Anda di halaman 1dari 39

-i-

PEDOMAN PELAYANAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAGAKARSA

JL.Moh. Kahfi I No. 27A Kecamatan Jagakarsa Jakarta


Selatan Telp. (021) 78882455, 22708072, 78882476 Fax :
(021) 22708072
Email: rsukecjagakarsa@gmail.com
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAGAKARSA
DINAS KESEHATAN PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


JAGAKARSA

NOMOR 52 TAHUN 2022

TENTANG

PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR NO 38 TAHUN 2019


TENTANG PEDOMAN PELAYANAN UNIT IGD

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAGAKARSA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


Rumah Sakit Umum Daerah Jagakarsa, maka perlu
dibentuk Komite Keperawatan;
b. Bahwa agar Komite Keperawatan di Rumah Sakit
Umum Daerah Jagakarsa dapat bekerja dengan baik,
perlu didukung dengan kebijakan Direktur Rumah
Sakit Umum Daerah Jagakarsa sebagai acuan dalam
menjalankan dan menerapkan Tugas dan Fungsi
Komite Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Jagakarsa;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Jagakarsa
Mengingat : 1. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun


2009 tentang Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/ 1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/ Menkes/Per/VII/2011 tentang
Keselamatan pasien rumah sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 56 Nomor 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit;
7. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 1024
Tahun 2014 tentang Penetapan Pusat Kesehatan
Masyarakat menjadi Rumah Sakit Umum Kelas D;
8. Keputusan Kepala Badan Layanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi DKI Jakarta,nomor 3/2.11/31/-177/2015
TTg Izin operasional Rumah Sakit Umum Jagakarsa
Kelas D;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH JAGAKARSA TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN UNIT IGD
KESATU : Kebijakan pedoman pelayanan unit IGD pada Rumah
Sakit Jagakarsa sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini

KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan


pedoman pelayanan pada RSUD Jagakarsa
dilaksanakan oleh Ka. Sie Pelayanan Medik dan Ka.
Sie. Keperawatan & Penunjang.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal, 25 Juli 2022
Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Jagakarsa

FIENA FITHRIAH
NIP 197303142006042018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang


dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai
dengan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit yang
memberi penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cidera, yang
membutuhkan perawatan gawat darurat (Queensland Health ED, 2012).

Sedangkan menurut Permenkes RI No. 47 tahun 2018, IGD merupakan


salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang menyediakan penanganan awal
(bagi pasien yang datang langsung ke rumah sakit)/lanjutan (bagi pasien rujukan
dari fasilitas pelayanan kesehatan lain), menderita sakit ataupun cedera yang
dapat mengancam kelangsungan hidupnya. IGD memiliki tujuan utama untuk
menerima, melakukan triage, menstabilisasi, dan memberikan pelayanan
kesehatan akut untuk pasien, termasuk pasien yang membutuhkan resusitasi
dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu (Australasian College for
Emergency Medicine, 2014).

Secara garis besar kegiatan di IGD rumah sakit secara umum terdiri dari : 1)
Menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan menangani
kondisi akut atau menyelamatkan nyawa dan/atau kecacatan pasien. 2)
Menerima pasien rujukan yang memerlukan penanganan lanjutan/definitif dari
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. 3) Merujuk kasus-kasus gawat darurat
apabila rumah sakit tersebut tidak mampu melakukan layanan lanjutan
(Permenkes RI No. 47 tahun 2018).

Fasilitas Pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas, Klinik, maupun RS di era


pandemi COVID-19 akan sangat berbeda dengan sebelum adanya COVID-19.
Rumah Sakit perlu menerapkan prosedur screening lebih ketat dalam hal
penerimaan pasien, pembatasan pengunjung/pendamping pasien, kewaspadaan
standar protokol PPI juga harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur, dan
bahkan memisahkan pelayanan untuk pasien COVID-19 dan non COVID-19 agar
memberi rasa aman dan nyaman kepada pasien, penunggu/pengunjung,
maupun petugas kesehatan yang sedang bekerja serta mengurangi terjadinya
resiko infeksi nosokomial di Rumah Sakit.

6
Di Indonesia kasus COVID-19 pertama kali diumumkan pada tanggal 2 Maret
2020 sebanyak 2 kasus dan sampai saat ini kasus COVID-19 semakin hari
semakin bertambah. Pada tanggal 20 Februari 2021 jumlah orang yang diperiksa
sebesar 6.871.210 jiwa dengan kasus terkonfirmasi 1.271.353 jiwa, kasus
sembuh 1.078.840 jiwa, dan kasus meninggal 34.316 (CFR 2,7 %). Provinsi
dengan kasus terkonfirmasi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan
Jawa Tengah (http://infeksiemerging.kemkes.go.id). Meningkatnya jumlah kasus
harian di Indonesia menyebabkan fasilitas kesehatan terutama RS rujukan
COVID-19 menjadi “kewalahan” dengan banyaknya temuan kasus COVID-19
yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD), sementara kapasitas ruang isolasi
di IGD terbatas.

Kebijakan Rumah Sakit saat pandemi COVID-19 ini pada umumnya


mewajibkan dilakukan screening pada pasien yang akan berobat baik melalui
Poliklinik maupun IGD. Untuk itulah diperlukan modifikasi pelayanan IGD di era
pandemi COVID-19 ini supaya menjamin rasa aman, nyaman, dan juga
mengurangi resiko terjadinya infeksi silang baik pasien, penunggu, maupun
tenaga kesehatan yang bertugas

1.2 Tujuan pedoman

1.3 Ruang lingkup pelayanan


Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :

1. Pasien dengan kasus True Emergency


Yaitu pasien yang tiba - tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya

2. Pasien dengan kasus False Emergency yaitu pasien dengan :


- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat

- Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya

- Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

3. Pasien dengan kasus suspect COVID-19, probable COVID-19 dan


terkonfirmasi COVID-19

1.4 Batasan operasional


1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan d rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama
pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu
dengan melibatkan berbagai multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi.
Instalasi Gawat Darurat harus bekerjasama dengan Instalasi Pelayanan

7
medis terkait yang ada di dalam maupun di luar instalasi pelayanan
kesehatan tersebut. Baik pra rumah sakit maupun rumah sakit dalam
menyelenggarakan terapi definitif. Dalam pelayanannya instalasi gawat
darurat tidak diperkenankan menolak pasien kegawat daruratan karena
alasan pembiayaan.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma / penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera pada pintu depan IGD terhadap
kondisi yang mengancam jiwa, tanpa melihat alat dan bila perlu dengan
melihat pernafasan, denyut nadi dan status mental.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan - perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak
segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat ) bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba - tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dan sebagainya
10. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan
sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasfikasikan menurut :
1. Tempat kejadian :
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan

8
 Kecelakaan di sekolah
 Kecelakaan di tempat - tempat umum lain seperti halnya : tempat
rekreasi, perbelanjaan, di area olahraga, dan lain - lain
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat,
terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time)
b. Waktu bekerja, wakbu sekolah, waktu berrnain dan lain-lain
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecetakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan
dan salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
 Susunan saraf pusat
 Pernafasan
 Kardiovaskuler
 Hati
 Ginjal
 Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
 Trauma/cedera
 Infeksi
 Keracunan ( poisoning )
 Degerenerasi (failure)
 Asfiksia
 Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar, excessive loss of
water and electrolit )
 Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 - 6 ),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian
dalam waktu yang lama. Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat
ditentukan oleh :
 Kecepatan menemukan penderita gawat darurat

9
 Kecepatan meminta pertolongan
 Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
 Ditempat kejadian
 Dalam perjalanan ke rumah sakit
 Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
1.5 Landasan hukum
1. Undang – undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang – undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
3. Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
5. Undang – undang No 1438 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
6. Peraturan Menteri Kesehatan No 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan No 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan
8. Peraturan Gubemur Provinsi DKl Jakarta Nomor 1024 tentang penetapan
pusat kesehatan masyarakat kecamatan menjadi Rumah Sakit Umum
Jagakarsa tipe D
9. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Terpadu satu pintu Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta No. 3/2. 11/31/-1.77/2015 tahun 2015 tentang izin
operasional Rumah Sakit Umum Jagakarsa Tipe D .

BAB II STANDAR KETENAGAAN


2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Pola ketenagaan dan kualifikasi Sumber Daya Manusia IGD adalah :

Kualifikasi
No Profil Tenaga IGD Keterangan
Formal
1 Ka.lnstalasi Gawat Darurat Dokter Spesialis Bersertifikat
ATLS/ACLS
2 Kasatpel Keperawatan Ners Bersertifikat
Keperawatan BLS/BTCLS/ACLS
3 Ka Ruangan IGD Ners Bersertifikat
Keperawatan BLS/BTCLS/ACLS
4 Perawat Pelaksana IGD D III Bersertifikat
Keperawatan dan NersBLS/BTCLS/ACLS
keperawatan
5 Dokter pelaksana Dokter Umum Bersertifikat
ACLS/ATLS

10
6 Dokter Spesialis Semua jenis Bersertifikat / brevet
spesialis on sesuai bidang
call spesialisasi

2.2 Distribusi ketenagaan


Pola pengaturan ketenagaan instalasi Gawat Darurat yaitu :

a. Untuk Dinas Pagi :


Yang bertugas sejumlah 3 ( tiga ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS.

Kategori :

1 orang Ka Ru

2 orang Pelaksana

b. Untuk Dinas Sore :


Yang bertugas sejumlah 3 ( tiga ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS.

Kategori .

1 orang Penanggung Jawab Shift

2 orang Pelaksana

c. Untuk Dinas Malam :


Yang bertugas sejumiah 3 ( tiga ) orang dengan standar minimal
bersertifrkat BTCLS

Kategori .

1 orang Penanggung Jawab Shift

2 orang Pelaksana

2.3 Pengaturan jaga


a. Pengaturan Jadwal Jaga Dokter
Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Kepala
Instalasi Gawat Darurat dan disetujui oleh Kasie Pelayanan Medik.
- Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu
sebelum jaga di mulai.
- Pengaturan jaga dokter dalam 7 hari mendapat libur 2 hari. Dalam
seminggu jam kerja 37,5 jam
- Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
1. Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3

11
hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk
dokter jaga pengganti.
2. Untuk yang tidak terencana, dolder yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan
dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter
jaga pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat
wajib untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oieh
dokter jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga
ruangan. Apabila dokter jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter
jaga shift sebelumnya wajib untuk menggantikan ( Prosedur
pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai SPO terlampir).

b. Pengaturan Jaga Perawat IGD


1. Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung
jawabkan oleh Kepala Ruang (Karu) IGD dan disetujui oleh Kasatpel
Keperawatan
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu butan dan
direalisasikan ke perawat pelaksana IGD setiap satu bulan.
3. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas
pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak
mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
4. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift
( PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan
masa kerja minimal 1 tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat
daruratan.
5. Jadwal dinas mengikuti surat edaran kepala dinas. Dalam 7 hari
kerja, mendapat libur 2 hari. Dalam seminggu jam kerja 37,5 jam
6. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga
tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka
Perawat yang bersangkutan harus memberitahu IGD : 2 jam sebelum
dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum
memberitahu Karu IGD, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah
mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang bersengkutan tidak
mendapatkan perawat pengganti, maka Kepala Ruangan IGD akan
mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur.
7. Apabila ada tenaga perawat tiba - tiba tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka Ka Ruangan IGD
akan mencari perawat pengganti yang hari itu libur atau perawat IGD
yang lepas malam. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka
perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.
12
(Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat IGD sesuai SPO terlampir).

c. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen


1. Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab
Ka. Komite Medik dengan persetujuan Kasie Pelayanan Medik.
2. Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 butan
serta sudah diedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang
bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
3. Jadwal jaga konsulen wajib disetujui dan di tandatangan dokter
konsulen
4. Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
 Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
mencari pengganti dokter spesialis yang sama dan wajib
menginformasikan ke Kasie Pelayanan Medik paling lambat 3
hari sebelum tanggal jaga.
 Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kasie Pelayanan Medik dan di harapkan
dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga konsulen
pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan,
maka Kasie Pelayanan Medik wajib untuk mencarikan dokter
jaga konsulen pengganti. ( Prosedur pengaturan jadwal jaga
dokter konsulen sesuai SPO terlampir).

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Denah Ruangan Terlampir
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
 IGD RSUD JAGAKARSA berlokasi di lantai I gedung utama yang
terdiri dari 2 zona yaitu zona infeksius dan zona non infeksius.
Didalamnya ada ruangan Triase, ruang resusitasi, ruang tindakan
bedah, ruangan tindakan non bedah dan ruangan isolasi. Seluruh
ruangan IGD sudah bertekanan negatif dengan magnahelic di
ruang isolasi.
 Ruangan resusitasi terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan
tindakan bedah terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan tindakan
non bedah terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan isolasi terdiri
dari 1 (satu) tempat tidur dan bertekanan negatif.
2. Fasilitas Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman
pelayanan Gawat Darurat Kementerian Kesehatan untuk penunjang
kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat Darurat. Alat yang harus
13
tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung
seperti bed side monitor dan defribrilator.
a. RUANG TRIASE
- Kit Pemeriksaan Sederhana
- Brankar Penerimaan Pasien
- Pembuatan Rekam Medik Khusus
- Label
b. RUANG TINDAKAN

A. Alat Untuk Ruang Resusitasi


1. Laringoscope set anak ( 1 set)
2. Laryngoscope set dewasa ( 1 set )
3. Mesin suction ( 1 set)
4. Oxigen lengkap dengan flowmeter (1 set )
5. Spuit semua ukuran ( masing - masing 10 buah )
6. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
7. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
8. Brankar fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang (1 buah )
9. Gunting besar (1 buah)
10. Defribrilator ( 1 buah )
11. Monitor EKG (1 buah )
12. Trolly Emergency yang berisi alat - alat untuk melakukan resusitasi ( 1 buah )
13. Ambu bag ( 1 buah )
14. Stetoskop dewasa dan anak ( masing - masing 1 buah )
15. Tensi meter ( 1 buah )
16. Thermometer ( 1 buah )
17. Tiang Infus ( 1 buah )
18. Infus Pump ( 1 set )
19. Syringe pump ( 1 set)
B. Alat - alat untuk ruang tindakan bedah
1. Bidai segala ukuran
2. Hecting set ( 4 set )
3. Lampu sorot ( 1 buah )
4. Kassa ( 1 tromel )
5. Ganti verban set (2 set)
6. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
- Cat gut 2/0 dan 3/0 (1 buah )
- Silk Black 2/0 ( 1 bush), 3/0 ( 1 buah )
7. Jarum ( I set )
8. Emergency lamp
9. Spuit sesuai kebutuhan ( 2.5 cc dan 5 cc )
14
10. Stomach tube/ NGT
- Nomor 12 ( 3 buah )
- Nomor 16 ( 3 buah )
- Nomor 18 ( 2 buah )
11. Spekulum hidung 1 buah
12. Infus set ( 1 buah )
13. Tiang infus ( 2 buah )
14. Dower Catheter segala ukuran
- Nomor 16 ( 2 buah )
- Nomor 18 ( 2 buah )
15. Verban etastik sesuai kebutuhan
- 6 inchi ( 1 buah )
- 4 inchi ( 2 buah )
- 3 inchi ( 1 buah )
16. Verban segala ukuran :
- 4x5 em (5buah)
- 4 x10 em ( 5 buah)
C. Alat - alat untuk ruang tindakan non bedah
1. Stomach tube I NGT
- Nomor 16 ( 2 buah )
- Nomor 18 ( 2 buah )
- Nomor 12 ( 3 buah )
2. Urine bag ( 3 buah )
3. Nebulizer ( 1 buah )
4. Mesin EKG ( 1 buah )
5. Infus set ( 1 buah )
6. IV catheter semua Nomor ( 1 set )
7. Tiang lnfus
8. Spuit sesuai kebutuhan :
- 1 cc (5buah)
- 2.5cc(5buah)
- 5 cc ( 5 buah )
- 10cc (5buah)
- 20 cc ( 3 buah )
- 50 cc ( 3 buah )
D. Alat - alat untuk ruang isolasi
1. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah )
2. HFNC set
3. Standar infus ( 1 buah )
4. Nebulizer
5. Bedside monitor

15
A. Alat - alat dalam trolly emergency
1. Obat Life saving :
a. Obat Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1 Epinefrin Ampul 2 Vasokonsriktor, henti jantung


2. Ca glukonas Ampul 1 Elektrolit
3. Deksamethason Ampul 5 Anti asmatic dan COPD
Preparations
4 Sulfas Atropin Ampul 5 Antikolinergik
5 Dopamin Ampul 1 Kondisi syok atau gagal jantung
6 Dobutamin Ampul 1 Kondisi syok atau gagal jantung
7 Stesolid 5 mg Tube 1 Minor Transquillizer
8 Stesolid 10 mg Tube 1 Minor Transquillizer
9 Diazepam Ampul 5 Minor Transquillizer
10 Furosemide Ampul 4 Diuretik
11 KCl Flacon 3 Elektrolit
12 Meylon 25 ml Flacon 1 Elektrolit
13 D 40% Flacon 3 glukosa tinggi
14 Aspilet Tablet 10 Anti trombolitik
15 Clopidogrel Tablet 10 Anti Fibrinolitik
16 ISDN Tablet 10 Anti angina, anti hipertensi
17 Amiodarone Tablet 10 Anti aritmia

3. Alat - Alat Kesehatan


 Ambu bag untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah )
 Oropharingeal airway
- Nomer 3 (2 buah )
- Nomor 4 ( 2 buah )
 Laringoscope dewasa & anak ( 1 set )
 Face mask ( 1 buah )
 Urine bag non steril ( 5 buah )
 Spuit semua ukuran
 Infus set ( 1 set)
 Endotracheal tube ( dewasa & anak )
- Nomor 2.5 ( 1 buah }
- Nomor 3 ( 1 buah )
- Nomor 4 ( 1 buah )
- Nomor 7 ( 1 buah )
- Nomor 7.5 ( 1 buah )
- Nomor 8 ( 1 buah )

16
 Slang oksigen sesuai kebutuhan
 Stomach tube / NGT
- Nomor 16 ( 2 buah )
- Nomor 18 ( 2 buah )
- Nomor 12 ( 3 buah )
 IV catheter sesuai kebutuhan
- Nomor 18 Cath / Terumo ( 2/ 2 buah )
- Nomor 20 Cath / Terumo ( 2/ 16 buah )
- Nomor 22 Cathy / terumo ( 2 f 11 buah )
 Neck Collar semua ukuran
 Suction catheter segala ukuran
- Nomor 10 ( 3 buah )
- Nomor 12 ( 2 buah )
F. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSUD JAGAKARSA saat ini
memiliki 2 ( satu ) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi
IGD dan bagian umum.
Fasifitas & Sarana untuk Ambulance
A. Perlengkapan Ambulance
1. Sirine
2. Lampu rotater
3. Sabuk pengaman
4. Sumber listrik / stop kontak
5. Lemari untuk alat medis
B. Alat & Obat
1. Stretcher ( 1 buah )
2. Scope ( 2 buah )
3. Piala ginjal ( 5 buah )
4. Tas Emergency yang berisi :
 Obat - obat untuk life saving
 Cairan infus RL, NaCL 0,9 % (5 / 10 kolf )
 Senter ( 1 buah }
 Stetoskop ( 1 buah )
 Tensimeter ( 1 buah )
 Oropharingeal air way
 Gunting verban ( 1 buah )
 Tongue Spatel ( 1 buah )
 Reflex hammer ( 1 buah)
 Infus set (1 buah )
 IV chateter ( Nomor 20, 18: 2: 2)
 Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah

17
3.1 Denah Ruang

18
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN


I. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat IGD
- Petugas Pendaftaran
II. Perangkat Kerja
- Status Medis
III. Tata Laksana Pendaftaran Paslen IGD
1. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga /
petugas IGD dibagian pendaftaran
2. Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan securiti untuk
mencari identitas pasien
3. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admisi akan memberikan
status untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
4. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan
pendaftaran
5. Bila keluarga tidak ada dan pasien membawa barang berharga maka
segera dilaporkan ke petugas keamanan untuk mengamankan barang
berharga
B. TATA LAKSANA SISTEM KOMUNIKASI IGD
I. Petugas Penanggung Jawab
Ka. Instalasi IGD
II. Petugas pelaksana
- Dokter IGD
- Perawat IGD
III. Perangkat Kerja
- Pesawat telepon
IV. Tata Laksana Sistern Komunikasi 1GD
1. Antara IGD dengan unit lain dalam RSUD JAGAKARSA adalah
dengan nomor extension masing-masing unit
2. Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait
dengan pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat
telephon langsung dari IGD
3. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan
menggunakan pesawat telephone dan handphone
4. Dari luar RSUD JAGAKARSA dapat langsung melalui operator
pesawat telepon langsung.
5. Pelaksanaan komunikasi dengan menggunakan standar komunikasi
RSUD JAGAKARSA
19
C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE
ALUR TRIAGE
I. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensimeter
- Status medis
III. Tata Laksana Pelayanan Triase IGD
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian pendaftaran
2. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap
dan menentukan prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama (I, tertinggi, emergency) yaitu mengancam jiwa
/ mengancam fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi
4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa /
fungsi vital, bila tidak segera ditangani datam waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di
ruang tindakan bedah I non bedah
5. Prioritas ketiga ( III rendah, non emergency ) yaitu memerlukan
pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan
bersifat terakhir. Pasien ditempatkan diruang non bedah
D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT
I. Petugas Penangung Jawab
- Dokter jaga lGD
II. Perangkat Kerja
- Formulir Persetujuan Tindakan
III. Tata Laksana Informed Consent
1. Dokter lGD yang sedang bertugas mejelaskan tujuan dari pengisian
informed consent pada pasien / keluarga pasien disaksikan oleh
perawat
2. Pasien menyetujui, infonned consent diisi dengan lengkap disaksikan
oleh perawat.
3. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

E. TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN


I. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat lGD
- Supir Ambulan
II. Perangkat Kerja
- Ambulan
- Alat Tulis

20
III. Tata Laksana Transportasi Pasien lGD
1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan RSUD
JAGAKARSA sebagai transportasi, maka perawat unit terkait
menghubungi supir ambulan untuk menuliskan data-data /
penggunaan ambulan (nama pasien ruang rawat inap, waktu
penggunaan & tujuan penggunaan
2. Supir ambulan akan menyiapkan kendaraan
3. Perawat unit terkait menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi
pasien.
F. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY
I. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat Admisi
- Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensi meter
- Alat Tulis
III. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admisi
2. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
4. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung
Jawab
5. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admission
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung
pulang
7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter.
G. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM
I. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas Rekam Medis
- Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
- Formulir Visum Et Repertum IGD
III. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
a. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak
kepolisian
b. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik
c. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter
jaga yang menangani pasien terkait
d. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh dokter maka pihak rekam
medik akan menyerahkan lembar yang asli pada pihak kepolisian

21
H. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL (DOA)
I. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter jaga IGD
- Petugas Satpam
II. Perangkat Kerja
- Senter
- Stetoscope
- EKG
- Surat Kematian
III. Tata laksana Death on Arrival (DOA )
Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD Bila dokter
sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah. Dokter
jaga IGD membuat surat keterangan meninggal. Jenazah dipindahkan /
diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian umum / keamanan

I. TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT


1. Petugas Penanggung Jawab Perawat IGD
2. Perangkat Kerja Ambulan Handphone
3. Tata Laksana Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
a. Dokter umum puskesmas memberikan informasi mengenai kondisi pasien
yang akan dibawa ke WA jejaring RSUD Jagakarsa
b. Isi informasi mencakup :
 Keadaan umum ( kesadaran dan tanda - tanda vital ) Peratatan yang
diperlukan di IGD ( suction, monitor, defibriflator )
 Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care
 Dokter jaga IGD & perawat IGD akan berkordinasi untuk menyiapkan
hal-hal yang dliperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari
petugas puskesmas.

J. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN


1. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter IGD
 Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
 Ambulan
 Formulir persetujuan tindakan
 Formulir rujukan
3. Tata Laksana Sistem Rujukan
# Alih Rawat
 Dokter umum IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk.
 Dokter jaga lGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit

22
rujukan mengenai keadaan umum pasien
 Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, maka perawat IGD akan
mempersiapkan untuk merujuk dengan menghubungi ambulans RS atau
ambulan AGD DINKES
# Spesimen
 Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan
spesimen
 Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
 Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas
laboratorium
 Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju

23
BAB V
LOGISTIK

Fisik Bangunan Instalasi Gawat Darurat JAGAKARSA :


1. Mudah dijangkau oleh masyarakat dari dalam dan dari luar rumah sakit
2. Mempunyai pintu masuk dan keluar yang beda dengan pintu utama ( alur masuk
kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar }
3. Ambulan yang membawa pasien dapat sampai di depan pintu
4. Pintu IGD dapat dilalui oleh brankar
5. Ruang triase dapat memuat 2 brankar
6. Memiliki area khusus parkir ambulance
7. Area dekontaminasi tertetak di belakang
8. Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien berada di samping IGD
9. Tersedia apotik 24 jam
10. Tersedia Laboratorium 24 jam
11. Tersedia Radiologi 24 jam
12. Memiliki ruang istirahat dokter dan perawat

24
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )Adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
- Asesemen resiko
- ldentifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
- Pelaporan dan analisis insiden
- Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
- Implementasi solusi untuk meminimalkan timbuinya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh :
- Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
- Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
- Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
- Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
C. Standar Keselamatan Pasien
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
D. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD ) ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasamya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah.
KTD yang tidak dapat dicegah Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC) Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau

25
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena " keberuntungan”
 Karena " pencegahan "
 Karena " peringanan “
KESALAHAN MEDIS Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL Sentinel Event ;
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata "sentinel” terkait dengan kaseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
E. Tata Laksana
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dater jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir pelaporan insiden
Keselamatan".

26
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap
hari ribuan anak berusia kurang dari 15 t ahun dan 14.000 penduduk
berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25%
terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan
kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna . Ledakan kasus HIV /AIDS terjadi akibat
masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran,
sementara potensi penularan dg :masyarakat cukup tinggi (misalnya melalui
perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan keselatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan
bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di indonesia pada
pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering
tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan
penyebaran infeksi dikenal melalui " Kewaspadaan Umum " atau "Universal
Precaution" yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menjadi ancaman bagi "Petugas Kesehatan".
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib
menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar
dapat bekerja maksimal.

II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menuiar dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip "Universal Precaution".

27
III. Tindakan yang beresiko terpajan
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
IV. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan
pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pernakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan

28
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di RSUD JAGAKARSA dalam memberikan pelayanan


adalah angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan varibel jumlah
penderita yang dilayani di bawah 5 ( lima ) menit.
Dalam pelaksanaan indicator mutu menggunakan laporan bulanan dalam format
tersendiri dan dievaiuasi serta dilaporkan setiap bulan pada bagian mutu dan kasie
pelayanan medik

29
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan di instalasi gawat darurat disusun dalam rangka


memberikan acuan bagi RSUD Jagakarsa dalam menyelenggarakan pelayanan yang
bermutu, aman, efektif dan efisien dengan mengutamakan keselamatan pasien.
Diharapkan dengan dukungan, kerjasama dan partisipasi dari semua pihak yang
terkait, pedoman ini dapat terlaksana dengan apa yang diharapkan demi terwujudnya
peningkatan mutu pelayanan RSUD Jagakarsa sesuai dengan visi dan misi Rumah
Sakit.

30
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum

BAB II
2

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


B. Distribusi Ketenagaan
C. Pengaturan Jaga

BAB III
3

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas

BAB IV
4

TATA LAKSANA PELAYANAN

BAB V
5

LOGISTIK

BAB VI
6

KESELAMATAN PASIEN

BAB VII
7

KESELAMATAN KERJA

BAB VIII
8

PENGENDALIAN MUTU

BAB IX
9

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai