اهللُ َأ ْكَب ُر ،اهللُ َأ ْكَب ُر ،اهللُ َأ ْكَب ُر ،اهللُ َأ ْكَب ُر ،اهللُ َأ ْكَب ُر ،اهللُ َأ ْكَب ُر ،اهللُ
َأ ْكَب ُر ،اهللُ َأ ْكَب ُر ،اهللُ َأ ْكَب ُر.
﴾١٦٢﴿ ني ِ ِّ قُل ِإ َّن صالَيِت ونُس ِكي وحَمْياي ومَمَايِت لِلّ ِه ر
َ ب الْ َعالَم َ ََ َ َ ُ َ َ ْ
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.”
Ayat tersebut menegaskan bahwa Nabi Ibrahim senantiasa tunduk dan patuh hanya kepada
Allah SWT semata. Bahkan beliau menyatakan bahwa shalat, ibadat, hidup dan matinya
hanyalah milik Alllah SWT. Maka untuk menguji ikrarnya itu, Allah memerintahkan Nabi
Ibrahim AS untuk menyembelih putra yang diidam-idamkan selama 97 tahun, yaitu Nabi
Ismail AS. Dan saat itu baru putra satu-satunya karena Nabi Ishaq belum terlahir ke dunia.
Adanya ketabahan dan kepatuhan yang sangat agung dalam melaksanakan perintah Allah
SWT untuk menyembelih putra kesayangannya itu merupakan satu ketaatan yang luar biasa
kepada Allah SWT. Pengujian itu diabadikan dalam QS. al-Shaffat: 105-107, yaitu:
Disebutkan dalam QS. al-Anfal : 74 dengan: اولئك هم المؤمنون حقا, yaitu: “ mereka itulah orang-
orang yang benar-benar beriman.” Bukan sebaliknya, orang lain telah berjuang dengan jiwa ,
raga, dan hartanya, tetapi sebagian orang mengambil kesempatan untuk mencari hasil dari
perjuangan tersebut. Oleh karena itu, pengorbanan jiwa, raga, dan harta sangat menentukan
selama shodaqoh dan amaliah itu masih ada yang menerima dan terbuka. Sebab sebaik-baik
manusia adalah orang yang dapat memberi manfaat bagi yang lain.
-ين ِ ٱلصٰرِب
َّ ن م ِ قَ َال ٰيََٓأب
ِ ت ٱ ْفعل ما ُتْؤ مر ۖ ستَ ِج ُدىِن ٓى ِإن َشٓاء ٱللَّه
َ َ ُ َ َ َُ َ ْ َ َ
“Wahai ayahku, laksanakanlah perintah Allah itu, niscaya ayah akan melihat aku
menghadapinya dengan sabar, insya Allah.”
واس تغفراهلل. اق ول ق وىل ه دا.فص ل لرب ك واحنر ان ش انئك ه و اب رتز.ان ا أعطين ك ال ك الك وثر
. انه هو الغفور الرحيم.العظيم
KHUTBAH KE 2