Anda di halaman 1dari 23

Usulan Teknis

Bab 5
Pendekatan, metodologi & program
E.1
kerja
GAMBARAN UMUM PEKERJAAN
CV. ARCSINDO KARYA UTAMA dan seluruh komponen yang ada
didalamnya setelah melaksanakan penelaahan secara menyeluruh sebagaimana
tertuang dalam BAB-BAB sebelumnya terutama dalam BAB pemahaman dan
tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK), telah merumuskan metode-
metode serta pendekatan-pendekatan sebagai bahan acuan analisa studi pada
paket pekerjaan : “PEMBUATAND DED REHAB BERAT / SEDANG
PUSKESMAS PRAPATAN (24 JAM).”. Hal tersebut dilakukan agar tercapai
target yang diinginkan oleh Pengguna Jasa.

E.2 PENDEKATAN
Sesuai pemahaman konsultan dalam Kerangka Acuan Kerja, maka uraian dan
penjelasan kegiatan yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan dalam suatu
langkah-langkah pendekatan permasalahan dan aplikasi metode paling efektif
sehubungan dengan pelaksanaan layanan jasa pada proyek termaksud.
Pendekatan dan metodologi layanan jasa Konsultan tersebut telah disimpulkan
dalam bentuk rencana kerja yang dilengkapi dengan jadwal pekerjaan, jadwal
penugasan personil, tugas masing-masing tenaga ahli, tempat tugas dan lain
sebagainya yang sehubungan dengan

E.3 METODOLOGI
Metodologi pelaksanaan pekerjaan perencanaan melalui pendekatan dan prosedur
sebagai berikut:
1. Survey Pengumpulan Data
Pekerjaan Survey Meliputi :
a) Survei Topografi
Langkah Pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik lokasi
terutama topografi yang berkaitan dengan kemungkinan banjir maupun
penentuan elevasi peil bangunan.
Usulan Teknis

2. Pengolahan Data dan Konsep Desain Perencanaan


Berdasarkan Data yang telah dikumpulkan dalam tahap survey meliputi
topografi, tata ruang eksisting bangunan dan kondisi daya dukung tanah, maka
disusun konsep desain prencanaan.
KONSEP PERENCANAAN
a. Konsep Makro
Kawasan Perencanaan merupakan kawasan yang berfungsi sebagai pusat
perdagangan dan jasa sehingga diperlukan sarana penunjang yang khususnya
melayani masyarakat sekitarnya juga untuk skala wilayah
Mewujudkan rancangan desain yang konstektual dengan lingkungan,
memaksimalkan potensi yang ada pada tapak, dengan pencapaian
persyaratan akan kebutuhan sarana tersebut khususnya, juga sebagai ruang
terbuka kawasan
b. Konsep Mikro
1. Konsep Bangunan
 Fungsi bangunan
Menyediakan fasilitas-fasilitas yang direncanakan, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, dengan fasilitas penunjang dan pelengkapnya.
 Bentuk bangunan
- Kejelasan antara rancangan dengan fungsi
- Tampilan bangunan yang dinamis, serasi dan harmonis dengan
lingkungan sekitarnya
- Bentuk dan tata ruang dalam bangunan merupakan solusi pendekatan
fungsional dan keteknikan, kesesuaian dengan peraturan serta kondisi
lingkungan
 Keteknikan
- Pemilihan bahan bangunan dan konstruksi yang disesuaikan dengan
perkembangan ilmu bahan bangunan itu sendiri dan fungsi dari bahan
bangunan tersebut
- Pemilihan dan penggunaan sistem struktur dan pondasi bangunan
didasarkan pada kaidah-kaidah struktur dan kondisi lahan
Usulan Teknis

2. Konsep Tapak
 Zoning massa bangunan berdasarkan keterkaitan antar fungsi bangunan
dan bentuk dari tapak dan kondisi sekitarnya
 Penentuan jalur sirkulasi pada tapak dengan memperhatikan efesiensi dan
kuantitas yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan akan sirkulasi
dengan penunjangnya
 Pengaturan ruang yang terbentuk pada tapak yang kaitannya pada fungsi
sebagai sarana rekreatif
 Penataan ruang terbuka sebagai taman, plaza dan lain-lain yang terkait
pada fungsi di dalam dan luar tapak

TINJAUAN KONSEP ARSITEKTUR


Bangunan gedung adalah suatu wadah tempat manusia melakukan aktivitasnya,
baik aktivitas sosial dan budaya maupun aktivitas ekonomi. Wadah ini pula
merupakan salah satu kebutuhan dasar (basic need) dari makhluk "manusia",
dimana manusia semakin bertambah banyak dan kebutuhan dasar ini semakin saja
diperlukan.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar ini, manusia berusaha mencari dan
mendapatkan bahan-bahan (material) untuk digunakan dalam pembuatan bangunan
gedung ini. Baik itu lokasi (lahan/land) maupun bahan-bahan dasar bangunan,
seperti tanah (soil), kayu, besi, batu dan lain-lain. Dimana, bahan-bahan ini tersedia
di alam (lingkungan alam), sehingga seringkali upaya pengambilan bahan-bahan
dari alam dilakukan dengan cara yang tidak benar, yang mengakibatkan rusaknya
lingkungan alam tempat wadah ini berada. Padahal, alam ini menyediakan bahan-
bahan (material) dalam jumlah terbatas (dalam suatu waktu tertentu), maksudnya,
alam ini membutuhkan waktu pemulihan diri (recovery) terhadap pengrusakan yang
dilakukan manusia dalam rangka membangun wadah kegiatan (bangunan).
Sementara, pertambahan manusia tidak pernah berhenti, malahan laju pertumbuhan
penduduk di Indonesia setiap tahun terus meningkat. Ini menandakan bahwa
kebutuhan manusia akan bahan pembuat bangunan, seperti papan (misalkan)
sebagai bahan bangunan akan semakin terus meningkat. Ini pula menandakan
bahwa semakin banyak lahan yang dibutuhkan sebagai tempat dibangunnya
bangunan-bangunan ini. Konflik antar manusia dan sumberdaya alam seperti tanah
("land" dan "soil"), hutan, air akan semakin meningkat. Belum lagi terbangunnya
Usulan Teknis

bangunan-bangunan gedung yang tidak memperhatikan standar kesehatan,


bangunan gedung yang tidak hemat enerji dan tidak ramah terhadap penghuninya
semakin banyak dibuat.
Konflik ini harus diatasi, agar manusia dapat memenuhi kebutuhan wadah tempat
melakukan aktivitas ekonomi dan aktivitas sosialnya tanpa harus saling menganggu
satu dengan yang lain ataupun manusia dengan lingkungannya. Untuk
mengatasinya, diperlukan hukum yang mengatur pembangunan bangunan gedung
dan tentunya dengan sadar harus ditaati bersama oleh seluruh masyarakat warga
negara Indonesia.
Undang-undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
yang telah disahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia adalah salah satu produk
hukum yang diharapkan dapat mengatur cara-cara membangun bangunan gedung
tersebut. Namun, produk hukum ini masih merupakan payung, sehingga diperlukan
peraturan-peraturan di bawahnya yang mengatur penyelenggaraan bangunan
gedung yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta
kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran. Aturan-aturan yang akan
dibuat nanti harus benar-benar bermanfaat bagi masyarakat luas dan keberlanjutan
lingkungan hidup.

DAMPAK PEMBANGUNAN GEDUNG DAN KUALITAS LINGKUNGAN


Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain
(UU. RI No. 23/1997).
Lingkungan hidup merupakan suatu sistem yang besar dan di dalamnya ada 3 sub-
sistem, yaitu: sub-sistem lingkungan buatan, sub-sistem lingkungan alam dan sub-
sistem lingkungan sosial. Sub-sistem lingkungan alam/ekosistem (natural
environment) dimana lingkungan yang bukan buatan manusia melainkan terjadi
akibat kegiatan alam, misalnya hutan, danau, sungai-sungai, pegunungan dan
gunung serta laut; lingkungan buatan/technosystem (man-made environment)
dimana lingkungan yang dibuat oleh manusia seperti kota, kampung, taman, hutan
kota; sedangkan lingkungan sosial (socio-system) seperti budaya, adat istiadat suatu
daerah. Itulah sub-sub bagian yang ada di lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya atau saling berinteraksi. Interaksi atau saling
Usulan Teknis

ketergantungan itulah yang harus dikelola (manage) agar tidak saling merusak atau
tidak saling mempengaruhi negatif secara berlebihan.

Gambar 1. Tiga sub-sistem yang saling berinteraksi dalam sistem besar


lingkungan hidup
Bangunan gedung menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2002, merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas tanah
dan /atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus.
Seluruh kegiatan ini terjadi di dalam lingkungan hidup yang mencakup ketiga
sub-sistem tersebut. Namun, secara spesifik kegiatan-kegiatan ini adalah
kegiatan ciptaan manusia dan tentunya masuk di dalam sub-sistem lingkungan
buatan/lingkungan binaan (man-made environment) dan secara nyata dapat kita
lihat di kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan.
Bangunan gedung bagi peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat
lebih cenderung pada terjaganya kondisi kesehatan, kondisi sosial dan proses
pembelajaran keluarga (pembentukan watak pribadi) bagi penghuni bangunan
itu. Terjaganya kondisi kesehatan, sosial manusia akan meningkatkan
produktivitas kerja dalam rangka meningkatkan kondisi ekonominya. Bangunan
gedung yang baik akan mengkondisikan terciptanya hubungan timbal balik
antara individu satu dengan yang lain, akan menciptakan watak pribadi yang baik
dan sistem sosial yang terjaga. Bangunan gedung ini pula menjadi wadah tempat
membentuk perilaku seseorang untuk terjun atau masuk pada suatu sistem
Usulan Teknis

desa, kota maupun negara. Semakin baik bangunan gedung diselenggarakan,


diharapkan akan semakin baik kesehatan, perilaku dan produktivitas
penghuninya.
Penyelenggaraan bangunan gedung, selain memperhitungkan fungsi bangunan
terhadap penghuninya dan dalam bangunan itu sendiri, juga harus
mempertimbangkan fungsi bangunan gedung terhadap kondisi alam
(sumberdaya) sekitarnya. Dengan demikian diharapkan akan meningkat pula
kualitas hidup yang akan meningkatkan kualitas lingkungan alam dalam hal ini
kualitas sumberdaya alamnya (air, udara dan tanah) dan lingkungan sosial.
Dengan demikian pula penyelenggaraan bangunan gedung yang baik akan
memberikan dampak positif bagi kualitas lingkungan hidup, dimana bangunan itu
diwujudkan. Bangunan-bangunan ini akan lebih meningkatkan estetika suatu
desa dan kota, serta dapat menjadi bagian dari lingkungan hidup dan menjadi
wadah melestarikan fungsi lindung seperti menjaga sirkulasi air dan udara
sebagai sumberdaya alam yang penting bagi kehidupan. Dapat pula menjadi
wadah yang memberikan kenyamanan dan ketentraman bagi manusia.
Namun, banyak pula penyelenggaraan bangunan gedung memberikan dampak
negatif bagi lingkungan sekitarnya. Diselenggarakan tanpa mempertimbangkan
kondisi sosial dan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Proses
perencanaan teknis serta pelaksanaan konstruksinya cenderung merobah fungsi
lingkungan hidup dan fungsi sosial, seperti pelaksanaan pembangunan
bangunan-bangunan komersil atau bangunan yang menampung kegiatan
perdagangan yang harus menggusur masyarakat lokal (setempat) tanpa
memberikan hunian yang layak.

PERSYARATAN ARSITEKTUR BANGUNAN DALAM UU. RI NO. 28 TAHUN 2002


TENTANG BANGUNAN GEDUNG
Penyelenggaraan bangunan adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses
perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian dan pembongkaran. Bangunan gedung itu akan berfungsi baik dan
sesuai dengan pemanfaatan dan sesuai dengan lingkungan dimana bangunan itu
dibangun, membutuhkan suatu proses perencanaan teknis serta perencanaan
pelaksanaan konstruksi. Perencanaan yang baik dalam merancang suatu
bangunan akan menghasilkan bangunan-bangunan yang baik pula dan berfungsi
baik. Kegiatan proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi ini biasanya
Usulan Teknis

dilakukan oleh seorang arsitek. Menurut Danisworo (1993) bahwa arsitektur (karya
seorang arsitek, misalkan: bangunan, dll) adalah komponen pembentuk utama dari
lingkungan buatan/lingkungan binaan dimana lingkungan ini adalah bagian dari
lingkungan hidup.
Sehingga peran serta tanggungjawab arsitek sebagai perancang dari komponen
utama ini sangat besar. Daya imajinasi, inovasi serta kreativitas arsitek sangat
mempengaruhi kualitas dari lingkungan binaan yang terbentuk. Arsitek memiliki
tanggung-jawab yang besar terutama apabila dikaitkan dengan berbagai dampak
yang ditimbulkan oleh lingkungan tersebut kepada tatanan hidup dari masyarakat
penghuni.
Arsitek Indonesia dituntut tanggap terhadap fenomena ini karena profil seorang
arsitek yang ideal dibutuhkan menjadi pelaku dalam mewujudkan lingkungan
buatan yang dapat berinteraksi baik dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Untuk itu para arsitek tidak hanya memerlukan imajinasi terhadap karya yang akan
dibuatnya, tetapi juga arsitek memerlukan aturan-aturan atau syarat-syarat dalam
membangun suatu bangunan gedung di persada Indonesia.
Beberapa syarat menyelenggarakan bangunan gedung yang tentunya harus
dipahami dan diaplikasikan pada proses perencanaan fisik bangunan. Persyaratan
tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam persyaratan teknis bangunan meliputi
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan (UU. RI No. 28
Tahun 2002 Pasal 7 ayat 3). Persyaratan arsitektur bangunan gedung adalah salah
satu dari 3 persyaratan tata bangunan yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 3 ini (dua
syarat lainnya adalah peruntukan dan intensitas bangunan gedung dan
pengendalian dampak lingkungan). Persyaratan arsitektur bangunan gedung
mencakup 3 (tiga) syarat, yaitu: (1)penampilan bangunan gedung; (2) tata ruang
dalam bangunan; (3)keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunan gedung
dengan lingkungannya.
1. Penampilan Bangunan
Sebagai salah satu syarat yang harus ditampilkan oleh bangunan-bangunan
gedung dimana penampilan bangunan harus memperhatikan bentuk dan
karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Pertimbangan
dimaksud untuk lebih menciptakan keserasian lingkungan melalui
harmonisasi nilai dan gaya arsitektur, penggunaan bahan serta warna
bangunan gedung. Gaya arsitektur yang dimaksud disini adalah gaya-gaya
arsitektur setempat dimana bangunan gedung ini dibangun, sehingga
Usulan Teknis

membentuk karakter yang khas bagi suasana dimana bangunan ini berada.
Penggunaan ornamen-ornamen khas daerah bagi bangunan akan
menampakkan jati diri kawasan tersebut. Kota yang terdiri dari beragam jenis
bangunan gedung, jika tidak memiliki jatidiri atau karakter yang spesifik
bangunannya, akan terasa sama saja dengan kota-kota lain. Wajah kota
akan menjadi sama rupa dan tidak memiliki identitas lagi.

2. Tata Ruang Dalam Bangunan


Sebagaimana yang dimaksud bahwa bangunan gedung harus
memperhatikan fungsi ruang, arsitektur bangunan dan keandalan bangunan
gedung. Fungsi ruang yang dirancang harus sesuai dengan aktifitas dari
penghuni bangunan tersebut. Jika bangunan tersebut dirancang sebagai
bangunan hunian tentunya harus berada di kawasan peruntukkan ruang
hunian. Dengan demikian organisasi dan struktur ruang adalah untuk hunian.
Bangunan yang memang sudah dirancang sebagai hunian, tidak dapat dialih
fungsikan sebagai bangunan komersil atau bangunan perkantoran.
Selain tidak tepat peruntukkan ruangnya, maka komposisi ruang tidak sesuai
dan akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna bangunan itu. Juga
arsitektur bangunan harus pula mencerminkan fungsi bangunan tersebut
(form follow function). Sedangkan keandalan yang dimaksud disini, meliputi
persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Persyaratan keselamatan yang dimaksud dalam Undang-undang RI No. 28
Tahun 2002 ini, mencakup persyaratan kemampuan bangunan gedung yang
mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.
Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban
muatannya sebagaimana dimaksud adalah kemampuan struktur bangunan
gedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan. Dengan
demikian, pemilihan sistem struktur bangunan-bangunan gedung tersebut
harus mempertimbangkan situasi alam (kondisi tanah, potensi bencana)
dimana tempat bangunan ini akan dibangun. Persyaratan kemampuan
bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran
adalah kemapuan bangunan gedung melakukan pengamanan terhadap
bahaya kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif.
Dimana, sistem proteksi pasif adalah suatu sistem proteksi kebakaran pada
Usulan Teknis

bangunan gedung yang berbasis pada disain struktur dan arsitektur sehingga
bangunan gedung itu sendiri secara strutural stabil dalam waktu tertentu dan
dapat menghambat penjalaran api serta panas bila terjadi kebakaran.
Sedangkan sistem proteksi aktif adalah sistem deteksi dan alarm kebakaran,
dan sistem proteksi aktif yang memadamkan kebakaran seperti hidran, hose-
reel, sistem sprinkler dan pemadam api ringan. Persyaratan kemampuan
bangunan gedung dalam mencegah bahaya petir merupakan kemampuan
bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya petir
melalui sistem penangkal petir.
Persyaratan kesehatan bangunan gedung meliputi persyaratan sistem
penghawaan, pencahayaan,sanitasi dan penggunaan bahan bangunan
gedung. Sistem penghawaan yang dimaksud adalah sistem sirkulasi silang
(cross ventilation) yang dibutuhkan dalam pergantian udara alami dalam
gedung dimana sirkulasi ini membutuhkan bukaan-bukaan atau ventilasi
alami atau ventilasi buatan . Diharapkan untuk memberikan ventilasi pada
ruang-ruang dalam bangunan, sehingga penghuni merasa nyaman dan
sehat. Memiliki bukaan bagi pencahayaan alami, agar bangunan gedung
tersebut tidak harus menggunakan pencahayaan buatan, akibatnya tidak
banyak menggunakan energi listrik. Total luas ventilasi yang dibutuhkan
adalah 3% dari total luas ruang yang ada.

Gambar 22. Sistem ventilasi silang (buatan)


Persyaratan kenyamanan bangunan meliputi kenyamanan ruang gerak
dan hubungan antar ruang, kondisi ruang dalam ruang, pandangan, serta
tingkat getaran dan tingkat kebisingan. Kenyamanan yang dimaksud
adalah kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak
ruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.
Misalnya, luas ruang gerak manusia dalam ruang atau luas ruang untuk
sirkulasi sebesar 10% dari luas ruang keseluruhan. Penggunaan mebel
(furniture) harus sesuai dengan luas ruang dan tinggi dinding ruang
Usulan Teknis

dalam, agar tidak terlihat penuh (sumpek). Penataan mebel juga akan
membantu menyediakan ruang gerak yang memadai.
Persyaratan kemudahan bangunan meliputi kemudahan hubungan ke,
dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan
sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung. Kemudahan ke, dari dan
di dalam bagunan gedung meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas
yang mudah, aman dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan
lanjut usia. Untuk kemudahan hubungan horisontal antar ruang dalam
bangunan gedung harus diperlukan pintu dan/atau koridor (selasar) antar
ruang dan tentunya harus disesuaikan dengan bentuk bangunan gedung
serta fungsi bangunan tersebut. Dengan adanya koridor penghubung
ruang dalam bangunan gedung, akan mempermudah pencapaian antar
ruang. Kebutuhan koridor juga tidak hanya antar ruangan tetapi juga
antar bangunan satu dengan yang lain, sehingga memberikan
kesempatan masyarakat pengguna bangunan untuk berjalan kaki dan
tidak menggunakan kendaraan. Akibatnya, polusi udara di lingkungan
bangunan gedung itu dapat diminimalkan. Untuk bangunan-bangunan
gedung seperti perkantoran, pertokoan dan sarana publik lainnya, harus
pula menyediakan fasilitas bagi orang cacat. Banyak bangunan gedung di
sebagian besar kota di Indonesia tidak memperhitungkan orang cacat
dalam pembuatan bangunannya. Memang hal ini harus benar-benar
diterapkan bagi pembuat bangunan-bangunan untuk umum, agar mereka
orang-orang cacat masih diperhitungkan sebagai masyarakat pengguna
bangunan-bangunan ini.
Kelengkapan prasarana dan sarana yang dimaksud pada bangunan
gedung meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah,
ruang ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah serta
fasilitas komunikasi dan informasi. Ruang ibadah khususnya mushola
sangat dibutuhkan di bangunan gedung, apalagi gedung perkatoran,
perdagangan dimana banyak orang yang bekerja disana. Sehingga
mempermudah dan terjadi efisiensi waktu bagi pegawai atau siapa saja
mencari sarana ibadah. Juga kelengkapan lain seperti tempat parkir,
sarana komunikasi dan informasi dan toilet. Ini merupakan kebutuhan
manusiawi yang harus dipenuhi dalam bangunan gedung, sehingga
bangunan ini dibuat untuk kenyamanan semua orang (seluruh strata
Usulan Teknis

ekonomi), tidak hanya untuk kenyamanan masyarakat ekonomi tertentu


saja. Sistem sanitasi harus disediakan baik di dalam dan di luar
bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan
air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyeluran air
hujan. Sistem sanitasi ini harus berfungsi baik, karena sistem inilah yang
melindungi lingkungan sekitar bangunan gedung. Sistem inilah yang
harus disediakan agar lingkungan hidup tidak tercemari oleh buangan-
buangan dari dapur dan dari hasil eksreta manusia. Dengan demikian
kualitas lingkungan bakal terjaga dengan baik.
Keseimbangan, Keserasian dan Keselarasan Bangunan Gedung dengan
Lingkungannya Persyaratan yang terakhir ini sangat penting bagi
pembangunan bangunan gedung terhadap lingkungan hidup. Dimana
setiap pembangunan bangunan gedung, boleh dilakukan asalkan
mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitarnya.
Dalam UU RI No. 28 Tahun 2002 Pasal 14 (4) bahwa yang dimaksud
dengan keseimbangan, keserasian dan keselarasan Bangunan Gedung
dengan Lingkungannya adalah harus mempertimbangkan terciptanya
ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi,
dan selaras dengan lingkungannya. Ruang luar bangunan gedung
diwujudkan untuk sekaligus mendukung pemenuhan persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan bangunan
gedung, disamping untuk mewadahi kegiatan pendukung fungsi
bangunan gedung dengan daerah hijau sekitar bangunan.
Ruang luar terutama ruang terbuka hijau (RTH) sangat penting
diwujudkan pada pembangunan bangunan gedung ini, karena RTH ini
sangat berguna menjaga terjadinya siklus alami di bumi ini. Siklus air
dapat berlangsung dengan baik, dimana air hujan dapat meresap baik ke
dalam tanah dan dapat tersimpan menjadi cadangan air tanah dan
kembali dapat terserap oleh pohon-pohon dan pohon-pohon dapat
menguapkan kembali menjadi oksigen dan uap air dan kembali lagi
masuk ke dalam tanah.
Usulan Teknis

Gambar. Siklus air dan Oksigen yang terjaga apabila


rruang terbuka hijau ada
Ruang terbuka hijau diwujudkan dengan memperhatikan potensi unsur-
unsur alami yang ada dalam tapak seperti danau, sungai, pohon-pohon
menahun, tanah serta permukaan tanah dan dapat berfungsi untuk
kepentingan ekologis, sosial, ekonomi serta estetika. Ruang terbuka hijau
juga selain sebagai elemen estetika kota, juga dapat menjadi wadah
sosialisasi antar penghuni bangunan-bangunan gedung. RTH ini dapat
berfungsi sebagai hutan kota (urban forest) dimana hutan kota ini
mempunyai peran penting untuk menurunkan efek berbahaya dari polusi
udara dan dapat membangun lingkungan yang baik.

Gambar . Ruang terbuka menjadi


wadah sosialisasi antar penghunia
Usulan Teknis

Metodologi Perhitungan Struktur


1. Perencanaan Struktur Bangunan
Struktur Bangunan meliputi Struktur Atas dan Struktur Bawah. Struktur Atas terdiri
dari Kolom-kolorn praktis dan struktural, Ring Balk dan Atap. Sedangkan untuk
struktur bawah meliputi Sloof dan Pondasi.
Perencanaan Struktur Bangunan menggunakan perhitungan Struktur mulai dari
Pondasi sampai dengan Atap.
Struktur Praktis yang digunakan meliputi Kolom Praktis, Ring Balk dan Sloof.
Perencanaan Struktur Praktis ini meliputi Perencanaan Dimensi, Penulangan dan
Nilai Karakteristik (Mutu) Beton yang digunakan dengan mengacu pada peraturan
PBI 1971 dan SK-SNI 1991.
Nilai Mutu Beton yang digunakan untuk Kolom Praktis, Sloof dan Ring Balk adalah
K-175 (175 Kg/cm2). Sedangkan untuk Dimensi dan Penulangannya mengikuti
standar pendimensian dan penulangan praktis.

2. Metodologi Perencanaan Utilitas


- Pekerjaan Elektrikal
Kebutuhan daya listrik disesuaikan dengan prasarana yang ada dan
kebutuhan daya listrik bagi fasilitas fasilitas yang dioperasikan dapat
beroperasi dengan baik yang.
- Sistem Distribusi Listrik
Sasaran suatu system Distribusi tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan dan
kriteria pelayanan yang baik dan handal. Sumber daya listrik yang utama
dengan menggunakan daya listrik komersial dalam hal ini adalah PLN Untuk
mengantisipasi dan mengurangi kemungkinan munculnya gangguan, maka
diupayakan agar Bandara tersebut disuplai dari dua feeder yang berbeda dan
juga dimungkinkan untuk mendapatkan suplai dari feeder khusus, sehingga
keandalan dari system penyuplian daya listrik dpat tercapai dengan baik.
a). Tegangan Distribusi
Besarnya tegangan distribusi diusahakan tegangan menengah (TM) yaitu
tegangan 20 KV, 3 phase, 4 kawat , 50 Hz dengan netral ditanahkan. Dan
Untuk tegangan rendah (TR) yaitu tegangan 380/220 Volt; 3 phase, 4
kawat dan 50 Hz, dimana sebelum sebelum tegangan 380 Volt di
distribusikan ke masing masing gardu terlebih dahulu tegangan tersebut
dinaikan menjadi 6 KV atau 12 KV untuk menghindari terjadinya jatuh
Usulan Teknis

tegangan yang berlebihan bilamana jarak antara gardu utama dengan titik
beban terlalu jauh.Untuk meningkatkan keandalan dalam penyuplaian di
masing masing gardu sehingga tidak terjadi pemadaman pada saat
dilakukan maintenance ditrafo gardu yang berangkutan, maka dibuat
dibuat suatu loop system dalam system distribusinya. Sistem ini
menghubungkan panel suatu gardu dengan panel gardu lainnya melalui
system Automatic Change Over Switch, namun demikin perlu
diperhatikan kapasitas maksimum dari trafo dalam mensuplai beban
beban dan juga beban tambahahn tidak menyebabkan terjadinya suatu
overload pada suatu trafo.
b). Gardu Induk dan Kabel pengumpan ( Feeder )

- Pekerjaan Mekanikal
 Perpipaan
Lingkup pekerjaan system perpipaan meliputi :
· Pipa

· Sambungan

· Katup

· Strainer

· Sambungan Ekspansi

· Sambungan Fleksibel
· Penggantung dan penumpu

· Sleeve

· Lubang pembersih

· Bak control

· Block Beton

· Galian

· Pengecatan

· Pengakhiran

· Pengujian

· Peralatan Bantu
Usulan Teknis

a. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter nominal dari pipa dan letak
serta arah dari masing-masing system pipa.
b. Seluruh pekerjaan, terlibat pada gambar dan / atau spesifikasi dipasang
terintegrasi dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan
bagian lainnya.
c. Bahan pipa maupun periengkapan hams terlindung dari kotoran, air karat
dan stress sebelum, selama dan sesudah pemasangan.
d. Khusus pipa dan perlengkapan dari bahan plastic, selain disebut diatas
harus juga terlindung dari cahaya matahari.
e. Semua barang yang dipergunakan hams jelas menunjukkan identitas pabrik
pembuat.

3. Metodologi Penyusunan Rencana Detail


Penyusunan Rencana Detail, antara lain membuat :
a) Gambar-gambar detail Arsitektur, detail struktur, detail utilitas yang sesuai
dengan gambar rencana yang sudah disetujui.
b) Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( RKS )
c) Rincian Volume pelaksanaan pekerjaan rencana anggaran biaya pekerjaan
konstruksi
d) Laporan Akhir Perencanaan
e) Estimate Engineer (EE) sesuai dengan gambar dan spesifikasi hasil
perencanaan
Usulan Teknis

E.4 RENCANA KERJA


Jadual dan rencana kerja seluruh kegiatan disusun berdasarkan alokasi waktu
pelaksanaan yang tersedia.
Sebelum tim survei lapangan dimobilisasi ke lokasi, ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan, yaitu :
1. Menyiapkan Peta Kerja
Peta Kerja digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan
pengukuran di lapangan. Beberapa informasi penting yang perlu disajikan
dalam peta kerja antara lain :
a. Batas Lahan
b. Tata letak eksisting bangunan
c. Rencana letak lokasi bangunan
d. Kondisi Daya dukung Tanah
2. Menyiapkan Peralatan Kerja Untuk Survei Lapangan
Penyiapan peralatan survai meliputi pengumpulan seluruh peralatan yang
diperlukan dan pengecekan terhadap kondisi alat tersebut.
Disamping peralatan survai juga disiapkan berbagai formulir survei/ penelitian
yang diperlukan, yaitu :
a. Formulir pengukuran topografi
b. Formulir penyelidikan Mekanika Tanah
c. Formulir verifikasi kondisi lingkungan sekitar lokasi
3. Pelaksanaan Survei dan Pengumpulan Data di Lokasi
4. Pengolahan Data dan Penyusunan Produk Perencanaan
5. Asistensi/konsultasi Rencana/Hasil Perencanaan kepada PPK
6. Finalisasi dan Penyampaian Produk Perencanaan
Usulan Teknis

E.5 APRESIASI INOVASI


1. Proses Perencanaan

Untuk menghasilkan karya perencanaan dan dokumen teknis pelaksanaan dilakukan


konsep penanganan secara bertahap dan berkesinambungan sebagai berikut:
1. Konsep penanganan pekerjaan perencanaan.

DATA : KONSEP DESAIN


Topografi
Daya Dukung Tanah FINAL DESAIN
SURVEI Eksisting Bangunan
Harga satuan Dasar

2. Program kerja Perencanaan :


a. Persiapan
Konsultan menyusun jadual/schedulle perencanaan, termasuk persiapan
peralatan, bahan dan tenaga.
b. Survei Topografi
Survei Topografi dengan pengukuran Kerangka Dasar Horizontal dan
Vertikal menggunakan peralatan survei Theodolith. Detail situasi diukur
untuk mendapatkan kondisi topografi. Perhitungan Koordinat gambar situasi
dan detai menggunakan metode perataan bowdith. Penggambaran hasil
pengukuran dekerjakan dengan bantuan Aplikasi Acad Land Development
Desktop.
c. Survei Penyelidikan Tanah
Untuk memperhitungkan daya dukung tanah terhadap bangunan yang akan
direncanakan, serta sebagai dasar perhitungan desain pondasi dilakukan
penyelidikan tanah. Untuk pendapatkan karakteristik tanah lokasi
perencanaan dilakukan dengan menggunakan metode Sondir dan Boring
pada titik pewakil rencana tapak bangunan.
d. Survei Kondisi Tata Ruang dan Bangunan Eksisting
Dengan tujuan aspek estetika dan penyatuan masa bangunan perlu ada
pengamatan visual terhadap bangunan eksisting, serta tata ruang dan
lahan yang tersedia.
Usulan Teknis

e. Survei Harga Satuan Upah dan Bahan


Kebutuhan biaya pembangunan gedung dan konstruksi pendukung
diperhitungkan atas analisa komponen pekerjaan, untuk menghasilkan
perhitungan yang dapat dilaksanakan dan sesuai dengan kondisi
perekonomian setempat perlu adanya harga yang baku seuai standar yang
berlaku. Survei harga satuan dasar upah dan bahan sebagai salah satu
metode mendapatkan komponen harga yang up to date dan akurat.
f. Penyusunan Konsep Desain
Data yang diperoleh dari hasil survei berbagai aspek di atas dilanjutkan
dengan penyusunan konsep desain, yang berupa alternatif desain yang
akan diajukan kepada penggunan bangunan sebagai bahan konsultasi dan
diskusi, selanjutnya dipilih alternatif yang paling memungkinkan.
g. Penyusunan Final Desain
Desain alternatif yang telah dipilih kemudian di detailkan serta
diperhitungkan terhadap bahan dan biaya yang diperlukan.

E.6 URAIAN PROSES PERENCANAAN


1. TAHAP PERENCANAAN
Sebagai Konsultan Perencana yang dipercayakan untuk mendesain serta
merencanakan Perencanaan Pembangunan berupaya untuk dapat semaksimal
mungkin mendesain sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Dimana desain tersebut harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan
setempat, diantaranya adalah:
1. Status dari daerah tersebut
2. Keadaan Geografi
3. Struktur tanahnya datar, rawa, rolling ataupun perbukitan
4. Kultur budayanya
5. Keadaan Ekonomi dan Sosial Masyarakat
6. Status tanah
7. Peta Pendidikan daerah tersebut
8. Sarana Transportasi dan Komunikasi
9. Material Lokal serta Tenaga Kerja Lokal
10. Rencana Pengembangan
Usulan Teknis

Pada perencanaan dibagi dalam beberapa bagian sebagai berikut :


1. Konsultasi
Mengenai maksud dan tujuan proyek supaya sistemnya lebih tepat. Sedangkan
pengelola teknis proyek, sebagai pihak yang berwewenang memberi pengarahan
dan petunjuk dari ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan secara teknis dan
administrasi dalam rangka perencanaan fisik bangunan.
2. Pekerjaan Persiapan
Dalam melaksanakan pekerjaan perencaan terlebih dahulu adalah persiapan
dalam bentuk administrasi, surat tugas, kontrak, surat menyurat sebelum
mengadakan survey kelokasi pekerjaan.
3. Survey Lapangan
Lingkup yang harus diteliti adalah
a. Mengadakan Peninjauan kelapangan langsung untuk mendapatkan laporan
secara riil yang digunakan sebagai dasar dalam perencanaan fisik, agar
dikemudian hari dapat mewujudkan bangunan yang optimal.
b. Mempelajari kemungkinan rencana pengembangan yang dihasilkan suau
perencana yang tepat untuk kebutuhan dan kegunaan dimasa sekarang dan
masa yang akan datang. Supaya lebih teratur pula rencana perencanaan
pengembangan bangunan yang ada nanti.
c. Melihat kondisi dilapangan mengenai harga-harga bahan bangunan berikut
letak jauh dekatnya bahan bangunan guna mengetahui harga bahan yang
berlaku pada saat ini di lokasi tersebut.
4. Pra perencana.
Yang meliputi gambar rancangan garis besar perletakan (Lay Out) tampak pada
lokasi, denah dan tampak bangunan serta potongan-potongan yang memberi
gambaran secara global terhadap spesifikasi teknis bangunan.
5. Rencana.
Meliputi gambar-gambar tetap secara mendetail dan jelas sebagai acuan dasar
rencana bangunan yang harus diikuti dan dipenuhi dalam pelaksanaan, rencana
pembiayaan bangunan serta dilengkapi dengan spesifikasi teknis tertulis yang
berupa syarat-syarat umum dan administrasi yang kegunaanya untuk pelaksanaan
supaya tidak adanya kesalahan baik secara teknis maupun secara administrasi.
Usulan Teknis

6. Tenaga Kerja.
Tenaga kerja dalam pelaksanaan ada dilokasi dan juga mendatangkan tenaga
kerja dari luar lokasi. Tetapi lebih diutamakan berasal dari lokasi di sekitar Proyek
tersebut. Setelah melakukan survey dilapangan masalah tenaga tidak menjadi
masalah. Karena tersedia cukup tenaga trampil yang ada didaerah tersebut.

E.7 KONSEP PENDEKATAN


Dalam pencapaian perwujudan Perencanaan bangunan guest house dengan
kerangka tinjauan meliputi:
a. Fungsi
Unsur Utama daripada fungsi adalah kegiatan dan atau aktifitas, termasuk
dalam kegiatan yang dilakukan oleh mesin dan kendaraan baik secara
langsung didalam, didekat maupun disekitar rencana bangunan tersebut.
b. Ruang
Ruang / Space atau rongga adalah wadah suatu kegiatan yang baik secara
Dwimatra maupun Trimatra harus dapat dinyatakan dengan ukuran dan raut
yang tepat (ragawi) dan ruang jiwani.
Ruang meliputi perwadahan kegiatan manusia , perabot, alat serta sirkulasi /
flow. Untuk kemudahan penataan ruang diperlukan pengelompokan dari
kegiatan berdasarkan keserupaan kualitas atau aktifitas yang bertalian
c. Geometry
Geometri adalah studi pola hubungan ruang satu dengan ruang yang lainnya.
Antar ruang dan keterkaitan dengan ruang-ruang mekanikal dan elektrikal.
Hubungan ruang-ruang dengan bentuk yang akan dicapai.
Sumber pencahayaan dalam ruang yang dapat bersumber pada artifisial maupun
dari sumber alam yaitu matahari. Sumber penghawaan atau sirkulasi udara juga
dapat bersumber pada artifisial dan juga dari alam.

pelaksanaan pekerjaan di lapangan.Hal-hal yang pokok dalam penanganan


masalah layanan jasa tersebut,dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Disamping memberikan layanan jasa supervisi sesuai Kerangka Acuan Kerja,
konsultan akan berusaha pula mengaplikasikan pengalamannya untuk
melakukaan langkah-langkah efektif sehingga dapat memberikan hasil yang
terbaik.
Usulan Teknis

b. Melaksanakan pengawasan untuk pengendalian biaya proyek dan berusaha


dalam hal efisiensi penggunaan biaya proyek.
c. Selain melakukan monitoring kemajuan pekerjaan, juga akan senantiasa
membuat metode pelaksanaan dan menyusun teknik penjadwalan kegiatan
untuk mendapatkan penghematan waktu.
d. Senantiasa berorientasi pada pelaksanaan program pengawasan kendali
mutu secara efektif.
e. Senantiasa menjalin kerjasama secara harmonis dengan pihak kontraktor
dalam memecahkan masalah-masalah pelaksanaan pekerjaan dan pendaya-
gunakan struktur organisasinya.

E.8 ORGANISASI DAN PERSONIL


Efektifitas dan efisiensi kerja merupakan suatu prasyarat yang harus dipenuhi
dalam menangani berbagai macam pekerjaan. Kedua hal tersebut perlu diterapkan
agar tidak terjadi pemborosan meteri, tenaga dan waktu serta agar pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai jadwal yang sudah disusun. Pemberi Tugas dan penerima
pekerjaan (Konsultan) selalu mengadakan hubungan kerja, dimana dalam
pelaksanaan tugas konsultan akan selalu melakukan hubungan kerja dengan
pemberi pekerjaan, hal ini berkaitan dengan penerapan keinginan – keinginan serta
persyaratan-persyaratan teknis operasional Pengawasan dan Konsultan akan
mengindahkan saran serta petunjuk yang diberikan, agar hasil - hasil pekerjaan ini
terlaksana dengan baik dan bermanfaat nantinya.

1. Tenaga Ahli/Profesional Staf terdiri dari :


a. Team Leader
b. Ahli arsitektur
c. Ahli estimasi biaya
2. Tenaga Pendukung, terdiri dari:
a. Surveyor
b. Drafter
c. Administrasi / Keuangan
Usulan
Teknis

Gambar 11.2
Struktur organisasi CV. ARCSINDO KARYA UTAMA

PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN

DINAS KESEHATAN

TEAM LEADER

TUKIMUN, ST, MT

ADMINISTRASI
AHLI ARSITEKTUR ESTIMATOR
TO BE NAME
ANTON SATRIAWAN, ST ANDI PRASTIO, ST

SURVEYOR DRAFTER

TO BE NAME TO BE NAME
Usulan
Teknis

Anda mungkin juga menyukai