Anda di halaman 1dari 12

INDUKSI MATURASI DAN OVULASI PADA IKAN KOMET Carassius

auratus auratus DI LUAR MUSIM PEMIJAHAN

Yudha Lestira Dhewantara1, Armen Nainggolan1, Yarto2, Epram2


1. Dosen FPIK USNI Jakarta
2. Mahasiswa FPIK USNI Jakarta
E-Mail : yudhalestira@gmail.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pemberian hormon Oodev® dan tepung
kunyit (Curcuma longa) pada pematangan gonad serta meninjau efektivitas hormon Spawnprim
untuk ovulasi dan pemijahan guna menunjang produksi ikan komet (Carassius auratus auratus)
terutama diluar musim pemijahan.
Dosis maturasi bahan uji yang dicampurkan pada pakan sebagai berikut: Perlakuan 1 : Pakan
komersil (tanpa campuran bahan uji); Perlakuan 2 : Oodev 0.25 mL kg-1 ikan; Perlakuan 3 :
Oodev 0.5 mL kg-1 ikan; Perlakuan 4 : Tepung kunyit 250 mg 100 g-1 pakan+ Oodev 0.5 mL
kg-1 ikan; Perlakuan 5 : Tepung kunyit 250 mg 100 g-1 pakan. Sedangkan untuk induksi ovulasi
disuntikkan sebagai berikut:
Perlakuan 1 : Spawnprime 0.5 mL kg-1 induk ikan ; Perlakuan 2 : Spawnprime 1 mL kg-1 induk
ikan ; Perlakuan 3 : Ovaprim 0.5 mL kg-1 induk ikan ; Perlakuan 4 : Larutan NaCl 0.9% 0.5 mL
kg-1 induk ikan.
Dosis terbaik untuk merangsang kematangan gonad hingga siap pijah pada induk ikan mencapai
30% dari populasi, dalam waktu 40 hari di luar musim pemijahan. Spawnprime dapat menjadi
substitusi Ovaprim karena menunjukkan tingkat keberhasilan ovulasi mencapai 100% serta hasil
pemijahan yang sama baiknya dengan Ovaprim.

Kata Kunci : Ikan komet (carassius auratus), oodev, tepung kunyit, spawnprime

Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia Vol. 12 No. 1 Desember 2018 Page 79
Pendahuluan Ikan komet merupakan salah satu
Latar Belakang jenis ikan hias air tawar yang populer saat
ini di kalangan pecinta ikan hias. Diantara
Kegemaran terhadap ikan hias kelebihannya memiliki warna yang indah
kini meningkat indikatornya adalah dan lebih terang, bentuk dan gerakan yang
banyaknya komunitas-komunitas ikan hias menarik, serta mudah dipelihara dalam
bermunculan di Indonesia. Ikan hias akuarium.
dalam akuarium dapat dijadikan media Saat ini dikenal dua cara
relaksasi dari kegiatan padat keseharian pemijahan ikan komet yaitu secara alami
atau hanya sebagai kegiatan untuk mengisi atau disebut juga pemijahan secara
waktu luang. Kegemaran terhadap ikan tradisional, dan pemijahan buatan yaitu
hias akuarium di dunia bernilai 15 hingga menyuntik ikan dengan ekstrak kelenjar
30 milyar US dolar (Penning et al. 2009). hipofisa atau biasa disebut dengan istilah
Terdiri dari 5300 jenis ikan air tawar dan induce breeding. Pemijahan secara buatan
1802 jenis ikan laut. 90% ikan hias yang biasanya dilakukan untuk merangsang
diperdagangkan adalah ikan hias air tawar ikan yang sulit memijah atau tidak bisa
tropis. Ikan hias yang diperdagangkan memijah bila berada dalam lingkungan
berasal dari kegiatan budidaya hanya 10% budidaya. Namun selain itu, induce
dan sisanya berasal dari penangkapan di breeding juga bisa digunakan untuk
alam (Olivier, 2001). Produksi ikan hias mengoptimalkan jumlah telur ikan yang
bila terus mengandalkan penangkapan dari berada dikantong telur dengan cara
alam akan membuat populasi ikan hias di mempercepat kematangan telur yang
habitat aslinya menurun. Maka produksi hampir matang di ovarium menjadi
ikan hias berbasiskan akuakultur dapat matang dan terjadi ovulasi.
diandalkan untuk mengimbangi kegiatan Dalam pemijahan buatan, ikan
penangkapan di alam dan memberikan komet betina yang sudah matang gonad
pengaruh positif bagi lestarinya ikan hias distimulsi dengan ekstrak kelenjar hipofisa
di alam serta tetap dapat menyuplai agar proses ovulasi atau pelepasan telur
permintaan pasar ikan hias. dari ovarium menjadi lebih cepat,
Salah satu ikan hias tropis air sehingga telur yang terdapat di kantung
tawar yang cukup banyak diminati di telur menjadi bertambah. Pada saat ini,
Indonesia adalah ikan komet Carassius kelenjar hipofisa yang sering dipakai
auratus auratus, karena ikan ini memiliki adalah dari kelenjar hipofisa ikan salmon
keunikan seperti ikan mas koi, harga yang yang sudah dikemas sehingga lebih praktis
terjangkau (± Rp 8500,- /ekor ukuran 3”- dengan merek dagang Ovaprim. Proses
up) dan mudah dipelihara. Ikan ini berasal reproduksi pada ikan dikontrol oleh sistem
dari daratan Asia Tenggara, Thailand. hormon yang diatur dengan
Ikan ini dapat tumbuh mencapai panjang kesetimbangan dan saling mempengaruhi
15 cm. Hidup pada kondisi pH 6.2-7.5, yang tepat antara hormon pada organ
kesadahan 2-15 dH, dan suhu 23-26 °C hipotalamus, pituitari, dan gonad yang
(Sedjati, 2002). Berdasarkan ciri disebut poros hipotalamus-pituitari-gonad
morfologis ikan jantan memiliki tanda axis (Ostrander, 2000). Berdasarkan hal
hitam pada bagian sirip anal dan badan tersebut solusi yang dapat diberikan pada
lebih ramping, sedangkan betina tidak kendala pematangan gonad diluar musim
memiliki tanda hitam di sirip anal dan pemijahan serta ovulasi dan pemijahan
bentuk tubuhnya cenderung lebar yang tidak dapat terjadi secara alami
dibandingkan dengan ikan jantan. adalah melalui pemberian hormonal
(Crim, 1991), serta dapat juga melalui

Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia Vol. 12 No. 1 Desember 2018 Page 80
dukungan nutrisi pada pakan (Izquierdo et pada ikan patin siam (Pangasianodon
al. 2001). hypophthalmus).
Penambahan hormon Oodev® dan Selanjutnya untuk mengurangi
bahan nabati yaitu tepung kunyit pada ketergantungan pada Ovaprim® dapat
pakan dapat dijadikan solusi untuk digunakan Spawnprime yang mengandung
mengatasi kendala pematangan gonad Aromatase inhibitor (AI), Oksitosin,
diluar musim pemijahan. Oodev® Prostaglandin F2α (PGF2α), LHRH-a, dan
mengandung Pregnant mare serum AD sehingga diharapkan dapat
gonadotropin (PMSG) dan Antidopamin menggantikan peran sinyal lingkungan
(AD). PMSG banyak mengandung unsur dalam merangsang ovulasi dan pemijahan
daya kerja Follicle stimulating hormone pada ikan komet Carassius auratus
(FSH), yang berperan dalam proses auratus dalam wadah budidaya.
pematangan gonad (Moore dan Ward, Ovaprim® berperan dalam memacu
1980). Antidopamin adalah bahan kimia proses ovulasi dan pemijahan pada ikan,
yang dapat menghentikan kerja dopamin karena mengandung sGnRH-a dan AD
sehingga menstimulasi sekresi yang berperan merangsang hipofisa untuk
gonadotropin, meningkatkan respons melepaskan gonadotropin (Lam, 1985)
pemijahan, meningkatkan persentase sehingga dapat merangsang ovulasi pada
fertilisasi dan derajat penetasan telur ikan. Peran dari sGnRH-a dan AD dapat di
(Vidal et al. 2004). Menurut Rachman substitusi oleh LHRH-a dan AD pada
(2013), ikan patin siam pasca pijah Spawnprim.
mampu diinduksi rematurasi melalui Kemudian penambahan hormon
penggunaan kombinasi hormon PMSG AI akan mampu menghambat kerja enzim
dan AD dengan dosis PMSG 10 IU kg-1 aromatase (Holzer et al. 2006). Hal ini
bobot ikan + AD 0.01 mg bobot -1 ikan. akan menurunkan produksi estradiol-17ß,
Selain pada ikan patin Oodev® juga telah sehingga kadarnya menurun dalam darah.
dicoba pada ikan belut sawah Monopterus kemudian hati berhenti memproduksi
albus (Putra, 2013) dan ikan kancra Tor vitelogenin. Pada saat proses vitelogenesis
soro (Farastuti, 2014), nilem Osteochilus berhenti hipofisis akan mendapatkan
hasselti (Fadhillah, 2016) menunjukkan sinyal untuk segera memproduksi
hasil yang sejalan yaitu terdapat Luteinizing hormone (LH) yang berperan
peningkatan pematangan gonad. dalam proses pematangan akhir.
Kunyit (Curcuma longa) Menurut (Broach, 2009) pada
merupakan salah satu tanaman yang telah proses ovulasi, LH bekerjasama dengan
dikenal memiliki manfaat bagi kesehatan, PGF2α. PGF2α pada ikan berperan untuk
kunyit juga merupakan bahan yang mudah merangsang terjadinya pengeluaran oosit
untuk didapatkan serta terjangkau bagi yang telah matang dari saluran reproduksi
masyarakat. Salah satu kandungan utama (ovulasi). Hasil dari kerjasama tersebut
dalam kunyit adalah kurkumin. Kurkumin meningkatkan aktivitas enzim proteolitik
bersifat fitoestrogen dan hepatoprotektor di folikel sehingga menstimulasi inti sel
yang mampu menstimulasi hati untuk telur bergerak dari tengah menuju ke tepi
mensintesis vitellogenin (Saraswati et al. sel dan selanjutnya melebur menuju kutub
2013). Kemudian menurut Dewi (2015), anima hingga telur ovulasi menuju rongga
kunyit dengan dosis 480 mg 100 g-1 ovari. Setelah itu hormon oksitosin
pakan mampu mempercepat kematangan bekerja pada reseptor oksitosik untuk
gonad dan perkembangan diameter telur, menyebabkan kontraksi. Aktivitas hormon
serta meningkatkan nilai IGS, IHS, dan oksitosin akan meningkat pada saat
menghasilkan fekunditas ikan yang tinggi ovulasi dan berperan penting dalam proses
pemijahan (Haraldsen et al. 2002).

Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia Vol. 12 No. 1 Desember 2018 Page 81
Oksitosin dapat membantu longa) pada pematangan gonad serta
pelepasan sel telur sehingga terjadi meninjau efektivitas hormon Spawnprim
pemijahan secara semi-alami. Penelitian untuk ovulasi dan pemijahan guna
mengenai penggunaan Spawnprim mampu menunjang produksi ikan komet
memicu pemijahan semi alami pada ikan (Carassius auratus auratus) terutama
patin (Dhewantara, 2013). diluar musim pemijahan.
Berdasarkan hal di atas penelitian
ini dilakukan untuk mengevaluasi Hipotesis
efektivitas pemberian hormon Oodev® Penggunaan hormon Oodev® dan
dan tepung kunyit pada pematangan gonad tepung kunyit dalam dosis tertentu dapat
serta hormon Spawnprime untuk ovulasi menghasilkan induk matang gonad di luar
dan pemijahan agar terjadi peningkatan musim pemijahan, kemudian pemijahan
performa reproduksi ikan ikan komet pada induk ikan dapat berlangsung dengan
carassius auratus auratus terutama diluar induksi Spawnprim.
musim pemijahan. METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Perumusan Masalah
Penelitian Penelitian ini akan
Ikan komet Carassius auratus
dilaksanakan di Laboraturium Akuakultur
auratus merupakan salah satu spesies ikan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
hias air tawar yang memiliki banyak
Universitas Satya Negara Indonesia,
peminat dan memiliki nilai ekonomi
Waktu penelitian mulai dari Bulan
penting. Namun ketersediaan benih ikan
Oktober 2018 sampai dengan Januari
tidak dapat tersedia sepanjang tahun
2018.
dikarenakan minimnya jumlah induk
Bahan Penelitian
matang gonad saat musim kemarau serta
ketergantungan yang tinggi terhadap Bahan yang digunakan dalam
hormon Ovaprim® yang digunakan saat penelitian ini meliputi ikan komet dengan
pemijahan. Oleh karena itu, perlu adanya bobot tubuh 80±5 g, pakan (pelet), kunyit
kajian untuk mempercepat pematangan berbentuk serbuk, hormon oodev, hormon
gonad ikan diluar musim pemijahan dan spawnprime, alkohol 70%, larutan BNF,
mencari alternatif hormon pemijahan guna larutan bouin, xylol, larutan hematoksilin,
mengurangi ketergantungan terhadap aquades, asam sulfat, natrium hidroksida,
hormon Ovaprim®. Bahan yang dapat kloroform, parafin, dan metanol.
digunakan untuk mempercepat Alat Penelitian
pematangan gonad yaitu hormon Oodev® Peralatan yang digunakan dalam
dan tepung kunyit. Kemudian hormon penelitian ini terdiri atas peralatan bedah,
alternatif untuk pemijahan yaitu hormon waring, kolam, aerator, filter air, nampan,
Spawnprim. Penelitian ini perlu dilakukan kertas milimeter laminating, timbangan
untuk mengevaluasi pemberian hormon digital, mikroskop, termometer, pH meter,
Oodev® dan tepung kunyit terhadap DO meter, cawan petri, tabung
kinerja pematangan gonad ikan. erlenmeyer, tabung homogenize,
Kemudian meninjau efektivitas hormon mikrotom, botol sampel, kamera dan
Spawnprime untuk ovulasi dan pemijahan peralatan tulis.
ikan komet (Carassius auratus auratus). Sub 1: Induksi Maturasi
Pencampuran bahan uji dalam pakan
Tujuan Penelitian Tepung kunyit yang digunakan
Tujuan dari penelitian ini adalah merupakan tepung kunyit komersil yang
untuk mengevaluasi pemberian hormon diproduksi oleh PT. Ganesha Abaditama
Oodev® dan tepung kunyit (Curcuma Cipayung, Jakarta. Hormon Oodev®

Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia Vol. 12 No. 1 Desember 2018 Page 82
diperoleh dari Laboratorium Reproduksi dilakukan selama 56 hari. Pemberian
dan Genetika Ikan Departemen Budidaya pakan dilakukan 2 kali sehari pada pagi
Perairan, Institut Pertanian Bogor. Pakan dan sore hari sesuai FR 3% biomassa.
komersil dengan protein minimal 30% Pergantian air dilakukan setiap 7 hari
ditimbang berdasarkan kebutuhan untuk sekali sebanyak 70%, untuk menjaga
14 hari pemberian pakan dengan Feeding kualitas air selama pemeliharaan, tiap
rate (FR) 3% biomassa. Bahan uji akuarium dilengkapi dengan aerasi, filter
dicampurkan pada pakan dengan cara busa, dan paralon diameter 10 cm sebagai
spray sesuai dengan dosis perlakuan, shelter bagi induk ikan. Kondisi suhu
menggunakan binder berupa putih telur, 27.5–29.1 °C, DO 4.9–5.8 mg L-1, dan pH
setelah tercampur rata maka pakan 6.42–7.39 selama pemeliharaan dilakukan,
dikeringkan. Metode pencampuran bahan kisaran kualitas air selama penelitian
uji mengacu pada Fadhillah (2016). Dosis masih berada pada kisaran normal
bahan uji yang dicampurkan pada pakan (Lesmana dan Dermawan, 2001).
sebagai berikut: Parameter Uji
Perlakuan 1 : Pakan komersil (tanpa Persentase dan waktu kebuntingan
campuran bahan uji) Persentase kebuntingan adalah
Perlakuan 2 : Oodev 0.25 mL kg-1 ikan perbandingan antara induk ikan yang telah
Perlakuan 3 : Oodev 0.5 mL kg-1 ikan memiliki gamet dengan jumlah ikan
Perlakuan 4 : Tepung kunyit 250 mg 100 secara keseluruhan dengan cara
g-1 pakan+ Oodev 0.5 mL kg-1 ikan menjumlahkan induk yang sudah terdapat
Perlakuan 5 : Tepung kunyit 250 mg 100 telur dalam waktu 56 hari serta dihitung
g-1 pakan jarak waktu yang dibutuhkan dari
Persiapan ikan uji pemberian bahan uji hingga mendapatkan
Induk ikan ikan komet carassius induk bunting. Pengamatan dilakukan tiap
auratus auratus betina berasal dari Bogor, 7 hari sekali. Metode pengamatan
Indonesia. Ikan di aklimatisasi selama 20 berdasarkan apa yang dilakukan oleh
hari dalam 2 wadah akuarium berukuran Farastuti (2013).
80 cm x 40 cm x 40 cm dengan volume air Persentase induk matang gonad (%) =
80 liter. 10 hari pertama ikan diberi pakan
cacing sutra Tubifex sp secara at satiation.
10 hari selanjutnya ikan diberi pakan Diameter telur akhir (DT)
komersil protein 30% dengan FR 3% Telur diambil dengan cara
biomassa. Kemudian induk ikan dicek kanulasi bersamaan dengan pengamatan
untuk mengetahui kondisi awal induk kebuntingan. Diameter telur diamati
ikan, didapatkan bobot awal 20.61 ± 0.57 (n=100, tiap induk) di bawah mikroskop
g ekor-1, umur minimal 8 bulan, panjang dengan pembesaran 40 х 10. Diameter
minimal 10 cm, serta kondisi gonad dalam telur ditentukan dengan acuan mikrometer
fase previtellogenic. (skala 100 mikrometer) dibantu dengan
Pemeliharaan ikan uji software ImageJ (National Institute of
Induk ikan dipelihara dalam Health, USA). Pengamatan dilakukan di
akuarium berukuran 60 cm x 50 cm x 50 Laboratorium Reproduksi dan Genetika
cm dengan volume air 90 liter. Akuarium Ikan Departemen Budidaya Perairan,
dibersihkan dan di desinfeksi Institut Pertanian Bogor.
menggunakan klorin sebanyak 30 mg L-1. Analisis Data
Tiap perlakuan menggunakan masing- Rancangan yang digunakan dalam
masing 1 buah akuarium, dan tiap penelitian induksi maturasi adalah
perlakuan menggunakan masing-masing Rancangan Acak Lengkap. Analisis data
10 ekor induk ikan. Pemeliharaan ikan dikerjakan menggunakan program

Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia Vol. 12 No. 1 Desember 2018 Page 83
Microsoft Excel 2016 dan SPSS versi 22. Pemijahan induk ikan uji
Data dianalisis menggunakan analisis Ikan disuntik pada bagian
sidik ragam (ANOVA) pada selang intermuscular menggunakan syringe 1 mL
kepercayaan 95%. Jika terdapat perbedaan sesuai dosis perlakuan, penyuntikan
maka dilanjutkan dengan uji Tukey dilakukan hanya satu kali, metode
dengan α = 0.05. Parameter yang pemijahan yang dilakukan adalah metode
dianalisis statistik secara kuantitatif adalah pemijahan semi-alami. Keberhasilan dan
diameter telur (3 kali ulangan), Parameter lama waktu hingga ovulasi mulai diamati
yang dianalisis secara deskriptif adalah setelah 6 jam pasca suntik, kemudian
persentase dan waktu kebuntingan, dilakukan pemantauan tiap 30 menit
Sub 2: Induksi Ovulasi hingga telur keluar. Setelah 4 jam pasca-
Persiapan induk ikan dan hormon uji pijah darah ikan kembali diambil untuk
Induk ikan ikan komet carassius melihat konsentrasi estradiol setelah
auratus auratus berasal dari daerah Bogor, pemijahan. Kemudian sebanyak 100 butir
Indonesia. Induk yang digunakan berupa dipisahkan dalam akuarium ukuran 20 cm
ikan betina: jantan (1:3). Bobot induk x 20 cm x 20 cm dengan volume 6 L air
jantan 15-20 g, panjang 10–15 cm, dengan kemudian diamati sebagai sampel untuk
umur minimal 8 bulan, telah matang parameter derajat pembuahan, derajat
gonad (jika di stripping keluar sperma penetasan dan kelangsungan hidup larva
kental bewarna putih). Bobot induk betina selama 7 hari.
21–28 g, panjang 13-15 cm, umur minimal Parameter Uji
8 bulan, telah matang gonad siap pijah Keberhasilan pemijahan dan waktu
dengan ciri jika di kanulasi telurnya sudah hingga ovulasi (latency periode)
seragam berwarna kecoklatan. Pengamatan tingkat keberhasilan
Hormon Spawnprime berasal dari pemijahan diperoleh melalui perhitungan
Laboratorium Reproduksi dan Genetika jumlah induk yang berhasil memijah
Ikan Departemen Budidaya Perairan, secara semi-alami. serta berapa lama
Institut Pertanian Bogor. Hormon waktu yang diperlukan hingga pemijahan
Ovaprim® yang digunakan diproduksi terjadi pasca suntik hormon. Pengamatan
oleh Sydell Laboratories Ltd, Canada. berdasarkan metode yang dilakukan oleh
Larutan NaCl 0.9% yang digunakan Dhewantara (2013).
diproduksi oleh PT. Widatra Bhakti Jumlah telur yang dikeluarkan
Pandaan, Jawa Timur. Ovaprim® (spawned egg)
digunakan sebagai kontrol positif Untuk mengetahui jumlah telur
sedangkan larutan NaCl 0.9% digunakan yang dikeluarkan saat pemijahan,
sebagai kontrol negatif. Kemudian untuk pengamatan mulai dilakukan 6 jam pasca
induk jantan disuntik dengan dosis 0.1 mL suntik kemudian dilakukan tiap 30 menit,
kg-1 menggunakan bahan uji untuk lalu setelah 4 jam pemijahan telur di
masing-masing perlakuan. Sedangkan sampling menggunakan wadah 300 mL
untuk induk betina dosis yang disuntikkan dengan 10 kali ulangan pengambilan
sebagai berikut: sampel.
Perlakuan 1 : Spawnprime 0.5 mL kg-1
induk ikan
Perlakuan 2 : Spawnprime 1 mL kg-1 Derajat pembuahan (fertilization rate)
induk ikan Ditentukan oleh perbandingan
Perlakuan 3 : Ovaprim 0.5 mL kg-1 induk jumlah telur yang dibuahi dengan jumlah
ikan telur yang keluar (spawned egg), dihitung
Perlakuan 4 : Larutan NaCl 0.9% 0.5 mL menggunakan rumus Effendie (1997):
kg-1 induk ikan

Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia Vol. 12 No. 1 Desember 2018 Page 84
Fertilization rate (FR) (%) = P4 0 0 0 20 30
X 100 P5 0 0 0 0 0
Derajat penetasan (hatching rate)
Ditentukan oleh perbandingan Perlakuan terbaik dengan jumlah
jumlah telur yang menetas dengan jumlah induk matang gonad mencapai 30% dari
telur yang dibuahi (FR), dihitung populasi individu perlakuan dalam waktu
menggunakan rumus Effendie (1997): 40 hari terdapat pada perlakuan P4 lalu
Hatching rate (HR) (%) = diikuiti oleh P3 (20%), dan P2 (10%),
X 100 sedangkan pada P1, dan P5 tidak terdapat
induk yang matang gonad.
Tingkat kelangsungan hidup larva DIAMETER TELUR
(survival rate) Diameter telur ikan komet hasil
Ditentukan oleh perbandingan maturasi dapat dilihat pada Gambar 2
larva yang hidup selama 7 hari sebagai berikut.
pemeliharaan sejak menetas dengan
jumlah telur yang menetas, dihitung
Perlakuan Diameter telur
menggunakan rumus Effendie (1997):
Survival rate (SR) (%) = P1 *
X 100 P2 0,85± 0,01
P3 0,87± 0,01
Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam P4 0,90± 0,01
penelitian induksi ovulasi yaitu P5 *
Rancangan Acak lengkap dengan 4
perlakuan dan 5 ulangan pemijahan. Data
dianalisis menggunakan analisis sidik
ragam (ANOVA) pada selang
kepercayaan 95%. Jika terdapat perbedaan
maka dilanjutkan dengan uji Tukey
dengan selang kepercayaan α = 0.05

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL (Maturasi)
PERSENTASE INDUK MATANG
GONAD Gambar 3. Diameter telur ikan komet
Persentase akumulasi dan waktu
induk matang gonad penelitian ini
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase akumulasi dan waktu
induk ikan komet matang gonad pasca
perlakuan hari ke-0 hingga hari ke-40
(n=10).
INDUK MATANG GONAD (%)
PERLAKUAN H H
H0 10 H 20 H 30 40
P1 0 0 0 0 0
P2 0 0 0 0 10
P3 0 0 0 20 20

Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia Vol. 12 No. 1 Desember 2018 Page 85
ovulasi (LP) pasca suntik hormon berkisar
8 jam 30 menit hingga 9 jam 50 menit
(p>0.05), pemijahan berhasil dengan
metode semi-alami dengan sekali
penyuntikan.

PARAMETER SPAWNED EGGS,


DERAJAT PEMBUAHAN, DERAJAT
PENETASAN, DAN
KELANGSUNGAN HIDUP
Nilai yang didapatkan pada
parameter spawned eggs, derajat
pembuahan, derajat penetasan dan
kelangsungan hidup secara umum
menunjukkan hasil yang berbeda nyata
pada perlakuan yang diberi induksi
spawnprime maupun ovaprim (P<0.05),
Hasil tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. PARAMETER DERAJAT


PEMBUAHAN, DERAJAT
PENETASAN, DAN
Gambar 4. Histologi gonad ikan komet; y KELANGSUNGAN HIDUP
(yolk), n (nuklues), perbesaran10 x 10, PARAMETER P1 P2 P3 P4
skala bar mewakili 0.1 mm. DERAJAT
Induksi Ovulasi dan Pemijahan PEMBUAHAN (%) 82,0b 83,1c 82,5bc 0a
Keberhasilan pemijahan dan Lama DERAJAT
Waktu hingga Ovulasi PENETASAN (%) 75,6b 77,1c 76,6c 0a
Tingkat Keberhasilan dan lama waktu KELANGSUNGAN
hingga terjadi ovulasi pada ikan komet HIDUP (%) 60,9b 62,0c 60,6b 0c
disajikan pada Tabel 3. Keterangan : Huruf yang sama pada
Tabel 3. Tingkat keberhasilan dan waktu baris yang sama
hingga ovulasi pada ikan Komet (n=5) menunjukkan tidak
berbeda nyata pada
tingkat waktu
perlakuan (P>0.05).
keberhasilan rata- metode
Perlakuan
pemijahan rata pemijahan
PEMBAHASAN
(%) (menit)
Induksi Maturasi
P1 100 564 Semi alami Gonad pada perlakuan P2, P3, dan
P2 P4 telah mencapai fase mature dalam
100 590 Semi alami
kondisi ini jumlah kuning telur telah
P3 100 510 Semi alami memenuhi seluruh ooplasma kecuali di
P4 - - - bawah chorion, kemudian membran
nukleus mulai menyusut, dan inti telur
Tingkat keberhasilan pemijahan menyebar ke tepi, menunggu Final Oocyte
mencapai 100% pada P1 dan P2 dengan Maturation (FOM) (Genten et al. 2009).
Ovaprim sedangkan pada NaCl 0.9% tidak Perlakuan P5 oosit pada fase mature dan
terjadi pemijahan. Lama waktu hingga masih terlihat sebagian oosit pada fase

Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia Vol. 12 No. 1 Desember 2018 Page 86
late-vitellogenic. Perlakuan P1 dan kontrol MenurutAbdullah (2007) LHRH-a bekerja
masih dalam fase early-vitellogenic. merangsang sekresi hormon gonadotropin
Ukuran diameter telur P4 yaitu 0,90± 0.01 dankelenjar hipofisa sehingga LHRH-a
mm, hasil ini lebih tinggi dibandingkan akan menambah jumlah LH dalam darah.
perlakuan lain. Dengan demikian Selanjutnya dibantu oleh AD yang akan
pemberian perlakuan percepatan membuka blok dopamin sehingga
pematangan gonad tidak menurunkan sekresiLH endogenous akan meningkat
kualitas telur yang dihasilkan. hal ini mengakibatkan lonjakan LH dalam
Kematangan gonad induk terjadi darah. Sebagai respon dari lonjakan LH
akibat semakin banyak jumlah telur yang terjadi folikel pada gonad akan
dalam gonad dan diameternya mendekati menghasilkan steroid perangsang
fase mature (Millan, 2007). Persentase pematangan yaitu Maturation-inducing
induk matang gonad pada P3 mencapai steroid(MIS) yang disebut dengan hormon
20% dari jumlah individu perlakuan 17α, 20β-dihidroksi-4-pregnen-3-one
diikuti oleh P2 (10%), sedangkan (17α,20β-DP). Hormon MIS dihasilkan
perlakuan P1 dan P5 tidak didapatkan ketika enzim yang bertanggung jawab
induk matang gonad. Berdasarkan hasil terhadap produksi estrogen terhambat
yang ditunjukkan oleh P5, penambahan dalam kandungan Spawnprime juga
kunyit dapat menghasilkan induk matang terdapat AI yang berperan untuk
gonad siap pijah oleh karena itu kunyit menghambat enzim P 450 Aromatase
memiliki potensi untuk digunakan sebagai sehingga produksi estradiol 17- β
alternatif penambahan hormon tetapi terhambat dan tentunya akan beralih
jumlah induk matang yang dihasilkan meningkatkan produksi MIS. Menurunnya
lebih sedikit dalam kurun waktu 40 hari produksi estradiol-17β dan aktivitas
yaitu 2.5 kali lebih rendah dibandingkan aromatase diikuti oleh peningkatan 17α,
penggunaan hormon. 20β-dihidroksi-4-pregnen-3-one (17α,20β-
Induksi ovulasi dan pemijahan DP) sehingga oosit mengalami Germinal
Perkembangan telur pada tahap Vesicle Break Down (GVBD) dan akan
penyerapan vitellogenin akan berhenti berakhir pada
ketika oosit telah mencapai ukuran ovulasi (Nagahama et al. 1995). Hasil
maskimal atau bisa disebut telah mencapai penelitian menunjukkan hal yang sejalan
fase pasca vitelogenesis, kemudian oosit dengan terjadinya penurunan estradiol 17-
memasuki fase dorman menunggu sinyal β dengan pemberian Spawnprime.
lingkungan untuk melanjutkan ke proses Selanjutnya akibat aksi dari MIS,
pematangan akhir. Pada ikan komet yang akan merangsang pembentukan faktor
berada dalam wadah budidaya sinyal perangsang kematangan yaitu maturing
lingkungan ini akan terhambat atau promoting faktor (MPF), terdiri dari
bahkan tidak didapatkan apabila ini terus cdc2kinase dan cyclin-B, akan
berlangsung maka dapat terjadi atresia menyebabkan migrasi germinal vesicle
atau penyerapan kembali oosit oleh (GV) ke kutub anima dan terjadi
dinding sel (Kurita et al. 2003). peleburan inti tahap ini dikenal dengan
Agar terhindar dari atresia GV break down (GVBD). Pada tahap ini
penambahan hormon pemijahan dilakukan oosit ukurannya akan kembali bertambah
untuk merangsang pematangan akhir. dikarenakan penyerapan air ke dalam
Penambahan hormon Spawnprim yang sitoplasma dan juga menyebabkan
mengandung LHRH-a dan AD akan perubahan dalam penampakan kuning
meningkatkan kadar gonadotropin LH telur. Kemudian lapisan folikel akan pecah
dalamdarah yang memiliki peranan dan telur dikeluarkan menuju rongga ovari
menginisiasi terjadinya pematangan akhir. atau dikenal dengan proses ovulasi. Proses

Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia Vol. 12 No. 1 Desember 2018 Page 87
ovulasi dikontrol oleh PGF2α yang pada saat ikan menetas, serta dapat juga
dikeluarkan dari folikel dan jaringan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
disektitarnya karena stimulasi MIS. wadah pemeliharaan larva. . Jumlah telur
Spawnprim juga terdapat PGF2α yang dikeluarkan (Spawned eggs)
diharapkan terbanyak terdapat pada P2 yaitu 3317 ±
akan menambah jumlah PGF2α akan 6,110 telur, terendah pada perlakuan P1
merangsang pecahnya folikel serta yaitu 3149 ± 116 telur. Namun jumlah ini
mengeluarkan oosit yang telah matang tidak menunjukkan perbedaan yang
(Stacey dan Goethz, 1982). signifikan (P>0.05). Jumlah telur yang
Pemijahan semi alami dapat dikeluarkan sejalan dengan hasil
terjadi karena adanya peranan hormon penelitian Murtejo (2008) berkisar 3306–
oksitosin yang dapat merangsang otot 8268 butir.
polos sehingga menyebabkan kontraksi Berdasarkan hal tersebut dapat
dan ikan mampu memijah secara semi disimpulkan penggunaan Spawnprime
alami. Menurut Haraldsen et al. (2002) memiliki kinerja yang sama bagusnya
Aktivitas hormon oksitosin meningkat dengan penggunaan Ovaprime untuk
pada saat ovulasi dan berperan penting induksi ovulasi dan tidak mengurangi
dalam proses pemijahan. Selain itu kualitas pembuahan dan penetasan pada
pemijahan juga terjadi karena adanya telur yang dipijahkan, serta tidak
peran Keberhasilan pemijahan mencapai mengurangi kualitas larva yang dihasilkan
100% serta waktu laten ovulasi tidak
berbeda (P>0.05) dengan Ovaprim hal ini KESIMPULAN DAN SARAN
menunjukkan bahwa penggunaan KESIMPULAN
Spawnprime Dosis terbaik untuk merangsang
sama efektifnya dengan Ovaprim. Pada kematangan gonad hingga siap pijah pada
perlakuan NaCl 0.9% tidak terjadi induk ikan mencapai 30% dari populasi,
pemijahan hal ini menunjukkan bahwa dalam waktu 40 hari di luar musim
induk ikan komet memiliki pemijahan. Spawnprime dapat menjadi
ketergantungan terhadap hormon agar substitusi Ovaprim karena menunjukkan
pemijahan dalam wadah budidaya dapat tingkat keberhasilan ovulasi mencapai
dilakukan. 100% serta hasil pemijahan yang sama
Nilai derajat pembuahan, baiknya dengan Ovaprim.
penetasan dan kelangsungan hidup SARAN
tertinggi terdapat pada perlakuan Ovaprim Kombinasi antara hormon Oodev
namun tidak menunjukkan hasil yang dan tepung kunyit memilki potensi
signifikan dengan Spawnprim (P>0.05), dilakukan untuk menghasilkan induk
nilai derajat pembuahan, penetasan dan matang gonad. Penggunaan tepung kunyit
kelangsungan hidup pada perlakuan sebaiknya lebih besar dari 250 mg 100 g-1
terbaik P2 mencapai 77,1%, 60,63%, pakan .
82,51% untuk masing - masing parameter.
Nilai derajat pembuahan DAFTAR PUSTAKA
dipengaruhi oleh kondisi telur matang Abdullah N. 2007. Efektivitas Pemberian
serta kualitas sperma pada induk ikan Ovaprim Secara Topikal Pada
jantan saat pemijahan. Nilai derajat Proses Ovulasi Dan Pemijahan
penetasan dipengaruhi oleh jumlah telur Induk Ikan Mas Koki
yang dibuahi, serta faktor lingkungan (Carassius auratus). [Tesis].
terutama suhu, DO dan pH (Oyen et al. Bogor (ID): Institut Pertanian
1991). Kelangsungan hidup larva tinggi Bogor.
karena banyaknya cadangan kuning telur

Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia Vol. 12 No. 1 Desember 2018 Page 88
Broach J. 2009. Effects of steroid and Publishers. Chapter 14 page
prostaglandin injections on 171-175.
hybridization success between Haraldsen L, Veronica SL, Goran E. 2002.
female channel catfish and male Oxytocin stimulates cerebral
blue catfish. [Thesis]. The blood flow in rainbow trout
Graduate Faculty of Auburn (Oncorhynchus mykiss)
University, Auburn, Alabama through a nitric oxide
Crim LW. 1991. Hormonal manipulation dependent mechanism. Nilsson
of fish seasonal reproductive Division of General
cycles. p: 43-47. Fourth Physiology, Department of
International Symposium on the Biology, University of Oslo.
Reproductive Physiology of Fish, Norway. Brain Research 929
Norwich 7-12 July. (1) 10–14.
Dewi CD. 2015. Khasiat Tepung Kunyit Holzer H, Casper RF, Tulandi T. 2006. A
Curcuma longa dalam Pakan new era in ovulation induction.
untuk Meningkatkan Performa Fertile steril. 84. 2: 277-284.
Reproduksi Ikan Patin Siam Izquierdo MS, Fernandez-Palacios H,
Pangasianodon Hypophthalmus. Tacon AGJ. 2001. Effect of
[Tesis]. Bogor (ID): Institut broodstock nutrition on
Pertanian Bogor reproductive performance of fish.
Dhewantara L. 2013. Induksi Ovulasi dan Aquaculture. 197: 25-42
Pemijahan pada Ikan Patin Kurita Y, Meiner S, Kjesbu OS. 2002.
Siam (Pangasianodon Oocyte growth and fecundity
hypothalamus) dengan regulation by atresia of
Manipulasi Hormonal. [Tesis]. Atlantic herring Clupea
Sekolah Pascasarjana, Institut harengus in realtion to body
Pertanian Bogor. Bogor. condition throughtout the
Fadhillah R. 2016. Peningkatan produksi maturation cycle. Sea
telur ikan nilem Osteochilus Research. 49: 203-219.
hasselti sebagai sumber kaviar Moore Jr WT, Ward DN. 1980. Pregnant
melalui kombinasi Oodev, Mare Serum Gonadotropin: Rapid
rGH, dan minyak ikan pada chromatographic procedures for
pakan. [Tesis]. Bogor (ID): the purification of intact hormone
Institut Pertanian Bogor. and isolation of subunits. Biology
Farastuti ER. 2014. Induksi maturasi Chemistry. 255: 6923-6929.
gonad, ovulasi dan pemijahan Nagahama Y et al. 1995. Regulation of
pada ikan torsoro Tor soro oocyte growth and maturation in
menggunakan kombinasi fish. Dev Biol. 30: 103-145.
hormon. [Tesis]. Bogor (ID): Oyen FGF, Campr LEC, ESW Bongo.
Institut Pertanian Bogor. 1991. Effects of Acid Stress on
Genten Fgl, Terwinghe E, Danguy A. the Embryonic Development of
2009. Atlas of Fish Histologi. the Common Carp, Cyprinus
Departemen of Histology and carpio. J Aquat Toxicology
Biopathology of Fish Fauna 19:1–12.
Laboratory Of Functional Penning M et al. 2009. Turning the Tide:
Morphology. Universitas A Global Aquarium Strategy for
Libre de Bruxelles (ULB) Conservation and Sustainability.
Brussels Belgium. Science World Association of Zoos and
Aquariums. Bern, Switzerland.

Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia Vol. 12 No. 1 Desember 2018 Page 89
Putra WKA. 2013. Induksi maturasi belut Saraswati TR, Manalu W, Ekastuti DR,
sawah Monopterus albus secara Kusumorini N. 2013. Increased
hormonal. [Tesis]. Bogor (ID): egg production of japanese
Institut Pertanian Bogor. quail (cortunix japonica) by
Lam TJ. 1985. Induced Spawning in Fish. improving liver function
Proceedings for Workshop through turmeric powder
held in Tungkang Marine supplementation. Poultry
Laboratory. Taiwan. April 22– Science. 12: 601-614.
24 1995. Reproduction in Stacey NE, Goethz FW. 1982. Role of
Culture of Milkfish, 14-65. Prostaglandins in Fish
Millan Mc DB. 2007. Fish histology Reproduction. Can. J. Fish
female reproductive system. Aquat. Sci. 39: 92 – 98.
Departemen of Biology, Vidal V, Catherine P, Nadine LB, Claire
University of Western Ontario, H, Holland, Miskal S, Philippe
Canada. V, Yonathan Z, Sylvie D.
Olivier K. 2001. The Ornamental Fish 2004. Dopamine inhibits
Market. FAO/Globefish luteinizing hormone synthesis
Research Programme, vol. 67. and release in the juvenile
United Nations Food and European Eel: A
Agriculture Organization, neuroendocrine lock for the
Rome. onset of puberty. Biology of
Ostrander, G.K. 2000. The laboratory fish. Reproduction. 71:1491–1500.
Academic press. London.
Rachman B. 2013. Manipulasi Hormonal
Pada Pematangan Gonad Ikan
Patin Siam Pangasianodon

Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia Vol. 12 No. 1 Desember 2018 Page 90

Anda mungkin juga menyukai