TENTANG
BUPATI PRINGSEWU,
dan
BUPATI PRINGSEWU
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Pringsewu.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat
Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
3. Kabupaten adalah Kabupaten Pringsewu.
4. Bupati adalah Bupati Pringsewu.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
6. Pejabat adalah pejabat yang diberi tugas dan tanggung
jawab tertentu di bidang perdagangan, perindustrian,
kesehatan, pariwisata, keamanan dan ketertiban,
Balai Pengawasan Obat dan Makanan, serta Dinas
terkait lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
7. Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya
disebut dengan PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri
Sipil Kabupaten Pringsewu yang bertugas sesuai
dengan kewenangan yang diatur dalam perundang-
undangan yang berlaku.
8. Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang
merupakan satu kesatuan, baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer,
Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan bentuk
apapun, Pesekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi,
Koperasi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis,
Lembaga, Dana Pensiun, bentuk usaha tetap serta
bentuk badan usaha lainnya.
9. Perusahaan adalah perusahaan yang melakukan
kegiatan di bidang usaha perdagangan minuman
beralkohol yang dapat berbentuk perorangan, atau
badan usaha baik yang berbentuk persekutuan atau
Badan Hukum yang dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia berkedudukan di wilayah Negara Republik
Indonesia.
10. Minuman Beralkohol adalah minuman yang
mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi dan desitilasi atau fermentasi tanpa
destilasi; baik dengan cara memberikan perlakuan
terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain
atau tidak maupun yang diproses dengan cara
mencampur konsentrat dengan ethanol yang berasal
dari fermentasi atau dengan cara pengenceran
minuman dengan ethanol.
11. Minuman beralkohol tradisional adalah minuman
beralkohol yang diolah secara tradisional dan dapat
memabukkan.
12. Perdagangan minuman beralkohol adalah kegiatan
mengedarkan dan/atau menjual minuman beralkohol.
13. Penjualan minuman beralkohol adalah kegiatan usaha
menjual minuman beralkohol untuk dikonsumsi.
14. Penjual langsung minuman beralkohol, yang
selanjutnya disebut penjual langsung minuman
adalah orang atau badan/perusahaan yang
melakukan penjualan minuman beralkohol kepada
konsumen akhir untuk dikonsumsi langsung ditempat
yang telah ditentukan.
15. Pengedaran minuman beralkohol adalah penyaluran
minuman beralkohol untuk diperdagangkan.
16. Izin penjualan adalah izin tertulis yang diberikan oleh
Bupati untuk memasukkan, mengeluarkan dan
mengedarkan minuman beralkohol golongan A,
golongan B, golongan C dan minuman beralkohol
tradisional.
17. Tim Pengawasan dan Penertiban adalah tim yang
dibentuk oleh Bupati yang bertugas melakukan
pengawasan dan penertiban minuman beralkohol serta
tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati terkait
penertiban pembuatan, pengedaran/penjualan dan
penggunaan minuman beralkohol.
18. Penggunaan minuman beralkohol adalah
mengkonsumsi minuman beralkohol.
19. Pengecer adalah orang atau badan yang menjual
minuman beralkohol khusus dalam kemasan secara
eceran di tempat yang telah ditentukan.
20. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol
yang selanjutnya disingkat SIUP MB adalah surat izin
untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha
perdagangan khusus minuman beralkohol golongan B
dan golongan C.
21. Penyidikan tindak pidana adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh PPNS untuk mencari
dan mengumpulkan alat bukti, yang dengan itu
membuat terang tindak pidana di bidang peredaran
minuman beralkohol yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang
menghimpun dan mengelola data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban dan
larangan dalam peraturan daerah ini.
23. Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang
mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan
untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan
minum, serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola
secara komersial.
24. Diskotik adalah suatu usaha yang menyediakan
tempat dan fasilitas untuk menari dengan diiringi
musik yang disertai dengan aksi pertunjukan cahaya
lampu, disc jockey serta dapat dilengkapi dengan
penyediaan jasa pelayanan makanan dan minuman.
25. Restoran adalah satu jenis usaha jasa pangan
bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang
permanen, dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan untuk proses pembuatan penyimpanan,
penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi
umum di tempat usahanya serta memenuhi ketentuan
persyaratan yang ditetapkan.
26. Kafe adalah suatu jenis usaha yang usaha pokoknya
menyediakan makan dan minuman dilengkapi dengan
penyelenggaraan pertunjukan musik.
27. Bar adalah setiap usaha yang bersifat komersial yang
ruang lingkup kegiatannya menghidangkan minuman
untuk umum di tempat usahanya.
28. Pub adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup
kegiatannya menghidangkan minuman untuk umum
di tempat usahanya dan menyelenggarakan kegiatan
musik hidup.
29. Karaoke adalah suatu usaha yang menyediakan
tempat, peralatan, dan fasilitas untuk menyanyi
dengan diiringi musik rekaman, lampu, serta dapat
dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan
makanan dan minuman.
30. Klab malam adalah diskotik dan karaoke dewasa.
BAB II
PENGELOMPOKAN MINUMAN BERALKOHOL
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 8
BAB IV
KETENTUAN PERIZINAN
Pasal 9
Pasal 10
BAB V
LABEL MINUMAN BERALKOHOL
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 17
Setiap orang atau badan dilarang memproduksi minuman
beralkohol golongan A, golongan B, golongan C dan
minuman beralkohol tradisional dalam wilayah hukum
Kabupaten Pringsewu.
BAB VI
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 18
Pemerintah Kabupaten menyelenggarakan pembinaan atas
pengedaran, penjualan dan atau penggunaan minuman
beralkohol dengan cara:
a. menyebarluaskan peraturan perundang-undangan
yang berlaku mengenai, pengedaran, penjualan dan
atau penggunaan minuman beralkohol;
b. melaksanakan pengawasan sesuai dengan
kewenangan untuk terpenuhinya ketenteraman dan
ketertiban kehidupan masyarakat.
Pasal 19
Pembinaan atas pengedaran, penjualan, dan atau
penggunaan minuman beralkohol dilaksanakan terhadap:
a. pengedar dan atau penjual minuman beralkohol; dan
b. masyarakat.
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 20
(1) Dalam melaksanakan pengawasan pengedaran dan
penjualan minuman beralkohol Bupati membentuk
Tim Terpadu yang terdiri dari unsur-unsur:
a. dinas yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang
perindustrian dan perdagangan;
b. dinas yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang
kesehatan;
c. dinas yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang
pariwisata;
d. dinas yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang
keamanan dan ketertiban;
e. Balai Pengawasan Obat dan Makanan sesuai
wilayah kerjanya; dan
f. unsur teknis lainnya.
(2) Tim terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diketuai oleh Kepala Dinas yang tugas dan
tanggungjawabnya di bidang perindustrian dan
perdagangan.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Tim Terpadu
mengikutsertakan Aparat Kepolisian sebagai unsur
pendukung.
(4) Kegiatan Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibiayai Anggaran Pemerintah Daerah.
Bagian Ketiga
Pelaporan
Pasal 21
BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 23
(1) Setiap perusahaan yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan
menjual minuman beralkohol tidak sesuai dengan izin
yang dimiliki dikenakan sanksi administratif berupa
pemberhentian sementara SIUP/SIUP MB dengan
terlebih dahulu diberikan sanksi administratif berupa
peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut dengan
tenggang waktu masing-masing peringatan adalah
7 (tujuh) hari.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 24
Pelanggaran terhadap ketentuan seba gaimana dimaksud
dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 9 ayat (1) dan
ayat (2), Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15,
Pasal 16, Pasal 17 diancam pidana kurungan paling lama
3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah).
BAB IX
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 25
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus
sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan atas
pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1)
berwenang:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
tentang adanya tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu
ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;
c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dari
kegiatannya dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang
tersangka;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah
mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya
melalui penyidik umum memberitahukan hal
tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau
keluarganya;
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 26
Ditetapkan di Pringsewu
pada tanggal 25 Maret 2013
BUPATI PRINGSEWU,
SUJADI
Diundangkan di Pringsewu
pada tanggal 25 Maret 2013
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU,
IDRUS EFFENDI
TENTANG
I. UMUM
Salah satu tujuan pembangunan di Kabupaten Pringsewu adalah untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang adil makmur dan merata,
masyarakat yang sejahtera baik materiil maupun spirituil. Untuk
mewujudkan tujuan pembangunan tersebut perlu dilakukan
pembangunan secara berkelanjutan di segala bidang, termasuk
pembangunan di bidang kesehatan dengan memberikan perhatian
antara lain terhadap penyalahgunaan minuman beralkohol serta
pengedarannya.