TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penelitian akan menyajikan beberapa konsep dasar tinjauan pustaka
Hipotermia 4) Konsep Sikap, 5) Konsep Pecinta Alam (UKM Mapala), 6) Kerangka Konsep,
7) Hipotesis Penelitian.
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensori,
terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap suatu objek melalui panca indra yang dimilikinya. Panca indra manusia guna
penginderaan terhadap objek yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan.
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian besar
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang menjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap satu objek tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap
yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Pengetahuan merupakan faktor
pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal, maka ia cenderung mengambil keputusan yang
lebih tepat berkaitan dengan masalah dibandingkan dengan mereka yang pengetahuan rendah
(Masyudi, 2018).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau sebelumnya,
sesuatu spesifik dari seluruh badan uang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima, oleh karena itu tahu ini merupakan pengetahuan yang lebih rendah.
2) Memahami (comprehension)
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan suatu kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada
4) Analisa (analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
5) Sintesis (synthesis)
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkiatan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terbuka (over berhavior) perilaku yang didasari pengetahuan yang bersifat langgeng
(Induniasih dan Ratna Wahyu, 2018). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu :
1) Tingkat Pendidikan
seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak
dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula
mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
2) Informasi
Mempunyai sumber informasi yang lebih akan mempunyai pengetahuan yang lebih
3) Budaya
Budaya dalam tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebersihan lingkungan.
4) Pengalaman
Pengalaman sesuatu yang dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang
sesuatu yang bersifat informal. Ada kemungkinan pengalaman yang baik seseorang
akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut
menyenangkan maka, secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam
emosi sehingga menimbulkan sikap yang positif, sosial, ekonomi, tingkat kemampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup semakin tinggi tingkat sosial ekonomi
akan menambah tingkat pengetahuan, hal ini disebabkan oleh sarana prasarana serta
biaya yang dimiliki untuk mencari ilmu pengetahuan yang terpenuhi. Usaha
status ekonomi baik. Ini akan memenuhi pemenuhan seseorang tentang berbagai hal.
wawancara atau angket yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan responden yang meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi. Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay
dan pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda, (multiple choice), betul-salah
salah. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor yang diharapkan
(tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase kemudian digolongkan
menjadi 3 kategori yaitu kategori baik (76-100%), sedang atau cukup (56-75%) dan kurang
merupakan bagian dari perilaku kesehatan apabila masyarakat tidak tahu maka akan
diantaranya yaitu :
pada diri seseorang dalam bentuk pengalaman dan berisiko faktor-faktor yang tidak
bersifat nyata seperti keyakinan pribadi perpektif dan prinsip. Biasanya pengalaman
seseorang sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis maupun lisan.
Pengetahuan implisit dapat berisi kebiasaan dan budaya bisa tidak disadari oleh
seseorang.
didokumentasikan atau tersimpan dalam wujud nyata dapat juga wujud perilaku
dengan kesehatan.
Pengetahuan dapat diperoleh dengan beberapa cara. Menurut Riadi (2013) pengetahuan
1) Cara Tradisional
a. Cara coba salah ini digunakan untuk melakukan semua kemungkinan yang
terjadi jika kemungkinan salah maka bisa mencegah kemungkinan yang lain.
b. Cara kekuasaan atau otoritas sumber pengetahuan melalui cara kekuasaan atau
otoriter dapat dilakukan atau ditemukan oleh seseorang yang memiliki otoritas
baik berupa pemimpin dan masyarakat tanpa menguji dan menguji kebenaran
2) Cara Modern
Cara modern ini adalah cara memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan metode
ilmiah atau metodelogi penelitian terhadap sesuatu yang ingin diketahui. Metode yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan antara lain : metode buzz Group,
Pertolongan pertama adalah tindakan pemberian perawatan pertama pada saat terjadi
kecelakaan, sakit atau keadaan gawat darurat dengan cepat dan tepat sebelum mendapatkan
Pemberian pertolongan pada korban harus cepat dan tepat dengan menggunakan sarana
dan prasarana yang ada ditempat kejadian, tindakan pertolongan pertama yang dilakukan
dengan benar akan menggurangi kecacatan atau penderitaan pada korban bahkan
menyelamatkan korban dari kematian, tetapi apabila tindakan pertolongan pertama dilakukan
tidak benar dapat memperburuk kondisi korban akibat tindakan yang salah dalam pemberian
ditunjukan agar kondisi korban tidak semakin parah yang bisa berujung pada
kematian.
3. Memberikan rasa nyaman pada korban atau penderita. Sebab, pertolongan yang
diberikan pada hakekatnya tidak hanya memberikan rasa nyaman pada korban namun
juga bisa menjadi salah satu media agar korban bisa sembuh lebih cepat. Setidaknya
Prinsip dari pertolongan pertama pada korban yang mengalami hipotermia ringan-
sedang adalah mempertahankan kondisi suhu tubuh agar pengeluaran panas tidak
semakin buruk dan tetap menjaga kestabilan tubuh. Menurut New Zaeland Mountain
Safety Resorce (2014) yang harus dilakukan dalam menangani hipotermia ringan-
sedang adalah :
b. Bila pakaian korban basah, lepas dan ganti dengan pakaian yang kering.
c. Berikan selimut atau bila ada berikan thermal blanket untuk mengisolasi panas
e. Berikan penghangat tambahan seperti api unggun, atau kompres air hangat
dengan cara memberikan botol yang diisi air hangat atau menempelkan benda
hangat pada bagian arteri seperti leher, ketiak, atau diantara kedua paha.
f. Berikan asupan makanan dan minuman manis yang hangat untuk membantu
g. Jaga kesadaran korban dengan mengajak bicara. Jangan sampai korban tertidur
2. Hipotermia Berat
Pemberian pertolongan pertama pada saat kondisi darurat pada penderita hipotermia
berat adalah mencegah peningkatan jumlah panas yang keluar, karena bagaimanapun
panas yang dihasilkan dari dalam tubuh lebih efektif meningkatkan suhu inti
dibandingkan suhu panas dari luar (New Zaeland Mountain Safety Resorce, 2014).
Menurut (New Zaeland Mountain Safety Resorce, 2014) pertolongan pertama yang
d. Apabila pakaian korban basah, ganti dengan pakaian kering dan berikan jaket
agar hangat.
e. Bungkus seluruh tubuh dengan selimut, thermal blanket dan sleeping bag
f. Berikan kompres hangat dengan menggunakan botol yang diisi air hangat
atau benda yang dihangatkan pada bagian leher, kedua ketiak, dan diantara
kedua paha.
i. Bila tanda vital tidak dapat diukur atau korban mengalami henti jantung, maka
Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi kurang dari 35ºC atau 95ºF
secara involunter. Lokasi pengukuran suhu inti tubuh mencakup rektal, esofageal, atau
membran timpani, yang dilakukan secara benar (Tanto, 2014). Menurut Hardisman (2014),
hipotermia didefinisikan bila suhu inti tubuh menurun hingga 35ºC (95ºF) atau dapat lebih
rendah lagi.
Menurut Setiati (2014), hipotermia disebabkan oleh lepasnya panas karena konduksi,
konveksi, radiasi, maupun evaporasi. Local cold injury dan frostbite timbul karena hipotermia
berikut :
1. Hipotermia primer, terjadi apabila produksi panas dalam tubuh tidak dapat
mengimbangi adanya stres dingin, terutama bila cadangan energi dalam tubuh sedang
istilah hipotermia dengan frost bite (cedera jaringan akibat kontak fisik dengan benda
obat tertentu yang menyebabkan penurunan suhu tubuh. Berbagai kondisi yang
pembekuan jaringan tubuh. Faktor resiko cedera dingin meningkat pada orang tua, anak-anak,
dan pecandu alkohol. Tingkat keparahan cedera dingin bergantung pada suhu, lama
pemaparan, kondisi lingkungan, jumlah pakaian pelindung, dan keadaan umum pasien saat
itu. Kerentanan terhadap cedera dingin meningkat oleh faktor yang dapat meningkatkan
2. Dehidrasi
6. Kelembaban
Gejala hipotermia bervariasi tergantung tingkat keparahan cedera dingin. Tanda dan
gejala berupa kesemutan, mati rasa, perubahan warna dan tekstur kulit (Hardisman, 2014).
Gejala klinis yang serting terjadi berdasarkan kategori hipotermia, menurut Setiati (2014)
antara lain :
Pucat, terasa dingin saat disentuh, mati rasa terutama pada bagian ekstermitas, respon
menurun sampai dibawah 30ºC maka korban tidak dapat melakukan relek mengigil.
Penderita tidak sadar dan tidak merespon, kaku otot, detak jantung lemah dan tidak
Menurut Setiati (2014), tubuh menghasilkan panas melalui metabolisme makanan dan
minuman, metabolisme otot, dan reaksi kimia. Panas tubuh hilang melalui beberapa cara,
yaitu :
1. Radiasi : berpengaruh hingga 65% terhadap kehilangan panas tubuh. Kepala yang
2. Konduksi : pindahnya panas ke objek terdekat dengan suhu yang lebih rendah. Hanya
sedikit panas tubuh yang hilang melalui konduksi, tetapi pakaian basah
menghilangkan panas tubuh 20 kali lipat lebih besar. Berendam di air dingin
4. Evaporasi : hilangnya panas melalui cairan tubuh yang menjadi gas. Keringat dan
Respons pertama tubuh untuk menjaga suhu agar tetap normal (37 ºC) adalah dengan
gerakan aktif maupun involunter seperti menggigil. Pada awalnya kesadaran, pernapasan, dan
sirkulasi juga masih normal. Namun, seluruh sistem organ akan mengalami penurunan fungsi
sesuai dengan kategori hipotermia. Komplikasi berat seperti fibrilasi atrium akan terjadi
apabila suhu inti tubuh kurang dari 32ºC. Namun, bila belum ada tanda instabilitas jantung,
kondisi ini belum memerlukan penanganan khusus. Risiko henti jantung kemudian akan
meningkat apabila suhu inti tubuh menurun di bawah 32ºC, sangat meningkat apabila suhu
kurang dari 28ºC (konsumsi O₂ dan frekuensi nadi telah menurun 50%) (Tanto, 2014).
Sikap merupakan suatu respon atau reksi yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan. Sikap adalah
kecenderungan yang berasal dari individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu
terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tertentu. Sikap tidak dapat
dilihat tetapi ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap adalah reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Mengatakan bahwa sikap adalah suatu
kecenderungan untuk merespons, baik secara positif maupun negatif, terhadap seseorang,
situasi, maupun objek tertentu. Sikap dapat diartikan sebagai suatu penilaian emosional atau
efektif (berupa perasaan senang, benci, sedih), kognitif atau pengetahuan tentang suatu objek,
dan konatif atau kecenderungan bertindak (Induniasih dan Ratna Wahyu, 2018).
Menurut Azwar, Syaifuddin (2017), Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Selain itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara real
dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan, kayakinan, pikiran,
pengalaman pribadi, kebutuhan emosional dan informasi dari orang lain. Misalnya,
Komponen ini merujuk pada dimensi emosional subjek individu, terhadap objek
sikap, baik yang positif (rasa senang) maupun negatif (rasa tidak senang), Reaksi
emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai suatu yang benar
terhadap suatu objek sikap tertentu. Misalnya, individu senang (sikap positif) terhadap
profesi keperawatan.
3) Komponen Konatif
Disebut juga komponen perilaku, yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan
Bloom (dalam Budiman dan Riyanti, 2013), membagi sikap dalam 5 tahap antara lain :
1) Menerima
Tahapan menerima merupakan tahapan awal dalam sikap yaitu kepekaan seseorang
dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepadanya dalam
Tahap ini merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melibatkan
dirinya secara aktif dalam suatu fenomena tertentu dan melakukan suatu reaksi
3) Menilai
penghargaan terhadap suatu objek sehingga apabila suatu objek tersebut tidak
4) Mengelola
Tahap sikap mengelola adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga muncul nilai
baru yang universal sehingga dapat membawa pada perbaikan secara umum.
5) Menghayati
Tahap sikap menghayati adalah tahapan sikap yang tertinggi dimana keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya. Dalam proses internalisasi nilai telah mendapatkan tempat tertinggi
dalam hierarki nilai yang telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah
mempengaruhi emosinya.
1) Faktor fisiologis : faktor yang penting dalam faktor fisiologis adalah umur dan
yang dialami oleh individu terhadap objek sikap berpengaruh terhadap sikap individu
3) Faktor kerangka acuan : kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap akan
4) Faktor sosial : informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan
Sikap memiliki beberapa ciri tersendiri. Pada prinsipnya, ciri sikap menurut beberapa
ahli memiliki kesamaan. Gerungan, Ahmadi, Sarwono, dan Walgito (dalam Drs. Sunaryo,
2013).
1) Sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dipelajari (learnability) dan dibentuk
2) Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga
dapat dipelajari.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, namun selalu berhubungan dengan objek sikap.
4) Sikap dapat bertuju pada satu objek ataupun dapat bertujuan pada sekumpulan atau
banyak objek.
pengetahuan.
garis besar pengukuran sikap dibedakan menjaadi dua cara, yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Jenis-jenis pengukuran sikap secara langsung meliputi langsung berstruktur dan
1) Berstruktur
Cara dilakukan dengan mengukur sikap melalui pertanyaan yang telah disusun
sedemikian rupa dalam satu instrument yang telah ditentukan, dan langsung diberikan
sosial. Seseorang yang berasal dari satu golongan tertentu diharapkan pada
tersebut. Hal yang ditanyakan dalam instrumen ini adalah kesediaan mereka
sebagai teman sejawat, sebagai warga negara, sebagai tamu, dan tidak bersedia
“Tidak”. Misalnya, suku jawa terhadap dengan suku lain di Indonesia untuk
Appearing Intervals”. Skala yang disusun dalam skala ini merupakan dari
Nilai skala ini bergerak dari 0 sampai titik ekstrem bawah hingga 11 sebagai
bahwa masuk menjadi anggota PPNI adalah bermanfaat”. Nilai 0 adalah nilai
yang paling tidak setuju menjadi anggota PPNI, sedangkan nilai 11 adalah
disediakan adalah sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2),
sangat tidak setuju (1). Nilai 5 adalah nilai favorable (menyenangkan) dan
2) Tidak Berstruktur
Cara ini merupakan pengukuran sikap yang sederhana dan tidak melakukan persiapan
yang cukup mendalam, seperti mengukur sikap dengan wawancara bebas atau free
interview dan pengamatan langsung atau survey. Contoh : untuk mengetahui sikap
tersebut. Hasil wawancara dari dua daerah yang jumlah penduduk relatif sama
menunjukan bahwa daerah satu memiliki jumlah akseptor yang lebih dibanding
daerah yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa daerah yang memiliki jumlah akseptor
lebih banyak, sikap penduduknya cenderung lebih positif terhadap KB. Sementara itu,
pengukuran tidak langsung adalah pengukuran sikap dengan menggunakan tes. Pada
menggunakan skala berjenjang dalam membahas arti skala kata) yang berstandar.
Cara pengukuan sikap yang banyak digunakan adalah skala yang dikembangkan oleh
Menurut Duri (dalam Lintang, 2016: 450) kelompok pecinta alam mulai bermunculan
sekitar tahun 50. Kata pecinta alam sendiri mulai muncul pada 18 Oktober 1953, diusulkan
oleh Awibowo dan terciptanya nama perkumpulannya yaitu perkumpulan pecinta alam (PPA)
dengan maksud dari berdirinya perkumpulan tersebut adalah untuk meningkatkan dan
beranggotakan individu yang mempunyai kesamaan minat, kecintaan, dan kepedulian dengan
lingkungan sekitar. Peran pecinta alam sebagai organisasi yang sangat penting untuk
Mahasiswa pecinta alam terbentuk karena adanya Catur Dharma Perguruan Tinggi,
menumbuhkan, dan membina manusia yang berjiwa Pancasila. Dalam rangka mewujudkan
cita-cita tersebut. Mapala menggunakan alam sebagai srana pendidikan (Alfiqri, 2015).
Beberapa kegiatan Mapala di alam bebas dalam penelitian Pratama (2015) yang berjudul
“Perancangan Visual Panduan Pertolongan Pertama pada Kejadian Darurat saat Pendakian”,
yaitu :
a. Hiil walking atau fell walking, merupakan perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif
landai dan yang tidak atau belum membutuhkan peralatan khusus yang bersifat teknis.
b. Scrambling atau pendakian pada tebing-tebing yang tidak begitu terjal sehingga masih
relatif landai, bagi pemula biasanya dipasang tali untuk pengaman di jalur lintasan.
pendaki. Pada umumnya disebabkan oleh faktor ketinggian, cuaca, stamina pendaki, dan suhu
yang berlebihan atau ekstrem (terlalu panas atau terlalu dingin). Ada beberapa penyakit
tubuh secara drastis sehingga si korban mengalami halusinasi, gejalanya, antara lain
korban membuka baju, berbicara melantur, dan berperilaku seperti orang tidak waras.
gejalanya, antara lain pusing, mual, napas sesak, tidak nafsu makan, kedinginan,
badan lemas, jantung berdebar kencang, jika korban dibawa turun sampai pada
c. Dehidrasi, merupakan penyakit kekurangan cairan tubuh, biasanya ditandai dengan air
secukupnya sampai air kencing menjadi bening kembali, dan minum oralit sebagai
dalam menjalankan tugasnya, hal ini disebabkan otot kurang pemanasan, menahan
Kerangka kerja adalah tahapan atau langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah, mulai dari
penerapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal penelitian akan
Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat digambarkan secara skematik sebagai
berikut :
Faktor yang
mempengaruhi :
1. Tingkat
pendidikan Pengetahuan
2. Informasi
3. Budaya Baik
Pengetahuan
4. Pengalaman
dan sikap
tentang
Cukup
pertolongan
Faktor yang pertama
mempengaruhi : hipotermia
Kurang
1. Fiologis
2. Pengalaman Sikap
3. Kerangka
acuan
4. Komunikasi
sosial
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian.
Suatu pertanyaan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih yang diharapkan bisa
menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2014). Hipotesis dalam penelitian
ini adalah “Terdapat hubungan pengetahuan tentang pertolongan pertama hipotermia dengan