Anda di halaman 1dari 2

PULO TEMPURUNG / PULO U/ PULAU SIMELUR/PULAU SIMEULU

EKNIS PENDUDUK NYA MAYORITAS BERASAL DARI DARATAN PULAU


SUMATERA. SEBAGAI BERIKUT SEKILAS SEJARAH NYA.
GELOMBANG KE I pada abad ke 7
Kedatangan orang pertama di pulau Simeulue. Yang datang dari kerinci / jambi asal usul Awal
nya dari daerah Rawa. Minang Sumatra Barat keturunan datuk rajo si gerinsing bergelar Datuk
rajo pamuncak tuo yang bernama si pendek kaki nan sati kelompok ini di nama kan suku Ra,awa-
pamuncak-Bolawa.kelompok ini Penduduk pertama pulau itu awal pertama perkembangan nya di
sebelah barat pulau Simeulue Simeulue barat - alafan salang- kampung aie hingga tersebar ke
seluruh pulau
GELOMBANG KE 2 Pada abad ke 9
Rombongan selanjutnya datang orang dari makassar dari gowa tallo di Aceh di sebut orang
Bugis. Pendatang baru ini kemudian menempati Simeulue Barat dan Simeulue Tengah. Di
Simeulue Barat mereka dinamakan suku (datuk mudo) di devayan dan Simeulue timur di sebut
suku (Lanteng, )dan Simeulue Tengah disebut suku (Chabu/ habu. )
GELOMBANG KE 3 abad ke 14
Asal usul etnik yg ini diperkirakan datang dari daratan Sumatera. Ada dua rombongan yang
tergolong sebagai pendatang ke pulau tersebut. Pertama rombongan yang dipimpin oleh Lasenga,
menempati daerah Teupah, Simeulue Tengah dan mereka dinamakan suku ( Lasali. )Berasal dari
pesisir sumatra barat
GELOMBANG KE 4. pada abad ke 14-15 rombongan ini dipimpin oleh song song buluh dari
Luhak Tanah Datar dan
Lamborek, yang menempati daratan Simeulue tengah Salang, Sigulai (Simeulue Barat), dan
Leukon. Mereka kemudian dipanggil dengan sebutan suku pamuncak mudo atau Lafung
Lasal.berasal dari Sumatera Barat pesisir
GELOMBANG KE 5 pada abad 15-16
Rombongan ini di pimpin tgku halillulah / tgku di ujung berdaerah minang dari ulakan datang ke
Aceh setelah beliau mendapat tugas dakwah islamiah langsung dri sultan Aceh kelompok ini
menempati daerah kampung aie ujung padang dan latak ayah,
Rombongan ini berasal dari Aceh besar dan Pedir (Pidie). Mereka kemudian dikenal dengan
sebutan suku dagang dan suku Aceh dagang / said
GELOMBANG KE 6 pada abad ke 16-17
Rombongan ini berasal dari Tapanuli Tengah
Menempati daerah Simeulue timur alafan Simeulue barat salang kelompok ini di daerah Simeulue
barat di sebut suku ( manjungkan) di kampung aie di sebut suku( bangawan) di Simeulue timur,
Devayan di sebut suku Rainang / Dainang di Tapanuli Tengah di sebut IBU
GELOMBANG KE 7 PADA abad ke 17.
Rombongan ini berasal dari daratan Aceh.
Menempati daerah selatan simelur/Devayan.labuhan bajo.kelompok ini di sebut suku Aceh 24 -
30-36 dari Aceh Selatan-susoh
GELOMBANG KE 8 pada abad 17-18
Rombongan ini langsung berasal dari Minangkabau dari daerah Pagaruyung dan batu sangkar
menurut sebuah sejarah kelompok ini membawa serta kerbau di kapal nya menuju pulau U ke
arah tengah pulau sebelah selatan
Kelompok ini menempati daerah teupah selatan
Di sebut suku dagang
GELOMBANG KE 9 pada abad 18-19
Beberapa Pendatang yang hanyut terbawa arus/ terdampar kelompok ini di sebut suku abon.
Menempati Salur,
(MASA PEMERINTAHAN KESULTAN ACEH DAN MASA PENJAJAHAN BELANDA,
JEPANG SERTA ERA KEMERDEKAAN. RI)
Di bawah pemerintahan Kesultanan Aceh Darussalam, kemudian pulau ini dibagi menjadi lima
kerajaan kecil yang dipimpin oleh masing-masing seorang raja. Kelima kerajaan tersebut adalah
Teupah, Kerajaan Simeulue, Kerajaan Along, Kerajaan Lekon, dan Kerajaan Sigulai. Sementara
pada masa Belanda, Pulau Simeulue masuk dalam bagian afdelling wetkust van Aceh, yang
popular dengan sebutan Onder afdeling Simeulue. Daerah ini dipimpin oleh seorang Controleur
dan dibagi menjadi lima landschap. Kelima landschap tersebut adalah Sinabang yang ibukotanya
Sinabang, Simeulue beribukota Kampung Aie, Salang beribukota Nasrehe, Lekon beribukota
Lekon, dan Sigulai beribukota Lamamek.
Pada tahun 1874 Belanda mengklaim ada beberapa penguasa daerah di pulau Seumeulu yang
berdamai dengan pemerintah Belanda, seperti Datuk Pono, Muhammad Hamzah dari Salang,
Datuk Muhammad Ali Sigulai pada 27 Mei 1874, Datuk Sitongga dari Tapak, dan Datuk Jawab
dari Lakeuen. Selama kurun waktu tersebut, Simeulue dipimpin oleh beberapa orang Uleebalang,
Son, Wedana, Pembantu Bupati dan Bupati sebagai berikut :
1. Periode Uleebang, yaitu :
a. Raja salang meliputi salang dan alafan. Pusat kerajaan nya di Leukon dan pulau Harapan
b. Raja Devayan dengan wilayah kekuasaan meliputi Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah
Tengah dan Teupah Barat. Pusat kerajaan ini berada di Gampong Salur.
c. Raja Simoloi dengan wilayah kekuasaan Simeulue Tengah, Simeulue Cut dan Teluk Dalam.
Pusat kerajaan berada di Gampong Lata’ayah.
d. Raja Sigulai, meliputi Simeulue Barat dan sebagian lagi di Alafan dengan pusat kerajaan di
Gampong Sigulai.
2. Periode Belanda (landschap) yaitu :
a. Landschap Tapah ibu negerinya Sinabang, dipimpin oleh Sutan Amin
b. Landschap Simeulul ibu negerinya Kampung Aie, dipimpin oleh Teuku Raja Mahmud
c. Landschap Salang ibu negerinya Nasreuhe, dipimpin oleh Datuk Muhammad Syawal
d. Landschap Sigulai ibu negerinya Lamamek, dipimpin oleh Datuk Muhammad Ali / Datuk
Muhammad Tunai
e. Landschap Leukon ibu negerinya Leukon, dipimpin oleh Datuk Sukgam.
3. Periode Jepang (landschap diganti dengan Son) yaitu :
a. Tapah Son ibu negerinya Sinabang, dipimpin oleh Sutan Kemala / Sutan Amin / Sutan
Bustami.
b. Simeulu Son ibu negerinya Kampung Aie, dipimpin oleh Teuku Raja Mahmud / Teuku Raja
Kahar
c. Salang Son ibu negerinya Nasreuhe, di pimpin oleh Teuku Hamzah
d. Sigulai Son ibu negerinya Lamamek, dipimpin oleh Teuku Muhammad Husin
e. Leukon Son ibu negerinya Leukon, dipimpin oleh Teuku Syamsudin
4. Periode Republik Indonesia (Kewedanaaan dan Pembantu Bupati) yaitu :
a. Teuku Raja Mahmud (1945-1950)
b. Muhammad Hasan Basri (1950-1955)
c. Hasbi Usman (1955-1958)
d. Tjoet Mamad (1958-1962)
e. Teuku Raja Mahmud (1962-1964)
f. Teuku Banta Bugis (1964-1965)
g. Tgk. Muhammad Rasyidin (1965-1969)
h. Letkol Ali Hasan (1969-1972)
i. Mayor Juliadin (1972-1977)
j. Mayor Kassah (1977-1984)
k. Drs. H. Adriman Kimat (1984-1994)
l. Drs. H. Muhammad Amin (1994-1996)
Foto Penduduk Pulau Simeulu di atas kapal Benkoelen tahun 1895, Sumber : The KITLV

Anda mungkin juga menyukai