Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“GIZI SEIMBANG PADA USILA”

Disusun oleh:

KELOMPOK IV
AHLIKA RAHMA NRY (PO.62.31.3.15.192)
NOVE ANDARI PS (PO.62.31.3.15.
SARI WULANDARI (PO.62.3.1.3.15.
SETIANI (PO.62.31.3.15.232)
REZA AGUSTINA (PO.62.31.3.15.
YENI RAHMAWATI (PO.62.31.3.15.236)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
GIZI SEIMBANG PADA USILA
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan usila dapat memahami tentang Gizi Seimbang
pada Usila.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan usila mampu:
1. Usila mampu memahami pengertian gizi seimbang untuk usila.
2. Usila mampu memahami tentang kebiasaan makan yang baik untuk usila.
3. Usila mampu memahami tentang makanan yang banyak mengandung Energi,
Protein, Kalsium dan Serat.
4. Usila mampu mengetahui dan memahami pentingnya aktifitas fisik bagi usila.

B. Pokok Bahasan
Pentingnya Gizi Seimbang Pada Usila.

C. Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian gizi seimbang untuk usila
2. Pengertian kebiasaan makan yang baik untuk usila
3. Pengertian dan contoh-contoh makanan yang banyak mengandung zat gizi Energi,
Protein, Kalsium dan Serat
4. Pengertian pentingnya aktifitas fisik dan contoh aktifitas fisik untuk usila

Kegiatan : Penyuluhan Tentang Gizi Seimbang Pada Usila


Materi :
1. Pengertian Gizi Seimbang Untuk Usila
Gizi memegang peranan sangat penting dalam kesehatan lansia. Masalah
kekurangan gizi sering dialami oleh usia lanjut sebagai akibat dari menurunnya nafsu
makan karena penyakit yang dideritanya, kesulitan menelan karena berkurangnya air
liur, cara makan yang lambat karena penyakit pada gigi, gigi yang berkurang dan mual
karena masalah depresi. Selain masalah kekurangan gizi, masalah obesitas
(kegemukan) juga sering dialami oleh lansia yang dapat timbul karena aktifitas pada
kelompok ini sudah berkurang sementara asupan makanan tidak dikurangi atau bahkan
berlebihan. Obesitas pada lansia berdamak pada peningkatan resiko penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus, hipertensi dan penurunan fungsi tubuh.
Asuhan gizi yang seimbang sangat diperlukan bagi lansia untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Berikut adalah cara mengatur makanan bagi lansia:
a. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi
memang lebih rendah daripada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan
protein sebesar 1 gram/kgBB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat
cukup (sekitar 50%), kebutuhan mineral dan vitamin sama dengan usia dewasa muda
atau dengan cara praktis dapat melihat di Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan).
b. Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni
mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.
Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan 4 sehat 5 sempurna.
c. Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur
atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh: gangguan pada gigi (gigi
tanggal/ompong) maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk
dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling).
d. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti
jeroan (usus, hari, ampela, otak, dll), goreng-gorengan dan santan kental. Kareana
seperti prinsip bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami
perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh
mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan
sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya
sudah digoreng maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti sayur
bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka lauknya
dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
e. Lansia harus diberi peringatan untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan
yang mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging
kambing, jeroan atau makanan yang banyak mengandung garam dapur misalnya
ikan asin, telur asin, dan ikan pindang. Hal ini dikarenakan pada lansia mudah
mengalami hipertensi karena elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi
penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena
hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang terutama untuk
rasa asin sehingga rasa asin yang cukuppun terasa masih kurang bagi mereka lalu
makanan ditambah garam yang banyak dan hal ini akan meningkatkan tekanan darah
pada lansia. Jadi memang perlu disampaikan bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa
lagi dipakai sebagai ukuran karena bila dengan panduan rasa asin dari lansia untuk
kita yang belum lansia akan terasa asin sekali.
f. Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran karena sayur dan buah banyak
mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang
konstipasi atau susah buang air besar maka dengan mengkonsumsi sayur dan buah
yang kaya akan serat maka akan membantu melancarkan buang air besar. Untuk
buah utamakan buah yang dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak.
Dengan menkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi
mengknsumsi suplemen makanan.
g. Selain konsumsi sayur dan buah, lansia juga harus banyak minum air putih.
Kebutuhan air yakni 1500-2000 ml atau 6-8 gelas/hari. Air ini sangat besar artinya
karena air menjalankan fungsi tubuh dan mencegah timbulnya penyakit disaluran
kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi
fungsi tulang dan engselnya jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya
tahan dan kelenturan tulang juga akan berkurang. Air juga berguna untuk mencegah
sembelit karena untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.

2. Pengertian Kebiasaan Makan Yang Baik Untuk Usila


Berikut adalah beberapa hal yang dapat membuat lansia memiliki kebiasaan
makan yang baik:
a. Fokus pada asupan giz seimbang
Aturan pola makan lansia yang paling penting adalah mencukup kebutuhan
nutrisi dan gizinya. Mengkonsumsi makanan kaya akan gizi dan nutrisi akan
membantu lansia mendapatkan vitamin, mineral, protein karbohidrat serta lemak
yang mereka butuhkan. Dikutip dari laman Kementrian Kesehatan bahwa makanan
sehat untuk lansia yang dianjurkan adalah:
 Bahan makanan sumber karbohidrat seperti oatmeal (bubur gandum),
roti gandum, beras merah dan beras tumbuk
 Bahan makanan sumber protein seperti susu rendah lemak, ikan, tempe
dan tahu
 Bahan makanan sumber lemak sehat seperti kacang-kacangan, minyak
kedelai dan minyak jagung
 Sayuran berwarna hijau atau jingga seperti bayam, kangkung, wprtel,
brokoli, labu kuning, labu siam dan tomat
 Buah-buahan segar seperti pepaya, pisang, jeruk, apel, semangka dan
lain sebagainya
 Sebisa mungkin pilihlah makanan segar dan hindari segala jenis
makanan olahan yang menggunakan bahan pengawet.
b. Mengatur porsi makan
Salah satu penyebab kenaikan berat badan yang drastis pada lanisa adalah
karena mereka tidak mengendalikan porsi makannya. Porsi makan lansia
hendaknya diatur merata dalam 1 hari sehingga mereka jadi makan lebih sering
dengan porsi yang kecil. Dianjurkan bagi lansia untuk makan besar sebanyak 3 kali
dengan makanan selingan sebanyak 2 kali sehari. Bila lansia mengalami kesulitan
mengunyah makanan karena gigi ompong atau gigi palsu yang bekerja kurang baik
maka makanan yang diberikan harus lunak atau dicincang dulu. Mengajak lansia
makan bersama-sama dalam 1 meja akan meningkatkan nafsu makan mereka.
c. Batasi gula, garam dan lemak
Membatasi konsumsi gula, garam dan lemak sangat penting untuk
menjaga kesehatan lansia mengingat sistem pencernaan mereka tidak bisa bekerja
semaksimal saat masih muda dulu. Apabila asupan gula, garam dam lemak tidak
dibatasi maka lansia beresiko lebih tinggi mengalami hipertensi, kolesterol tinggi,
hiperglikemia, stroke, penyakit jantung dan diabetes.
d. Konsumsi kalsium
Kalsium berperan penting untuk menjaga kesehatan dan kekuatan
tulang. Sayangnya penyerapan kalsium untuk tulang akan semakin berkurang
seiring bertambahnya usia. Jika kepadatan tulang mulai berkurang hal ini akan
membuat seseorang mulai rentan terhadap pengeroposan tulang dan gigi. Menurut
angka kecukupan gizi untuk masyarakat Indonesia, kebutuhan kalsium lansia
dalam sehari adalah sebesar 1000 mg.
3. Pengertian dan contoh-contoh Makanan Yang Banyak Mengandung Zat Gizi
Energi, Protein, Kalsium dan Serat
Meskipun lansia mengalami penurunan jumlah sel otot dan kebutuhan energi
untuk menjalankan fungsi tubuh mengalami penurunan, lansia tetap membutuhkan
asupan energi yang cukup sesuai dengan kebutuhan untuk tetap dapat melakukan
aktifitas sebagaimana biasanya.
Pada lansia, masa ototnya perhari berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan
tubuhnya akan protein tidak berkurang, harus lebih tinggi dari orang dewasa, lansia
efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang
(disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa penelitian
merekomendasikan untuk lansia sebaiknya konsumsi protein ditingkatkan sebesar 12-
14% dari porsi untuk orang dewasa.
Kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral
kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat gizi besi yang
menyebabkan anemia. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang
mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E
umumnya kekurangan ini terutama disebabkan karena dibatasinya konsumsi makanan
khususnya buah-buahan dan sayuran.
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan
telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi
lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Lansia tidak dianjurkan
untuk mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial) karena
dikhawatirkan konsumsi serat terlalu banyak yang dapat menyebabkan mineral dan zat
gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh.
Tabel contoh makanan:
Sumber Energi Sumber Protein Sumber Kalsium Sumber Serat
Oatmeal Ikan Ikan, susu Apel
Nasi Tempe Brokoli Pisang
Kentang Tahu Bayam Sayuran hijau
Singkong Kacang-kacangan Bokcoy Pepaya
4. Pengertian Pentingnya Aktifitas Fisik dan Contoh Aktifitas Fisik Untuk Usila
Pada umumnya, para lansia akan mengalami penurunan aktifitas fisik. Salah
satu faktor penyebabnya adalah pertambahan usia yang dapat menyebabkan
kemunduran biologis. Kondisi ini setidaknya akan membatasi aktivitas yang menuntut
ketangkasan fisik. Meskipun begitu, namun aktivitas fisik pada lansia tetaplah penting.
Tidak boleh sedikitpun tidak melakukan aktivitas fisik meskipun sudah mengurangi
asupan makan. Lansia dianjurkan minimal 1 kali/minggu untuk melakukan senam
lansia atau senam yang memang dikhususkan untuk lansia dengan tujuan untuk tetap
melatih tulang agar tidak cepat rapuh.
Lokasi : Desa Bagendang Tengah, Kec Mentaya Hilir Utara
Waktu Pertemuan : Hari/tanggal: Senin, Januari 2019
Pukul: 09.00 – 09.20 WIB
Durasi: 20 menit
Sasaran : Seluruh Usila di Desa Bagendang Tengah
D. Kegiatan Belajar Mengajar
Tahapan Kegiatan Pengajar Kegiatan Metode Media atau Alokasi
Kegiatan Audience Alat Bantu Waktu
1 2 3 4 5 6
Penyajian Ceramah Mendengarkan, Ceramah LCD, TOA, ±20
memberikan memperhatikan dan Tanya dan Leaflet menit
penyuluhan dan dan mencatat. Jawab
umpan balik, Mengajukan
mengenai : pertanyaan.
1.Pengertian gizi Mengemukakan
seimbang untuk pendapat.
usila
2.Pengertian
kebiasaan makan
yang baik untuk
usila
3.Pengertian dan
contoh-contoh
makanan yang
banyak
mengandung zat
gizi Energi,
Protein, Kalsium
dan Serat
4.Pengertian
pentingnya
aktifitas fisik dan
contoh aktifitas
fisik untuk usila
Penutup Menyimpulkan Mendengarkan ±05
dan mencatat menit

E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengadaan tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman peserta terhadap materi yang telah diberikan.

F. Referensi
Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet. Gramedia: Jakarta
Badan Litbang Kesehatan. Laporan hasil riset kesehatan dasar. Badan Litbang Kesehatan.
Jakarta: 2010. Hlm 335-350

Anda mungkin juga menyukai