Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATALAKSANA KASUS STROKE

Jl. Raya Surabaya - Malang Km 54Desa Lemahbang


Kecamatan Sukorejo - Pasuruanwebsite : www.rs-
1
primahusada.comemail :
Stroke
No. ICPC-2 : K90 Stroke/cerebrovascular accident
No. ICD-10 : I63.9 Cerebral infarction, unspecified

Pengertian Stroke adalah defisit neurologis fokal (atau global) yang terjadi
mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor
vaskuler.
Hasil Anamnesis Keluhan
(Subjective) Gejala awal serangan stroke terjadi mendadak (tiba-tiba), yang sering
dijumpai adalah
1. Kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi wajah, lengan, dan
tungkai (hemiparesis, hemiplegi)
2. Gangguan sensorik pada salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai
(hemihipestesi, hemianesthesi)
3. Gangguan bicara (disartria)
4. Gangguan berbahasa (afasia)
5. Gejala neurologik lainnya seperti jalan sempoyongan (ataksia), rasa
berputar (vertigo), kesulitan menelan (disfagia), melihat ganda
(diplopia), penyempitan lapang penglihatan (hemianopsia, kwadran-
anopsia)

Catatan:
Kebanyakan penderita stroke mengalami lebih dari satu macam gejala
diatas. Pada beberapa penderita dapat pula dijumpai nyeri kepala, mual,
muntah, penurunan kesadaran, dan kejang pada saat terjadi serangan
stroke. Untuk memudahkan pengenalan gejala stroke bagi masyarakat
awam, digunakan istilah FAST (Facial movement, Arm Movement,
Speech, Time: acute onset). Maksudnya, bila seseorang mengalami
kelemahan otot wajah dan anggota gerak satu sisi, serta gangguan
bicara, yang terjadi mendadak, patut diduga mengalami serangan stroke.
Keadaan seperti itu memerlukan penanganan darurat agar tidak
mengakibatkan kematian dan kecacatan. Karena itu pasien harus segera
dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk penanganan tindakan
darurat bagi penderita stroke.
Seperti halnya TIA, pada stroke diperlukan anamnesis yang teliti tentang
faktor risiko TIA/ stroke.

Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat mempermudah terjadinya serangan
stroke, misalnya usia tua, jenis kelamin (laki-laki), berat badan lahir
rendah, faktor herediter (familial), ras (etnik), memang tidak bisa dihindari
atau diubah (non modifiable risk factors). Sedangkan faktor risiko lainnya
mungkin masih bisa dihindari, diobati atau diperbaiki (modifiable risk
factors).
Tabel 1.1 Faktor Risiko Stroke

2
Hasil Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan tanda vital: pernapasan, nadi, suhu, tekanan darah
Fisik harus diukur kanan dan kiri
sederhana 2. Pemeriksaaan jantung paru
(Objective) 3. Pemeriksaan bruitkarotis dan subklavia
4. Pemeriksaan abdomen
5. Pemeriksaan ekstremitas
6. Pemeriksaan neurologis
a. Kesadaran: tingkat kesadaran diukur dengan menggunakan
Glassgow Coma Scale (GCS)
b. Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, tanda Laseque, Kernig,
dan Brudzinski
c. Saraf kranialis: terutama Nn. VII, XII, IX/X,dan saraf kranialis
lainnya
d. Motorik: kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis
e. Sensorik
f. Tanda serebelar: dismetria, disdiadokokinesia, ataksi, nistagmus
g. Pemeriksaan fungsi luhur, terutama fungsi kognitif (bahasa,
memori dll)
h. Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan
pemeriksaan refleks batang otak:
• Pola pernafasan: Cheyne-Stokes, hiperventilasi neurogenik
sentral, apneustik, ataksia
• Refleks cahaya (pupil)
• Refleks kornea
• Refleks muntah
• Refleks okulo-sefalik (doll’s eyes phenomenon)
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Pemeriksaan pendukung yang diperlukan dalam penatalaksanaan stroke
penunjang akut di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut
sederhana 1. Pemeriksaan standar:
(Objective) a. CT scan kepala (atau MRI)
b. EKG (elektrokardiografi)
c. Kadar gula darah
d. Elektrolit serum
e. Tes faal ginjal
f. Darah lengkap
g. Faal hemostasis
2. Pemeriksaan lain (sesuai indikasi):
a. Foto toraks
b. Tes faal hati
c. Saturasi oksigen, analisis gas darah
d. Toksikologi
e. Kadar alkohol dalam darah
f. Pungsi lumbal (pada perdarahan subaraknoid)
g. TCD (transcranial Doppler)
h. EEG (elektro-ensefalografi).
Penegakan Diagnosis Klinis
Diagnosis Diagnosis awal ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
(Assessment) fisik. Cara skoring ROSIER (Recognition of Stroke in Emergency Room)
dapat digunakan pada stroke akut.

3
Tabel 1.2 Skor ROSIER Untuk Stroke

Klasifikasi
Stroke dibedakan menjadi:
1. Stroke hemoragik biasanya disertai dengan sakit kepala hebat,
muntah, penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi.
2. Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala hebat,
muntah, penurunan kesadaran dan tekanan darah tidak tinggi.

Diagnosis Banding
Membedakan stroke iskemik dan stroke hemoragik sangat penting
untuk penatalaksanaan pasien.

Komplikasi
Komplikasi stroke yang harus diwaspadai karena dapat mengakibatkan
kematian dan kecacatan adalah komplikasi medis, antara lain komplikasi
pada jantung, paru (pneumonia), perdarahan saluran cerna, infeksi
saluran kemih, dekubitus, trombosis vena dalam, dan sepsis. Sedangkan
komplikasi neurologis terutama adalah edema otak dan peningkatan
tekanan intrakranial, kejang, serta transformasi perdarahan pada infark.
Pada umumnya, angka kematian dan kecacatan semakin tinggi, jika
pasien datang terlambat (melewati therapeutic window) dan tidak
ditangani dengan cepat dan tepat di rumah sakit yang mempunyai
fasilitas pelayanan stroke akut.
Penatalaksanaan Pertolongan pertama pada pasien stroke akut.
komprehensif 1. Menilai jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi
(Plan) 2. Menjaga jalan nafas agar tetap adekuat
3. Memberikan oksigen bila diperlukan
4. Memposisikan badan dan kepala lebih tinggi (head-and-trunk up)
20-30 derajat
5. Memantau irama jantung
6. Memasang cairan infus salin normal atau ringer laktat (500 ml/12
jam)
7. Mengukur kadar gula darah (finger stick)
8. Memberikan Dekstrose 50% 25 gram intravena (bila hipoglikemia
berat)
9. Menilai perkembangan gejala stroke selama perjalanan ke rumah
sakit layanan sekunder
10. Menenangkan penderita
Rencana Tindak 1. Memodifikasi gaya hidup sehat
Lanjut a. Memberi nasehat untuk tidak merokok atau menghindari
lingkungan perokok
b. Menghentikan atau mengurangi konsumsi alkohol
c. Mengurangi berat badan pada penderita stroke yang obes
d. Melakukan aktivitas fisik sedang pada pasien stroke iskemik atau
TIA. Intensitas sedang dapat didefinisikan sebagai aktivitas fisik

4
yang cukup berarti hingga berkeringat atau meningkatkan denyut
jantung 1-3 kali perminggu.
2. Mengontrol faktor risiko
a. Tekanan darah
b. Gula darah pada pasien DM
c. Kolesterol
d. Trigliserida
e. Jantung
3. Pada pasien stroke iskemik diberikan obat- obat antiplatelet: asetosal,
klopidogrel
Asuhan Asuhan keperawatan bagi pasien yang mengalami CVA maka perlu
Keperawatan dilakukan pengkajian dan perencanaan asuhan keperawatan baik yang
bisa dilakukan di Rumah Sakit maupun di rumah/keluarga sekaligus
1. Kategori : Fisiologis LUARAN
Subkategori : Manajemen Peningkatan Tekanan
Neurosensori Intrakranial (L.06194)
Diagnosa : D. 0066
Penurunan Kapasitas INTERVENSI
Adaptif Intrakranial 1. Observasi
a. identifikasi penyebab
Penyebab : peningkatan TIK (mis. lesi,
a. lesi menempati ruang gangguan metabolisme,
( mis. space-occupaying edema serebral)
lesion- akibat tumor, b. monitor tanda/ gejala
abses) peningkatan TIK (mis.
b. gangguan metabolisme tekanan darah meningkat,
(mis. akibat tekanan nadi melebar,
hiponatremia, bradikardia, pola napas
ensefalopati, uremikum, ireguler, kesadaran
ensefalopati hepatikum, menurun)
ketoasidosis diabetik, c. monitor MAP (Mean
septikemia) Arterial Pressure)
c. edema serebral ( mis. d. monitor CVP (central
akibat cedera Venous Pressure), jika
kepala(hematoma perlu
epidural, hematoma e. monitor PAWP, jika perlu
subdural, hematoma f. monitor PAP, jika perlu
subarachnoid, g. monitor ICP (Intra Cranial
hematoma Pressure), jika tersedia
intraserebral), stroke h. monitor CPP (Cerebral
iskemik, stroke Perfusion Pressure)
hemoragik, hipoksia, i. monitor gelombang ICP
ensefalopati iskemik, j. monitor status pernapasan
pascaoperasi) k. monitor intake dan output
d. peningkatan tekanan cairan
vena ( mis. akibat l. monitor cairan serebro-
trombosis sinus vena spinalis (mis. warna,
serebral, gagal jantung, konsistensi)
trombosis/ obstruksi 2. Terapeutik
vena jugularis atau vena a. minimalkan stimulus
kava superior) dengan menyediakan
e. obstruksi aliran cairan lingkungan yang tenang
serebrospinalis (mis. b. berikan posisi semi Fowler
hidosefalus) c. hindari manuver Valsava
f. hipertensi intrakranial d. cegah terjadinya kejang
idiopatik e. hindari penggunaan PEEP

5
Gejala dan Tanda Mayor : f. hindari pemberian cairan
Subjektif IV hipotonik
a. sakit kepala g. atur ventilator agar PaCO2
Objektif optimal
a. tekanan darah h. pertahankan suhu tubuh
meningkat dengan normal
tekanan nadi (pulse 3. Kolaborasi
pressure) melebar a. kolaborasi pemberian
b. bradikardia sedasi dan anti konvulsan,
c. pola napas ireguler jika perlu
d. tingkat kesadaran b. kolaborasi pemberian
menurun diuretik osmosis, jika perlu
e. respon pupil melambat kolaborasi pemberian pelunan
atau tidak sama tinja, jika perlu
f. refleks neurologis
terganggu
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a. gelisah
b. agitasi
c. muntah (tanpa disertai
mual)
d. tampak lesu/ lemah
e. fungsi kognitif terganggu
f. tekanan intrakranial
(TIK) lebih dari 20
mmHg
g. Papiledema
postur deserebrasi (ekstensi)
2. Kategori : Fisiologis LUARAN
Subkategori : Sirkulasi Manajemen Peningkatan Tekanan
Intrakranial (L.06194)
Diagnosa :
D. 0017 Risiko Perfusi INTERVENSI
Serebral Tidak Efektif
1. Observasi
Faktor Risiko: a. Identifikasi penyebab
a. Keabnormalan masa peningkatan TIK (mis. Lesi,
protombin dan atau masa gangguan metabolism,
tromboplastin parsial edema serebral)
b. Penurunan kinerja b. Monitor tanda/ gejala
ventrikel kiri peningkatan TIK (mis,
c. Aterosklerosis aorta tekanan darah meningkat,
d. Diseksi arteri
tekanan nadi melebar,
e. Fibrilasi atrium
f. Tumor otak bradikardia, pola nafas
g. Stenosis karotis ireguler, kesadaran
h. Miksoma atrium menurun
i. Aneurisma serebri c. Monitor MAP (Mean
j. Koagulopati (mis. Anemia Anterial Pressure)
sel sabit) d. Monitor CVP (Central
k. Dilatasi kardiomiopati
Venous Pressure), Jika
l. Koagulasi intravaskuler
diseminata perlu
m. Embolisme e. Monitor PAWP jika perlu

6
n. Cedera kepala f. Monitor PAP, jika perlu
o. Hiperkolesteronemia g. Monitor ICP (Intra Cranial
p. Hipertensi Pressure), jika tersedia
q. Endocarditis infektif h. Monitor CPP (cerebral
r. Katup prostetik mekanis
s. Stenosis mitral Perfusion Pressure)
t. Neoplasma otak i. Monitor gelombang ICP
u. Infark miokard akut j. Monitor status
v. Sindrom sick sinus pernapasan
w. Penyalagunaan zat k. Monitor intake output
x. Terapi tombolitik cairan
Efek samping tindakan (mis,
l. Monitor cairan serebro-
tindakan operasi bypass)
spinalis (mis. Warna,
konsitensi)
2. Terapeutik
a. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
b. Berikan posisi semi fowler
c. Hindari maneuver Valsava
d. Cegah terjadinya kejang
e. Hindari penggunaan PEEP
f. Hindari pemberian cairan
IV hipotonik
g. Atur Ventilator agar PaCO2
optimal
h. Pertahankan suhu tubuh
normal
3. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan,
jika perlu
b. Kolaborasi pemberian
diuretic osmosis, jika perlu
c. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu

3. Kategori : Fisiologis LUARAN :


Subkategori : Respirasi
Bersihan Jalan Napas Meningkat
Diagnosa : (L.01001)
D. 0001 Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif INTERVENSI

Penyebab : 1. Observasi
a. Spasme jalan napas a. Identifikasi kemampuan
b. Hipersekresi jalan batuk (adanya spuntum,
napas batuk tidak efektif/ tidak
c. Benda asing dalam mampu batuk, suara nafas,
jalan napas adanya ronkhi, sianosis)
d. Adanya jalan napas b. Monitor adanya retensi
buatan sputum
e. Sekresi yang tertahan c. Monitor tanda dan gejala
f. Respon alergi infeksi saluran napas
g. Efek agen d. Monitor input dan output

7
farmakologia (mis. cairan ( mis. jumlah dan
anastesi) karakteristik)
2. Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor : a. Atur posisi semi-Fowler atau
Objektif Fowler
a. Batuk tidak efektif
b. Tidak mampu batuk
c. Sputum berlebih
d. Mengi, wheezing
dan/atau ronkhi
kering
e. Mekonium dijalan
napas (pada b. Pasang perlak dan bengkok
neonatus) di pangkuan pasien
c. Buang sekret pada tempat
Gejala dan Tanda Minor : sputum
Subjektif 3. Edukasi
a. Dispnea a. Jelaskan tujuan dan
b. Sulit bicara prosedur batuk efektif
c. Ortopnea b. Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4
Objektif detik, ditahan selama 2
a. Gelisah detik, kemudian keluarkan
b. Sianosis dari mulut dengan bibir
c. Bunyi napas menurun mencucu (dibulatkan)
d. Frekuesni nafas selama 8 detik
berubah c. Anjurkan mengulangi tarik
Pola nafas berubah napas dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran
4. Kategori : Fisiologis LUARAN
Subkategori : Nyeri dan Manajemen Nyeri (L.08238)
Kenyamanan
Diagnosa : D. 0077 Nyeri INTERVENSI
Akut 1. Observasi
a. identifikasi lokasi,
Penyebab : karakteristik, durasi,
a. agen pencedera frekuensi, kualitas,
fisiologis (mis. inflamasi, intensitas nyeri
iskemia, neoplasma) b. identifikasi skala nyeri
b. agen pencedera kimiawi c. identifikasi respon nyeri
(mis. terbakar, bahan non verbal
kimia iritan) d. identifikasi faktor yang
c. agen pencedera fisik memperberat dan
(mis. abses, amputasi, memperingan nyeri
terbakar, terpotong, e. identifikasi pengetahuan
mengangkat berat, dan keyakinan tentang
prosedur operasi, nyeri
trauma, latihan fisik f. identifikasi pengaruh
berlebihan) budaya terhadap respon

8
Gejala dan Tanda Mayor : nyeri
Subjektif g. identifikasi pengaruh nyeri
a. mengeluh nyeri pada kualitas hidup
Objektif h. monitor keberhasilan
a. tampak meringis terapi komplementer yang
b. bersikap protektif (mis. sudah diberikan
waspada posisi i. monitor efek samping
menghindari nyeri) penggunaan analgetik
c. gelisah 2. Terapeutik
d. frekuensi nadi a. berikan teknik
meningkat nonfarmakologis untuk
e. sulit tidur mengurangi rasa nyeri
Gejala dan Tanda Minor : (mis. TENS, hipnosis,
Subjektif akupresur, terapi musik,
(tidak tersedia) biofeedback, terapi pijat
Objektif aromaterapi, teknik
a. tekanan darah imajinasi terbimbing,
meningkat kompres hangat/ dingin,
b. pola napas berubah terapi bermain
c. nafsu makan berubah b. kontrol lingkungan yang
d. proses berpikir memperberat rasa nyeri
terganggu (mis. suhu ruangan,
e. menarik diri pencahayaan, kebisingan)
f. berfokus pada diri c. fasilitas istirahat dan tidur
sendiri d. pertimbanagn jenis dan
diaforesis sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
a. jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
b. jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d. anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e. ajarkan teknik
nongarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
5. Kategori : Fisiologis LUARAN
Subkategori : Aktivitas/ Dukungan Ambulasi (L.06171)
Istirahat
Diagnosa : D. 0054 INTERVENSI
Gangguan Mobilitas Fisik 1. Observasi
a. identifikasi adanya nyeri
Penyebab : atau keluhan fisik lainnya
a. kerusakan integritas b. identifikasi toleransi fisik
struktur tulang melakukan ambulasi
b. perubahan metabolisme c. monitor frekuensi jantung
c. ketidakbugaran fisik dan tekanan darah

9
d. penurunan kendali otot sebelum memulai
e. penurunan massa otot ambulasi
f. penurunan kekuatan d. monitor kondisi umum
otot selama melakukan
g. keterlambatan ambulasi
perkembangan 2. Terapeutik
h. kekakuan sendi a. fasilitas aktivitas ambulasi
i. kontraktur dengan alat bantu (mis.
j. malnutrisi tongkat, kruk)
k. gangguan b. fasilitas melakukan
muskuloskeletal mobilisasi fisik, jika perlu
l. gangguan c. libatkan keluarga unruk
neuromuskular membantu pasien dalam
m. indeks masa tubuh meningkatkan ambulasi
diatas persentil ke-75 3. Edukasi
sesuai usia a. jelaskan tujuan dan
n. efek agen farmakologis prosedur ambulasi
o. program pembatasan b. anjurkan melakukan
gerak ambulasi dini
p. nyeri ajarkan ambulasi sederhana yang
q. kurang terpapar harus dilakukan (mis. berjalan dari
informasi tentang tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke
aktivitas fisik
kamar mandi, berjalan sesuai
r. kecemasan toleransi)
s. gangguan kognitif
t. keengganan melakukan
pergerakan
u. gangguan
sensoripersepsi
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif
a. mengeluh sulit
menggerakkan
ekstremitas
Objektif
a. kekuatan otot menurun
b. rentang gerak (ROM)
menurun
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif
a. nyeri saat gerak
b. enggan melakukan
pergerakan
c. merasa cemas
saat ,bergerak
Objektif
a. sendi kaku
b. gerakan tidak
terkoordinasi
c. gerakan terbatas
fisik lemah
6. Kategori : Fisiologis LUARAN
Subkategori : Dukungan Perawatan
Neurosensori Diri :Makan/Minum (L.11351)

10
Diagnosa : D. 0063
Gangguan Menelan INTERVENSI
1. Observasi
Penyebab : a. identifikasi diet yang
a. gangguan dianjurkan
serebrovaskuler’ b. monitor kemampuan
b. gangguan saraf kranialis menelan
c. paralisis serebral c. monitor status hidrasi
d. akalasia pasien, jika perlu
e. abnormalitas laring 2. Terapeutik
f. abnormalitas orofaring a. ciptakan lingkungan yang
g. anomali jalan napas menyenangkan selama
atas makan
h. defek anatomik b. atur posisi yang nyaman
kongenital untuk makan/ minum
i. defek laring c. lakukan oral hygiene
j. defek nasal sebelum makan , jika perlu
k. defek rongga nasofaring d. letakkan makanan di sisi
l. defek trakea mata yang sehat
m. refluk gastroesofagus e. sediakan sedotan untuk
n. obstruksi mekanis minum, sesuai kebutuhan
o. prematuritas f. siapkan makanan dengan
Gejala dan Tanda Mayor : suhu yang meningkatkan
Subjektif nafsu makan
a. mengeluh sulit menelan g. sediakan makanan dan
Objektif minuman yang disukai
a. batuk sebelum menelan h. berikan bantuan saat
b. batuk setelah makan makan/ minum sesuai
atau minum tingkat kemandirian, jika
c. tersedak perlu
d. makanan tertinggal di i. motivasi untuk makan di
rongga mulut ruang makan, jika tersedia
Gejala dan Tanda Minor : 3. Edukasi
Subjektif a. jelaskan posisi makanan
oral pada pasien yang
(tidak tersedia) mengalami gangguan
faring penglihatan dengan
a. menolak makan menggunakan arah jarum
esofagus jam (mis. sayur di jam 12,
a. mengeluh bangun rendang di jam 3)
dimalam hari 4. Kolaborasi
b. nyeri epigastrik kolaborasi pemberian obat (mis.
Objektif analgesik, antiemetik)sesuai
oral indikasi
a. bolus masuk terlalu
cepat
b. refluk nasal
c. tidak mampu
membersihkan rongga
mulut
d. makanan jatuh dari
mulut
e. makanan terdorong
keluar dari mulut

11
f. sulit mengunyah
g. muntah sebelum
menelan
h. bolus terbentuk lama
i. waktu makan lama
j. porsi makanan tidak
habis
k. fase oral abnormal
l. mengiler
faring
a. muntah
b. posisi kepala kurang
elevasi
c. menelan berulang ulang
esofagus
a. hematemesis
b. gelisah
c. regurgitasi
d. odinofagia
bruksisme
7. Kategori : Fisiologis LUARAN
Subkategori : Nutrisi dan Manajemen Nutrisi (L.03119)
Cairan
Diagnosa : D. 0019 Defisit INTERVENSI
Nutrisi 1. Observasi
a. identifikasi status nutrisi
Penyebab : b. identifikasi alergi dan
a. ketidakmampuan intoleransi makanan
menelan makanan c. identifikasi makanan yang
b. ketidakmampuan disukai
mencerna makanan d. identifikasi kebutuhan kalori
c. ketidakmampuan dan jenis nutrien
mengabsorbsi nutrien e. identifikasi perlunya
d. peningkatan kebutuhan penggunaan selang
metabolisme nasogastrik
e. faktor ekonomi (mis. f. monitor asupan makanan
finansial tidak mencukupi) g. monitor berat badan
f. faktor psikologis (mis. h. monitor hasil pemeriksaan
stres, keengganan untuk laboratorium
makan) 2. Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor : a. lakukan oral hygiene
Subjektif sebelum makan, jika perlu
(tidak tersedia) b. fasilitasi menentukan
Objektif pedoman diet (mis, piramida
a. berat badan menurun makanan)
minimsl 10 % dibawah c. sajikan makanan secara
rentang ideal menarik dan suhu yang
Gejala dan Tanda Minor : sesuai
Subjektif d. berikan makanan tinggi
a. cepat kenyang setelah serat untuk mencegah
makan konstipasi
b. kram/nyeri abdomen e. berikan makan tinggi kalori
c. nafsu makan menurun dan tinggi protein
Objektif f. berikan suplemen makanan,

12
a. bising usus heparaktif jika perlu
b. otot pengunyah lemah g. hentikan permberian makan
c. otot menelan lemah melalui selang nasogatrik
d. membran mukosa pucat jika asupan oral dapat
e. sariawan ditoleransi
f. serum albumin menurun 3. Edukasi
g. rambut rontok berlebihan a. anjurkan posisi duduk, jika
diare perlu
b. ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
a. kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri,
antlemetik) jika perlu
kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan jika
perlu
8. Kategori : Psikologis LUARAN
Subkategori : Integritas Reduksi Ansietas (L.09314)
Ego
Diagnosa : D. 0080 INTERVENSI
Ansietas 1. Observasi
a. identifikasi saat tingkat
Penyebab : ansietas berubah (mis.
a. krisis situasional kondisi, waktu, stresor)
b. kebutuhan tidak terpenuhi b. identifikasi kemampuan
c. krisis maturasional mengambil keputusan
d. ancaman terhadap c. monitor tanda-tanda
konsep diri ansietas (verbal dan
e. ancaman terhadap nonverbal)
kematian 2. Terapeutik
f. kekhawatiran mengalami a. ciptakan suasana
kegagalan terapeutik untuk
g. disfungsi sistem keluarga menumbuhkan
h. hubungan orang tua-anak kepercayaan
tidak memuaskan b. temani psien untuk
i. faktor keturunan mengurangi kecemasan,
(temperamen mudah jika memungkinkan
teragitasi sejak lahir) c. dengarkan dengan penuh
j. penyalagunaan zat perhatian
k. terpapar bahaya d. gunakan pendekatan yang
lingkungan (mis. toksin, tenang dan meyakinkan
polutan dan lain lain e. tempatkan barang pribadi
l. kurang terpapar yang memberikan
informasi kenyamanan
Gejala dan Tanda Mayor : f. motivasi mengidentifikasi
Subjektif situasi yang memicu
a. merasa bingung kecemasan
b. merasa khawatir dengan g. diskusikan perencanaan
akibat dari kondisi yang realistis tentang peristiwa
dihadapi yang akan datang
c. sulit berkonsentrasi 3. Edukasi
Objektif a. jelaskan prosedur,

13
a. tampak gelisah termasuk sensasi yang
b. tampak tegang mungkin dialami
c. sulit tidur b. informasikan secara
Gejala dan Tanda Minor : faktual mengenai
Subjektif diagnosis, pengobatan
a. mengeluh pusing dan prognosis
b. anoreksia c. anjurkan melakukan
c. palpitasi kegiatan yang tidak
d. merasa tidak berdaya kompetitif sesui kebutuhan
Objektif d. anjurkan mengungkapkan
a. frekuensi napas perasaan dan persepsi
meningkat e. latih kegiatan pengalihan
b. frekuensi nadi meningkat untuk mengurangi
c. tekanan darah meningkta ketegangan
d. diaforesis f. latih penggunaan
e. tremor mekanisme perlahanan
f. muka tampak pucat diri yang tepat
g. suara bergetar g. latih teknik relaksasi
h. kontak mata buruk 4. Kolaborasi
i. sering berkemih kolaborasi pemberian obat
berorientasi pada masa lalu antiansietas, jika perlu
9. Kategori : Fisiologis LUARAN
Subkategori : Sirkulasi Pencegahan Perdarahan
(L.02067)
Diagnosa :
D. 0012 Risiko Perdarahan INTERVENSI
1. Observasi
Faktor Risiko:
a. Monitor tanda dan gejala
a. Aneurisma
perdarahan
b. Gangguan
b. Monitor nilai hematocrit/
Gastrointestinal (mis,
hemoglobin sebelum dan
ulkus lambung, polip,
setelah kehilangan darah
varises)
c. Monitor tanda tanda vital
c. Gangguan fungsi jhati,
otostatik
(mis, sirosis hepatitis)
d. Monitor koagulasi (mls.
d. Komplikasi
Prothrombin time (PT),
kehamilan(mis, ketuban
partial thromboplastin time
pecah sebelum
(PTT), fibrinogen,
waktunya, plasenta
degradasi fibrin dan atau
previa/ abrupsio,
platelet
kehamilan kembar)
2. Terapeutik
e. Komplikasi pasca partum
a. Pertahankan bed rest
(mis, atoni uterus, retensi
selama perdarahan
plasenta)
b. Batasi tindakan invasive,
f. Gangguan koagulasi
jika perlu
(mis. Trombositopenia)
c. Gunakan Kasur
g. Efek agen farmakologis
pencegahan decubitus
h. Tindakan pembedahan
d. Hindari pengukuran suhu
i. Trauma
rektal
j. Kurang terpapar
3. Edukasi
informasi tentang
b. Jelaskan tanda dan gejala
pencegahan perdarahan
perdarahan
k. Proses keganasan
c. Anjurkan penggunaan
kaus kaki saat ambulasi

14
d. Anjurkan peningkatan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
e. Anjurkan menghindari
aspirin atau antikoagulan
f. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin K
g. Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan,
jika perlu
b. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
c. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu

10 Kategori : Lingkungan LUARAN


Subkategori : Keamanan Pencegahan Cedera (L.14537)
dan Proteksi
Diagnosa : D.0165 Resiko INTERVENSI
Cidera 1. Observasi
a. identifikasi area
Faktor resiko lingkungan yang
Eksternal berpotensi menyebabkan
a. Terpapar patogen cedera
b. Terpapar zat kimia b. identifikasi obat yang
toksik berpotensi menyebabkan
c. Terpapar agen cedera
nosokomial c. identifikasi kesusaian alas
d. Ketidakamanan kaki atau stoking elastis
transportasi pada ekstremitas bawah
Internal 2. Terapeutik
a. Ketidaknormalan profil a. sediakan pencahayaan
darah yang memadai
b. Perubahan orientasi b. gunakan lampu tidur
afetif selama jam tidur
c. Perubahan sensasi c. sosialisasikan pasien dan
d. Disfungsi autoimun keluarga dengan
e. Hipoksia jaringan lingkungan ruang rawat
f. Kegagalan mekanisme (mis. penggunaan telepon,
pertahanan tubuh tempat tidur, penerangan
g. Malnutrisi ruangan dan lokasi kamar
h. Perubahan fungsi mandi)
psikomotor d. gunakan alas lantai jika
Perubahan Fungsi kognitif beresiko mengalami
cedera serius
e. sediakan alas kaki antislip
f. sediakan pispot atau urinal
untuk eliminasi di tempat
tidur, jika perlu
g. pastikan bel panggilan

15
atau telepon mudah
dijangkau
h. pastikan barang-barang
pribadi mudah dijangkau
i. pertahankan posisi tempat
tidur di posisi terendah
saat digunakan
j. pastikan roda tempat tidur
atau kursi roda dalam
kondisi terkunci
k. gunakan pengaman
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
l. pertimbangan penggunaan
alam elektronik pribadi
atau alarm sensor pada
tempat tidur atau kursi
m. diskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
n. diskusikan mengenai alat
bantu mobilitas yang
sesuai (mis. tongkat atau
alat bantu jalan)
o. diskusikan bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampingi
pasien
p. tingkatkan frekuensi
observasi dan
pengawasan pasien,
sesuai kebutuhan
3. Edukasi
a. jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
b. anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan
duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
Konseling dan 1. Sasaran Edukasi
Edukasi a. Pasien
b. Keluarga Pasien

2. Materi Edukasi
a. Edukasi tentang pengertian, penyebab, faktor resiko penyakit
Stroke
b. Edukasi tentang tanda dan gejala penyakit Stroke
c. Edukasi terkait pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan
d. Edukasi tentang kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan
e. Edukasi tentang pengobatan penyakit Stroke (Mengawasi agar
pasien teratur minum obat)
f. Edukasi terkait pencegahan penyakit berulang. Jika terjadi
serangan stroke ulang, harus segera mendapat pertolongan

16
segera
g. Edukasi tentang komplikasi penyakit Stroke
h. Edukasi tentang prognosa penyakit Stroke
i. Membantu pasien menghindari faktor risiko.

Tabel 1.3 Membedakan Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik

Tingkat Evidens
Tingkat
Rekomendasi
Penelaah Kritis
Kriteria Rujukan Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis secara klinis dan
diberikan penanganan awal, segera mungkin harus dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf,
terkait dengan angka kecacatan dan kematian yang tinggi. Dalam hal ini,
perhatian terhadap therapeutic window untuk penatalaksanaan stroke
akut sangat diutamakan.
Peralatan 1. Alat pemeriksaan neurologis.
2. Senter
3. Infus set.
4. Oksigen.
Prognosis Prognosis : dubia, (tergantung luas dan letak lesi)
stroke hemoragik sebagian besar : dubia ad malam.
Penanganan yg lambat berakibat angka kecacatan dan kematian tinggi.
Referensi 1. Misbach J dkk. Kelompok Studi Stroke. Guideline Stroke 2011.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Jakarta,
2011. (Misbach, 2011)
2. Jauch EC et al. Guidelines for the Early Management of Patients with
Acute Ischemic Stroke. A Guideline for Healthcare Professionals
From the American Heart Association/American Stroke Association.
Stroke 2013; 44:870-947.(Jauch, 2013)
3. Morgenstern LB et al. Guidelines for the Management of

17
Spontaneous Intracerebral Hemorrhage. Guideline for Healthcare
Professionals From the American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke 2010;41:1-23. (Morgenstern, 2010)
4. Furie K et al. Guidelines for the Prevention of Stroke in Patients With
Stroke or Transient Ischemic Attack : A Guideline for Healthcare
Professionals From the American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke 2011;42:227-276. (Furie, 2011)

18
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)
STROKE

Metode pemecahan masalah gizi pada pasien stroke yang sistematis


Pengertian Asuhan
dimana Nutrisionis/ Dietisien berfikir kritis dalam membuat keputusan
Gizi pada Stroke untuk menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas
Asesmen/ Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan atau
Pengkajian: kondisi khusus. Stroke termasuk kondisi khusus sehingga memerlukan
asesmen gizi.
Antropometri Data berat badan, tinggi badan dan atau lingkar lengan atas
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti HB, Hematokrit, Leukosit,
Biokimia Albumin (bila ada)
Mengkaji data nyeri saat menelan, kesulitan menelan, air liur menetes,
Klinis/Fisik makanan lengket dalam mulut/kerongkongan, tensi darah status hidrasi,
masa otot dan lemak, ada tidak nya edema.
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan
makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini,
Riwayat Personal riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan
suplemen makanan, status kesehatan mental, serta status kognitif
Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan menurunnya konsumsi
Diagnosis Gizi zat gizi karena kesulitan menelan ditandai dengan asupan makanan 50%
(Masalah Gizi) dari kebutuhan (NI-2.1). Kesulitan Menelan berkaitan dengan stroke
ditandai dengan estimasi menurunnya asupan makan (NC-1.1)
Intervensi Gizi
(Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi ≥ 80%
2. Mempertahankan status gizi optimal

b. Implementasi Preskripsi Diet :


Pemberian a. Kebutuhan Energi 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut energi diberikan
Makanan 1100-1500 kkal/hari
b. Protein 0.8-1 g/kgBB. Apabila pasien dengan status gizi kurang,
diberikan 1.2-1.5 g/kgBB.
c. Lemak 20-25% dari energi total Karbohidrat 60-70% dari energi total
Kolesterol <300 mg
d. Serat 15-25 gram
e. Natrium 1500 mg -2300 mg, Cukup vitamin dan mineral
f. Jenis Diet makan cair/ enteral, saring, lunak, biasa, bertahap sesuai
tes fungsi menelan. Mudah dicerna porsi kecil sering
g. Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi per oral
Cukup cairan
Bentuk makanan dapat dikombinasi cair/ enteral atau bubur susu, bubur
saring, makanan lunak maupun makan biasa, bertahap. Jalur makanan.
(oral/ enteral per NGT/ parenteral atau kombinasi) sesuai kondisi klinis
dan kemampuan mengkonsumsi.

c. Edukasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet

d. Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien dan keluarga serta
penunggu pasien (care giver) mengenai diet post stroke untuk pemulihan
sesuai dengan kemampuan menelan, kebutuhan, bentuk makanan baik
jumlah, jadwal dan jenis makanan yang dianjurkan

e. Koordinasi Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan
dengan tenaga dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien
kesehatan lain

19
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil positif
maupun negative dari :
1. Status Gizi berdasarkan antropometri
Monitoring dan 2. Hasil biokimia terkait gizi
Evaluasi 3. Fisik Klinis terkait dengan gizi yaitu ada tidaknya residu,
malabsorbsi/diare, dll
4. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada hari ke
4 atau ke 5 perawatan) untuk melihat keberhasilan intervensi sesuai hasil
Re Asesmen
monitoring evaluasi. Jika pasien sudah kembali pulang maka re asesmen
(Kontrol kembali)
di rawat jalan untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi
(terapi gizi) 2-4 minggu setelah pulang dari rumah sakit.
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
Indikator (Target 2. Bentuk makanan biasa
yang akan dicapai/ 3. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Indek Masa Tubuh
Outcome) (IMT) atau lingkar lengan atas, biokimia albumin, fisik/klinis dan
asupan makan
1. Komplikasi Pada Stroke, FKUI 2015
2. Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien Indonesia
(AsDI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
3. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology
(IDNT) Reference Manual
Kepustakaan 4. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth Edition.
Academy of Nutrition and Dietetics 2013
5. Guidelines Clinical Nutrition in patients with stroke. German society
for Clinical Nutrition, German Medical Societies 2013
6. Stroke Nutrition Therapy, American Dietetic Association

20
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)
PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
TATALAKSANA KASUS STROKE
Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi saraf yang diakibatkan oleh penyakit
pembuluh darah otak, bukan oleh sebab yang lain.
Stroke Iskemik (Stroke Sumbatan)
a. Stroke Emboli
Bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam jantung atau pembuluh
arteri besar yang terangkut menuju otak
b. Stroke Trombotik
Bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam pembuluh arteri yang
Pengertian
mensuplai darah ke otak
(Definisi)
Stroke Hemoragik (Stroke Berdarah)
a. Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah dan darah masuk ke dalam jaringan yang
menyebabkan sel-sel otak mati sehingga berdampak pada kerja otak
berhenti.
b. Perdarahan Subarachnoid
Pecahnya pembuluh darah yang berdekatan dengan permukaan otak dan
darah bocor di antara otak dan tulang tengkorak.
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik terkait pengobatan pasien
Asesmen 2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
Kefarmasian 3. Menentukan kebutuhan dan tujuan farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Rekomendasi pemilihan fibrinolitik (contoh: alteplase), antiplatelet
(contoh: aspirin, clopidogrel), antihipertensi (contoh: golongan ACEI,
golongan ARBs, golongan CCB), neuroprotektan (contoh: citicoline,
piracetam), antidislipidemia/antitrigliserida (contoh: golongan statin atau
golongan fibrat), atau obat saluran cerna / anti-ulcer (contoh: golongan H2
Identifikasi
Blocker, golongan PPI)
DRP (Drug
2. Pemantauan terapi dari antiplatelet, neuroprotektan, antihipertensi,
Related
antidislipidemia, dan antiulcer yang digunakan dikaitkan dengan kondisi
Problem)
klinis dan data lab pasien.
3. Monitoring efek samping dan manajemen efek samping dari antiplatelet,
antihipertensi, antidislipidemia, dan antiulcer yang digunakan.
4. Memberikan rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi obat atau
terjadi reaksi hipersensitivitasi.
Intervensi 1. Pemilihan jenis dan rute dari antiplatelet, neuroprotektan, antihipertensi,
Farmasi antidislipidemia, dan antiulcer yang digunakan dikaitkan dengan kondisi
klinis dan data lab pasien. Rekomendasi pertimbangan pemberian terapi
kombinasi daripada terapi tunggal untuk antiplatelet dan antihipertensi
yang digunakan.
2. Dosis dan lama penggunaan dari antiplatelet, neuroprotektan,
antihipertensi, antidislipidemia, dan antiulcer yang digunakan. Pemberian
dosis yang kurang dapat menyebabkan obat tidak mecapai jendela terapi
sehingga tidak menimbulkan efek terapi (tidak mencapai Minimum
Efective Concentration).
Rentang waktu terbaik untuk dapat diberikan terapi fibrinolitik yang dapat
memberikan manfaat perbaikan fungsional otak dan juga terhadap angka
kematian adalah <3 jam dan rentang 3-4,5 jam setelah onset gejala.
3. Cara pemberian (pemilihan rute) pada kasus HT Emergency, yaitu
pertimbangan penggunaan Nikardipin injeksi dengan dosis 0,5 – 10 mcg /
kgBB via syringe pump atau Diltiazem injeksi dengan dosis 5-15
mikrogram/ kgBB via syringe pump. PERDOSSI merekomendasikan
pemberian antihipertensi melalui rute parenteral bagi pasien stroke
hemoragik dengan tekanan darah sistol >180 mmHg. Perlu dilakukan
monitoring cara rekonstitusi dan dilusi sediaan pada pelarut yang
kompatibel.
4. Kegagalan terapi obat
Efektivitas antiplatelet dan antihipertensi yang digunakan berpengaruh
pada keberhasilan terapi stroke. Target penurunan tekanan darah pada

21
pasien yang tidak menerima terapi trombolitik adalah penurunan tekanan
darah 15% selama 24 jam pertama setelah onset gejala stroke dengan
disertai monitoring kondisi neurologis.
5. Efek samping obat
Reaksi obat yang tidak diinginkan dari penggunaan antiplatelet adalah
adanya reaksi pendarahan dan gangguan GI seperti mual dan muntah.
Sedangkan reaksi efek samping dari antidislipidemia yang mungkin terjadi
adalah rhabdomyolisis. Antihipertensi yang mungkin menyebabkan reaksi
efek samping adalah captopril yaitu batuk kering; amlodipine dapat
menyebabkan bengkak pada pergelangan kaki; furosemide dapat
meningkatkan aliran urin (diuresis).
6. Interaksi obat yang dapat menurunkan efektivitas antiplatelet seperti
penggunaan omeprazole bersama dengan clopidogrel, serta interaksi
obat pada penggunaan amlodipine dan simvastatin yang dapat
meningkatkan risiko rhabdomyolisis. Penggunaan antiplatelet kombinasi
juga dapat menyebabkan interaksi obat yang dapat menyebabkan
peningkatan risiko pendarahan.
7. Reaksi hipersensitivitas (contoh : ruam merah, bengkak, sesak nafas).
Monitoring
TTV, DL, serum elektrolit, PPT, KPTT, INR, LDL, Kolesterol Total, Asam Urat,
dan
HDL, GDS.
Evaluasi
1. Cara dan durasi penggunaan antiplatelet, neuroprotektan, antihipertensi,
antidislipidemia, dan antiulcer yang digunakan.
 Antiplatelet : Sesudah makan, ditelan utuh.
 Antihipertensi : Semua diminum sesudah makan kecuali captopril
diminum 1 jam sebelum makan. Nifedipin oros tidak boleh digerus.
 Antidislipidemia : Semua diminum sesudah makan kecuali gemfibrozil
diminum 30 menit sebelum makan. Simvastatin harus diminum malam
hari.
 Anti ulcer : Semua diminum 30-60 menit sebelum makan.
2. Manajemen untuk mengatasi efek samping
 Antiplatelet : jika ada gejala pendarahan seperti gusi
berdarah/mimisan/urin berwarna merah, maka penggunaan antiplatelet
harus dievaluasi.
Edukasi dan  Antiplatelet : jika ada gejala gangguan GI seperti mual, kembung,
Informasi muntah, atau nyeri perut setelah minum obat antiplatelet, maka
penjedaan obat dapat dilakukan.
 Antidislipidemia : Jika pasien mengalami gejala kaku otot di pundak,
paha, punggung bagian bawah, kelemahan otot atau kesulitan
menggerakkan lengan dan tungkai, maka perlu dilakukan evaluasi
terhadap penggunaan antidislipidemia.
3. Managemen interaksi obat, yaitu :
 Rekomendasi penggantian anti-ulcer pada kasus penggunaan
clopidogrel – omeprazole
 Pemberian jeda waktu pemberian obat pada penggunaan amlodipine –
simvastatin (pagi – malam), dan pada interval pada penggunaan
kombinasi antiplatelet untuk mengurasi ESO gangguan GI.
4. Pemberian edukasi tentang pentingnya menjaga pola makan dan
compliance terhadap penggunaan obat-obat kronis agar tidak terjadi stroke
serangan berulang.
Penelaah
Apoteker Klinis
Kritis
 DL : Normal
 TTV : Normal
 Serum elektrolit : Normal
Indikator  PPT/ KPTT/ INR : Normal
 LDL / Kolesterol Total / HDL : Normal
 Asam Urat : Normal
 GDS : Normal
Daftar 1. Presley, B. 2014. Penatalaksanaan Farmakologi Stroke Iskemik
Pustaka Akut. Rasional, 12(1).

22
2. Juwita, R., Iwo, M. I., Banuaji, C., & Kusumaeni, T. 2015. Peran Apoteker
Dalam Mencegah Drug Related Problem Pada Pasien Stroke Yang
Dirawat Inap, Neurona, 32 (3).

23

Anda mungkin juga menyukai