1. Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok
16424, Indonesia
2. Dosen Pembimbing
Email: robbiui.ui419@gmail.com
ABSTRAK
Dalam melakukan interaksi, penutur memiliki tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut, penutur
terkadang mengucapkan tuturan yang tidak sesuai dengan prinsip kerja sama, sehingga penutur melakukan
pelanggaran bidal percakapan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah pelanggaran bidal percakapan yang
sengaja (Flouting the Maxims) dilakukan oleh kedua tokoh utama (Harold dan Kumar), sehingga menimbulkan
variasi tujuan dari pelanggaran tersebut. Penelitian ini menganalisis percakapan dalam film Harold and Kumar
Go to White Castle. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan alasan melakukan pelanggaran bidal dalam
percakapan, mengungkapkan tujuan dan implikasi dari pelanggaran bidal, dan mengetahui hubungan antara
konteks dan pelanggaran bidal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif karena
sumber data analisis merupakan percakapan yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat. Teknik
pengumpulan data melalui teknik pengamatan dan pencatatan. Data dalam penelitian ini berjumlah 31
penggalan percakapan. Metode penelitian ini menggunakan teori Grice (1975) yaitu prinsip kerja sama bidal
percakapan dengan menjelaskan konteks dan pelanggaran bidal. Kesimpulan dari penelitian ini ditemukan 47
pelanggaran bidal. Kemudian, variasi tujuan yang ditemukan dari pelanggaran bidal percakapan dikelompokkan
ke dalam 5 kategori yaitu Ekspresif seperti menyenangkan hati, lelucon atau gurauan, menghibur, menenangkan,
meminta maaf, menjaga perasaaan, dan mengutarakan sesuatu, Komisif seperti memendam kekesalan,
menghindari bahaya, melindungi, menjaga reputasi, dan menyembunyikan, Representatif seperti meminta
bantuan, menyatakan putus asa, menolak, meyakinkan, menghindari amarah, dan menunjukkan, Direktif seperti
memberitahukan, menyatakan kejujuran, menyatakan keberanian, meminta penjelasan, menyelamatkan diri,
menegaskan, memprediksi, dan meminta klarifikasi, dan Indirektif seperti mengabaikan dan mengalihkan
pembicaraan. Korelasi yang muncul antara konteks dan pelanggaran bidal adalah sebab-akibat.
Kata Kunci : Prinsip Kerja Sama; Bidal Percakapan; Implikatur; Pelanggaran (Flouting the Maxims);
Situasi.
ABSTRACT
In a conversation, speakers have a certain purpose. To achieve the purpose, they sometimes intentionally flout
the maxims by saying something unmatched with the topic of the conversation. This is called flouting the
maxims in Co-operative Principle concept. The problem of this research is flouting the maxims deliberately to
achieve the purpose of the conversation by analyzing the context and the flouts of the maxims. This research
analyzes utterances on the movie Harold and Kumar Go to White Castle. This research aims to find out flout of
the maxims on the movie, reveal the implication and the purpose of flouting the maxims, and know the
correlation between context and flouting the maxims. This is a qualitative and descriptive research because the
data and the result of the research are not presented in forms of numbers or statistic. Moreover, the source of
data analysis is conversation explained in words or sentences form. Observing and note taking are the methods
in collecting the data. The data in this research are 31 conversations and each of the conversation is supported
by its context. Theory used in this research is Co-operative Principle, Implicature, and Conversational Maxims
introduced by Grice (1975). By analyzing the situation and flouting the maxims, the writer found 47 violations.
The writer also concludes there are variations of purposes found in this research which are classified into 5
Pendahuluan/Latar Belakang
Percakapan merupakan suatu interaksi yang terjadi dalam suatu pertukaran informasi antara
penutur dan mitra tutur. Untuk mengetahui bahwa suatu interaksi dapat dikatakan sebagai
percakapan, penulis mengutip pendapat dari Cook1 (1989) yang mengungkapkan bahwa
dalam percakapan memiliki beberapa pola yaitu: pertama, ketika percakapan tidak semata-
mata diharuskan dalam sebuah pekerjaan praktis atau berguna. Kedua, kekuasaan yang tidak
sejajar secara parsial disingkirkan. Ketiga, partisipan berskala kecil, maksudnya percakapan
hanya dapat terjadi jika semua partisipan dapat ikut terlibat dalam interaksi, seperti
percakapan antara dua partisipan. Keempat, giliran bicara cukup singkat. Kelima,
pembicaraan diutamakan bagi partisipan, bukan peserta di luar partisipan. Namun, beberapa
definisi tersebut kurang tepat, misalnya pada pola ketiga, kelemahannya adalah kesulitan
untuk membatasi jumlah partisipan yang ikut terlibat dalam sebuah percakapan karena
percakapan mungkin saja terjadi antara dua partisipan atau lebih, tetapi tidak dalam skala
ratusan bahkan ribuan partisipan. Kemudian pada pola keempat, kelemahannya adalah
kesulitan untuk menentukan giliran bicara dalam percakapan, seolah-olah percakapan itu
telah direncanakan seperti, dialog dalam film dan drama. Padahal percakapan merupakan hal
yang alami, mungkin saja ada yang berperan dominan atau pun hanya sedikit bicara, dan
lainnya.
Hymes (1974) juga melakukan pengamatan tentang percakapan, tetapi
pengamatannya lebih kepada unsur dalam percakapan bukan berdasarkan aspek yang harus
diperhatikan untuk menyebut sebuah interaksi sebagai percakapan. Dalam teorinya the
Ethnography of Communication, fokus dari penelitiannya adalah percakapan sebagai
pendekatan menuju analisis wacana yang dipandang dari aspek Antropologi dan Linguistik.
Teori ini terfokus pada perilaku komunikatif (sikap yang ditunjukkan dalam melakukan suatu
1
Guy Cook dalam bukunya DISCOURSE - Language Teaching: a scheme for teacher education berisikan
penjelasan serta gagasannya mengenai teori dan metode analisis wacana, dan mendemonstrasikan penggunaan
analisis tersebut ke bidang pengajaran dan pembelajaran.
2
Hymes (1972) dikutip dalam Coulthard, 1985 memberikan penjelasan mengenai konsep Speech Community.
3
Bahasa formal adalah bentuk bahasa menggunakan tatanan bahasa yang baku dalam suatu masyarakat,
biasanya digunakan pada situasi tertentu seperti, pada saat menyampaikan presentasi di sebuah rapat, pidato, dan
situasi formal lainnya.
4
Bahasa informal adalah bentuk bahasa menggunakan tatanan bahasa tidak baku atau biasa disebut bahasa
masyarakat, biasanya digunakan pada situasi informal seperti ngobrol, berdiskusi teman, dan lainnya.
5
Intonation adalah naik dan turun nada ketika mengucapkan tuturan.
6
Paralanguage adalah unsur bunyi yang difungsikan ketika melakukan percakapan seperti, bunyi panjang atau
bunyi pendek.
7
Body motion adalah menggerakkan anggota tubuh ketika melakukan percakapan.
8
Penggunaan prase
11
Used by permission of the author and publisher from H. Paul. Grice’s William James Lectures, delivered at
Harvard University in 1967, and to be published by Harvard University Press. Copyright 1975 by H. Paul.
Grice.
12
Christofferson memperkenalkan teori kebohongan. Ia berpendapat dalam realita, kebohongan dilakukan untuk
mengungkapkan beberapa tujuan.
13
Interlocutor adalah sebutan lain untuk mitra tutur atau lawan bicara
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu sumber data yang terdiri dari beberapa
percakapan atau dialog dalam film Harold and Kumar Go to White Castle. Penelitian ini
bersifat deskriptif yaitu berupa penjelasan rinci terhadap sumber data yang ditampilkan dalam
bentuk kalimat, bukan angka atau statistik. Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba
menganalisis percakapan dengan menggunakan konsep pelanggaran bidal (Flouting the
maxims) milik Grice (1975). Penulis memilih konsep tersebut karena pengamatan penulis
tidak hanya mengenai percakapannya saja, tetapi juga makna (Implicature) dan tujuan dari
setiap dialog yang diucapkan oleh Harold dan Kumar. Data penelitian ini adalah beberapa
percakapan yang melibatkan kedua karakter utama dalam film Harold and Kumar Go to
White Castle yaitu Harold dan Kumar. Apabila ada percakapan yang tidak melibatkan kedua
karakter utama ini, itu tidak termasuk data penelitian karena fokus dari penelitian ini adalah
ingin melihat cara kedua karakter utama tersebut melakukan pelanggaran bidal dan situasi
yang terlibat pada saat mereka melanggar bidal. Teknik pengambilan data menggunanakn
teknik pengamatan yaitu mengamati secara rinci pelanggaran bidal yang dilakukan oleh
Harold dan Kumar, dan teknik pencatatan yaitu setelah mendapatkan data yang tergolong
pelanggaran bidal, data tersebut akan dicatat dan dikelompokkan sesuai dengan jenis
pelanggaran bidalnya. Penulis melakukan analisis data dengan menggunakan beberapa
konsep dalam teori “Conversational Maxims” yaitu konsep Implicature dan Conversational
Maxims yang dibagi dalam empat kategori yaitu
1. Bidal kuantitas berhubungan dengan kuantitas dari informasi yang diberikan.
a. Buat kontribusimu sesuai dengan apa yang dianjurkan.
b. Jangan membuat kontribusimu terlihat lebih informatif daripada yang dianjurkan.
2. Bidal kualitas berhubungan dengan kualitas informasinya.
a. Jangan katakan yang menurutmu salah.
b. Jangan katakan yang kamu tidak ketahui atau informasi yang tidak memiliki bukti.
Pada bab ini, penulis menganalisis data yang telah dikelompokkan berdasarkan pelanggaran
bidal yang didukung oleh konteks. Data yang dianalisis dalam skripsi ini berjumlah 31 data.
Namun, dalam jurnal ini penulis hanya menjelaskan beberapa data yang mewakili masalah
dalam penelitian ini. Data tersebut dianalisis sesuai dengan dua pertanyaan besar yaitu
mengapa pelanggaran bidal itu dilakukan, dan adakah korelasi konteks terhadap bidalnya.
Pengambilan data dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: pertama, penulis menonton film
Harold and Kumar Go to White Castle. Kedua, data diambil dengan menentukan percakapan
yang melanggar setiap bidal. Ketiga, percakapan tersebut dikelompokkan ke setiap jenis
pelanggaran bidalnya yaitu kuantitas, kualitas, relevansi, dan cara. Tahap akhir, data
dikelompokkan lagi sesuai dengan konteksnya, dan kemudian dianalisis menggunakan
pendekatan Grice.
Setelah data telah dikelompokkan, data dianalisis menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut: Pertama, penulis menganalisis pelanggaran bidal dan jenis bidal yang
dilanggar dalam setiap percakapan dalam film tersebut. Kedua, setelah mengetahui jenis
pelanggaran bidalnya, penjelasan mengenai alasan atau implikasi pelanggaran bidal. Ketiga,
penulis mengamati konteks dari percakapan. Kemudian langkah terakhir adalah mengamati
tujuan dari pelanggaran bidal.
Data 1
Kumar hangs up the phone, and sits back down. Dr. Woodruff is stunned.
Dr. Woodruff : (a) //Mr. Patel, I am more than familiar with diarrhea. Do you actually
believe after the way you’ve just behaved that I would ever even
consider recommending you for admission?//
Kumar : (b) //no. I am gonna be honest with you. The only reason I’m applying
is so my dad will keep paying for my apartment. I really don’t have
a desire to go to med school.// (Bidal Relevansi)
Situasi pada percakapan data 1 adalah ketika Kumar menyetujui permintaan
ayahnya untuk mengikuti wawancara di salah satu institusi kesehatan. Kumar sebenarnya
telah mengatakan kepada ayahnya bahwa Ia tidak ingin melanjutkan sekolah pada jurusan
kesehatan, tetapi ayahnnya mengatakan bahwa Ia tidak akan memberikan fasilitas baik itu
uang, tempat tinggal, atau pun fasilitas lainnya kepada Kumar jika Ia tidak hadir pada
wawancara dengan Dr. Woodruff. Di dalam ruangan Dr. Woodruff, Kumar mendengarkan
Dr. Woodruff bercerita tentang masa perkuliahannya bersama ayah Kumar. Ia juga beberapa
Panik
Bingung Panik
Yakin
Kedua table di atas menunjukkan dalam keadaan atau situasi apakah Harold atau
Kumar melakukan pelanggaran bidal. Tabel di atas menjelaskan bahwa untuk Harold:
pertama, Ia melakukan pelanggaran bidal kuantitas pada saat situas takut, tertekan, bingung,
panik, dan bahagia. Kedua, Harold melakukan pelanggaran bidal kualitas pada saat situasi
bingung, khawatir, bahagia, takut, tertekan, dan panik. Ketiga, Harold melakukan
pelanggaran bidal relevansi pada saat situasi kecewa, bingung, panik, dan takut. Keempat,
Harold melakukan pelanggaran bidal cara pada saat situasi marah. Lain halnya dengan
Kumar yaitu pertama, Ia melakukan pelanggaran bidal kuantitas pada saat situasi jujur,
bahagia, marah, percaya diri, panik, bingung, dan yakin. Kedua, Kumar melakukan
pelanggaran bidal kualitas pada saat situasi bahagia, kesal, bersalah, panik, dan yakin. Ketiga,
Kumar melakukan pelanggaran bidal relevansi pada saat situasi jujur, bahagia, marah,
bingung, panik, dan yakin. Keempat, Kumar melakukan pelanggaran bidal cara pada saat
situasi bersemangat, bahagia, marah, panik, dan bingung.
Kesimpulan
Setelah melakukan analisis data penelitian pada bab sebelumnya, penulis mendapatkan
beberapa jawaban atas pertanyaan penelitian yang penulis ajukan untuk penelitian ini.
Kesimpulan dari penelitian ini setelah mengamati secara sistematis situasi percakapan, situasi
Saran
Walaupun telah banyak penelitian yang mengacu kepada percakapan dan bidalnya, masih
banyak hal yang dapat dikaji dalam penelitian percakapan, untuk kali ini, penulis meneliti
bidal dan konteks, dan penulis menemukan adanya korelasi nyata antara konteks dan bidal
yaitu korelasi sebab-akibat. Namun, penuis mengharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti
lebih mendalam mengenai percakapan atau pun pelanggaran bidal.
Daftar Referensi
Cook, Guy. 1989. Discourse: Language Teaching. Oxford: Oxford University Press.
Duncan, S. 1973. Towards a Grammar for Dyadic Conversation. Semiotica (9)
Duncan, S. 1974. On the Structure of Speaker-Auditor Interaction during Speaking Turns.
Language in Society 3 (2).