Anda di halaman 1dari 7

Analisis Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Permuliman Ilegal Di Bantaran Sungai Studi Kasus : Bantaran Kali Pesanggrahan Kamp

ung
Baru, Kedoya Utara Kebon Jeruk

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN


PERMUKIMAN ILEGAL DI BANTARAN SUNGAI STUDI KASUS:
BANTARAN KALI PESANGGRAHAN KAMPUNG BARU, KEDOYA
UTARA KEBON JERUK

Reza Sasanto1, Aip Syaifuddin Khair1


1
Jurusan Teknik Planologi – Universitas Esa Unggul
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 1151
rezasasanto@gmail.com

Abstrak
Perkembangan Kota DKI Jakarta yang pesat, di tandai dengan tingkat pertumbuhan penduduk,
ekonomi serta adanya desakan kebutuhan lahan yang cukup tinggi sehingga berakibat terhadap
pola perkembangan permukiman penduduk. Hal tersebut menyebabkan penduduk memilih
menempati suatu permukiman di lahan milik negara yaitu dibantaran sungai (DAS) yang di kenal
sebagai kawasan ilegal, yaitu seperti minimnya infrastruktur, rawan banjir dan kondisi rumah yang
tidak layak huni bagi masyarakat yang miskin serta rawan terhadap tindak kriminal. Berdasarkan
hal di atas perlu di lakukan penelitian dengan tujuan mengkaji faktor-faktor penyebab keberadaan
dan bermukim kembalinya permukiman ilegal di kawasan Daerah Aliran Sungai Kali
Pesanggrahan, Kampung Baru dengan mengidentifikasi karakter, sejarah kebijakan Pemerintah
mengenai penanganan permukiman liar. selanjutnya menganalisis data primer hasil kuesioner
kepada masyarakat penghuni permukiman liar yang di padukan dengan hasil wawancara dengan
instansi terkait serta tokoh masyarakat dengan metode deskriptif. Temuan penelitian ini adalah
bahwa mayoritas warga mempunyai Kartu Tanda Penduduk, kemudahan akses menuju pusat
kegiatan terbukti menambah daya tarik warga untuk mendirikan rumah di kawasan bantaran Kali
Pesanggrahan. Pemda setempat kurang tegas dalam menegakkan aturan sehingga mayoritas
responden telah tinggal di lokasi permukiman ilegal lebih dari 15 tahun dan terdapat fasilitas
PDAM dan jaringan listrik. Kesimpulan dari penulisan tugas akhir ini adalah bahwa kebijakan
mengenai penanganan pemukiman illegal dibantaran Kali Pesanggrahan adalah tanggungjawab
semua stakeholders yang terlibat dalam penanganan maupun peran sertanya mengenai keberadaan
pemukiman ilegal tersebut yang di wujudkan dalam tindakan dan peran serta dalam penanganan
squatters diKampung Baru serta keberadaan dan bermukim kembalinya permukiman ilegal
dibantaran Kali Pesanggrahan, Kampung Baru dipengaruhi oleh faktor antara lain lengkapnya
sarana serta prasarana, di akuinya legalitas warga dengan pemberian KTP, penegakan hukum yang
kurang tegas, dekat dengan lokasi kerja dan pusat-pusat kegiatan ekonomi. Berdasarkan
kesimpulan tersebut penulis merekomendasikan kepada Pemda Jakarta Barat untuk meninjau
ulang kebijakan-kebijakan mengenai perlindungan Daerah Aliran Sungai dan memberikan
sosialisasi kepada masyarakat serta meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait.

Kata Kunci: Kebijakan Penanganan Squatters, Bermukim Kembali, Kawasan Ilegal

Pendahuluan di DKI Jakarta sangatlah terbatas dan cenderung


Pemukiman di tepi sungai merupakan statis pertumbuhannya.
masalah yang mendesak untuk di tangani secara Keterbatasan lahan tersebut mendorong
lebih seksama mengingat keberadaannya telah men- meningkatnya harga lahan secara cepat. Tingginya
jadi suatu di lema tersendiri. Pada satu sisi kebe- kebutuhan pemukiman, kompleksitas masalah pe-
radaan pemukiman ini berakar pada motif ekonomi mukiman yang antara lain di timbulkan akibat ren-
sehingga mendorong manusia yang berada di tepi dahnya tingkat pendidikan serta tingkat sosial eko-
sungai tersebut untuk memanfaatkan sebesar- nomi, mengakibatkan kualitas hunian maupun ling-
besarnya potensi air dan potensi sungai, pada sisi kungan menjadi sangat kumuh, di samping umum-
lain wilayah tepi sungai merupakan suatu kawasan nya memiliki kerawanan terhadap wabah penyakit,
yang perlu mendapat perlindungan dari berbagai tindak kriminal, bencana kebakaran serta kerawanan
faktor yang dapat merusak ekosistemnya. sosial lainnya lemahnya perekonomian sebagian
Disisi lain, perkembangan kebutuhan akan besar masyarakat perkotaan dan keterbatasan lahan
pemukiman akan di ikuti dengan peningkatan menjadi faktor penyebab semakin berkembangnya
kebutuhan lahan. Namun lahan di perkotaan, seperti pemukiman ilegal.
Jurnal PLANESATM Volume 1, Nomor 2, November 2010 146
Analisis Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Permuliman Ilegal Di Bantaran Sungai Studi Kasus : Bantaran Kali Pesanggrahan Kamp ung
Baru, Kedoya Utara Kebon Jeruk

Bangunan ilegal (squatter) adalah bangunan di atas 3. Suku Dinas Pengawasan dan Penertiban
lahan bukan miliknya tanpa ijin pemilik dan di ba- Bangunan (Sudin P2B) Kota Jakarta Barat;
ngun tanpa Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) 4. Suku Dinas Ketentraman dan Ketertiban Umum
(Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen (Sudin Trantib) Kota Jakarta Barat;
Pekerjaan Umum). Fenomena pemukiman ilegal 5. Lembaga Rukun Warga 04 dan Rukun Tetangga
tersebut juga terjadi pada kawasan bantaran Kali wilayah studi, Kelurahan Kedoya Utara.
Pesanggrahan di Kelurahan Kedoya Utara, Keca-
matan Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat. Kawasan Metode Pendekatan Studi
ini secara cepat menjadi kawasan pemukiman padat Metode penelitian yang di gunakan dalam
dengan keanekaragaman fungsi guna lahan. Hal ini studi ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif.
terjadi karena bantaran Kali Pesanggrahan sangat Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan se-
berdekatan dengan pusat kota dan jalur-jalur stra- cara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala
tegis. Pemukiman ini timbul sejak tahun 1989 dan atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan
pada tahun 1995 mengalami penggusuran oleh frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau fre-
pemerintah setempat dan pada tahun 1998 ber- kuensi adanya hubungan tertentu antar suatu kea-
mukim kembali dan berkembang hingga sekarang daan/gejala dengan keadaan/gejala lain dalam
(Djiran, warga sekitar bantaran). Pemukiman ilegal masyarakat. Penelitian ini digunakan untuk menja-
tersebut berada di atas tanah milik negara. wab pertanyaan tentang apa atau bagaimana
Kurangnya pengawasan dan penertiban keadaan sesuatu (fenomena, kejadian) dan melapor-
mengenai tumbuh kembangnya squatters di ban- kan sebagaimana adanya. Dalam rangka mendes-
taran sungai oleh pemerintah dan stakeholders se- kripsikan fenomena tersebut diperlukan pengamatan
makin berkembang pula lingkungan kumuh dan ile- lapangan yang intensif terhadap fenomena yang
gal di bantaran sungai tersebut, sehingga menye- diteliti.
babkan pemukiman ilegal tersebut bermukim kem- Pendekatan yang dilakukan untuk mengum-
bali. Hal ini mencerminkan tindakan-tindakan dan pulkan data dan menganalisis data yang diperoleh
upaya pemerintah dalam menertibkan pemukiman dalam pencapaian tujuan studi penelitian ini adalah
ilegal dibantaran sungai dirasakan belum optimal. sebagai berikut :
1. Pendekatan teori dan kebijakan, yaitu pende-
Ruang Lingkup Materi katan yang bersumber dari data literatur dan
Penelitian ini di batasi pada analisis peraturan-peraturan serta kebijakan-kebijakan
kebijakan pemerintah dalam penanganan pemuki- pemerintah DKI Jakarta dalam menertibkan
man ilegal. Adapun argumen yang penulis ajukan permukiman liar di lokasi studi penelitian ini.
dalam pemilihan lingkup materi ini, adalah: 2. Pendekatan lapangan, yaitu pendekatan yang
1. Pemukiman di bantaran sungai telah menim- menghimpun keterangan tentang kondisi
bulkan permasalahan yang serius dan perlu eksisting wilayah dibantaran anak Kali
menjadi perhatian, karena kawasan sungai akan Pesanggrahan Kampung Baru Kedoya Utara.
di wujudkan sebagai fungsi drainase utama kota Dilihat dari lama menetap dan kenapa
DKI Jakarta yang di harapkan dapat menjadi bermukim kembali. Pendekatan lapangan ini
sumber air baku bermutu, wisata air yang me- diperoleh dari wawancara dan observasi
narik (berwawasan lingkungan), lapangan.
2. Dengan mengetahui analisis kebijakan pemerin-
tah dalam penanganan pemukiman ilegal di Untuk mempermudah proses dan kerangka
wilayah studi, di harapkan dapat memberikan pemikiran dalam studi penelitian ini, proses dan
usulan penanganan yang tepat pemukiman kerangka pemikiran dijabarkan skematik pada
ilegal di wilayah studi. gambar 1.

Adapun lingkup penelitian adalah seluruh Pengumpulan Data Sekunder


stakeholders yang terlibat dalam penanganan dan Dilakukan melalui studi literatur untuk
penertiban pemukiman ilegal di bantaran Kali Pe- memperoleh kajian teoritis dan konsep mengenai
sanggrahan Kedoya Utara, antara lain: perumahan dikaitkan dengan fungsinya bagi
1. Suku Dinas Pekerjaan Umum (Sudin PU, masyarakat pemukiman ilegal, serta survei instansi
Bagian Tata Air ) Kota Jakarta Barat; yang dilakukan untuk memperoleh data berupa
2. Badan Pengelolaan dan Dampak Lingkungan kebijakan, program, dan rencana penanganan, serta
Daerah (BAPELDALDA) Kota Jakarta Barat; regulasi yang telah, sedang, atau akan dilakukan

147 Jurnal PLANESATM Volume 1, Nomor 2, November 2010


Analisis Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Permuliman Ilegal Di Bantaran Sungai Studi Kasus : Bantaran Kali Pesanggrahan Kamp ung
Baru, Kedoya Utara Kebon Jeruk

terkait dengan pemukiman ilegal di wilayah studi


yang diperoleh dari: Pengumpulan Data Primer
1. Suku Dinas Pekerjaan Umum (Sudin PU, Data primer di peroleh dengan menye-
Bagian Tata Air); barkan kuesioner kepada sejumlah sampel yang
2. Badan Pengelolaan dan Dampak Lingkungan diharapkan dapat mewakili karakteristik karak-
Daerah (BAPELDALDA); teristik masyarakat pemukiman ilegal yang meliputi
3. Suku Dinas Pengawasan dan Penertiban kondisi sosial, ekonomi, dan fisik lingkungan serta
Bangunan (Sudin P2B); tingkat kemampuan dan kesediaan mereka untuk
4. Suku Dinas Ketentraman dan Ketertiban membayar tempat tinggal.
Umum (Sudin Trantib); Jumlah sampel dalam studi ini ditetapkan
5. Lembaga Rukun Warga 04 dan Rukun berdasarkan rumus Slovin (dalam Umar, 2004: 146)
Tetangga wilayah studi, Kelurahan Kedoya dengan rumus persamaannya adalah:
Utara.

Squatters di
Kampung n adalah ukuran sampel
Baru N adalah ukuran keseluruhan populasi, dan
Analisis Bantara e adalah error estimate, yaitu nilai yang
menentukan derajat kepercayaan dari studi
n Kali yang dilakukan (%).
 Analisis kebijakan yang terkait dalam permasalahan
permukiman ilegal Pesangg
 Analisis peran pemerintah terhadap pelanggaran kebijakan
rahan ilegal
yang terkait dengan permukiman
 Analisis peran dan tanggungjawab stakeholders yang terlibat
dalam penanganan squatters di wilayah studi
 Analisis pencegahan dan pengendalian squatters dibantaran
Kali Pesanggrahan
Jumlah responden yang dimaksud di sini
Alternatif Solusi mewakili keluarga, dengan asumsi satu keluarga
adalah satu kepala keluarga. Dengan tingkat keper-
cayaan 90% dan jumlah populasi 577 keluarga,
maka berdasarkan rumus tersebut maka jumlah
sampel dalam studi ini adalah 85 responden.

 Kebijakan yang terkait dalam permasalahan permukiman


ilegal
Metode Analisis
 Peran pemerintah terhadap pelanggaran kebijakan yang terkait Teknik analisis yang digunakan dalam
dengan permukiman ilegal penelitian ini adalah tinjauan studi literatur, yang
 Peran dan tanggungjawab stakeholders yang terlibat dalam
penanganan squatters di wilayah studi
dilakukan berdasarkan penelusuran teori tentang
pemukiman ilegal di bantaran sungai dan kebijakan
Kebijakan-Kebijakan pengananannya. Mengintepretasikan hasil kajian
teoritis terhadap kebijakan dan pola penanganan
pemukiman ilegal di wilayah studi dengan data
empiris yang ada dilapangan, sebagai wujud untuk
menentukan upaya penanganan yang optimal terha-
dap permasalahan pemukiman ilegal berdasakan
prinsip-prinsip kebijakan pengelolaan dan pena-
nganan DAS Kali Pesanggrahan.
Kebijakan Pengendalian dan Pencegahan Squatters dibantaran Kali Pesanggrahan
Analisis Kebijakan Pemerintah Dalam Pena-
Gambar 1 nganan Squatters
Kerangka Pemikiran Tahap analisis yang akan di lakukan dibagi
dalam beberapa bagian dalam bab ini, yaitu:

Jurnal PLANESATM Volume 1, Nomor 2, November 2010 148


Analisis Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Permuliman Ilegal Di Bantaran Sungai Studi Kasus : Bantaran Kali Pesanggrahan Kamp ung
Baru, Kedoya Utara Kebon Jeruk

Kebijakan Isi Kebijakan Analisis


a. Kebijakan dari tingkat nasional 1. Hak warga Negara untuk menempati dan/atau 1. Meningkatkan perlindungan terhadap lingkungan
1. UU No.24/1992 tentang perumahan dan menikmati rumah yang layak dalam permukiman dan perumahan rakyat (tidak menggusur)
permukiman lingkungan yang sehat, aman, serasi dan 2. Peningkatan wewenang pemeintah daerah DKI Jakarta
teratur. dalam hal penataan ruang
2. UU No. 26/2007 tentang penataan ruang
2. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota 3. Peningkatan wewenang pemeintah daerah DKI Jakarta
3. Instruksi presiden No. 5/1990 tentang dalam penyelenggaraan penataan ruang.
peremajaan permukiman kumuh diatas tanah dalam hal peremajaan pemukiman kumuh
negara 3. Penertiban bangunan diatas tanah negara 4. Lebih ditingkatkan kerjasama antara pemerintah pusat
4. PP No. 38/2007 tentang pembagian urusan 4. Otonomi pemerintah-an daerah dan pemerintah daerah/kota
pemerintahan 5. pedoman standar pelayanan bidang perumahan 5. Lebih difokuskan dalam hal penataan lahan
5. Permenpera No. 22/2008 tentang standar 6. Bertujuan untuk perlindungan DAS 6. Lebih ditingkatkan dalam hal perlindungan DAS
pelayanan minimal bidang perumahan 7. Pembatasan upaya kegiatan didaerah GSS 7. Peningkatan kerjasama pengelolaan GSS
6. Permenpu No. 39/1989 tentang pembagian 8. Pengaturan sungai sebagai sumber air 8. Pengaturan yang mendukung usaha-usaha pelestarian
wilayah sungai fungsi sungai.
7. Permenpu No. 63/1993 tentang GSS, daerah
manfaat sungai 1. Pengaturan kebijakan pengembangan tata ruang
8. PP No. 35/1991 tentang sungai DKI Jakarta.
1. Pengembangan strategi mengenai tata ruang DKI Jakarta
2. Pengaturan tertib penggunaan lahan terbuka
b. Kebijakan dari DKI Jakarta hijau. 2. Ketegasan dalam hal penertiban tentang ruang terbuka
1. Perda DKI No. 6/1999 tentang RTRW hijau, terutama didaerah bantaran sungai.
2. Perda DKI No. 8/2007 tentang ketertiban
umum

Analisis Peran Pemerintah Terhadap Pelangga- Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai
ran Kebijakan terkait dengan Pemukiman Ille- dan Bekas Sungai.
gal 5. Pemerintah tidak melakukan Pengaturan masalah
Pelanggaran yang di maksud adalah berupa sungai sebagai sumber air di perlukan agar
kebijakan-kebijakan yang di keluarkan mengenai sungai dapat dikelola dengan baik serta dapat di
penanganan pemukiman ilegal yang dirasakan be- gunakan secara optimal bagi kepentingan
lum optimal di laksanakan oleh pemerintah. masyarakat secara tertib dan teratur, hal ini
1...Pemerintah belum maksimal melakukan penga- tercantum dalam Peraturan pemerintah No. 35
wasan dan pengendalian untuk meningkatkan Tahun 1991 Tentang Sungai.
kualitas pemukiman, berupa kegiatan-kegiatan : 6. Pemerintah DKI Jakarta tidak tegas dalam hal
a. Perbaikan atau pemugaran, ketertiban umum di bantaran sungai, hal ini
b. Peremajaan, tercantum dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta
c.Pengelolaan dan pemeliharaan yang No. 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum
berkelanjutan diWilayah DKI Jakarta dan Peraturan Daerah
Hal ini tercantum dalam Undang-Undang No. DKI Jakarta No. 8 Tahun 2007 tentang
Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permu- Ketertiban Umum. Perda ini menjelaskan
kiman pasal 27. mengenai ketertiban yang mengatur mengenai
2...Pemerintah tidak melakukan pembongkaran atau tertib penggunaan lahan terbuka hijau, baik di
penertiban pemukiman kumuh yang berada di daerah bantaran sungai maupun di bawah
atas tanah negara, hal ini tercantum dalam jembatan atau jalan layang kecuali mendapat ijin
Intruksi Presiden No. 5 Tahun 1990 tentang dari gubernur.
Peremajaan Permukiman Kumuh di atas Tanah 7. RTRW DKI Jakarta yang di syahkan berdasarkan
Negara. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 yang ada
3. Pemerintah tidak melakukan penjaminan dan Undang-Undang No 24 Tahun 1992 yang
terhadap terselenggaranya usaha-usaha perlindu- kedua-duanya “kurang jelas” karena dalam
ngan, pengembangan air secara menyeluruh dan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992
terpadu pada satu daerah pengaliran sungai atau pelanggaran yang dilakukan pemerintah tidak
lebih, dengan tujuan untuk memberikan manfaat diberikan sanksi.
yang sebesar-besarnya bagi kepentingan Terjadinya pelanggaran pemerintah terhadap
masyarakat di segala bidang penghidupan. Hal undang-undang ini di sebabkan tidak adanya
ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan kerjasama antar instansi yang bersangkutan
Umum No. 39 Tahun 1989 Tentang Pembagian mengenai pemukiman kumuh sehingga terjadi
Wilayah Sungai. ketimpangan tanggung jawab antar instansi yang
4. Pemerintah tidak melakukan Pengelolaan dan terkait, seperti dinas pengawasan dan penertiban
pembinaan pemanfaatan daerah manfaat sungai, bangunan (P2B) Kota Jakarta Barat saling
hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri melempar tanggung jawab dengan suku dinas
Pekerjaan Umum N0. 63 Tahun 1993 Tentang
149 Jurnal PLANESATM Volume 1, Nomor 2, November 2010
Analisis Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Permuliman Ilegal Di Bantaran Sungai Studi Kasus : Bantaran Kali Pesanggrahan Kamp ung
Baru, Kedoya Utara Kebon Jeruk

pekerjaan umum (Sudin PU, bagian Tata Air) Kota Analisis Peran dan Tanggungjawab Stakehol-
Jakarta Barat. ders yang Terlibat dalam Penanganan Squatters
Seharusnya ada kerjasama antar instansi ini Pola serta penanganan yang dilakukan
dalam baik dalam hal penanganan maupun dalam stakeholders dirasakan belum optimal dan belum
hal penertiban bangunan. ada realisasinya terhadap pemukiman ilegal diban-
taran sungai, namun berikut ini pola serta pena-
Peran Pemerintah Terhadap Pelanggaran nganan yang sudah di lakukan:
Kebijakan terkait dengan Pemukiman Ilegal
Tindakan Pelanggaran Pembagian Peran Stakeholders dalam Pena-
No. Kebijakan
Pemerintah
1. Undang-Undang No. 4 Pemerintah belum maksimal nganan pemukiman Ilegal dibantaran Kali Pe-
Tahun 1992 tentang melakukan pengawasan dan sanggrahan Kampung Baru Kedoya Utara –
Perumahan dan pengendalian untuk Kebon Jeruk
Permukiman pasal 27. meningkatkan kualitas
pemukiman, berupa kegiatan- 1. Suku Dinas Pekerjaan Umum (Sudin PU,
kegiatan : Bagian Tata Air ) Kota Jakarta Barat;
a. Perbaikan atau pemugaran,
b. Peremajaan,
Bertanggungjawab langsung dengan keberadaan
c. Pengelolaan dan pemukiman ilegal dibantaran Kali Pesanggrahan,
pemeliharaan yang Kampung Baru, Kedoya Utara. Perannya sebagai
berkelanjutan
pengelola dan bertanggung jawab langsung de-
2. Intruksi Presiden No. 5 Pemerintah tidak melakukan ngan keberadaan pemukiman ilegal dibantaran
Tahun 1990 tentang pembongkaran atau penertiban Kali Pesanggrahan, Kedoya Utara, sebab Sudin
Peremajaan pemukiman kumuh yang
Permukiman Kumuh berada diatas tanah negara PU Tata Air adalah dinas yang memilik lahan
diatas Tanah Negara. dibantaran Kali tersebut. Tidak adanya tindakan-
3. Peraturan Menteri Pemerintah tidak melakukan
tindakan ataupun penyuluhan-penyuluhan ten-
Pekerjaan Umum No. penjaminan terhadap tang ada sosialisasi dan edukasi terhadap warga
39 Tahun 1989 terselenggaranya usaha-usaha bantaran Kali Pesanggrahan, mengenai bahaya-
Tentang Pembagian perlindungan, pengembangan
Wilayah Sungai. air secara menyeluruh dan nya tinggal di bantaran kali?
terpadu pada satu daerah 2. Badan Pengelolaan dan Dampak Lingkungan
pengaliran sungai atau lebih, Daerah (BAPELDALDA) Kota Jakarta
dengan tujuan untuk
memberikan manfaat yang Barat;
sebesar-besarnya bagi Bertanggungjawab langsung dengan keberadaan
kepentingan masyarakat
disegala bidang penghidupan
pemukiman ilegal dibantaran Kali Pesanggrahan,
Kampung Baru, Kedoya Utara. Penanganan yang
4. Peraturan Menteri Pemerintah tidak melakukan seharusnya dilakukan adalah pengendalian lahan
Pekerjaan Umum N0. Pengelolaan dan pembinaan
63 Tahun 1993 pemanfaatan daerah manfaat
kosong bantaran sungai sebenarnya? Bagaimana
Tentang Garis sungai wewenang Pemerintah Daerah ? serta bagaimana
Sempadan Sungai, prosedurnya?
Daerah Manfaat
Sungai dan Bekas 3. Suku Dinas Pengawasan dan Penertiban
Sungai. Bangunan (Sudin P2B) Kota Jakarta Barat;
5. Peraturan pemerintah Pemerintah tidak melakukan
Tidak adanya tindakan, sedangkan data dilapa-
No. 35 Tahun 1991 Pengaturan masalah sungai ngan menunjukkan bahwa bangunan-bangunan
Tentang Sungai. sebagai sumber air diperlukan serta rumah-rumah dibantaran Kali Pesanggra-
agar sungai dapat dikelola
dengan baik serta dapat han, Kampung baru tidak sama sekali yang me-
digunakan secara optimal bagi milik IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) padahal
kepentingan masyarakat sebagian bangunan termasuk bangunan yang
secara tertib dan teratur
6. Peraturan Daerah DKI Pemerintah DKI Jakarta tidak permanen.
Jakarta No. 11 Tahun tegas dalam hal ketertiban 4. Suku Dinas Ketentraman dan Ketertiban
1988 tentang umum dibantaran sungai
Ketertiban Umum
Umum (Sudin Trantib) Kota Jakarta Barat;
diWilayah DKI Jakarta Tidak adanya penertiban dan kurang tegasnya
dan Peraturan Daerah tindakan-tindakan, sehingga terkesan tidak me-
DKI Jakarta No. 8
Tahun 2007 tentang respon dengan adanya pemukiman ilegal diban-
Ketertiban Umum. taran Kali Pesanggrahan, Kampung Baru.
Tidak adanya sosialisasi tentang waktu peng-
7. Undang-Undang No. Tidak adanya sanksi bagi
26 Tahun 2007 yang pelanggaran yang dilakukan gusuran ataupun penertiban, sehingga warga
ada dan Undang- pemerintah Kampung Baru merasa was-was dan sensitif
Undang No 24 Tahun
1992
Jurnal PLANESATM Volume 1, Nomor 2, November 2010 150
Analisis Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Permuliman Ilegal Di Bantaran Sungai Studi Kasus : Bantaran Kali Pesanggrahan Kamp ung
Baru, Kedoya Utara Kebon Jeruk

serta potensial terhadap memicunya kerusuhan 2.Penataan kembali lingkungan dengan penyediaan
masal. kamar mandi dan jamban umum, program
5. Lembaga Rukun Warga 04 dan Rukun sanimas dan pengelolaan sampah swadaya di
Tetangga wilayah studi, Kelurahan Kedoya permukiman kumuh,
Utara.
3.Peningkatan perilaku hidup sehat masyarakat,
Bertanggungjawab dengan keberadaannya pemu-
kiman ilegal serta harus mengawasi perkemba- 4.Sosialisasi kebijakan pemerintah kota terkait
ngan pemukiman ilegal dan penanganan-pena- dengan program penataan kembali permukiman
nganan yang dilakukan oleh pemerintah. kumuh perlu lebih digalakkan dengan melibatkan
kelompok masyarakat di permukiman kumuh, dan
Analisis Pengendalian dan Pencegahan Tumbuh 5.Perlu dilakukan studi lanjutan untuk menggali
Kembangnya Squatters dibantaran Kali Pe- informasi yang lebih luas terkait dengan penataan
sanggrahan kembali lingkungan permukiman kumuh.
Karena kurangnya pengawasan dan pe-
nertiban mengenai tumbuh kembangnya pemu- Kesimpulan
kiman ilegal di bantaran Kali Pesanggrahan oleh Dari hasil penelitian di dapatkan tiga
pemerintah dan stakeholders semakin berkembang masalah besar yang di hadapi terkait dengan pe-
pula pemukiman kumuh dan ilegal di bantaran Kali mukiman kumuh yaitu: 1. Masalah administrasi
Pesanggrahan sehingga menyebabkan bermukim kependudukan, 2. Kesemrawutan tata ruang, 3..Ber-
kembalinya squatters diKampung Baru. Hal ini kembangnya faktor risiko masalah kesehatan ma-
mencerminkan tindakan-tindakan dan upaya peme- syarakat dan kemiskinan. Langkah-langkah strategis
rintah dalam menertibkan pemukiman ilegal diban- yang perlu di lakukan untuk penataan lingkungan
taran Kali Pesanggrahan dirasakan belum optimal permukiman kumuh adalah: 1. Lebih meng-
dan cenderung mengendepankan kepentingan ke- efektifkan penertiban administrasi kependudukan
lompok-kelompok tertentu yang mempunyai dan bekerja sama dengan perangkat desa yang
kepentingan sepihak tanpa mengedepankan kepen- memiliki wilayah pemukiman kumuh di Kota
tingan kaum marjinal. Jakarta, 2. Ketegasan dari setiap stakeholders me-
Penanganan kawasan permukiman kumuh ngenai penertiban pemukiman ilegal, 3. Peningkatan
sesungguhnya perlu dilakukan tidak saja di ka- perilaku hidup sehat masyarakat, 4. .Sosialisasi ke-
wasan-kawasan permukiman kumuh yang menjadi bijakan pemerintah kota terkait dengan program
bagian kota metropolitan dan atau kota besar, tetapi penataan kembali permukiman kumuh perlu lebih
juga perlu dilakukan di kawasan-kawasan per- digalakkan dengan melibatkan kelompok masya-
mukiman kumuh yang ada di kota sedang dan kecil. rakat di permukiman kumuh, 5. Perlu di lakukan
Penanganan kawasan permukiman kumuh di kota studi lanjutan untuk menggali informasi yang lebih
besar, sedang, dan kota kecil menjadi cukup stra- luas terkait dengan penataan kembali lingkungan
tegis manakala kawasan itu memiliki kaitan permukiman kumuh.
langsung dengan bagian-bagian kota metropolitan
seperti kawasan pusat kota metropolitan, kawasan Daftar Pustaka
pusat pertumbuhan kota metropolitan, maupun Ami-archuek, “Permukiman Kota”, http://ami-
kawasan-kawasan lain misalnya kawasan industri, archuek06.blogspot.com, diakses 23
perdagangan, pergudangan, dan perkantoran. Selain Desember 2009.
memiliki kaitan langsung, diduga kawasan
permukiman kumuh di daerah penyangga memberi Chyntiawati, deby, “Masalah sosial Permukiman
andil kesulitan penanganan permukiman kumuh Kumuh”, http://wartawarga.gunadarma.
yang ada di kota metropolitan. Untuk itulah perlu ac.id/2009/12/permukiman-kumuh/, diakses
dilakukan identifikasi lokasi kawasan permukiman 23 Desember 2009
kumuh di daerah penyangga. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 1990 Tentang
Peremajaan Permukiman Kumuh diatas
Langkah-langkah strategis yang perlu di laku- Tanah Negara;
kan untuk penataan lingkungan permukiman
kumuh adalah: Murtanti Jani Rahayu Rutiana, Strategi Perencanaan
1.Lebih mengefektifkan penertiban administrasi Pembangunan Permukiman Kumuh Kasus
kependudukan bekerja sama dengan perangkat Permukiman Bantaran Sungai Bengawan
desa yang mewilayahi permukiman kumuh, Solo, Kelurahan Pucangsawit, Surakata;

151 Jurnal PLANESATM Volume 1, Nomor 2, November 2010


Analisis Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Permuliman Ilegal Di Bantaran Sungai Studi Kasus : Bantaran Kali Pesanggrahan Kamp ung
Baru, Kedoya Utara Kebon Jeruk

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Sungai
Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Daerah
Suhandi Hadiwinoto, Sektor Permukiman dalam
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten / Kota;
RTRW Jakarta;
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No. 22 Tahun
Undang Undang No. 4 Tahun 1994 Tentang
2008 Tentang Standar Minimal Bidang
Perumahan dan Permukiman (Pasal 5, 7, 27
Perumahan Rakyat;
dan 28);
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 39 Tahun
Undang Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang
1989 Tentang Pembagian Wilayah Sungai;
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun Pulau Kecil;
1993 Tentang Garis Sempadan Sungai,
Undang Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang
Daerah Manfaat Sungai dan Bekas Sungai;
Penataan Ruang (Pasal 11 dan 41);

Jurnal PLANESATM Volume 1, Nomor 2, November 2010 152

Anda mungkin juga menyukai