Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

Tujuan Pembelajaran Umum


Mahasiswa mengenal alat berat yang digunakan pada pekerjaan tanah, jalan dan jembatan.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Dapat menjelaskan keuntungan dari penggunaan alat berat pada pekerjaan konstruksi.
2. Dapat menjelaskan cara dan alasan penetapan pengadaan alat berat.
3. Mengetahui cara menghitung total biaya kepemilikan alat berat.
4. Dapat mempertimbangkan membeli atau sewa alat atas dasar analisa perhitungan ekonomis.

1.1 Metoda Konstruksi dan Dukungan Alat Berat


Jaman dahulu orang membangun bangunan besar seperti candi, istana, tempat ibadat dan lain-
lain belum mengunakan alat berat mekanis. Diantara bangunan tersebut mendapat julukan
bangunan keajaiban dunia seperti Patung spinx, Taj Mahal, Tembok China, Candi Borobudur
dan lain-lain. Bisa dibayangkan bagaimana kesulitannya membangun bangunan tersebut tanpa
bantuan alat berat mekanis, bahan seperti batu seberat 1 ton sampai 2 ton harus diangkat keatas
setinggi puluhan meter. Pada jaman sekarang hal itu sudah mudah dilakukan karena adanya alat
berat.
Rencana pelaksanaan suatu proyek bertujuan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
standar kualitas, standard biaya dan waktu yang efisien. Untuk mencapai tiga target tersebut
disusunlah metoda konstruksi yang sesuai.
Metoda konstruksi adalah cara pelaksanaan pekerjaan konsruksi yang sesuai tahapan pekerjaan
dan sumber daya yang digunakan. Sumber daya ini meliputi penggunaan tenaga kerja, peralatan
dan bahan. Pada suatu proyek besar mungkin penting untuk mempertimbangkan sumber daya
lainnya seperti uang, tenaga ahli atau sumber daya lainnya. Secara ekonomi penggunaan uang

I-1
dalam jumlah besar dan waktu pelaksanaan yang cukup lama maka perlu diperhitungkan nilai
uang terhadap waktu, seberapa besar bunga yang harus dibayar. Disini pola cashflow proyek
yang dipengaruhi oleh metoda konstruksi yang dipilih menjadi hal yang perlu diperhatikan.
Perbandingan antara metoda pelaksanaan secara manual dan marsinal dapat dilihat pada tabel
1.1. Penggunaan alat berat termasuk metoda kerja marsinal sehingga akan cocok pada kondisi
proyek dengan volume massal, waktu pendek, produktivitas tinggi, biaya murah, kualitas tinggi
dan harga satuan rendah.

Tabel 1.1 Perbandingan pelaksanaan secara manual dan marsinal.


ASPEK MANUAL MARSINAL
Volume Kecil Massal
Waktu Panjang Pendek
Produktivitas Rendah Tinggi
Biaya Mahal Murah
kualitas Rendah Tinggi
Harga satuan Tinggi Rendah

1.1.1 Keuntungan-keuntungan dengan menggunakan alat berat antara lain


a. Waktu
Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, terutama pada pekerjaan yang sedang dikejar
target penyelesaian.
b. Tenaga besar
Melaksanakan jenis pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan oleh tenaga manusia.
c. Ekonomis
Karena alasan efisiensi, keterbatasan tenaga kerja, keamanan dan faktor-faktor ekonomis
lainnya.
d. Mutu hasil kerja lebih baik
Dengan memakai peralatan berat, mutu hasil kerja lebih baik dan presisi.

I-2
1.1.2 Data Untuk Perencanaan Alat Berat
Salah satu hal yang penting didalam perencanaan kebutuhan alat-alat berat yang akan dipakai
untuk pelaksanaan suatu pekerjaan atau proyek, kita harus mengetahui terlebih dahulu data-data
pekerjaan :
a. Lokasi proyek.
b. Kondisi lingkungan medan kerja.
c. Jenis dan item pekerjaan.
d. Volume pekerjaan.
e. Target waktu penyelesaian.
Dari data-data yang diperoleh tersebut kemudian dikembangkan :
a. Studi penggunaan metode kerja/metode konstruksi yang tepat dengan skala pekerjaan.
b. Pemilihan alat berdasarkan metode konstruksi dan kondisi medan proyek.
c. Pemilihan jenis alat yang dibutuhkan berdasarkan skala pekerjaan.
Kalau alat-alat yang kita miliki atau kita sewa dari pihak ketiga memenuhi syarat dari aspek
teknis studi dapat kita lanjutkan, tetapi kalau tidak, kita harus mencari alternatif metode
konstruksi lain yang lebih baik dan cocok. Setelah alat memenuhi syarat secara aspek teknis,
analisis kita lanjutkan ke perhitungan-perhitungan :
a. Kapasitas produksi alat.
b. Memperhitungkan jumlah alat yang dibutuhkan.
c. Mernperkirakan biaya investasi.
d. Menghitung biaya operasi dan pemeliharaan termasuk biaya mobilisasi.
Jika dari segi biaya dan waktu semua feasible, berarti perencanaan alat berat untuk pelaksanaan
suatu proyek dapat diterima. Diharapkan, apabila kita melaksanakan tahapan-tahapan tersebut
diatas dengan baik, maka dapat ditentukan jenis alat yang paling sesuai secara teknis dan
menguntungkan secara ekonomis untuk pekerjaan yang dilaksanakan, apakah itu memakai alat
sendiri atau sewa dari mitra kerja. Sekarang ini sedikit perusahaan jasa konstruksi yang
mempunyai alat sendiri, karena harga alat mahal sekali. Untuk investasi alat memerlukan sumber
dana yang besar, sehingga untuk alat-alat dapat kita menyewa atau kita subkontrakkan kepada
perusahaan lain.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya khusus/spesifik, berisiko tinggi atau berteknologi tinggi
umumnya kita subkan ke perusahaan-perusahaan spesialis, apalagi kalau alat tidak kita miliki.

I-3
Contohnya seperti pekerjaan fondasi tiang pancang atau bored pile, pengaspalan, pengecoran,
blasting, pre stress, dan sebagainya.
Untuk pekerjaan tanah, sifat fisik tanah yang akan dikerjakan sangat berpengaruh besar pada
tingkat hambatan yang akan dihadapi oleh alat-alat berat. oleh karena itu sifat fisik tanah akan
sangat berpengaruh dalam hal :
a. Menentukan jenis alat yang akan digunakan dan taksiran produksi atau kapasitas
produksinya.
b. Perhitungan volume pekerlaan.
c. Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada.
Jadi dengan tidak sesuainya alat dengan kondisi material, akan berpengaruh rnenimbulkan
kesulitan berupa tidak efisiennya alat yang berakibat pada kerugian karena banyaknya waktu
terbuang (loss time). Beberapa sifat fisik material yang penting untuk diperhatikan dalam
pekerjaan tanah adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan materiaI (swell factor).
b. Berat material (density).
c. Bentuk material.
d. Kohesivitas material (cohesivity).
e. Kekerasan material (hardness).
f. Daya dukung tanah.

1.2 Pengadaan Alat Berat


Karena alat berat harganya relatif mahal maka apabila akan membeli atau menyewa betul-betul
harus dipertimbangkan. Bagi kontraktor pengadaan alat berat bisa melalui tiga cara yaitu
pembelian, sewa beli atau sewa. Masing-masing cara ini ada keuntungan dan kerugiannya, untuk
itu harus disesuaikan dengan prediksi penggunaan alat itu.

1.2.1 Pembelian Alat Berat


Bila nantinya alat yang dilbeli penggunaannya sangat optimal (frekuensi penggunaannya tinggi
sampai umur ekonomisnya) maka keputusan pembelian alat sangat tepat karena jatuhnya biaya

I-4
penggunaan alat perjam akan lebih kecil. Dengan membeli alat kontraktor akan memiliki daya
saing harga penawaran dan sumber daya yang lebih baik.

1.2.2 Sewa-Beli Alat Berat


Alat dapat disewa dari perusahaan penyewaan alat berat. Sewa beli alat umumnya dilakukan jika
pemakaian alat tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Yang dimaksud dengan
sewa-beli adalah karena jangka waktu penyewaan yang lama maka pada akhir masa penyewaan
alat tersebut dapat dibeli oleh pihak penyewa. Biaya pemakaian umumnya lebih tinggi daripada
memiliki alat tersebut, namun terhindar dari resiko biaya kepemilikan alat.

1.2.3 Sewa Alat Berat


Perimbangan utama masih pada lamanya waktu sewa alat berat, bila waktu sewa singkat maka
sewa alat adalah keputusan yang tepat. Dengan cara sewa biaya perjam pemakaian alat akan
lebih tinggi, tapi karena penggunaan alat dalam waktu singkat maka akumulasi biaya tidak
terlalu berarti dan terhindar dari biaya kepemilikan alat.

1.3 Biaya Alat Berat


Biaya alat berat dapat dibagi di dalam dua kategori, biaya kepemilikan alat dan biaya
pengoperasian alat. Kontraktor yang memiliki alat berat harus menanggung biaya yang disebut
biaya kepemilikan (ownership cost). Pada saat suatu alat berat dioperasikan maka akan ada biaya
pengoperasiannya (operation cost)

1.3.1 Biaya Kepemilikan Alat Berat


Biaya kepemilikan alat berat terdiri dari beberapa faktor. Faktor pertama adalah biaya dalam
jumlah yang besar yang dikeluarkan karena membeli alat tersebut. Jika pemilik meminjam uang
dari bank untuk membeli alat tersebut maka akan ada biaya terhadap bunga pinjaman. Faktor
kedua adalah depresiasi alat. Sejalan dengan bertambahnya umur alat maka akan ada penurunan
nilai alat. Faktor ketiga yang juga penting adalah pajak. Faktor keempat adalah biaya yang harus
dikeluarkan pemilik untuk membayar asuransi alat. Dan faktor terakhir adalah biaya yang harus
dikeluarkan untuk menyediakan tempat penyimpanan alat.

I-5
Depresiasi adalah penurunan nilai alat yang dikarenakan adanya kerusakan, pengurangan, dan
harga pasaran alat. Perhitungan depresiasi diperlukan untuk mengetahui nilai alat setelah
pemakaian alat tersebut selama suatu masa tertentu. Selain itu bagi pemilik alat dengan
menghitung depresiasi alat tersebut maka pemilik dapat memperhitungkan modal yang akan
dikeluarkan di masa alat sudah tidak dapat digunakan dan alat baru harus dibeli. Dalam
pelaksanaannya depresiasi juga dipakai untuk menghitung biaya perawatan alat berat. Ada
beberapa cara yang dipakai untuk menghitung depresiasi alat.
Cara-cara perhitungan depresiasi adalah sebagai berikut :
a. Metode garis lurus (straight line method).
b. Metode penjumlahan tahun (sum of the years method).
c. Metode penurunan seimbang (declining balance method).

a. Metode garis lurus (straight line method)


Metode ini merupakan metode termudah dalam perhitungan depresiasi. Hampir semua
perhitungan depresiasi menggunakan metode ini. Untuk menghitung depresiasi per tahun
digunakan rumus seperti berikut ini :

P−F
Dk =
n

Dk adalah depresiasi per tahun yang tergantung pada harga alat pada saat pembelian (P, present
value), nilai sisa alat (F, future value), dan umur ekonomis alat (n). Nilai Dk pada metode ini
selalu konstan. Nilai buku (book value (B)) dari alat dihitung dengan rumus :

Bk = P – kDk

Contoh :
Suatu alat dibeli dengan harga 500 juta rupiah dengan perkiraan nilai sisa 75 juta rupiah. Alat
tersebut mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Maka depresiasi per tahun menjadi :

I-6
500.000.000−75.000.000
Dk =
5
Dk = Rp 85.000.000 per tahun

Nilai buku pada akhir tahun ke- k adalah:

k Bk-1 (Rp) Dk(Rp) Bk (Rp)


0 0 0 500,000,000
1 500,000,000 85,000,000 415,000,000
2 415,000,000 85,000,000 330,000,000
3 330,000,000 85,000,000 245,000,000
4 245,000,000 85,000,000 160,000,000
5 160,000,000 85,000,000 75,000,000

b. Metode penjumlahan tahun (sum of the years method)


Metode ini merupakan metode percepatan sehingga nilai depresiasinua akan lebih besar daripada
depresiasi yang dihitung dengan metode garis lurus. Pertama-tama yang harus dihitung adalah
nilai SOY dengan menggunakan rumus :

n(n+1)
SOY =
2

Depresiasi tahunan dihitung dengan cara :

n−k +1
Dk = ( P−F)
SOY

Nilai buku pada akhir tahun ke-k adalah:

n−k n−k +1
Bk = x x ( P−F )+ F
n n+1

Contoh :
Untuk soal 2.1, hitunglah depresiasi dengan metode penjumlahan tahun.

I-7
5(5+1)
SOY = = 15 atau
2

k Dk(Rp) Bk (Rp)
0 0 500,000,000
1 141,666,667 358,333,333
2 113,333,333 245,000,000
3 85,000,000 160,000,000
4 56,666,667 103,333,333
5 28,333,333 75,000,000

c. Metode penurunan seimbang (declining-balance methods)


Metode ini menghitung depresiasi dengan mengalikan nilai buku pada akhir tahun dengan suatu
faktor. Nilai depresiasi dengan cara ini lebih besar daripada dengan dua metode sebelumnya.
Faktor percepatan (R) tersebut berkisar antara 1,25 per umur alat sampai 2,00 per umur alat.
Metode ini disebut sebagai metode penurunan seimbang ganda (double declining balance
method) jika :
2
R=
n
Depresiasi tahunan dengan metode ini dihitung dengan rumus :

Dk = R(1-R)k-1 x P

Pada awal umur alat, nilai buku dengan metode ini berkurang dengan cepat. Nilai buku di akhir
tahun ke-k dihitung dengan rumus :

Bk = (1-R)k x P

Pada perhitungan depresiasi dengan metode ini tidak memperhitungkan nilai sisa alat. Akan
tetapi pada akhir perhitungan nilai buku tidak boleh kurang dari perkiraan nilai sisa alat.

I-8
Contoh :
Dengan kasus seperti contoh 2.1, hitunglah depresiasi dengan metode penurunan seimbang
ganda.

( )
1−1
2 2
D1 = 1− x 500.000 .000=200.000.000
5 5

Bila dibuatkan tabel maka :


K Dk(Rp) Bk(Rp)
0 0 500,000,000
1 200,000,000 300,000,000
2 120,000,000 180,000,000
3 72,000,000 108,000,000
4 33,000,000 75,000,000
5 0 75,000,000

Pada tahun keempat dengan menggunakan metode penurunan seimbang ganda didapat nilai buku
yang kurang dari perkiraan nilai sisa. Dengan demikian maka depresiasi yang diperbolehkan
adalah Rp. 33.000.000,- sehingga nilai buku pada tahun tersebut adalah Rp. 75.000.000,-. Pada
tahun kelima untuk menjaga nilai buku tetap seperti perkiraan nilai sisa maka depresiasinya
adalah nol. Jika hasil dari ketiga metode tersebut digambarkan maka akan terlihat perbedaannya
seperti pada gambar 2.1 berikut.

d. Metode perhitungan biaya kepemilikan


Perhitungan biaya kepemilikan per tahun dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
memperhitungkan bunga dan tanpa memperhitungkan bunga. Biaya kepemilikan per tahun yang
memperhitungkan bunga ditentukan oleh rumus:

A = P (A/P,i,n)

A=P ( i ( 1+ i ) n
( 1+i ) n−1 )
I-9
Jika nilai sisa diperhitungkan:

A = P (A/P,i,n) – F (A/F,i,n)

A=P ( ( 1+i ) n−1) (


i ( 1+ i ) n
-F
i
( 1+i ) n−1 )
Pada rumus (2.12) F merupakan nilai sisa alat. Pada rumus (2.9) dan (2.11) nilai nilai (A/P,i,n)
dan (A/F,i,n) didapat dari tabel bunga lampiran (lihat lampiran 1). Sedangkan perhitungan biaya
kepemilikan rata-rata tanpa memperhitungkan bunga ditentukan oleh rumus :

P (n+1)
Arata-rata =
2n

Jika nilai sisa diperhitungkan:

P ( n+ 1 )+ F (n−1)
Arata-rata =
2n

Biaya kepemilikan per tahun dihitung dengan membagi nilai Arata-rata dengan umur ekonomis
alat.

1.3.2 Biaya pengoperasian alat berat


Biaya pengoperasian alat akan timbul setiap saat alat berat akan dipakai. Biaya pengoperasian
alat berat meliputi biaya bahan bakar, gemuk, pelumas, perawatan,dan perbaikan, serta alat
penggerak atau roda. Operator yang menggerakkan alat juga termasuk dalam biaya
pengoperasian alat.

a. Bahan bakar
Jumlah bahan bakar untuk alat berat yang menggunakan bensin atau solar berbeda-beda. Rata-
rata alat yang menggunakan bahan bakar bensin 0,06 gallon per horse-power per jam, sedangkan

I-10
alat yang menggunakan bahan bakar solar mengkonsumsi bahan bakar 0,04 gallon per horse-
power per jam. Nilai yang didapat kemudian dikalikan denan faktr pengoperasian.

b. Pelumas
Perhitungan penggunaan pelumas per jam biasanya berdasarkan jumlah waktu operasi dan
lamanya penggantian pelumas. Perkiraannya dihitung dengan rumus

f x hp x 0,006 c
Qp = +
7,4 t

Pada rumus (2.15) hp adalah horse power, c adalah capasitas crank-case, t adalah lama
penggunaan dan f adalah faktor pengoperasian

c. Roda
Perhitungan depresiasi alat berat beroda ban dengan alat berat beroda crawler berbeda.
Umumnya crawler mempunyai depresiasi alat sedangkan ban mempunyai depresiasi yang lebih
pendek dari umur alat.

Contoh :
Hitung biaya per jam alat beroda crawler dengan ketentuan seperti dibawah ini :
- mesin diesel 160 hp
- kapasitas crankcase 6 gal
- pelumas diganti setiap 100 jam
- faktor pengoperasian 0.6
- harga alat 400.000.000 rupiah-tanpa nilai sisa alat
- pemakaian gemuk per jam 0,25 kg
- umur ekonomis alat 5 tahun (1tahun dipakai 1400 jam)
- bunga pinjaman, pajak, asuransi 20%
konsumsi BBM per jam = 160 x 0,04 x0,6 = 3,9 gal
160 x 0,6 x 0,006 6
konsumsi pelumas per jam = + = 0,138 gal
7,4 100

I-11
Biaya kepemilikan per jam =
Dengan tabel :
= 400.000.000 (A/P,20,5) : 1400
= 400.000.000 x 0,3343797 : 1400
= 95.537 rupiah
Dengan rumus :

= 400.000.000 x ( )
0,2 (1+ 0,2 ) 5
( 1+0,2 ) 5−1
x
1
1400
= Rp 95.5357

Biaya perawatan per jam =


Perawatan dan pemeliharaan diasumsikan 100% dari depresiasi (metode garis lurus)
= 400.000.000 : 5 = 80.000.000 rupiah/tahun
= 80.000.000 : 1400
= Rp 57.143
Uraian Rp/jam
Pemeliharaan dan perawatan 57,143
BBM 3,9 gal @ Rp 2.500 9,750
Pelumas 0,138 gal @ Rp 60.000 8,280
Gemuk 0,25 kg @ Rp 2.000 500
Biaya pengoperasian perjam 75,673

Biaya total/jam = 75.673 + 95.537 = 171.210 rupiah

Contoh :
Hitung biaya per jam alat beroda ban dengan ketentuan seperti dibawah ini
- mesin diesel 250 hp
- kapasitas crankcase 14 gal
- pelumas diganti setiap 80 jam
- faktor pengoperasian 0,6
- harga alat 200.000.000 rupiah-tanpa harga ban dan nilai sisa adalah 50.000.000 rupiah
- pemakaian gemuk per jam 0,25 kg

I-12
- umur ekonomis alat 5 tahun (1tahun dipakai 1400 jam)
- harga ban 25.000.000 rupiah dengan masa pakai 5000 jam dan perbaikan ban 15% dari
depresiasi ban

konsumsi BBM per jam = 250 x 0,04 x 0,6 = 6,0 gal


250 x 0,6 x 0,006 14
konsumsi pelumas per jam = + = 0,30 gal
7,4 80

Biaya kepemilikan rata-rata:


200.000.000 ( 5+1 ) +50.000 .000(5−1)
Arata-rata = = Rp 140.000.000
2 x5

Biaya kepemilikan alat per jam =


140.000.000
= = Rp 20.000
5 x 1400

Biaya kepemilikan ban per jam =


(umur = 5.000/1.400 = 3,57 tahun)
25.000.000 (3,57+1) 1
= x = Rp 3.202
2 x 3,57 3,57 x 1400

Biaya perawatan alat per jam =


Alat:
Perawatan dan pemeliharaan diasumsikan 50% dari depresiasi (metode garis lurus)
= 200.000.000 : 5 x 0.5 = 20.000.000 rupiah/tahun
= 20.000.000 : 1400
= Rp 14.286

Ban:
Perawatan dan pemeliharaan diasumsikan 15% dari depresiasi (metode garis lurus)
= 25.000.000 : 5000 x 0.15 = 750 rupiah

I-13
Uraian Rp/jam
Pemeliharaan dan perawatan alat 14,286
Pemeliharaan dan perawatan ban 750
BBM 6 gal @ Rp 2.500 15,000
Pelumas 0,30 gal @ Rp 60.000 18,000
Gemuk 0,25 kg @ Rp 2.000 500
Biaya pengoperasian per jam 48,536

Biaya total/jam = 48.536 + 3.202 + 20.000 = Rp 71.738

1.4 Persiapan Pelaksanaan


Pertama-tama untuk penentuan penggunaan alat berat dapat dilihat rencana pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Rencana pekerjaan ini tertuang dalam dokumen pengadaan penyedia jasa
konstruksi (kontraktor) atau dokumen lelang. Appresiasi terhadap dokumen dan kondisi
lapangan adalah bagian yang sangat penting bagi kontraktor dimana hasilnya (data) akan
digunakan untuk menentukan metoda konstruksi.
Secara singkat data penting untuk penggunaan alat berat seperti pada tabel 1.1 rincian aspek dan
penggunaan metoda marsinal. Dengan melihat besarnya volume pekerjaan dan penentuan waktu
pelaksanaan suatu item pekerjaan maka dapat diketahui berapa volume pekerjaan yang harus
diselesaikan per hari. Dan selanjutnya ditentukan jumlah alat berat yang digunakan yaitu volme
pekerjaan per hari dibagi kapasitas alat perhari (akan dibahas lebih detail pada bab selanjutnya).
Dalam persiapan pelaksanaan ini sebaiknya dilakukan oleh pesonil yang telah berpengalaman,
baik sebagai manager atau pelaksana lapangan, estimator dan bila perlu mendengarkan
pendapat/saran dari operator alat berat.

DAFTAR PUSTAKA

I-14
1. Rochmanhadi, Alat-alat Berat dan Penggunaannya. Penerbit YBPPU. Jakarta 1992
2. Djoko Wilopo, Metoda Konstruksi dan Alat-Alat Berat. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta 2009.
3. Amien Sajekti, Metoda Kerja Bangunan Sipil. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009
4. Susy Fatena Rostiyanti, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Penebit Rineka Cipta.
Jakarta 2002

I-15

Anda mungkin juga menyukai