Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
I-1
dalam jumlah besar dan waktu pelaksanaan yang cukup lama maka perlu diperhitungkan nilai
uang terhadap waktu, seberapa besar bunga yang harus dibayar. Disini pola cashflow proyek
yang dipengaruhi oleh metoda konstruksi yang dipilih menjadi hal yang perlu diperhatikan.
Perbandingan antara metoda pelaksanaan secara manual dan marsinal dapat dilihat pada tabel
1.1. Penggunaan alat berat termasuk metoda kerja marsinal sehingga akan cocok pada kondisi
proyek dengan volume massal, waktu pendek, produktivitas tinggi, biaya murah, kualitas tinggi
dan harga satuan rendah.
I-2
1.1.2 Data Untuk Perencanaan Alat Berat
Salah satu hal yang penting didalam perencanaan kebutuhan alat-alat berat yang akan dipakai
untuk pelaksanaan suatu pekerjaan atau proyek, kita harus mengetahui terlebih dahulu data-data
pekerjaan :
a. Lokasi proyek.
b. Kondisi lingkungan medan kerja.
c. Jenis dan item pekerjaan.
d. Volume pekerjaan.
e. Target waktu penyelesaian.
Dari data-data yang diperoleh tersebut kemudian dikembangkan :
a. Studi penggunaan metode kerja/metode konstruksi yang tepat dengan skala pekerjaan.
b. Pemilihan alat berdasarkan metode konstruksi dan kondisi medan proyek.
c. Pemilihan jenis alat yang dibutuhkan berdasarkan skala pekerjaan.
Kalau alat-alat yang kita miliki atau kita sewa dari pihak ketiga memenuhi syarat dari aspek
teknis studi dapat kita lanjutkan, tetapi kalau tidak, kita harus mencari alternatif metode
konstruksi lain yang lebih baik dan cocok. Setelah alat memenuhi syarat secara aspek teknis,
analisis kita lanjutkan ke perhitungan-perhitungan :
a. Kapasitas produksi alat.
b. Memperhitungkan jumlah alat yang dibutuhkan.
c. Mernperkirakan biaya investasi.
d. Menghitung biaya operasi dan pemeliharaan termasuk biaya mobilisasi.
Jika dari segi biaya dan waktu semua feasible, berarti perencanaan alat berat untuk pelaksanaan
suatu proyek dapat diterima. Diharapkan, apabila kita melaksanakan tahapan-tahapan tersebut
diatas dengan baik, maka dapat ditentukan jenis alat yang paling sesuai secara teknis dan
menguntungkan secara ekonomis untuk pekerjaan yang dilaksanakan, apakah itu memakai alat
sendiri atau sewa dari mitra kerja. Sekarang ini sedikit perusahaan jasa konstruksi yang
mempunyai alat sendiri, karena harga alat mahal sekali. Untuk investasi alat memerlukan sumber
dana yang besar, sehingga untuk alat-alat dapat kita menyewa atau kita subkontrakkan kepada
perusahaan lain.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya khusus/spesifik, berisiko tinggi atau berteknologi tinggi
umumnya kita subkan ke perusahaan-perusahaan spesialis, apalagi kalau alat tidak kita miliki.
I-3
Contohnya seperti pekerjaan fondasi tiang pancang atau bored pile, pengaspalan, pengecoran,
blasting, pre stress, dan sebagainya.
Untuk pekerjaan tanah, sifat fisik tanah yang akan dikerjakan sangat berpengaruh besar pada
tingkat hambatan yang akan dihadapi oleh alat-alat berat. oleh karena itu sifat fisik tanah akan
sangat berpengaruh dalam hal :
a. Menentukan jenis alat yang akan digunakan dan taksiran produksi atau kapasitas
produksinya.
b. Perhitungan volume pekerlaan.
c. Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada.
Jadi dengan tidak sesuainya alat dengan kondisi material, akan berpengaruh rnenimbulkan
kesulitan berupa tidak efisiennya alat yang berakibat pada kerugian karena banyaknya waktu
terbuang (loss time). Beberapa sifat fisik material yang penting untuk diperhatikan dalam
pekerjaan tanah adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan materiaI (swell factor).
b. Berat material (density).
c. Bentuk material.
d. Kohesivitas material (cohesivity).
e. Kekerasan material (hardness).
f. Daya dukung tanah.
I-4
penggunaan alat perjam akan lebih kecil. Dengan membeli alat kontraktor akan memiliki daya
saing harga penawaran dan sumber daya yang lebih baik.
I-5
Depresiasi adalah penurunan nilai alat yang dikarenakan adanya kerusakan, pengurangan, dan
harga pasaran alat. Perhitungan depresiasi diperlukan untuk mengetahui nilai alat setelah
pemakaian alat tersebut selama suatu masa tertentu. Selain itu bagi pemilik alat dengan
menghitung depresiasi alat tersebut maka pemilik dapat memperhitungkan modal yang akan
dikeluarkan di masa alat sudah tidak dapat digunakan dan alat baru harus dibeli. Dalam
pelaksanaannya depresiasi juga dipakai untuk menghitung biaya perawatan alat berat. Ada
beberapa cara yang dipakai untuk menghitung depresiasi alat.
Cara-cara perhitungan depresiasi adalah sebagai berikut :
a. Metode garis lurus (straight line method).
b. Metode penjumlahan tahun (sum of the years method).
c. Metode penurunan seimbang (declining balance method).
P−F
Dk =
n
Dk adalah depresiasi per tahun yang tergantung pada harga alat pada saat pembelian (P, present
value), nilai sisa alat (F, future value), dan umur ekonomis alat (n). Nilai Dk pada metode ini
selalu konstan. Nilai buku (book value (B)) dari alat dihitung dengan rumus :
Bk = P – kDk
Contoh :
Suatu alat dibeli dengan harga 500 juta rupiah dengan perkiraan nilai sisa 75 juta rupiah. Alat
tersebut mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Maka depresiasi per tahun menjadi :
I-6
500.000.000−75.000.000
Dk =
5
Dk = Rp 85.000.000 per tahun
n(n+1)
SOY =
2
n−k +1
Dk = ( P−F)
SOY
n−k n−k +1
Bk = x x ( P−F )+ F
n n+1
Contoh :
Untuk soal 2.1, hitunglah depresiasi dengan metode penjumlahan tahun.
I-7
5(5+1)
SOY = = 15 atau
2
k Dk(Rp) Bk (Rp)
0 0 500,000,000
1 141,666,667 358,333,333
2 113,333,333 245,000,000
3 85,000,000 160,000,000
4 56,666,667 103,333,333
5 28,333,333 75,000,000
Dk = R(1-R)k-1 x P
Pada awal umur alat, nilai buku dengan metode ini berkurang dengan cepat. Nilai buku di akhir
tahun ke-k dihitung dengan rumus :
Bk = (1-R)k x P
Pada perhitungan depresiasi dengan metode ini tidak memperhitungkan nilai sisa alat. Akan
tetapi pada akhir perhitungan nilai buku tidak boleh kurang dari perkiraan nilai sisa alat.
I-8
Contoh :
Dengan kasus seperti contoh 2.1, hitunglah depresiasi dengan metode penurunan seimbang
ganda.
( )
1−1
2 2
D1 = 1− x 500.000 .000=200.000.000
5 5
Pada tahun keempat dengan menggunakan metode penurunan seimbang ganda didapat nilai buku
yang kurang dari perkiraan nilai sisa. Dengan demikian maka depresiasi yang diperbolehkan
adalah Rp. 33.000.000,- sehingga nilai buku pada tahun tersebut adalah Rp. 75.000.000,-. Pada
tahun kelima untuk menjaga nilai buku tetap seperti perkiraan nilai sisa maka depresiasinya
adalah nol. Jika hasil dari ketiga metode tersebut digambarkan maka akan terlihat perbedaannya
seperti pada gambar 2.1 berikut.
A = P (A/P,i,n)
A=P ( i ( 1+ i ) n
( 1+i ) n−1 )
I-9
Jika nilai sisa diperhitungkan:
A = P (A/P,i,n) – F (A/F,i,n)
P (n+1)
Arata-rata =
2n
P ( n+ 1 )+ F (n−1)
Arata-rata =
2n
Biaya kepemilikan per tahun dihitung dengan membagi nilai Arata-rata dengan umur ekonomis
alat.
a. Bahan bakar
Jumlah bahan bakar untuk alat berat yang menggunakan bensin atau solar berbeda-beda. Rata-
rata alat yang menggunakan bahan bakar bensin 0,06 gallon per horse-power per jam, sedangkan
I-10
alat yang menggunakan bahan bakar solar mengkonsumsi bahan bakar 0,04 gallon per horse-
power per jam. Nilai yang didapat kemudian dikalikan denan faktr pengoperasian.
b. Pelumas
Perhitungan penggunaan pelumas per jam biasanya berdasarkan jumlah waktu operasi dan
lamanya penggantian pelumas. Perkiraannya dihitung dengan rumus
f x hp x 0,006 c
Qp = +
7,4 t
Pada rumus (2.15) hp adalah horse power, c adalah capasitas crank-case, t adalah lama
penggunaan dan f adalah faktor pengoperasian
c. Roda
Perhitungan depresiasi alat berat beroda ban dengan alat berat beroda crawler berbeda.
Umumnya crawler mempunyai depresiasi alat sedangkan ban mempunyai depresiasi yang lebih
pendek dari umur alat.
Contoh :
Hitung biaya per jam alat beroda crawler dengan ketentuan seperti dibawah ini :
- mesin diesel 160 hp
- kapasitas crankcase 6 gal
- pelumas diganti setiap 100 jam
- faktor pengoperasian 0.6
- harga alat 400.000.000 rupiah-tanpa nilai sisa alat
- pemakaian gemuk per jam 0,25 kg
- umur ekonomis alat 5 tahun (1tahun dipakai 1400 jam)
- bunga pinjaman, pajak, asuransi 20%
konsumsi BBM per jam = 160 x 0,04 x0,6 = 3,9 gal
160 x 0,6 x 0,006 6
konsumsi pelumas per jam = + = 0,138 gal
7,4 100
I-11
Biaya kepemilikan per jam =
Dengan tabel :
= 400.000.000 (A/P,20,5) : 1400
= 400.000.000 x 0,3343797 : 1400
= 95.537 rupiah
Dengan rumus :
= 400.000.000 x ( )
0,2 (1+ 0,2 ) 5
( 1+0,2 ) 5−1
x
1
1400
= Rp 95.5357
Contoh :
Hitung biaya per jam alat beroda ban dengan ketentuan seperti dibawah ini
- mesin diesel 250 hp
- kapasitas crankcase 14 gal
- pelumas diganti setiap 80 jam
- faktor pengoperasian 0,6
- harga alat 200.000.000 rupiah-tanpa harga ban dan nilai sisa adalah 50.000.000 rupiah
- pemakaian gemuk per jam 0,25 kg
I-12
- umur ekonomis alat 5 tahun (1tahun dipakai 1400 jam)
- harga ban 25.000.000 rupiah dengan masa pakai 5000 jam dan perbaikan ban 15% dari
depresiasi ban
Ban:
Perawatan dan pemeliharaan diasumsikan 15% dari depresiasi (metode garis lurus)
= 25.000.000 : 5000 x 0.15 = 750 rupiah
I-13
Uraian Rp/jam
Pemeliharaan dan perawatan alat 14,286
Pemeliharaan dan perawatan ban 750
BBM 6 gal @ Rp 2.500 15,000
Pelumas 0,30 gal @ Rp 60.000 18,000
Gemuk 0,25 kg @ Rp 2.000 500
Biaya pengoperasian per jam 48,536
DAFTAR PUSTAKA
I-14
1. Rochmanhadi, Alat-alat Berat dan Penggunaannya. Penerbit YBPPU. Jakarta 1992
2. Djoko Wilopo, Metoda Konstruksi dan Alat-Alat Berat. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta 2009.
3. Amien Sajekti, Metoda Kerja Bangunan Sipil. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009
4. Susy Fatena Rostiyanti, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Penebit Rineka Cipta.
Jakarta 2002
I-15