Bab 5
Pendekatan, metodologi & program
E.1
kerja
GAMBARAN UMUM PEKERJAAN
CV. ARCSINDO KARYA UTAMA dan seluruh komponen yang ada
didalamnya setelah melaksanakan penelaahan secara menyeluruh sebagaimana
tertuang dalam BAB-BAB sebelumnya terutama dalam BAB pemahaman dan
tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK), telah merumuskan metode-
metode serta pendekatan-pendekatan sebagai bahan acuan analisa studi pada
paket pekerjaan : “PEMBUATAND DED REHAB BERAT / SEDANG
PUSKESMAS PRAPATAN (24 JAM).”. Hal tersebut dilakukan agar tercapai
target yang diinginkan oleh Pengguna Jasa.
E.2 PENDEKATAN
Sesuai pemahaman konsultan dalam Kerangka Acuan Kerja, maka uraian dan
penjelasan kegiatan yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan dalam suatu
langkah-langkah pendekatan permasalahan dan aplikasi metode paling efektif
sehubungan dengan pelaksanaan layanan jasa pada proyek termaksud.
Pendekatan dan metodologi layanan jasa Konsultan tersebut telah disimpulkan
dalam bentuk rencana kerja yang dilengkapi dengan jadwal pekerjaan, jadwal
penugasan personil, tugas masing-masing tenaga ahli, tempat tugas dan lain
sebagainya yang sehubungan dengan
E.3 METODOLOGI
Metodologi pelaksanaan pekerjaan perencanaan melalui pendekatan dan prosedur
sebagai berikut:
1. Survey Pengumpulan Data
Pekerjaan Survey Meliputi :
a) Survei Topografi
Langkah Pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik lokasi
terutama topografi yang berkaitan dengan kemungkinan banjir maupun
penentuan elevasi peil bangunan.
Usulan Teknis
2. Konsep Tapak
Zoning massa bangunan berdasarkan keterkaitan antar fungsi bangunan
dan bentuk dari tapak dan kondisi sekitarnya
Penentuan jalur sirkulasi pada tapak dengan memperhatikan efesiensi dan
kuantitas yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan akan sirkulasi
dengan penunjangnya
Pengaturan ruang yang terbentuk pada tapak yang kaitannya pada fungsi
sebagai sarana rekreatif
Penataan ruang terbuka sebagai taman, plaza dan lain-lain yang terkait
pada fungsi di dalam dan luar tapak
ketergantungan itulah yang harus dikelola (manage) agar tidak saling merusak atau
tidak saling mempengaruhi negatif secara berlebihan.
dilakukan oleh seorang arsitek. Menurut Danisworo (1993) bahwa arsitektur (karya
seorang arsitek, misalkan: bangunan, dll) adalah komponen pembentuk utama dari
lingkungan buatan/lingkungan binaan dimana lingkungan ini adalah bagian dari
lingkungan hidup.
Sehingga peran serta tanggungjawab arsitek sebagai perancang dari komponen
utama ini sangat besar. Daya imajinasi, inovasi serta kreativitas arsitek sangat
mempengaruhi kualitas dari lingkungan binaan yang terbentuk. Arsitek memiliki
tanggung-jawab yang besar terutama apabila dikaitkan dengan berbagai dampak
yang ditimbulkan oleh lingkungan tersebut kepada tatanan hidup dari masyarakat
penghuni.
Arsitek Indonesia dituntut tanggap terhadap fenomena ini karena profil seorang
arsitek yang ideal dibutuhkan menjadi pelaku dalam mewujudkan lingkungan
buatan yang dapat berinteraksi baik dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Untuk itu para arsitek tidak hanya memerlukan imajinasi terhadap karya yang akan
dibuatnya, tetapi juga arsitek memerlukan aturan-aturan atau syarat-syarat dalam
membangun suatu bangunan gedung di persada Indonesia.
Beberapa syarat menyelenggarakan bangunan gedung yang tentunya harus
dipahami dan diaplikasikan pada proses perencanaan fisik bangunan. Persyaratan
tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam persyaratan teknis bangunan meliputi
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan (UU. RI No. 28
Tahun 2002 Pasal 7 ayat 3). Persyaratan arsitektur bangunan gedung adalah salah
satu dari 3 persyaratan tata bangunan yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 3 ini (dua
syarat lainnya adalah peruntukan dan intensitas bangunan gedung dan
pengendalian dampak lingkungan). Persyaratan arsitektur bangunan gedung
mencakup 3 (tiga) syarat, yaitu: (1)penampilan bangunan gedung; (2) tata ruang
dalam bangunan; (3)keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunan gedung
dengan lingkungannya.
1. Penampilan Bangunan
Sebagai salah satu syarat yang harus ditampilkan oleh bangunan-bangunan
gedung dimana penampilan bangunan harus memperhatikan bentuk dan
karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Pertimbangan
dimaksud untuk lebih menciptakan keserasian lingkungan melalui
harmonisasi nilai dan gaya arsitektur, penggunaan bahan serta warna
bangunan gedung. Gaya arsitektur yang dimaksud disini adalah gaya-gaya
arsitektur setempat dimana bangunan gedung ini dibangun, sehingga
Usulan Teknis
membentuk karakter yang khas bagi suasana dimana bangunan ini berada.
Penggunaan ornamen-ornamen khas daerah bagi bangunan akan
menampakkan jati diri kawasan tersebut. Kota yang terdiri dari beragam jenis
bangunan gedung, jika tidak memiliki jatidiri atau karakter yang spesifik
bangunannya, akan terasa sama saja dengan kota-kota lain. Wajah kota
akan menjadi sama rupa dan tidak memiliki identitas lagi.
bangunan gedung yang berbasis pada disain struktur dan arsitektur sehingga
bangunan gedung itu sendiri secara strutural stabil dalam waktu tertentu dan
dapat menghambat penjalaran api serta panas bila terjadi kebakaran.
Sedangkan sistem proteksi aktif adalah sistem deteksi dan alarm kebakaran,
dan sistem proteksi aktif yang memadamkan kebakaran seperti hidran, hose-
reel, sistem sprinkler dan pemadam api ringan. Persyaratan kemampuan
bangunan gedung dalam mencegah bahaya petir merupakan kemampuan
bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya petir
melalui sistem penangkal petir.
Persyaratan kesehatan bangunan gedung meliputi persyaratan sistem
penghawaan, pencahayaan,sanitasi dan penggunaan bahan bangunan
gedung. Sistem penghawaan yang dimaksud adalah sistem sirkulasi silang
(cross ventilation) yang dibutuhkan dalam pergantian udara alami dalam
gedung dimana sirkulasi ini membutuhkan bukaan-bukaan atau ventilasi
alami atau ventilasi buatan . Diharapkan untuk memberikan ventilasi pada
ruang-ruang dalam bangunan, sehingga penghuni merasa nyaman dan
sehat. Memiliki bukaan bagi pencahayaan alami, agar bangunan gedung
tersebut tidak harus menggunakan pencahayaan buatan, akibatnya tidak
banyak menggunakan energi listrik. Total luas ventilasi yang dibutuhkan
adalah 3% dari total luas ruang yang ada.
dalam, agar tidak terlihat penuh (sumpek). Penataan mebel juga akan
membantu menyediakan ruang gerak yang memadai.
Persyaratan kemudahan bangunan meliputi kemudahan hubungan ke,
dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan
sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung. Kemudahan ke, dari dan
di dalam bagunan gedung meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas
yang mudah, aman dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan
lanjut usia. Untuk kemudahan hubungan horisontal antar ruang dalam
bangunan gedung harus diperlukan pintu dan/atau koridor (selasar) antar
ruang dan tentunya harus disesuaikan dengan bentuk bangunan gedung
serta fungsi bangunan tersebut. Dengan adanya koridor penghubung
ruang dalam bangunan gedung, akan mempermudah pencapaian antar
ruang. Kebutuhan koridor juga tidak hanya antar ruangan tetapi juga
antar bangunan satu dengan yang lain, sehingga memberikan
kesempatan masyarakat pengguna bangunan untuk berjalan kaki dan
tidak menggunakan kendaraan. Akibatnya, polusi udara di lingkungan
bangunan gedung itu dapat diminimalkan. Untuk bangunan-bangunan
gedung seperti perkantoran, pertokoan dan sarana publik lainnya, harus
pula menyediakan fasilitas bagi orang cacat. Banyak bangunan gedung di
sebagian besar kota di Indonesia tidak memperhitungkan orang cacat
dalam pembuatan bangunannya. Memang hal ini harus benar-benar
diterapkan bagi pembuat bangunan-bangunan untuk umum, agar mereka
orang-orang cacat masih diperhitungkan sebagai masyarakat pengguna
bangunan-bangunan ini.
Kelengkapan prasarana dan sarana yang dimaksud pada bangunan
gedung meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah,
ruang ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah serta
fasilitas komunikasi dan informasi. Ruang ibadah khususnya mushola
sangat dibutuhkan di bangunan gedung, apalagi gedung perkatoran,
perdagangan dimana banyak orang yang bekerja disana. Sehingga
mempermudah dan terjadi efisiensi waktu bagi pegawai atau siapa saja
mencari sarana ibadah. Juga kelengkapan lain seperti tempat parkir,
sarana komunikasi dan informasi dan toilet. Ini merupakan kebutuhan
manusiawi yang harus dipenuhi dalam bangunan gedung, sehingga
bangunan ini dibuat untuk kenyamanan semua orang (seluruh strata
Usulan Teknis
tegangan yang berlebihan bilamana jarak antara gardu utama dengan titik
beban terlalu jauh.Untuk meningkatkan keandalan dalam penyuplaian di
masing masing gardu sehingga tidak terjadi pemadaman pada saat
dilakukan maintenance ditrafo gardu yang berangkutan, maka dibuat
dibuat suatu loop system dalam system distribusinya. Sistem ini
menghubungkan panel suatu gardu dengan panel gardu lainnya melalui
system Automatic Change Over Switch, namun demikin perlu
diperhatikan kapasitas maksimum dari trafo dalam mensuplai beban
beban dan juga beban tambahahn tidak menyebabkan terjadinya suatu
overload pada suatu trafo.
b). Gardu Induk dan Kabel pengumpan ( Feeder )
- Pekerjaan Mekanikal
Perpipaan
Lingkup pekerjaan system perpipaan meliputi :
· Pipa
· Sambungan
· Katup
· Strainer
· Sambungan Ekspansi
· Sambungan Fleksibel
· Penggantung dan penumpu
· Sleeve
· Lubang pembersih
· Bak control
· Block Beton
· Galian
· Pengecatan
· Pengakhiran
· Pengujian
· Peralatan Bantu
Usulan Teknis
a. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter nominal dari pipa dan letak
serta arah dari masing-masing system pipa.
b. Seluruh pekerjaan, terlibat pada gambar dan / atau spesifikasi dipasang
terintegrasi dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan
bagian lainnya.
c. Bahan pipa maupun periengkapan hams terlindung dari kotoran, air karat
dan stress sebelum, selama dan sesudah pemasangan.
d. Khusus pipa dan perlengkapan dari bahan plastic, selain disebut diatas
harus juga terlindung dari cahaya matahari.
e. Semua barang yang dipergunakan hams jelas menunjukkan identitas pabrik
pembuat.
6. Tenaga Kerja.
Tenaga kerja dalam pelaksanaan ada dilokasi dan juga mendatangkan tenaga
kerja dari luar lokasi. Tetapi lebih diutamakan berasal dari lokasi di sekitar Proyek
tersebut. Setelah melakukan survey dilapangan masalah tenaga tidak menjadi
masalah. Karena tersedia cukup tenaga trampil yang ada didaerah tersebut.
Gambar 11.2
Struktur organisasi CV. ARCSINDO KARYA UTAMA
DINAS KESEHATAN
TEAM LEADER
TUKIMUN, ST, MT
ADMINISTRASI
AHLI ARSITEKTUR ESTIMATOR
TO BE NAME
ANTON SATRIAWAN, ST ANDI PRASTIO, ST
SURVEYOR DRAFTER
TO BE NAME TO BE NAME
Usulan
Teknis