PEDOMAN PELAYANAN
TENTANG
MEMUTUSKAN :
FIENA FITHRIAH
NIP 197303142006042018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit yang
memberi penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cidera, yang
membutuhkan perawatan gawat darurat (Queensland Health ED, 2012).
Secara garis besar kegiatan di IGD rumah sakit secara umum terdiri dari : 1)
Menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan menangani
kondisi akut atau menyelamatkan nyawa dan/atau kecacatan pasien. 2)
Menerima pasien rujukan yang memerlukan penanganan lanjutan/definitif dari
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. 3) Merujuk kasus-kasus gawat darurat
apabila rumah sakit tersebut tidak mampu melakukan layanan lanjutan
(Permenkes RI No. 47 tahun 2018).
6
Di Indonesia kasus COVID-19 pertama kali diumumkan pada tanggal 2 Maret
2020 sebanyak 2 kasus dan sampai saat ini kasus COVID-19 semakin hari
semakin bertambah. Pada tanggal 20 Februari 2021 jumlah orang yang diperiksa
sebesar 6.871.210 jiwa dengan kasus terkonfirmasi 1.271.353 jiwa, kasus
sembuh 1.078.840 jiwa, dan kasus meninggal 34.316 (CFR 2,7 %). Provinsi
dengan kasus terkonfirmasi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan
Jawa Tengah (http://infeksiemerging.kemkes.go.id). Meningkatnya jumlah kasus
harian di Indonesia menyebabkan fasilitas kesehatan terutama RS rujukan
COVID-19 menjadi “kewalahan” dengan banyaknya temuan kasus COVID-19
yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD), sementara kapasitas ruang isolasi
di IGD terbatas.
7
medis terkait yang ada di dalam maupun di luar instalasi pelayanan
kesehatan tersebut. Baik pra rumah sakit maupun rumah sakit dalam
menyelenggarakan terapi definitif. Dalam pelayanannya instalasi gawat
darurat tidak diperkenankan menolak pasien kegawat daruratan karena
alasan pembiayaan.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma / penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera pada pintu depan IGD terhadap
kondisi yang mengancam jiwa, tanpa melihat alat dan bila perlu dengan
melihat pernafasan, denyut nadi dan status mental.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan - perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak
segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat ) bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba - tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dan sebagainya
10. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan
sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasfikasikan menurut :
1. Tempat kejadian :
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
8
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat - tempat umum lain seperti halnya : tempat
rekreasi, perbelanjaan, di area olahraga, dan lain - lain
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat,
terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time)
b. Waktu bekerja, wakbu sekolah, waktu berrnain dan lain-lain
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecetakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan
dan salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
Susunan saraf pusat
Pernafasan
Kardiovaskuler
Hati
Ginjal
Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
Trauma/cedera
Infeksi
Keracunan ( poisoning )
Degerenerasi (failure)
Asfiksia
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar, excessive loss of
water and electrolit )
Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 - 6 ),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian
dalam waktu yang lama. Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat
ditentukan oleh :
Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
9
Kecepatan meminta pertolongan
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
Ditempat kejadian
Dalam perjalanan ke rumah sakit
Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
1.5 Landasan hukum
1. Undang – undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang – undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
3. Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
5. Undang – undang No 1438 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
6. Peraturan Menteri Kesehatan No 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan No 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan
8. Peraturan Gubemur Provinsi DKl Jakarta Nomor 1024 tentang penetapan
pusat kesehatan masyarakat kecamatan menjadi Rumah Sakit Umum
Jagakarsa tipe D
9. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Terpadu satu pintu Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta No. 3/2. 11/31/-1.77/2015 tahun 2015 tentang izin
operasional Rumah Sakit Umum Jagakarsa Tipe D .
Kualifikasi
No Profil Tenaga IGD Keterangan
Formal
1 Ka.lnstalasi Gawat Darurat Dokter Spesialis Bersertifikat
ATLS/ACLS
2 Kasatpel Keperawatan Ners Bersertifikat
Keperawatan BLS/BTCLS/ACLS
3 Ka Ruangan IGD Ners Bersertifikat
Keperawatan BLS/BTCLS/ACLS
4 Perawat Pelaksana IGD D III Bersertifikat
Keperawatan dan NersBLS/BTCLS/ACLS
keperawatan
5 Dokter pelaksana Dokter Umum Bersertifikat
ACLS/ATLS
10
6 Dokter Spesialis Semua jenis Bersertifikat / brevet
spesialis on sesuai bidang
call spesialisasi
Kategori :
1 orang Ka Ru
2 orang Pelaksana
Kategori .
2 orang Pelaksana
Kategori .
2 orang Pelaksana
11
hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk
dokter jaga pengganti.
2. Untuk yang tidak terencana, dolder yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan
dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter
jaga pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat
wajib untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oieh
dokter jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga
ruangan. Apabila dokter jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter
jaga shift sebelumnya wajib untuk menggantikan ( Prosedur
pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai SPO terlampir).
15
A. Alat - alat dalam trolly emergency
1. Obat Life saving :
a. Obat Injeksi
16
Slang oksigen sesuai kebutuhan
Stomach tube / NGT
- Nomor 16 ( 2 buah )
- Nomor 18 ( 2 buah )
- Nomor 12 ( 3 buah )
IV catheter sesuai kebutuhan
- Nomor 18 Cath / Terumo ( 2/ 2 buah )
- Nomor 20 Cath / Terumo ( 2/ 16 buah )
- Nomor 22 Cathy / terumo ( 2 f 11 buah )
Neck Collar semua ukuran
Suction catheter segala ukuran
- Nomor 10 ( 3 buah )
- Nomor 12 ( 2 buah )
F. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSUD JAGAKARSA saat ini
memiliki 2 ( satu ) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi
IGD dan bagian umum.
Fasifitas & Sarana untuk Ambulance
A. Perlengkapan Ambulance
1. Sirine
2. Lampu rotater
3. Sabuk pengaman
4. Sumber listrik / stop kontak
5. Lemari untuk alat medis
B. Alat & Obat
1. Stretcher ( 1 buah )
2. Scope ( 2 buah )
3. Piala ginjal ( 5 buah )
4. Tas Emergency yang berisi :
Obat - obat untuk life saving
Cairan infus RL, NaCL 0,9 % (5 / 10 kolf )
Senter ( 1 buah }
Stetoskop ( 1 buah )
Tensimeter ( 1 buah )
Oropharingeal air way
Gunting verban ( 1 buah )
Tongue Spatel ( 1 buah )
Reflex hammer ( 1 buah)
Infus set (1 buah )
IV chateter ( Nomor 20, 18: 2: 2)
Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah
17
3.1 Denah Ruang
18
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
20
III. Tata Laksana Transportasi Pasien lGD
1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan RSUD
JAGAKARSA sebagai transportasi, maka perawat unit terkait
menghubungi supir ambulan untuk menuliskan data-data /
penggunaan ambulan (nama pasien ruang rawat inap, waktu
penggunaan & tujuan penggunaan
2. Supir ambulan akan menyiapkan kendaraan
3. Perawat unit terkait menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi
pasien.
F. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY
I. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat Admisi
- Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensi meter
- Alat Tulis
III. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admisi
2. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
4. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung
Jawab
5. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admission
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung
pulang
7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter.
G. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM
I. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas Rekam Medis
- Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
- Formulir Visum Et Repertum IGD
III. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
a. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak
kepolisian
b. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik
c. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter
jaga yang menangani pasien terkait
d. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh dokter maka pihak rekam
medik akan menyerahkan lembar yang asli pada pihak kepolisian
21
H. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL (DOA)
I. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter jaga IGD
- Petugas Satpam
II. Perangkat Kerja
- Senter
- Stetoscope
- EKG
- Surat Kematian
III. Tata laksana Death on Arrival (DOA )
Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD Bila dokter
sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah. Dokter
jaga IGD membuat surat keterangan meninggal. Jenazah dipindahkan /
diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian umum / keamanan
22
rujukan mengenai keadaan umum pasien
Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, maka perawat IGD akan
mempersiapkan untuk merujuk dengan menghubungi ambulans RS atau
ambulan AGD DINKES
# Spesimen
Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan
spesimen
Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas
laboratorium
Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju
23
BAB V
LOGISTIK
24
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )Adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
- Asesemen resiko
- ldentifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
- Pelaporan dan analisis insiden
- Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
- Implementasi solusi untuk meminimalkan timbuinya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh :
- Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
- Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
- Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
- Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
C. Standar Keselamatan Pasien
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
D. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD ) ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasamya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah.
KTD yang tidak dapat dicegah Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC) Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau
25
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
Karena " keberuntungan”
Karena " pencegahan "
Karena " peringanan “
KESALAHAN MEDIS Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL Sentinel Event ;
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata "sentinel” terkait dengan kaseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
E. Tata Laksana
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dater jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir pelaporan insiden
Keselamatan".
26
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap
hari ribuan anak berusia kurang dari 15 t ahun dan 14.000 penduduk
berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25%
terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan
kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna . Ledakan kasus HIV /AIDS terjadi akibat
masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran,
sementara potensi penularan dg :masyarakat cukup tinggi (misalnya melalui
perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan keselatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan
bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di indonesia pada
pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering
tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan
penyebaran infeksi dikenal melalui " Kewaspadaan Umum " atau "Universal
Precaution" yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menjadi ancaman bagi "Petugas Kesehatan".
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib
menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar
dapat bekerja maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menuiar dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip "Universal Precaution".
27
III. Tindakan yang beresiko terpajan
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
IV. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan
pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pernakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
28
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
29
BAB IX
PENUTUP
30
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
BAB II
2
STANDAR KETENAGAAN
BAB III
3
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB IV
4
BAB V
5
LOGISTIK
BAB VI
6
KESELAMATAN PASIEN
BAB VII
7
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
8
PENGENDALIAN MUTU
BAB IX
9
PENUTUP