PROSIDING SEMINAR NASIONAL T EKNOLOGI DAN AGRISBISNIS PET ERNAKAN (SERI III) “Pengembanga…
Muhammad Yusuf Fajar, S.Pt ., Hikmah Ali
1.2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktek lapangan ini yaitu untuk mengetahui
Manajemen Pemberian Pakan Pada Ternak Kambing Di Dusun Tebing Tinggi
Kelurahan Lubuk Buntak Kecamatan Dempo Selatan Pagaralam.
1.3. Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan praktek lapangan ini yaitu untuk menambah
pengetahuan dan ilmu serta cara menerapkan di lapangan manajemen pemberian
pakan yang baik untuk ternak kambing Di Dusun Tebing Tinggi Kelurahan Lubuk
Buntak Kecamatan Dempo Selatan Pagaralam.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3.2. Materi
Bahan ataupun materi yang digunakan dalam praktek lapangan ini yaitu
ternak kambing dengan umur yang beragam sekitar 3 bulan sampai dengan
umur 2 tahun.
3.3.4. PemecahanMasalah
Pemecahan masalah yaitu, berdasarkan data primer dan data sekunder
yang ada maka dapat di identifikasi untuk mencari solusi yang mungkin dapat di
lakukan sehingga nantinya peternak di Dusun Tebing Tinggi dapat
mengaplikasikan dan melaksanakan sendiri dalam usaha ternaknya.
BAB 4
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK LAPANGAN
2.4. Kependudukan
Kelurahan Lubuk Buntak memiliki 3 dusun meliputi dusun I, dusun II, dan
dusun III. Penduduk merupakan orang yang berdomisili atau tinggal di suatu
tempa ttertentu. Jumlah penduduk di Kelurahan Lubuk Buntak berdasarkan jenis
kelamin.
Mengenai kependudukan atau potensi sumber daya manusia tertuju kepada
lima kategori, mulai dari jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan
kelompok umur, jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah
penduduk berdasarkan mata pencaharian utama, dan jumlah penduduk
berdasarkan tingkat kepemilikan lahan. Untuk lebih jelas mengetahui keberadaan
serta jumlah penduduk sesuai kategori sebagaimana di maksud dapat menyimak
tabel tabel di bawah ini.
Total
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Kelurahan Lubuk Buntak
No Desa Jumlah penduduk Jumlah Jumlah
orang (KK)
Laki laki Perempuan
1 Lubuk Buntak 305 435 740 177
2 Tebat Gunung
3 Tebing Tinggi
Total
1 Lubuk 0 – 14 52 74 126
Buntak 15 - 30 83 125 208
31 - 45 74 92 166
46 - 60 54 81 135
60 – 90 43 62 105
3. Pendidikan
Dari segi pendidikan di Kelurahan Lubuk Buntak sudah banyak
anak-anak yang menikmati bangku sekolah, namun infrastrukturnya
kurang memadai.
4. Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Kelurahan Lubuk Buntak yaitu
hanya Polindes (Pondok Bersalin Desa). Sarana kesehatan polindes
digunakan oleh masyarakat sebagai tempat memeriksakan kesehatan
ketika sakit yang tidak terlalu parah seperti, untuk melahirkan dan
memeriksa kandungan.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
5.1.1. Keadaan umum Peternak
Ternak kambing yang di pelihara oleh masyarakat Dusun Tebing Tinggi
Kelurahan Lubuk Buntak Kecamatan Dempo Selatan Pagaralam pada umumnya
hanya sebagai usaha sampingan, dan mata pencarian pokok mereka yaitu rata rata
sebagai petani. Karakteristik responden pemilik ternak kambing Di Dusun Tebing
Tinggi Kelurahan Lubuk Buntak Kecamatan Dempo Selatan Pagaralam terdapat
pada table 5.1. dan 5.2.
20-30 2 20
30-50 6 60
50-70 2 20
Jumlah 10 100
2 tahun 3 30
5-6 tahun 4 40
12-15 tahun 2 20
> 20 tahun 1 10
5.2. Pembahasan
5.2.1. Sistem Pemeliharaan Ternak Kambing
Pemeliharaan ternak kambing Di Dusun Tebing Tinggi Kelurahan Lubuk
Buntak Kecamatan Dempo Selatan Pagaralam ini dilakukan secara semi-intensif.
Sistem pemeliharaan secara semi-intensif ini yaitu kegiatan pemeliharaan ternak
kambing dengan sistem penggembalaan yang dilakukan secara baik dan teratur.
Dalam kondisi tertentu, pemilik ternak sudah mulai memperhatikan secara khusus
terhadap ternak kambing yang di peliharanya terutama ketika ternak akan
melahirkan.
Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan
pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya
membutuhkan penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan konsentrat
tambahan (Williamson dan Payne 1993).
Sistem pemeliharaan secara di gembalakan ini khususnya Di Dusun
Tebing Tinggi Kelurahan Lubuk Buntak Kecamatan Dempo Selatan Pagaralam
pada pagi hari pukul 10.00 wib, semua ternak kambing di lepaskan keluar
kandang sampai dengan sore hari pada pukul 16.00 sore. Pelepasan ternak
kambing di luar kandang berlangsung selama sekitar 6 jam sejak di lepaskan,
kemudian ternak kambing di kandangkan lagi pada malam hari.
Sistem pemeliharaan secara di semi-intensif atau di gembalakan ini
umumnya ternak di keluarkan dari kandang atau digembalakan pada perkarangan
yang rumputnya tumbuh subur sampai dengan pada sore hari, setelah itu pada sore
hari ternak di masukkan lagi ke dalam kandang dan pada malam hari ternak
kambing di berikan lagi pakan tambahan berupa rumput segar supaya ternak
kambing tidak kekurangan hijauan pada malam hari.
Suparman (2007) menyatakan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi
masyarakat beternak kambing dengan sistem semi intensif adalah nilai ekonomis,
peran pemerintah, modal, kepemilikan lahan, dan ketersediaan pakan.
Pada pemeliharaan secara intensif pakan yang diberikan pada ternak
lebih terbatas sedangkan pada pemeliharaan secara semi intensif pakan diberikan
secara adlibitum. Hal ini sesuai dengan pendapat Davendra dan Burn (1994) yang
menyatakan bahwa berpengaruh atau tidaknya suatu ukuran tubuh tergantung
pada sistem pemberian pakannya, dimana kambing lebih menyukai pakan
yang beragam dan pertumbuhan kambing akan terganggu apabila diberi
pakan yang sama dengan waktu yang lama.
Sistem pemeliharaan semi ekstensif merupakan pemeliharaan ternak
dengan pengembalaan secara teratur di wilayah yang masih dibatasi. Memiliki
kandang sebagai tempat berlindung dan tempat tidur ternak pada malam hari.
Masa pengembalaan berlangsung selama 8 jam setiap hari cerah (Astuti, 2008).
Kuswandi, et al, (2000) menyatakan selain rerumputan kambing juga diberi
makanan tambahan sebagai penguat seperti dedak padi, ampas tahu, ubi jalar, dan
lain sebagainya. Garam mineral dan gula merah juga diberikan sebagai campuran
pada air minum kambing atau biasa juga dicampur pada pakan penguat kambing.
Cara ini tidak merugi karena ongkos produksi hampir nol, akan tetapi secara
nasional akan kebutuhan daging sistem ini tidak diharapkan. Berikut adalah
gambar pemeliharaan secara intensif dan semi intesif (Sarwo, 2010).
Astuti, M. 2008. Parameter produksi kambing dan domba di daerah dataran tinggi,
Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. Dalam : Domba
dan Kambing di Indonesia. Pros Pertemuan Ilmiah Penelitian
Ruminansia Kecil, Bogor, 22 - 23 November 2008. Puslitbang
Peternakan, Bogor.
Blakely, J Dan H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan Cetakan Ke-4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan Oleh B.Srigandono).
Cyrilla, L., Dan Ismail. A. 1998. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Social
Ekonomi. Fakultas Peternakan. IPB, Bogor.
Harris AD, Castro J, Sheppard DC, Et Al. Risk Factors For Nosocomial
Candiduria Due TO Candida Glabrata And Candida Albicans. Clin
Infect Dis 1999;29(4):926-8.
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat. Sumatera Selatan. Hal 435.
Soeparno. 1994. Ilmu Dan Teknologi Daging Cetakan Ke-2. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Sutawi. 2001. Kesiapan sumber daya manusia peternakan masa depan. Poultry
Indonesia. 248:58-62.
Susilorini, et al, . 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial Penebar Swadaya Wisma
Hijau, Depok.