkapan pada instalasi meter tersebut.
25
Gambar 3.2 Halaman Utama Menu Commisioning
26
Gambar 3.4 Data Location dan asset telah diisi
2. Test Result
Setelah proses Binding Data selesai, proses selanjutnya merupakan proses
Test Result. Pada proses ini, user akan mendapatkan hasil dari tes binding
data dan mapping Channel.
Hasil tes binding data meliputi 6 tahapan, antara lain :
1. Open Socket
2. Login
3. Get Meter Number
4. Check Type
5. Get Meter Time
6. Loadprofile
7. LastBillingHistory
8. Instantaneous
9. Logut
Jika 9 tahapan tersebut berhasil dilakukan, maka user dapat klik Verify Test
untuk melanjutkan ke proses Activation Result. Namun apabila 9 tahapan
27
Gambar 3.5 Hasil Tes Binding Data Berhasil
3. Activation Result
Proses ketiga merupakan proses Activation Result. Pada proses ini user
akan mendapatkan hasil data load profile, billing, instant, dan Event dari
test Result.
Berikut adalah langkah-langkah untuk melihat proses activation result :
28
Gambar 3.6 Tab Load Profile Pada Activation Result
29
Gambar 3.8 Tab Instant Pada Activation Result
30
Gambar 3.9 Klik Confirm Active
31
Karena susut energi yang sedang dibahas adalah jenis susut non teknis,
maka faktor penyebab kesalahan perlu diketahui. Beberapa penyebab susut
non teknis diantaranya yaitu kesalahan pembacaan meter energi, pencurian
energi listrik, dll. Meter AMR stop tidak mengukur pemakaian pelanggan dapat
menyebabkan kerugian bagi PLN dan dapat mengakibatkan susut distribusi
karena kWh pemakaian konsumen tidak dapat mengukur pemakaian
pelanggan. Untuk menentukan besarnya susut akibat meter stop yang terjadi
pada pelanggan dapat digunakan perhitungan dengan menggunakan rumus
daya :
PR = ER X IR X cos φ ................................................................... (3.1)
PS = ES X IS X cos φ .................................................................... (3.2)
PT = ET X IT X cos φ .................................................................... (3.3)
Ptotal = PR + PS + PT ......................................................................... (3.4)
Dimana :
PR=Daya Fasa R LWBP= Luar waktu beban puncak
PS=Daya Fasa S WBP = Waktu beban puncak
PT=Daya Fasa T RKT = Rupiah kurang tagih
ER=Energi Ukur Fasa R TDL =Tarif Daya Listrik
ES=Energi Ukur Fasa S
T=Energi Ukur Fasa T
IR=Arus Pada Fasa R
IS=Arus Pada Fasa S
IT=Arus Pada Fasa T
cos φ = Power Factor
32
3.3. Teknik Analisa
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan Data
AMR
Selesai
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Pelanggan Tegangan Rendah
IDPEL : 17200025XXXX
Alamat : SEKAMPUNG
Tarif : B2
Daya : 16500
34
Gambar 4.1 Penarikan Data Saat Keadaan Meter Rusak
35
Gambar 4.2 kWh Meter Mati / Blank
8. Setelah ditemukan penyebab terjadinya gagal baca AMR langkah
selanjutnya :
a) Melakukan perbaikan atau penggantian peralatan yang rusak
b) Membuat Berita Acara Pemeriksaan berdasarkan temuan di
lapangan
c) Membuat tagihan susulan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan
yang telah dibuat
36
Gambar 4.3 Penggantian kWh Meter Elektronik
37
4.2 Pembahasan
4.2.1 Menghitung Tagihan Susulan
Tabel 4.1 Energi ketika keadaan setelah diperbaiki
ER ES ET IR IS IT Power
Factor
39
didapat dari perhitungan.
Tabel 4.2 Selisih antara data terukur dengan data yang dihitung
No. Uraian Data terukur Data terhitung Selisih
1. kWh 3335 kWh 3,517 kWh 182 kWh
2. Biaya Rp 5.260.382 Rp 5.547.454,76 Rp 287.072,76
Setelah dilakukan perhitungan dari data yang didapat, maka hasilnya dapat
dibandingkan dengan hasil yang telah ada di PLN. Seperti terlihat pada tabel
4.2, dari segi energi perbandingannya sebesar 182 kWh, sedangkan dari segi
biaya sebesar Rp 5.547.454,76. Hal ini dikarenakan perhitungan yang
digunakan oleh pihak PLN berbeda dengan perhitungan yang digunakan
penulis. Pihak PLN menghitung tagihan susulan dengan menarik pemakaian 3
bulan terakhir, lalu di cari rata rata pemakaian/ bulan dan di kurangi dengan
tagihan di bulan april. Sedangkan penulis menghitung data dari tegangan, arus
dan Power Factor yang terbaca dari AMR.
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan perhitungan susut akibat meter
stop pada pelanggan B2 dengan tarif daya sebesar 16500 VA dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengukuran energi listrik dengan menggunakan sistem AMR dapat
mendeteksi secara cepat kelainan pengukuran yang dapat menyebabkan
tidak terukurnya pemakaian energi pada pelanggan. Sehingga langkah
perbaikan dapat dilakukan.
2. Dari hasil perhitungan energi (kWh) pada kasus meter stop pada
pelanggan B2 dengan tarif daya sebesar 16500 VA menyebabkan tidak
terukuranya energi sebesar 3.517 kWh.
3. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, pada kasus meter stop pada
pelanggan golongan B2 dengan tarif daya sebesar 16500 VA
menyebabkan pelanggan harus membayar tagihan susulan sebesar
Rp 5.547.454,76.
5.2 Saran
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan perhitungan susut akibat meter
stop pada pelanggan B2 dengan tarif daya sebesar 16500 VA, maka penulis
memberikan saran agar :
Studi ini dapat dilanjutkan kembali dengan melakukan penelitian akibat
kesalahan-kesalahan didalam meter elektronik dengan sistem AMR, sehingga
diketahui pengukuran energi listrik yang tidak akurat.
41
DAFTAR PUSTAKA
Elisa Agustina, Alvina Fitri Amalia. “Penurunan Susut Non Teknis Pada
Jaringan Distribusi Menggunakan Sistem Automatic Meter Reading Di PT.PLN
(PERSERO)”. Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Data Personal
NIM : 201771047
Nama : Dimas Arif Rafiqi
Tempat / Tanggal Lahir : Metro / 18 Mei 1999
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Program Studi : DIII Teknik Elektro
Alamat : Dusun 1 RT 001 / RW 001,Kec.Metro Kibang,
Kab.Lampung Timur, Lampung
Nomor Telepon : 085768983225
Email : dimasarif482@gmail.com
NIM : 2017-71-047
Jenjang : Diploma
Judul Tugas Akhir : Studi Kerugian Energi Akibat Kwh meter Blank Pada
Pelanggan 16500 VA di PT.PLN (Persero) UP3 Metro
NIM : 2017-71-047
Jenjang : Diploma