Refarat
Pembimbing: Dr. dr. T. Ibnu Alferally, M.Ked(PA), Sp. PA, D.Bioeth
Oleh:
dr. Indah Astri Wardini
NIM: 197108001
Pembimbing:
Dr. dr. T. Ibnu Alferally, M.Ked(PA), Sp. PA, D.Bioeth
Pendahuluan
Granular cell tumor (GCT) adalah tumor jaringan lunak langka yang
pertama kali dilaporkan oleh Abrikossoff pada tahun 1926. GCT adalah lesi yang
jarang dengan etiologi yang tidak diketahui, tidak selalu bersifat jinak, Abrikossoff
memaparkan asal miogenik untuk lesi ini sebagai "mioblastoma sel granular”, dan
sekarang diyakini bahwa GCT berdiferensiasi menjadi sel Schwan.1 GCT sering
terjadi pada rongga mulut, kulit, dan jaringan subkutan. GCT pada dasarnya jinak,
kasus dengan metastasis jauh dapat ditemukan. Untuk dapat mendiagnosis GCT
sebelum operasi sangat sulit untuk mendiagnosis GCT karena memiliki gambaran
histopatologi yang sangat khas, temuan klinisnya umumnya tidak spesifik dan
insidensi GCT sangat kecil.2 Berbagai teori tentang diferensiasi seluler GCT
dilaporkan, beberapa GCT yang diusulkan berasal dari miosit, histiosit, atau
fibroblast dan yang lain menyarankan bahwa mereka berasal dari sel mesenkim
yang tidak berdiferensiasi atau keratinosit epidermis. GCT dapat berasal dari
Tinjauan Pustaka
Anatomi dan Histologi.
Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
merupakan jaringan epitel berasal dari ektoderm dan dermis berupa jaringan ikat
agak padat berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat
longgar yaitu hipodermis, yang pada beberapa tempat terutama terdiri dari jaringan
lemak.4
1
Gambar 1. Anatomi lapisan kulit.4
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel berlapis
gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak
mempunyai pembuluh darah maupun limfe, oleh karena itu semua nutrien dan
oksigen diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis. Epitel berlapis gepeng pada
epidermis ini tersusun oleh banyak lapis sel yang disebut keratinosit. Sel-sel ini
secara tetap diperbarui melalui mitosis sel-sel dalam lapis basal yang secara
sitoplasmanya. Mendekati permukaan, sel-sel ini mati dan secara tetap dilepaskan
30 hari. Modifikasi struktur selama perjalanan ini disebut sitomorfosis dari sel-sel
2
memungkinkan pembagian dalam potongan histologik tegak lurus terhadap
permukaan kulit. Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke luar, stratum
korneum. Stratum basal (lapis basal, lapis benih) terdiri dari lapisan ini terletak
paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang tersusun berderet-deret di atas
membran basal dan melekat pada dermis di bawahnya. Sel-selnya kuboid atau
silindris. Intinya besar, jika dibanding ukuran selnya, dan sitoplasmanya basofilik.
Pada lapisan ini biasanya terlihat gambaran mitotik sel, proliferasi selnya berfungsi
untuk regenerasi epitel. Sel-sel pada lapisan ini bermigrasi ke arah permukaan
untuk memasok sel-sel pada lapisan yang lebih superfisial. Pergerakan ini
dipercepat oleh adalah luka, dan regenerasinya dalam keadaan normal cepat.
Stratum spinosum terdiri dari atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk
dengan pembesaran obyektif 45x, maka pada dinding sel yang berbatasan dengan
sel di sebelahnya akan terlihat taju-taju yang seolah-olah menghubungkan sel yang
satu dengan yang lainnya. Pada taju inilah terletak desmosom yang melekatkan sel-
sel satu sama lain pada lapisan ini. Semakin ke atas bentuk sel semakin gepeng.
Stratum granulosum terdiri dari atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak
dari lapisan yang dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya, dan
agak eosinofilik tidak ada inti maupun organel, pada sel-sel lapisan ini. Walaupun
ada sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang sehingga pada sajian
3
seringkali tampak garis celah yang memisahkan stratum korneum dari lapisan lain
di bawahnya. Stratum korneum yang terdiri dari banyak lapisan sel-sel mati, pipih
dan tidak berinti serta sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel-sel yang paling
permukaan merupakan sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas.4
Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara
kedua lapisan tidak tegas, serat antaranya saling menjalin. Stratum papilaris yang
terdiri dari lapisan yang tersusun lebih longgar, ditandai dengan adanya papila
lebih dalam pada daerah di mana tekanan paling besar, seperti pada telapak kaki.
nutrisi pada epitel di atasnya. Papila lainnya mengandung badan akhir saraf sensoris
yaitu badan Meissner. Stratum retikularis terdiri dari lapisan yang lebih tebal dan
dalam. Serat kolagen kasar dan sejumlah kecil serat elastin membentuk jalinan yang
padat ireguler. Pada bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di
antaranya terisi jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut.
Serat otot polos juga ditemukan pada tempat-tempat tertentu, seperti folikel rambut,
skrotum, preputium, dan puting payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat otot
skelet menyusupi jaringan ikat pada dermis. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi
bawahnya yaitu jaringan ikat longgar yang banyak mengandung sel lemak.4
dermis. Hipodermis dapat berupa jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen
antaranya menyatu dengan yang dari dermis. Pada daerah tertentu, seperti
4
punggung tangan, lapis ini memungkinkan gerakan kulit di atas struktur di
bawahnya. Di daerah lain, serat-serat yang masuk ke dermis lebih banyak dan kulit
relatif sukar digerakkan. Sel-sel lemak lebih banyak daripada dalam dermis yang
cenderung mengumpul di daerah tertentu. Tidak ada atau sedikit lemak ditemukan
dalam jaringan subkutan kelopak mata atau penis, namun di abdomen, paha, dan
bokong, dapat mencapai ketebalan 3 cm atau lebih. Lapisan lemak ini disebut
pannikulus adiposus.4
bulat hingga oval dengan sitoplasma granular yang melimpah dan jelas.5 GCT juga
merupakan tumor yang tumbuh lambat dan kebanyakan terjadi antara usia 40 dan
60 tahun dan umumnya terjadi di jaringan subkutan daerah kepala dan leher juga
sering melibatkan lidah berbagai organ lainnya. GCT cenderung lebih umum pada
wanita: rasio insiden wanita dan pria berkisar antara 1,8: 1 hingga 2,9: 1 5 tahun
terakhir, 92 kasus GCT pada pasien Jepang yang baru dilaporkan. Sedangkan lesi
5
GCT paling sering terlihat di kulit, subkutis, saluran pencernaan, dan rongga mulut,
mereka dapat terjadi di mana saja di tubuh. Dari 92 kasus GCT di Jepang dapat
terjadi 44 kasus di dermis dan subkutis. Dari jumlah tersebut, mayoritas berada di
badan (63%), diikuti oleh anggota badan (21%), daerah kepala dan leher (9%), dan
vulva (5%). Tidak ada yang terjadi pada tengkuk atau umbilikus. Demikian pula,
serangkaian kasus besar dalam literatur bahasa Inggris. Melaporkan hanya satu
kasus GCT pada umbilikus dan tidak ada kasus GCT pada tengkuk.2,5
Wanita dua kali lebih memungkinkan terjadinya GCT, terutama pada orang
Afrika-Amerika yang lebih sering terkena daripada orang kulit putih, secara
keseluruhan, tumor sel granular bukanlah lesi yang tidak biasa; itu ditemukan di
kulit , jaringan subkutan dan submukosa. Paling sering terletak di kepala dan leher
(terutama lidah ), batang tubuh, ekstremitas proksimal. Kejadian di anus dan daerah
perianal cukup jarang terjadi dan dapat terjadi pada semua usia tetapi paling sering
Etiologi
pertumbuhan, dan tuli sensorineural), dan sindrom tumor hamartoma PTEN, tetapi
Pada WHO Classification of Skin Tumors 2018, granular cell tumour dapat
dimasukkan ke dalam kelompok neural tumours, hal ini dapat dilihat pada tabel
1.5,6,7
6
Tabel 1. WHO Classification of Skin Tumors 2018.5
Neural tumours
Neurofibroma 9540/0
Solitary circumscribed neuroma 9570/0
Dermal nerve sheath myxoma 9562/0
Perineurioma 9571/0
Malignant perineurioma 9571/3
Granular cell tumour 9580/0
Malignant granular cell tumour 9580/3
Schwannoma 9560/0
Malignant peripheral nerve sheath tumour 9540/3
Epitheloid malignant peripheral nerve sheath tumour 9542/3
Malignant triton tumour 9561/3
Patogenesis
Profil genetik tumor sel granular sebagian besar belum diselidiki. Dalam kasus
ganas yang dianalisis sebagai laporan kasus tunggal, tidak ditemukan mutasi
berulang. Tumor ini tampaknya memiliki beban mutasi yang rendah.5 Setelah itu,
berbagai teori tentang diferensiasi seluler GCT dilaporkan: beberapa GCT yang
diusulkan berasal dari miosit, histiosit, atau fibroblas, sementara yang lain
menyarankan bahwa mereka berasal dari sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi
atau keratinosit epidermis. Yang lain mengusulkan bahwa GCT dapat berasal dari
Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari GCT ini dapat berupa nodul atau polip asimtomatik
atau mungkin menyerupai wasir yang menyebabkan nyeri, perdarahan. GCT jinak
7
umumnya muncul sebagai nodul asimtomatik soliter, jarang lebih besar dari 3 cm,
melibatkan jaringan subkutan atau submukosa. Lesi ganas yang jarang telah
dari semua tumor sel granular, Lesi pada kulit tegas, berwarna merah menyala, dan
0,5–3 cm. Sebanyak 10% kasus bersifat multifokal. tumor sel granular dapat
autosomal dominan yang jarang terjadi yang ditandai dengan multiple lentigines,
sensorineural, beberapa tumor sel granular telah dijelaskan dalam kaitannya dengan
sindrom noonan dan sindrom tumor hamartoma PTEN, tetapi kebanyakan multipel
kulit/subkutis atau submukosa sering terjadi, tetapi keterlibatan viseral yang lebih
dalam juga dapat terjadi, Bagian yang paling umum adalah batang tubuh, tungkai
atas dan kepala / leher, juga timbul pada kaki, tangan, daerah anogenital dan
payudara.5
Pemeriksaan Fisik
berwarna coklat atau merah muda. Mereka kadang-kadang dikaitkan dengan nyeri
spontan, nyeri tekan, dan / atau gatal. Penampilan klinis mereka sering menyerupai
kami, penampilan klinis serupa dengan bekas luka hipertrofik dan keloid. Hal ini
8
karena pada tingkat histopatologi, GCT sering menunjukkan peningkatan jumlah
serat kolagen dan hiperplasia epidermal dengan pigmentasi basal; temuan ini juga
sering terlihat pada bekas luka hipertrofik dan keloid. Ahli bedah kulit harus
menyadari bahwa temuan klinis GCT dapat menyerupai bekas luka hipertrofik dan
keloid.
Gambaran Makroskopis
keabu-abuan hingga kuning pucat yang tidak berkapsul, kecil, padat, dan biasanya
kurang dari 2 cm dengan tepi infiltratif yang dapat rekuren jika dieksisi tidak
lengkap. GCT adalah nodul dermal dan / atau subkutan yang elastis, keras, dan
dilaporkan oleh Liu, et.al., terdapat gambaran makroskopis berupa massanya padat
dan berbatas tegas dengan diameter 3,0 cm dan menonjol dari kulit dengan tinggi
2,8 cm. Permukaan massa kasar dengan ulserasi dan bagian tersebut berwarna putih
abu-abu dengan kekerasan. Tumor terletak di dermis dan subkutis dan menginvasi
pseudoepitheliomatous umum terjadi. Batas tumor tidak jelas, dan tumor terdiri dari
paket dan trabekula sel besar, bulat hingga oval dengan sitoplasma granular dan
9
berlimpah. Batas sel tidak jelas dan tampak syncytial, nukleus yang terletak di pusat
berkisar dari kecil, seragam, dan hiperkromatik hingga membesar dan vesikular
akumulasi besar lisosom, diselingi oleh granula intracytoplasmic yang lebih besar
yang dikelilingi oleh halo yang jelas (pustulo-ovoid bodies). Keterlibatan perineural
sering terjadi. Tumor sel granular ganas (yang sangat jarang) dikenali dari
ada kariotipe spesifik yang mencirikan tumor ini. Oleh karena itu, pentingnya
berfungsi, di masa depan, sebagai bantuan yang mungkin dalam diagnosis atau
terapi. Kami melaporkan kasus baru tumor sel granular ganas paha dengan
A B
Gambar 4. A. GCT pembesaran 10x, GCT pada kulit akral yang memperlihatkan proliferasi sel
sel pucat yang terdapat di dalam dermis.6 B. GCT pembesaran 400x, sel tumor menunjukkan inti
dengan kromatin yang terdistribusi merata, nukleolus yang tidak mencolok dan sitoplasma
granular pucat yang melimpah. perhatikan beberapa badan pustuloovoid dengan ukuran
bervariasi.6
10
A B
Gambar 5. A. Contoh dermal dengan hiperplasia pseudoepitheliomatous yang luas, B.
Kelompokan sel granular yang terdapat di dermis. 5
A B
Gambar 6. A. Infiltrasi perineural pada GCT.6 B. GCT pembesaran 10x, sel poligonal dengan
inti bulat, kromatin tersebar merata, sitoplasma merah muda granular yang cukup dan banyak
pustule ovoid bodies.5
Kriteria Diagnostik
yang direseksi dikenai histopatologi. Ini bisa menjadi masalah karena meskipun
GCT pada dasarnya jinak, reseksi yang tidak memadai dapat menyebabkan
kekambuhan lokal. Selain itu, ada kasus yang sangat jarang (sekitar 2%) dari
GCT ganas: (1) banyak area nekrosis, (2) spindling sel tumor yang menonjol, (3)
gambaran mitosis yang mudah diidentifikasi, (4) penonjolan nukleolus, (5) atypia
yang mencolok dengan peningkatan yang nyata dalam seluleritas dan rasio inti /
sitoplasma, dan (6) pleomorfisme inti yang substansial. Jika GCT tidak memiliki
11
atau hanya satu dari enam item ini, itu dianggap jinak, sedangkan GCT dengan tiga
atau lebih item dianggap ganas. GCT dengan satu atau dua item dianggap heterogen
Immunohistokimia
GCT yang non neural seperti pada kulit ini. Pewarnaan CD68, CD63 (NKI / C3),
dan enolase spesifik neuron juga positif, tetapi ini kemungkinan karena reaktivitas
non-spesifik dengan lisosom sitoplasma. TFE3 dan MITF inti kuat sering terjadi,
tetapi pewarnaan HMB45 negatif, dan melan-A jarang terjadi dan fokal. Pewarnaan
untuk keratin, GFAP, dan NFP negatif (Gambar 7 & Gambar 8).5
A B
Gambar 7. A. GCT dengan pewarnaan immunohistokimia SOX10.6 B. GCT dengan pewarnaan
immunohistokimia NKI-C3.12
A B
Gambar 8. A. GCT dengan pewarnaan immunohistokimia CD68.10 B. GCT dengan pewarnaan
immunohistokimia TFE3.11
12
Biomolekuler Histopathology
Leopard syndrome (LS) umumnya disebabkan oleh mutasi pada PTPN 1,
yang mengkode protein tirosin fosfatase non-reseptor tipe 11, atau SHP-2. SHP-2
bertindak di hulu jalur pensinyalan protein teraktivasi mitogen (MAP) Ras / RAF1
sindrom cardiofacio-kutan adalah sindrom lain yang disebabkan oleh sinyal yang
Diferential Diagnosa
biasanya muncul pada kulit yang terpapar sinar matahari (misalnya kepala dan
leher) dari pasien lanjut usia dengan sedikit dominasi laki-laki, secara histologis,
tumor yang terdapat didermis, berbatas tegas, tersusun atas sel pleomorfik, tersusun
gambaran mitosis. Secara makroskopis, tampak nodul merah sampai merah muda
dan tumor berbentuk polipoid, biasanya berdiameter kurang dari 2 cm dan dapat
mengalami ulserasi dan ditutupi dengan kerak serum. Neoplasma ini dapat
SOX10.13
tempat lain. Biasanya lebih besar dari leiomioma dengan invasi vascular. Secara
mikroskopis, Lesi seluler sel tipe otot polos dengan atypia, nekrosis, dan aktivitas
13
mitosis. Mungkin memiliki pola vaskular yang menonjol, fitur sel yang jelas,
spektrum lesi berbasis dermal jinak dengan diferensiasi fibroblastik dan histiositik.
yang memiliki beberapa variable warna kulit kecoklatan dan keunguan, memiliki
bentuk bervariasi dapat berupa plak, nodul atau polip dengan ditutupi oleh kulit
utuh. Hal ini dapat dilihat dengan menjepit nodul di antara jari-jari dan mengamati
bahwa tumor terfiksasi di dalam dermis. Secara makroskopis, tampak simetris dan
berbasis dermal, relatif terbatas tetapi memiliki batas yang tidak beraturan dan tidak
berkapsul dengan pola berkisar dari difus ke retikuler hingga seperti hemangioma
hingga seperti keloid dan pola klasik berupa pola storiform, kincir atau lengkungan.
Terdiri dari fibroblas gelendong atau histiosit. Pada beberapa area padat seluler,
sementara yang lain sklerotik dan hiposeluler. Pada lesi awal tampak lebih seluler
dan lesi selanjutnya dapat lebih sklerotik. Kemudian tampak sel gelendong dengan
inti tipis memanjang dengan ujung runcing dan sitoplasma eosinofilik dan sel
histiositik yang berbentuk epiteloid dengan sitoplasma pucat yang melimpah dan
dapat melihat jumlah sel inflamasi yang bervariasi, atypia sitologi dan
14
Penatalaksanaan
Eksisi bedah dengan margin bersih adalah pengobatan terbaik untuk tumor
ini meskipun tidak selalu mungkin karena kekurangan kapsul yang lengkap. Selain
Prognosis
Tumor sel granular mungkin menunjukkan kekambuhan lokal. Bentuk
ganas yang jarang (terhitung <1% dari semua kasus) dapat menimbulkan
Simpulan
GCT dilaporkan oleh Abrikossoff yang merupakan tumor neuroektodermal
jinak yang terdiri dari sel-sel besar, bulat hingga oval dengan sitoplasma granular
yang melimpah dan jelas berasal dari miosit, histiosit, atau fibroblas, sementara
pada kasus yang lain dapat juga berasal dari sel mesenkim yang tidak
atau merah muda. Dengan gejala klinis dapat berupa nyeri spontan, nyeri tekan, dan
15
Daftar Pustaka
1. Carinci F, Piattelli A, Rubini C, Fioroni M, Stabellini G, Palmieri A, Scapoli
L, Laino G, Lo Muzio L, Caputi S, Becchetti A, Pezzetti F. Genetic profiling
of granular cell myoblastoma. J Craniofac Surg. 2004 Sep;15(5):824-34. doi:
10.1097/00001665-200409000-00024. PMID: 15346026.
2. Tosa M, Ansai SI, Ogawa R. Two Cases of Granular Cell Tumors that
Clinically Mimicked Hypertrophic Scars and Keloids. J Nippon Med Sch.
2018;85(5):279-282. doi: 10.1272/jnms.JNMS.2018_85-44. PMID:
30464145.
3. Fisher E, Wechsler H: Granular cell myoblastoma-a mis- nomer: electron
microscopic and histochemical evidence concerning its Schwann cell
derivation and nature (granular cell schwannoma). Cancer 1962; 15:
936―954.
4. Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas. New York: McGraw
Hill Medical; 2010.
5. Wick MR, Cree IA, Kazakov DV, Lazar AJ, Michal M, Sangueza OP, et al.
Tumours with sebaceous differentiation. In: Elder DE, Massi D, Scolyer RA,
Willemze R, editors. WHO Classification of Skin Tumors. 4th ed. IARC;
2018. p.211.
6. Weisenberg E. Granular cell tumor. PathologyOutlines.com website.
https://www.pathologyoutlines.com/topic/anus GCT.html. Accessed May
4th, 2022.
7. Gleason BC, Nascimento AF. HMB-45 and Melan-A are useful in the
differential diagnosis between granular cell tumor and malignant melanoma.
Am J Dermatopathol. 2007 Feb;29(1):22-7. doi:
10.1097/01.dad.0000249888.41884.6c. PMID: 17284958.
8. Nasser H, Danforth RD Jr, Sunbuli M, Dimitrijevic O. Malignant granular
cell tumor: case report with a novel karyotype and review of the literature.
Ann Diagn Pathol. 2010 Aug;14(4):273-8. doi:
10.1016/j.anndiagpath.2009.08.004. Epub 2009 Dec 1. PMID: 20637434.
9. Schrader KA, Nelson TN, De Luca A, Huntsman DG, McGillivray BC.
Multiple granular cell tumors are an associated feature of LEOPARD
syndrome caused by mutation in PTPN11. Clin Genet. 2009 Feb;75(2):185-
9. doi: 10.1111/j.1399-0004.2008.01100.x. Epub 2008 Nov 27. PMID:
19054014.
10. Liu TT, Han Y, Zheng S, Li B, Liu YQ, Chen YX, Liu YF, Wang EH. Primary
cutaneous malignant granular cell tumor: a case report in China and review
of the literature. Diagn Pathol. 2015 Jul 19;10:113. doi: 10.1186/s13000-015-
0357-2. PMID: 26187381; PMCID: PMC4506611.
11. Schoolmeester JK, Lastra RR. Granular cell tumors overexpress TFE3
without corollary gene rearrangement. Hum Pathol. 2015 Aug;46(8):1242-3.
doi: 10.1016/j.humpath.2015.04.004. Epub 2015 Apr 21. PMID: 26009539.
12. Gleason BC, Nascimento AF. HMB-45 and Melan-A are useful in the
differential diagnosis between granular cell tumor and malignant melanoma.
16
Am J Dermatopathol. 2007 Feb;29(1):22-7. doi:
10.1097/01.dad.0000249888.41884.6c. PMID: 17284958.
13. Gill P, Aung P. Fibroxanthoma atipikal. Situs web PathologyOutlines.com.
https://www.pathologyoutlines.com/topic/skintumornonmelanocyticAFX.ht
ml. Diakses pada 7 Mei 2022.
14. Hale C. Leiomyosarcoma. Situs web PathologyOutlines.com.
https://www.pathologyoutlines.com/topic/skintumornonmelanocyticLMS.ht
ml. Diakses pada 7 Mei 2022.
15. Zelman B, Motaparthi K, Speiser J. Dermatofibroma (kutaneous fibrous
histiocytoma). Situs web PathologyOutlines.com.
https://www.pathologyoutlines.com/topic/softtissuebfh.html. Diakses pada 7
Mei 2022.
17