Anda di halaman 1dari 18

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU

NOMOR 04 TAHUN 2013

TENTANG

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PRINGSEWU,

Menimbang : a. bahwa peredaran minuman beralkohol apabila tidak


dilakukan pengawasan dan pengendalian secara
tepat dan ketat dapat menimbulkan dampak negatif
pada masyarakat khususnya generasi muda;

b. bahwa minuman beralkohol selain dapat


mengganggu kesehatan, dampak negatifnya juga
cenderung mengarah pada tindakan kekerasan dan
perbuatan yang melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengawasan
dan Pengendalian Minuman Beralkohol;

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


Nomor 8 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang-
Barang dalam Pengawasan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2469);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang


Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3274);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang


Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3817);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3821);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2008 tentang


Pembentukan Kabupaten Pringsewu di Provinsi
Lampung (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 185, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4932);

8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1962


tentang Perdagangan Barang-barang dalam
Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1962 Nomor 46, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2473)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4402);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983
tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3258) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5145);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995
tentang Izin Usaha Industri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3596);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007


tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007


tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4741);

15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59/Menkes/


Per/II/1982 tentang Larangan Pengedaran,
Produksi dan Mengimpor Minuman Keras Yang
Tidak Terdaftar pada Departemen Kesehatan;

16. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan


Nomor 360/MPP/KEP/10/1997 tentang Tata Cara
Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman
Beralkohol;

17. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/


PER/9/2007 tentang Penerbitan Izin Usaha
Perdagangan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 46/M-DAG/
PER/9/2009;

18. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/M-DAG/


PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran
Perusahaan;
19. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/
PER/5/2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pengawasan Barang dan/atau Jasa;

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun


2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Nomor 694);
21. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15/M-DAG/
PER/3/2012 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 43/M-Dag/
Per/9/2009 tentang Ketentuan Pengadaan,
Pengedaran, Penjualan, Pengawasan dan
Pengendalian Minuman Beralkohol;

22. Peraturan Daerah Kabupaten Pringsewu Nomor 01


Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintahan
Kabupaten Pringsewu (Lembaran Daerah
Kabupaten Pringsewu Tahun 2010 Nomor 01);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU

dan

BUPATI PRINGSEWU

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGAWASAN DAN


PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Pringsewu.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat
Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
3. Kabupaten adalah Kabupaten Pringsewu.
4. Bupati adalah Bupati Pringsewu.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
6. Pejabat adalah pejabat yang diberi tugas dan tanggung
jawab tertentu di bidang perdagangan, perindustrian,
kesehatan, pariwisata, keamanan dan ketertiban,
Balai Pengawasan Obat dan Makanan, serta Dinas
terkait lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
7. Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya
disebut dengan PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri
Sipil Kabupaten Pringsewu yang bertugas sesuai
dengan kewenangan yang diatur dalam perundang-
undangan yang berlaku.
8. Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang
merupakan satu kesatuan, baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer,
Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan bentuk
apapun, Pesekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi,
Koperasi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis,
Lembaga, Dana Pensiun, bentuk usaha tetap serta
bentuk badan usaha lainnya.
9. Perusahaan adalah perusahaan yang melakukan
kegiatan di bidang usaha perdagangan minuman
beralkohol yang dapat berbentuk perorangan, atau
badan usaha baik yang berbentuk persekutuan atau
Badan Hukum yang dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia berkedudukan di wilayah Negara Republik
Indonesia.
10. Minuman Beralkohol adalah minuman yang
mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi dan desitilasi atau fermentasi tanpa
destilasi; baik dengan cara memberikan perlakuan
terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain
atau tidak maupun yang diproses dengan cara
mencampur konsentrat dengan ethanol yang berasal
dari fermentasi atau dengan cara pengenceran
minuman dengan ethanol.
11. Minuman beralkohol tradisional adalah minuman
beralkohol yang diolah secara tradisional dan dapat
memabukkan.
12. Perdagangan minuman beralkohol adalah kegiatan
mengedarkan dan/atau menjual minuman beralkohol.
13. Penjualan minuman beralkohol adalah kegiatan usaha
menjual minuman beralkohol untuk dikonsumsi.
14. Penjual langsung minuman beralkohol, yang
selanjutnya disebut penjual langsung minuman
adalah orang atau badan/perusahaan yang
melakukan penjualan minuman beralkohol kepada
konsumen akhir untuk dikonsumsi langsung ditempat
yang telah ditentukan.
15. Pengedaran minuman beralkohol adalah penyaluran
minuman beralkohol untuk diperdagangkan.
16. Izin penjualan adalah izin tertulis yang diberikan oleh
Bupati untuk memasukkan, mengeluarkan dan
mengedarkan minuman beralkohol golongan A,
golongan B, golongan C dan minuman beralkohol
tradisional.
17. Tim Pengawasan dan Penertiban adalah tim yang
dibentuk oleh Bupati yang bertugas melakukan
pengawasan dan penertiban minuman beralkohol serta
tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati terkait
penertiban pembuatan, pengedaran/penjualan dan
penggunaan minuman beralkohol.
18. Penggunaan minuman beralkohol adalah
mengkonsumsi minuman beralkohol.
19. Pengecer adalah orang atau badan yang menjual
minuman beralkohol khusus dalam kemasan secara
eceran di tempat yang telah ditentukan.
20. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol
yang selanjutnya disingkat SIUP MB adalah surat izin
untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha
perdagangan khusus minuman beralkohol golongan B
dan golongan C.
21. Penyidikan tindak pidana adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh PPNS untuk mencari
dan mengumpulkan alat bukti, yang dengan itu
membuat terang tindak pidana di bidang peredaran
minuman beralkohol yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang
menghimpun dan mengelola data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban dan
larangan dalam peraturan daerah ini.
23. Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang
mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan
untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan
minum, serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola
secara komersial.
24. Diskotik adalah suatu usaha yang menyediakan
tempat dan fasilitas untuk menari dengan diiringi
musik yang disertai dengan aksi pertunjukan cahaya
lampu, disc jockey serta dapat dilengkapi dengan
penyediaan jasa pelayanan makanan dan minuman.
25. Restoran adalah satu jenis usaha jasa pangan
bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang
permanen, dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan untuk proses pembuatan penyimpanan,
penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi
umum di tempat usahanya serta memenuhi ketentuan
persyaratan yang ditetapkan.
26. Kafe adalah suatu jenis usaha yang usaha pokoknya
menyediakan makan dan minuman dilengkapi dengan
penyelenggaraan pertunjukan musik.
27. Bar adalah setiap usaha yang bersifat komersial yang
ruang lingkup kegiatannya menghidangkan minuman
untuk umum di tempat usahanya.
28. Pub adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup
kegiatannya menghidangkan minuman untuk umum
di tempat usahanya dan menyelenggarakan kegiatan
musik hidup.
29. Karaoke adalah suatu usaha yang menyediakan
tempat, peralatan, dan fasilitas untuk menyanyi
dengan diiringi musik rekaman, lampu, serta dapat
dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan
makanan dan minuman.
30. Klab malam adalah diskotik dan karaoke dewasa.

BAB II
PENGELOMPOKAN MINUMAN BERALKOHOL

Pasal 2

(1) Minuman beralkohol dikelompokkan sebagai berikut:


a. minuman beralkohol golongan A adalah minuman
beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 1%
(satu persen) sampai dengan 5% (lima persen);
b. minuman beralkohol golongan B adalah minuman
beralkohol dengan kadar ethanol (C 2H5OH) lebih
dari 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua
puluh persen);
c. minuman beralkohol golongan C adalah minuman
beralkohol dengan kadar ethanol (C 2H5OH) lebih
dari 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55%
(lima puluh lima persen).
(2) Termasuk pula dalam golongan minuman beralkohol
selain golongan A, golongan B, golongan C,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, huruf
b, huruf c adalah minuman bealkohol tradisional yang
diproduksi secara masal dan atau diperjualbelikan
secara bebas.
(3) Selain minuman beralkohol golongan A, golongan B,
golongan C sebagaimana dimaksud ayat (1) dan
minuman beralkohol tradisional sebagaimana
dimaksud ayat (2) dilarang beredar di Kabupaten
Pringsewu.

Pasal 3

Minuman beralkohol golongan A, golongan B, golongan C


dan minuman beralkohol tradisional adalah kelompok
minuman keras yang penjualannya ditetapkan sebagai
barang dalam pengawasan.

BAB III
PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

Pasal 4

Sistem penjualan dan penggunaan minuman beralkohol


golongan A, golongan B, golongan C dan minuman
beralkohol tradisional terdiri atas:
a. penjualan dan penggunaan langsung untuk
dikonsumsi; dan
b. penjualan secara eceran.

Pasal 5

Penjualan langsung untuk dikonsumsi minuman


beralkohol golongan A, golongan B, golongan C dan
minuman beralkohol tradisional hanya diizinkan menjual
untuk dikonsumsi di tempat.

Pasal 6

(1) Penjual langsung minuman beralkohol golongan A,


golongan B, golongan C dan minuman beralkohol
tradisional hanya diizinkan menjual minuman
beralkohol pada tempat-tempat sebagai berikut:
a. hotel berbintang 3, 4, dan 5;
b. bar termasuk pub dan klub malam yang menyatu
dengan hotel sebagaimana dimaksud pada huruf a.
(2) Penjualan minuman beralkohol golongan A, golongan
B dan golongan C sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a yang diizinkan untuk diminum di kamar
hotel dengan kemasan berisi tidak lebih besar dari 187
ml (seratus delapan puluh tujuh milliliter) per
kemasan dan maksimal 5 (lima) kemasan.
Pasal 7

Penjual langsung minuman beralkohol golongan A,


golongan B, golongan C dan minuman beralkohol
tradisional hanya diizinkan melakukan penjualan pada
siang hari jam 12.00 WIB sampai dengan jam 15.00 WIB
dan pada malam hari jam 19.00 WIB sampai dengan jam
22.00 WIB.

Pasal 8

Bupati dapat menetapkan tempat-tempat penjualan


langsung untuk dikonsumsi ditempat dan eceran dalam
kemasan, minuman beralkohol tradisional dan minuman
untuk tujuan kesehatan seperti jamu dan sejenisnya yang
mengandung alkohol dengan kadar tidak melebihi
15% (lima belas persen) sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

BAB IV
KETENTUAN PERIZINAN

Pasal 9

(1) Setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan


usaha pengedaran dan/atau penjualan minuman
beralkohol golongan A atau minuman beralkohol
tradisional wajib memiliki SIUP sesuai ketentuan yang
berlaku.

(2) Setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan


usaha pengedaran dan/atau penjualan minuman
beralkohol golongan B, golongan C dan minuman
beralkohol tradisional wajib memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP MB) sesuai
ketentuan yang berlaku.

Pasal 10

SIUP MB tidak dapat dipindahtangankan dalam bentuk


dan cara apapun.

BAB V
LABEL MINUMAN BERALKOHOL

Pasal 11

(1) Setiap kemasan atau botol minuman beralkohol


golongan A, golongan B, golongan C atau minuman
beralkohol tradisional wajib dilengkapi label sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Label sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
menggunakan Bahasa Indonesia, Angka Arab, Huruf
Latin, dan sekurang-kurangnya memuat keterangan
mengenai:
a. nama produk;
b. kadar alkohol;
c. daftar bahan yang digunakan;
d. berat bersih atau isi bersih;
e. nama dan alamat perusahaan industri yang
memproduksi atau yang mengimpor minuman
beralkohol;
f. tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa;
g. pencantuman tulisan ”minuman beralkohol”;
h. tulisan peringatan ”di bawah umur 21 tahun atau
wanita hamil dilarang minum”; dan
i. terdaftar pada instasi yang membidangi kesehatan.

Pasal 12

Minuman beralkohol golongan A, golongan B, golongan C


dan minuman beralkohol tradisional hanya diizinkan
menjual minuman beralkohol secara eceran.

Pasal 13

Setiap orang atau badan dilarang mengecer atau menjual


langsung untuk dikonsumsi minuman beralkohol
golongan A, golongan B, golongan C dan minuman
beralkohol tradisional di tempat yang berdekatan dengan
tempat ibadah, kantor, rumah sakit, perumahan dan
permukiman penduduk berjarak dalam radius paling
sedikit 100 m (seratus meter), yang berdekatan dengan
sekolah dan/atau tempat pendidikan lainnya berjarak
dalam radius paling sedikit 500 m (lima ratus meter).

Pasal 14

Pengecer atau penjual langsung untuk dikonsumsi


dilarang menjual minuman beralkohol golongan A,
golongan B, golongan C atau minuman beralkohol
tradisional, kecuali kepada Warga Negara Indonesia (WNI)
dan Warga Negara Asing (WNA) yang telah berusia paling
sedikit 21 (dua puluh satu) tahun yang dibuktikan dengan
identitas diri yang sah.
Pasal 15

Setiap orang dilarang menggunakan minuman beralkohol


golongan A, golongan B, golongan C atau minuman
beralkohol tradisional di tempat-tempat umum seperti
jalan raya, pasar, gedung pemerintah, tempat ibadah,
sekolah, tempat pendidikan, kantor, rumah sakit,
kendaraan umum, kendaraan pribadi, dan tempat umum
lainnya.
Pasal 16
Setiap orang yang menggunakan minuman beralkohol
golongan A, golongan B, golongan C dan minuman
beralkohol tradisional yang mengganggu ketertiban umum
dilarang melakukan aktifitas di tempat-tempat
sebagaimana diatur dalam Pasal 15.

Pasal 17
Setiap orang atau badan dilarang memproduksi minuman
beralkohol golongan A, golongan B, golongan C dan
minuman beralkohol tradisional dalam wilayah hukum
Kabupaten Pringsewu.

BAB VI
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 18
Pemerintah Kabupaten menyelenggarakan pembinaan atas
pengedaran, penjualan dan atau penggunaan minuman
beralkohol dengan cara:
a. menyebarluaskan peraturan perundang-undangan
yang berlaku mengenai, pengedaran, penjualan dan
atau penggunaan minuman beralkohol;
b. melaksanakan pengawasan sesuai dengan
kewenangan untuk terpenuhinya ketenteraman dan
ketertiban kehidupan masyarakat.

Pasal 19
Pembinaan atas pengedaran, penjualan, dan atau
penggunaan minuman beralkohol dilaksanakan terhadap:
a. pengedar dan atau penjual minuman beralkohol; dan
b. masyarakat.
Bagian Kedua
Pengawasan

Pasal 20
(1) Dalam melaksanakan pengawasan pengedaran dan
penjualan minuman beralkohol Bupati membentuk
Tim Terpadu yang terdiri dari unsur-unsur:
a. dinas yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang
perindustrian dan perdagangan;
b. dinas yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang
kesehatan;
c. dinas yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang
pariwisata;
d. dinas yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang
keamanan dan ketertiban;
e. Balai Pengawasan Obat dan Makanan sesuai
wilayah kerjanya; dan
f. unsur teknis lainnya.
(2) Tim terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diketuai oleh Kepala Dinas yang tugas dan
tanggungjawabnya di bidang perindustrian dan
perdagangan.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Tim Terpadu
mengikutsertakan Aparat Kepolisian sebagai unsur
pendukung.
(4) Kegiatan Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibiayai Anggaran Pemerintah Daerah.

Bagian Ketiga
Pelaporan

Pasal 21

(1) Penjual langsung dan pengecer, minuman beralkohol


serta penjual langsung dan pengecer minuman yang
mengandung alkohol untuk tujuan kesehatan wajib
menyampaikan laporan realisasi pengadaan dan
penjualannya kepada Bupati atau pejabat yang
ditunjuk.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan setiap triwulan tahun kalender
berjalan sebagai berikut:
a. triwulan I : 1 Januari sampai dengan 31 Maret;
b. triwulan II : 1 April sampai dengan 30 Juni;
c. triwulan III : 1 Juli sampai dengan 30 September;
d. triwulan IV : 1 Oktober sampai dengan
31 Desember.
(3) Bentuk laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 22
Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
penjual langsung minuman beralkohol, pengecer
minuman beralkohol dan penjual langsung dan pengecer
minuman untuk tujuan kesehatan yang mengandung
alkohol wajib memberikan informasi mengenai kegiatan
usahanya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 23
(1) Setiap perusahaan yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan
menjual minuman beralkohol tidak sesuai dengan izin
yang dimiliki dikenakan sanksi administratif berupa
pemberhentian sementara SIUP/SIUP MB dengan
terlebih dahulu diberikan sanksi administratif berupa
peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut dengan
tenggang waktu masing-masing peringatan adalah
7 (tujuh) hari.

(2) Apabila perusahaan tidak mengindahkan ketentuan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka
waktu 7 (tujuh) hari dikenakan sanksi administratif
berupa pencabutan SIUP/SIUP MB.

BAB VIII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 24
Pelanggaran terhadap ketentuan seba gaimana dimaksud
dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 9 ayat (1) dan
ayat (2), Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15,
Pasal 16, Pasal 17 diancam pidana kurungan paling lama
3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah).

BAB IX
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 25
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus
sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan atas
pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1)
berwenang:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
tentang adanya tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu
ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;
c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dari
kegiatannya dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang
tersangka;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah
mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya
melalui penyidik umum memberitahukan hal
tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau
keluarganya;
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat Berita Acara


sebagai tindakan tentang:
a. pemeriksaan tersangka;
b. pemasukan rumah;
c. penyitaan barang;
d. pemeriksaan saksi;
e. pemeriksaan tempat kejadian; dan
f. mengirimkannya kepada Kejaksaan Negeri melalui
Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Pringsewu.

Ditetapkan di Pringsewu
pada tanggal 25 Maret 2013
BUPATI PRINGSEWU,

SUJADI

Diundangkan di Pringsewu
pada tanggal 25 Maret 2013
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU,

IDRUS EFFENDI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013 NOMOR 04


PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU
NOMOR TAHUN 2013

TENTANG

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

I. UMUM
Salah satu tujuan pembangunan di Kabupaten Pringsewu adalah untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang adil makmur dan merata,
masyarakat yang sejahtera baik materiil maupun spirituil. Untuk
mewujudkan tujuan pembangunan tersebut perlu dilakukan
pembangunan secara berkelanjutan di segala bidang, termasuk
pembangunan di bidang kesehatan dengan memberikan perhatian
antara lain terhadap penyalahgunaan minuman beralkohol serta
pengedarannya.

Penyalahgunaan dan peredaran minuman beralkohol yang tidak


terkendali dapat menimbulkan gangguan ketenteraman dan ketertiban
masyarakat. Pembuatan, penyimpanan, penyaluran/penjualan,
peredaran maupun penggunaan/pemakaian minuman beralkohol di
daerah semakin marak yang merambah sampai pada remaja bahkan
anak-anak sekolah yang masih di bawah umur. Salah satu akibat
makin merebaknya penggunaan minuman keras di atas mendorong
terjadinya tindak kekerasan, perbuatan kriminal seperti tawuran
antarwarga desa, antarkelompok remaja, antarpelajar khususnya di
tempat-tempat pertunjukan umum, sehingga menggunakan minuman
beralkohol menimbulkan keresahan di warga masyarakat yang berlanjut
mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban daerah dan bisa
berpengaruh secara nasional.
Mengingat dampak dari peredaran, penjualan dan penggunaan
minuman keras yang sangat besar pengaruhnya terhadap stabilitas
keamanan, ketenteraman kehidupan masyarakat, perkembangan
generasi muda, perekonomian daerah dan negara, maka sudah saatnya
kondisi yang tanpa aturan, tanpa pembatasan distribusi minuman
beralkohol perlu penertiban, pengendalian, dan pengawasan terhadap
pengedaran dan penjualan minuman beralkohol melalui suatu produk
hukum yang mengatur, melarang dan membatasinya.
Sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota jo.
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Minuman beralkohol jo. Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor : 15/M-DAG/PER/3/2006 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Impor, Pengedaran dan Penjualan, dan Perizinan
Minuman Beralkohol, Pemerintah Kabupaten/Kota diberikan
kewenangan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan, monitoring
dan evaluasi serta pemberian izin perdagangan barang kategori dalam
pengawasan skala kabupaten/kota (SIUP-MB golongan B dan golongan
C untuk Pengecer, Penjualan langsung untuk diminum di tempat,
Pengecer dan Penjualan Langsung untuk diminum di tempat untuk
minuman beralkohol mengandung rempah sampai dengan 15%)
termasuk juga minuman beralkohol golongan A

Guna memberikan kepastian hukum atas pengaturan mengenai


pengedaran dan penjualan minuman beralkohol di Kabupaten
Pringsewu, maka perlu dibentuk Peraturan Daerah tentang Pengawasan
Pengedaran Minuman Beralkohol.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup jelas.


Pasal 2 Ayat (1) Huruf a : Cukup jelas.
Huruf b : Cukup jelas.
Huruf c : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Pasal 3 : Diklasifikasikan sebagai barang dalam
pengawasan artinya, terhadap
penggunaan, penjualan dan
peredarannya berada dalam
pengawasan Pemerintah Kabupaten
dan Tim Pengawasan dan Peredaran
Minuman Beralkohol, dikecualikan
dari ketentuan ini adalah
penyimpanan dan pemakaian
minuman beralkohol untuk
kepentingan pengobatan dan ritual
dalam jumlah skala kecil dan
diketahui oleh pejabat daerah
setempat.
Pasal 4 : Cukup jelas.
Pasal 5 : Cukup jelas.
Pasal 6 Ayat (1) Huruf a : Cukup jelas.
Huruf b : Yang dimaksud dengan talam kencana
adalah golongan kelas restoran
tertinggi yang dinyatakan dengan
piagam bertanda sendok garpu warna
emas.
Yang dimaksud dengan talam selaka
adalah golongan kelas restoran
tertinggi yang dinyatakan dengan
piagam bertanda sendok garpu warna
perak.
Pasal 7 : Cukup jelas.
Pasal 8 : Cukup jelas.
Pasal 9 : Cukup jelas.
Pasal 10 : Cukup jelas.
Pasal 11 : Cukup jelas.
Pasal 12 : Cukup jelas.
Pasal 13 : Cukup jelas.
Pasal 14 : Cukup jelas.
Pasal 15 : Cukup jelas.
Pasal 16 : Cukup jelas.
Pasal 17 : Cukup jelas.
Pasal 18 : Cukup jelas.
Pasal 19 : Cukup jelas.
Pasal 20 : Cukup jelas.
Pasal 21 : Cukup jelas.
Pasal 22 : Cukup jelas.
Pasal 23 : Cukup jelas.
Pasal 24 : Cukup jelas.
Pasal 25 : Cukup jelas.
Pasal 26 : Cukup jelas.
Pasal 27 : Cukup jelas.
Pasal 28 : Cukup jelas.
Pasal 29 : Cukup jelas.
Pasal 30 : Cukup jelas.
Pasal 31 : Cukup jelas.
Pasal 32 : Cukup jelas.
Pasal 33 : Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013


NOMOR

Anda mungkin juga menyukai