Anda di halaman 1dari 43

25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritik

1. Media Pembelajaran

Media merupakan sarana, alat yang memudahkan proses

pembelajaran, bermanfaat bagi guru dalam menyampaikan materi,

mengkongkritkan pembelajaran dan memudahkan siswa dalam

memahami materi yang telah di jelaskan oleh guru. Sebagai mana Gagne

dalam Rusman (2012: 160), menjelaskan media merupakan berbagai

jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat memberikan

rangsangan untuk belajar. Sebagai mana yang kuatkan oleh pendapat

Miarso (2004 : 458), mengungkapkan defenisi media pembelajaran

sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar

sehingga mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan,

dan terkendali.

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah proses

komunikasi. Rohani (1997: 1) Mengatakan Proses komunikasi (Proses

penyampain pesan) harus di ciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan

penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru

dan peserta didik. Pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan,

keahlian, skill, ide, pengalaman dan sebagainya. Sanjaya (2007: 162)

mengungkapkan dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga

25
26

komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen

penerima pesan (peserta didik), dan komponen pesan itu sendiri yang

biasanya berupa materi pelajaran.

Kadang – kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan

komunikasi, artinya, materi pelajaran atau pesan yang di sampaikan guru

tidak dapat diterima oleh peserta didik dengan optimal, artinya tidak

semua materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik,

bahkan peserta didik sebagai penerima pesan salah menangkap makna

pesan yang disampaikan. Melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan

kebutuhan dan tujuan pembelajaran, Sanjaya (2007: 162), mengutarakan

media komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan

proses pembelajaran, tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran

menjadi menarik. Agar tidak terjadi kesalahan atau salah dalam proses

komunikasi perlu digunakan sarana yang membantu proses komunikasi

yang disebut dengan media.

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah

berarti tengah, perantara atau pengantar. Gerlach dan Elly (1971 Dalam

Arsyad, 2007) mengatakan bahwa “Media apabila dipahami secara garis

besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi

serta membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan dan sikap”. Menurut Djamarah (2006: 121), “media adalah

alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna

mencapai tujuan pengajaran”. Sebagai alat bantu, media mempunyai


27

fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini

dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan

bantuan media mempertinggi kegiatan belajar peserta didik dalam

tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar peserta

didik dengan bantuan media menghasilkan proses dan hasil belajar yang

lebih baik dari pada tanpa bantuan media.

Rohani (1997: 3), mengemukakan beberapa pengertian media

instruksional edukatif sebagai berikut:

a. sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses


belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi
b. peralatan fisik untuk menyampaikan isi instruksional sebagai alat
belajar / alat bantu belajar
c. media yang digunakan dan diintegrasikan dengan tujuan dan isi
instruksional yang sudah di tuangkan dalam proses belajar mengajar
d. Sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dengan
menggunakan alat penampil dalam proses belajar mengajar.

Asosiasi pendidikan nasional (National Education

Association/NEA) organisasi professional yang paling besar di bidang

pendidikan di amerika serikat memiliki pengertian yang berbeda. Media

adalah bentuk - bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual

serta peralatannya. Media hendaknya dapat dilihat, didengar dan dibaca.

Sadiman (2007: 7), menyatakan media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perahatian dan minat serta perhatian

peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”.

Kalau kita lihat perkembangannya, pada mulanya media hanya

dianggap sebagai alat bantu mengajar guru. Alat bantu yang dipakai

adalah alat bantu visual, minsalnya gambar, model, objek dan alat-alat
28

lain yang dapat memberikan pengalaman nyata, motivasi belajar serta

mempertinggi daya serap belajar peserta didik. Namun, guru terlalu

memusatkan perhatian pada alat bantu visual yang dipakainya dan kurang

memperhatikan aspek desain, pengembangan pembelajaran, produksi dan

evaluasi. Guru dapat menggunakan bermacam peralatan untuk

menyampaikan pesan ajar kepada peserta didik. Dalam usaha

memanfaatkan media sabagai alat bantu ini Edgar Dale (dalam Sanjaya,
Abstrak Abstrak
2007: 166), mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari

yang paling kongkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut

kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman (Cone Of

experience) dari edgar dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam

menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar

tertentu, seperti terlihat pada gambar 1 berikut ini :


Kongkrit Kongkrit

Abstrak Abstrak

Kongkrit Kongkrit

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Rusman (2012: 161)


29

Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh edgar dale

memberikan gambaran bahwa pengalaman melalui benda tiruan dan

lambing visual memberikan pembelajaran melalui proses perbuatan atau

mengalami sendiri apa yang di pelajari, proses mengamati, dan

mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui

bahasa.

Semua bentuk sarana pendidikan diisyaratkan mampu membantu

peserta didik dalam memahami bahan ajar yang diberikan guru

kepadanya dan mampu membangkitkan minat belajar peserta didik.

Sarana pendidikan sebagai media pendidikan harus mampu

membangkitkan rangsangan indra penglihatan, pendengaran, perabaan,

pengecepan serta penciuman. Untuk tujuan tersebut maka seorang guru

perlu memiliki sebuah media pembelajaran yang memadai, agar bahan

ajar dapat di serap peserta didik dengan sebaik-baiknya.

Menurut kemp (1975 dalam hidayat, 2008: 7), karakteristik

sebuah media pembelajaran merupakan dasar pemilihan media sesuai

dengan situasi belajar tertentu. Lebih lanjut diungkapkannya bahwa

pengetahuan mengenai kekurangan dan kelebihan tertentu yang dimiliki

oleh sebuah media pembelajaran, adalah sesuatu yang sangat penting

diketahui oleh para guru. Dalam menentukan pemilihan media

penyampaian pesan tertentu secara umum, ada kaitannya dengan media

pembelajaran. Dengan kata lain teknik dan strategi penyampaian

informasi yang dilakukan oleh orang umum, dapat berlaku juga dalam

dunia pendidikan. Prosedur pemilihan, media dimulai dari pertanyaan.


30

Apakah media tersebut diperuntukan bagi keterampilan fisik atau

kognitif? Pertanyaan ini menentukan desain seperti apa media

pembelajaran tersebut seharusnya dibuat. Berdasarkan uraian diatas dapat

dikatakan bahwa dalam proses pembelajaran sebuah media sangat di

perlukan. Media pembelajaran sangat berperan dalam menyampaikan

pesan, dapat merangsang pikiran, persaan, kemauan peserta didik

sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar yang lebih baik

pada diri peserta didik.

Beberapa alasan media pembelajaran dapat mempertinggi hasil

belajar. Alasan pertama adalah manfaat media pengajaran dalam proses

pengajaran dapat menghasilkan metode mengajar yang lebih bervariasi,

bahan pelajaran lebih jelas, dapat menarik perhatian serta menimbulkan

motivasi belajar bagi peserta didik.

Alasan kedua adalah berkenaan dengan taraf berfikir dan

kemampuan manusia dalam menyerap materi yang berbeda sesuai

dengan taraf perkembangan masing-masing individu. Melalui media

pembelajaran yang tepat hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan dan

hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan, sehingga pemahaman

pesertadidik untuk materi dapat ditingkatkan Nana Sudjana (2005).

Kemampuan berfikir yang berbeda beda setiap individu tersebutlah yang

membuat penyerapan materi selalu bervariasi.

Berdasarkan uraian di atas penulis simpulkan media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan atau

informasi antara dua pihak sebagai proses interaksi belajar yang


31

terencana, tersusun dan terarah untuk mengerti dan memahami sesuatu

agar menjadi lebih jelas.

a. Manfaat Media Pembelajaran

Brown (1983: 17), menyatakan bahwa “educational media of

all typesincresaingly important roles in enabling students to reap

benefits fromindividualized learning”, semua jenis media

pembelajaran akan terusmeningkatkan peran untuk memungkinkan

siswa memperoleh manfaatdaripembelajaran yang berbeda.

Menggunakan media pembelajarn secara efektif akan menciptakan

suatu proses belajar mengajar yang optimal. Pernyataan tersebut

dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan salah satu

bagian penting dari proses pembelajaran. Media pembelajaran

memberikan manfaat dari pendidik maupun peserta didik.

Menurut Nana Sudjana (2005: 2), alasan pertama berkenaan

dengan manfaat media dalam proses belajar siswa antara lain: (a)

pengajar lebih menarik perhatian sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar, (b) Bahan pengajaran lebih jelas maknanya

sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan

siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik, (c) metode mengajar

lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak

kehabisan tenaga, (d) siswa lebih banyak melakukan kegiatan

belajar.

Manfaat media sangat besar dalam menunjang proses

pembelajaran, dengan media siswa menjadi lebih termotivasi belajar,


32

tidak mudah bosan sehingga tujuan pembelajaran mudah dapat

dicapai oleh siswa yang berefek langsung dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Manfaat lain dari media pendidikan dalam proses

belajar mengajar menurut Sadiman (2007: 17), sebagai berikut:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat


verbalistis
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya indera.
3) Media pendidikan berguna untuk:
a) Menimbulkan kegairahan belajar
b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa
dengan lingkungan dan kenyataan
c) Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya
4) Dengan media pendidikan kesulitan guru dapat teratasi.

Sanjaya (2007: 169), menyatakan secara khusus “media

pembelajaran memiliki fungsi dan berperan untuk :

1) Menangkap suatu objek atau peristiwa – peristiwa tertentu

2) Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu

3) Menambah gairah dan motivasi belajar.

Sedangkan Arsyad (2007: 26), menyimpulkan pendapat ahli

tentang beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pengajaran

di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

1) Memperjelas penyajian sehingga meningkatkan hasil belajar


2) Meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa
3) Mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu
4) Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa sehingga
terjadinya interaksi lagsung dengan guru, masyarakat dan
lingkungannya.

Djamarah (2006: 134), menyatakan manfaat media antara

lain: (1) penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang

disampaikan guru, (2) memunculkan permasalahan untuk dikaji


33

lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya,

(3) sebagai sumber belajar dari bagi siswa.

Secara umum manfaat media dalam proses pembelajaran

adalah memperlancar interaksi antara guru dan siswa sehingga

kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih

khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan

Dayton (1985 dalam Solihatin, 2007: 23), minsalnya,

mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran

sebagai berikut:

1) Menyampaikan materi pelajaran dapat diseragamkan


2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6) Memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja
7) Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar
8) Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.

b. Jenis Media dan Karakteristik

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, kita dapat

mempergunakan bermacam-macam bentuk media pembelajaran

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Beraneka

ragamnya media dapat dilihat dari mulai yang sederhana sampai

yang kompleks dan dari yang murah sampai yang termahal dan

masing-masing mempunyai karakterisktik tertentu, baik dilihat dari

keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.

Menurut Aa Karnean (1980 dalam Rustam, dkk. 2003: 137), macam-

macam media pembelajaran yang termasuk bahan dan peralatan,


34

mulai dari yang paling murah sampai kepada yang paling rumit dan

mahal, diantaranya yaitu: (a) Audio Tape, (b) Chalk Board, (c)

Computer, (d) Film.

Rustam, dkk. (2003: 140), juga mengelompokan media

pembelajaran berdasarkan jenisnya sebagai berikut:

1) Media asli hidup


2) Media asli mati
3) Media asli benda tak hidup
4) Media asli tiruan atau model
5) Media grafis
6) Media dengar (audio)
7) Media pandang dengar (audio visual)
8) Media proyeksi diam dan bergerak
9) Media cetak (printed materials).

Sedangkan Sudrajat (2008), mengemukakan berbagai jenis

media belajar, diantaranya:

1) media visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun komik


2) media audio: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya
3) projected still media: slide, over head projector (OHP), infocus
dan sejenisnya
4) projected mation media: film, televise, video (VCD, DVD,
VTR), komputer dan sejenisnya.

Selanjutnya dilihat dari daya liputnya Rustam, dkk. (2003:

143), membagi media atas:

1) Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak, serta
dapat menjangkau jumlah siswa yang banyak dalam waktu yang
sama, misalnya radio dan televise
2) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan
tempat, seperti film, sound slide, film strip
3) Media untuk pengajaran individual seperti modul berprogram,
pembelajaran melalui komputer.

Meskipun media banyak ragamnya namun kenyataannya

tidak banyak jenis media yang biasa digunakan oleh guru disekolah.
35

Beberapa media yang paling akrab dan hamper semua sekolah

memanfaatkan adalah media cetak (buku) dan papan tulis, Selain itu

banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lainnya,

seperti kaset audio, video, VCD, slide, dan program pembelajaran

komputer masih jarang digunakan meskipun sebenarnya sudah tidak

asing lagi bagi sebagian besar guru. Anderson (1976 dalam

Solihatin, 2007: 26), mengelompokan media menjadi sepuluh

golongan sebagai berikut:

Tabel 3 . Pengelompokan Media.

No Golongan Media Contoh dalam pembelajaran


1 Audio Kaset audio, Siaran Radio, Cd,
Telepon
2 Cetak Buku Pelajaran, Modul, Brosur.
Leaflet, Gambar
3 Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi dengan
bahan tertulis
4 Proyeksi visual Overhead Transparency (OH-IT), film
dalam bingkai (Slide)
5 Proyeksi audio Film bingkai (slide) bersuara
visual diam
6 Visual gerak Film bisu
7 Audio Visual Film gerak suara, Video/Vcd, Televisi
Gerak
8 Objek fisik Benda nyata, Model, Specimen
9 Manusia dan Guru, Pustakawan, Laboran
lingkungan
10 Komputer CAI (Pembelajaran Berbantuan
Komputer),CBI (Pembelajaran
Berbasis Komputer)

Sumber: Etin Solihatin (2007: 26)


36

2. Pembelajaran Berbasis Web

a. Pengertian Web

Secara terminalogi, website adalah kumpulan dari halaman -

halaman situs, yang terangkum dalam sebuah domain atau

subdomain, yang tempatnya berada di dalam Word Wide Web

(WWW) di dalam internet. Web merupakan kumpulan – kumpulan

dokumen yang banyak tersebar di beberapa computer server yang

berada di seluruh penjuru dunia dan terhubung menjadi satu jaringan

melalui jaringan yang disebut internet. Hampir 80% layanan internet

adalah website.

Factor utama yang membuat website begitu cepat

berkembang adalah karena penyebaran informasi melalui website

sangat cepat dan mencakup area yang luas (mendunia), tidak dibatasi

oleh jarak dan waktu. Perkembangan yang sangat pesat telah

membuat dunia baru yang sering kita sebut dengan dunia maya.

Melalui dunia maya kita dapat melakukan aktifitas apa saja layaknya

seperti dunia nyata yang hadapi sehari – hari. Minsalnya jika kita

henda membeli sesuatu, kita bisa mengakses website ecommerce

kemudian melakukan transaksi jual beli secara online dan barang

yang kita beli akan sampai di rumah kita.

Mukthar dan Iskandar (2012: 18), mengutarakan Seiring

dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat,

website juga mengalami perkembangan yang sangat berarti. Dalam


37

pengelompokan jenis website lebih diarahkan pada fungsi, sifat dan

bahasa pemrograman yang digunakan.

Adapun website menurut sifatnya adalah:

1) Website dinamis merupakan website yang menyediakan content


atau isi yang selalu berubah –ubah setiap saat. Minsalnya
website berita, seperti detik.com, kompas.com dan lain
sebagainya.
2) Website statis, merupakan website yang kontennya sangat
jarang diubah. Minsalnya, website profil organisasi (Yuhefizar,
2009: 2).
Adapun kalau ditinjau dari segi tujuan, maka bisa dibagi
menjadi beberapa website atas :
a) Personal Web, Website yang berisi informasi pribadi
seseorang.
b) Corporate Web, website yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan
c) Portal web, website yang mempunyai banyak layanan.
Mulai dari berita, email dan jasa-jasa lainnya
d) Forum web, sebuah web yang bertujuan sebagai website
diskusi.
e) Serta ada juga website e-government, e-banking, e-
payment, dan lain sebagainya.

b. Konsep Pembelajaran Berbasis Web

Pembelajaran berbasis web merupakan sebuah pembelajaran

yang membutuhkan sarana situs website. Pembelajaran berbasis web

dapat dilaksanakan dengan dua kategori teknis pelaksanaan, yaitu

secara online yang bisa diakses dimana saja dan secara semi online

yaitu hanya bisa diakses melalui lokasi tertentu saja yang terkoneksi

langsung dengan jaringan server tempat instalasi web tersebut.

Rusman (2012: 291), Himpunan masyarakat Amerika untuk kegiatan

pelatihan dan pengembangan ( The American Society for training

and devolepment/ ASTD) mengemukakan defenisi elearning sebagai

berikut :
38

“Elearning is a broad set of applications and processes


which include web-based learning, computer-based learning,
virtual and digital class rooms. Much of this is delivered via
the internet, intranets, audio and videotape, satellite
broadcast, interactive TV, and CD-ROM. The definitions of
e-learning varies depending on the organization and how it is
used but basically it is involves electrinic means
communication, eduction and traning ”

Definisi tersebut menyatakan bahwa elearning merupakan

proses dan kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web ( web-

based learning), pembelajaran berbasis komputer (computer based

learning), class virtual ( virtual class rooms) atau kelas digital

(digital class room). Materi – materi dalam kegiatan pembelajaran

elektronik tersebut kebanyakan dihantarkan melalui media internet,

intranet, Tape video atau audio, penyiaran melalui satelite, televisi

interaktif serta cd ROM. Definisi ini juga mengatakan bahwa definisi

elearning itu bisa berfariasi tergantung penyelenggara kegiatan

elearning tersebut dan bagaimana cara penggunaannya, termasuk

juga apa tujuan penggunaannya.

Elearning mempunyai karakteristik - karakteristik sebagai

berikut:

1) Interactivity (Interaktivitas)

Tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara

langsung (synchronus) seperti chatting, messenger dan tidak

langsung (asynchronus) seperti forum, mailing list.

2) Indenpendency (Kemandirian)
39

Flesksibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar

dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran lebih

terfokus pada peserta didik

3) Accessibility (Aksibilitas)

Sumber – Sumber belajar menjadi lebih mudah di akses melalui

pendistribusian di jaringan internet

4) Enrichment (Pengayaan)

Kegiatan pembelajaran, presentasi materi pelajaran sebagai

pengayaan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran berbasis web adalah pembelajaran kelas virtual yang

didukung dan menggunakan infrastruktur internet sebagai media

dalam melaksanakan pembelajaran baik itu limgkupnya lokal

ataupun tidak lokal.

c. Kelebihan dan Kekurang Pembelajaran Berbasis Web

Menurut Rusman (2012: 299), sebagai website pembelajaran

pada umumnya, pembelajaran berbasis web pun memiliki berbagai

kelebihan dan kekurangan:

1) Kelebihan Pembelajaran Berbasis Web

a) Memungkinkan setiap orang dimanapun, Kapanpun untuk


mempelajari apapun.
b) Pebelajar dapat belajar sesuai dengan karakteristik dan
langkahnya dirinya sendiri karena pembelajaran berbasis
web membuat pembelajaran menjadi bersifat individual.
c) Kemampuan untuk membuat tautan (link), sehingga
pebelajar dapat mengakses informasi dari berbagai sumber,
baik di dalam maupun luar lingkungan belajar.
d) Sangat potensial sebagai sumber belajar bagi pebelajar yang
tidak memiliki cukup waktu untuk belajar.
40

e) Dapat mendorong pebelajar untuk lebih aktif dan mandiri di


dalam belajar.
f) Menyediakan sumber belajar tambahan yang dapat
digunakan untuk memperkaya materi pembelajaran
g) Menyediakan mesin pencari yang dapat digunakan untuk
mencari informasi yang mereka butuhkan
h) Isi dari materi pelajaran dapat di update dengan mudah

2) Kekurangan Pembelajaran Berbasis Web

a) Keberhasilan pembelajaran berbasis web bergantung pada


kemandirian dan motivasi pembelajar.
b) Akses untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
web seringkali menjadi masalah bagi pembelajar.
c) Pebelajar dapat cepat merasa bosan dan jenuh jika mereka
tidak dapat mengakses informasi, dikarenakan tidak
terdapatnya peralatan yang memadai dan bandwidth yang
cukup
d) Di butuhkannya panduan bagi pebelajar untuk mencari
informasi yang eleven, karena informasi yang terdapat di
dalam web sangat beragam.
e) Dengan menggunakan pembelajaran berbasis web,
pebelajar terkadang merasa terisolasi, terutama jika terdapat
keterbatasan dalam fasilitas komunikasi.

d. Pengembangan Model ELearning

Pendapat (Haughey dalam Rusman, 2011: 350), mengatakan

ada tiga kemungkinan dalam pengembangan elearning berbasis web

yaitu:

1) Web Course adalah penggunaan internet untuk keperluan


pendidikan, yang mana pendidik dan peserta didik sepenuhnya
terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan
ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan
pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet.
Dengan kata lain, model ini menggunakan sistem jarak jauh.
2) Web Centric Course adalah penggunaan internet yang
memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka
(Konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet,
dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling
melengkapi.
3) Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet untuk
menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan
di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan
dan komunikasi antara peserta didik dengan pendidik, sesama
41

peserta didik, anggota kelompok atau peserta didik dengan


sumber lain.

Pengembangan
Model
Web Web Centric
Enhanced Course
Course

Web
Course

Gambar 2. Pengembangan Model Elearning Haughey ( Sumber :


Rusman (2011: 351).

Berdasarkan beberapa model pengembangan di atas peneliti

menerapkan Web Enhanced dalam pengembangan media

pembalajaran elearning center.

3. Pembelajaran Dengan Drill

a. Pengertian Metode Drill

Mengenai definisi atau pengertian metode drill, para ahli

memberikan definisi yang agak sedikit berbeda meskipun pada

intinya definisi-definisi tersebut sama. diantaranya:

1) Roestiyah N.K (2010: 125), Suatu teknik yang dapat diartikan

sebagai suatu cara mengajar peserta didik melakukan kegiatan

latihan, peserta didik memiliki ketangkasan dan keterampilan

lebih tinggi dari apa yang dipelajari.


42

2) Zuhairini (2008: 106), Suatu metode dalam pendidikan dan

pengajaran dengan jalan melatih peserta didik terhadap bahan

pelajaran yang sudah diberikan.

3) Shalahuddin (2008: 100), Suatu kegiatan dalam melakukan hal

yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan

tujuan untuk menyempurnakan suatu keterampilan supaya

menjadi permanen.

4) Dalam buku Nana Sudjana (2011: 86), metode drill adalah satu

kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara

sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu

ketrampilan agar menjadi permanen. Ciri yang khas dari metode

ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari

suatu hal yang sama.

5) Rusman (2012), mengatakan metode drill adalah suatu model

dalam pembelajaran dengan jalan melatih siswa terhadap bahan

pelajaran yang sudah diberikan. Melalui model drills akan

ditanamkan kebiasaan tertentu dalam bentuk latihan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

metode drill adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang

kali secara kontiniu untuk mendapatkan keterampilan dan

ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari. Dari segi

pelaksanaannya peserta didik terlebih dahulu telah dibekali dengan

pengetahuan secara teori. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh


43

guru, peserta didik diminta mempraktikkannya sehingga menjadi

mahir dan terampil.

b. Tujuan Penggunaan Metode Drill

Teknik mengajar dengan metode drill ini biasanya

digunakan untuk tujuan agar siswa:

1) Memiliki keterampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan

kata-kata, menulis, mempergunakan alat/membuat suatu benda;

melaksanakan gerak dalam olahraga.

2) Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan,

membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam

hitung mencongak.

3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan

dengan hal lain, seperti hubungan sebab-akibat banyak hujan-

banjir; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain.

c. Syarat - Syarat Metode Drill

Dalam menjalankan metode drill, ada beberapa syarat yang

harus ditempuh untuk hasil yang optimal. Antara lain

1) Masa latihan harus menarik dan menyenangkan

a) Agar hasil latihan memuaskan, minat instrinsik diperlukan

b) Tiap-tiap langkah kemajuan yang dicapai harus jelas

c) Hasil latihan terbaik yang sedikit menggunakan emosi.

2) Latihan-latihan hanyalah untuk ketrampilan tindakan yang

bersifat otomatik.
44

3) Latihan diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/daya

tahan murid, baik segi jiwa maupun jasmani

4) Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih

sehingga murid tidak perlu mengulang suatu respons yang salah.

5) Latihan diberikan secara sistematis.

6) Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan karena

memudahkan pengarahan dan koreksi

7) Latihan-latihan harus diberikan terpisah menurut bidang

ilmunya

d. Model Drill dalam Pembelajaran Berbasis Komputer (Elearning)

Rusman (2011: 291), mengungkapkan model drill dalam

pembelajaran berbasis komputer pada dasarnya merupakan salah

satu model pembelajaran yang bertujuan memberikan pengelaman

belajar yang kongkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk

pengelaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Hal ini sesuai

dengan karakteristik pada drills dalam pembelajaran berbasis

komputer (elearning) yang dasarnya merupakan salah satu model

mempbelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar

yang lebih konkret melalui penyediaan latihan-latihan soal yang

bertujuan untuk menguji performance dan kemampuan siswa melalui

kecepatan penyelesaian soal-soal latihan yang diberikan program

CBI.

Adapun tahap penyajian model drill Rusman (2011: 292),

menguraikan sebagai berikut:


45

1) Penyajian masalah-masalah dalam bentuk latihan soal pada

tingkat tertentu dari kemampuan dan performance siswa

2) Siswa mengerjakan soal-soal latihan

3) Program merekam penampilan siswa, mengevaluasi, kemudian

memberikan umpan balik

4) Jika jawaban yang diberikan siswa benar program menyajikan

materi selanjutnya dan jika jawaban siswa salah program

menyediakan fasilitas untuk mengulangi latihan (remedial) yang

dapat diberikan secara parsial atau pada akhir keseluruhan soal.

e. Kelebihan Metode Drill

1) Peserta didik memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam

melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya

2) Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para peserta didik

yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu

keterampilan khusus yang berguna kelak dikemudian hari.

3) Pendidik lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana

peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dana mana yang

kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta

didik disaat berlangsungnya pengajaran

4) Pada pelajaran matematika dengan metode drill (latihan siap) ini

peserta didik menjadi terbiasa mengerjakan berbagai macam

bentuk soal
46

f. Kelemahan Metode Drill

1) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan

dalam kondisi belajar

2) Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah peserta

didik melakukan sesuatu secara mekanis

3) Dapat menimbulkan verbalisme (tahu kata-kata tetapi tak tahu

arti) terutama pengajaran yang bersifat menghafal dimana

peserta didik dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran

secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada

pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan hapalan tersebut

tanpa suatu proses berpikir

4) Dapat menghambat insiatif peserta didik, dimana insiatif dan

minat peserta didik yang berbeda dengan petunjuk pendidik

dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam

pengajaran yang diberikannya

5) Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah murid merasa

bosan atau jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan

menimbulkan keadaan psikis berupa mogok belajar/latihan

6) Dalam pelaksanaannya metode ini memakan waktu/proses yang

cukup banyak/lama.

7) Dalam pelajaran matematika memerlukan ketelatenan atau

ketekunan serta kesabaran dari pendidik maupun dari peserta

didik.
47

g. Prinsip - Prinsip Metode Drill

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam

melaksanakan metode drill, antara lain:

1) Waktu yang digunakan dalam drill cukup tersedia.

2) Drill hendaklah disesuaikan dengan taraf kemampuan dan

perkembangan peserta didik

3) Drill memiliki daya tarik dan merangsang peserta didik untuk

belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh

4) Dalam latihan (drill) pertama yang diutamakan ketepatan

kemudian kecepatan, kemudian kedua-duanya

5) Pada waktu latihan harus diutamakan yang esensial

6) Latihan dapat memenuhi perbedaan kemampuan dan kecakapan

individu siswa

7) Dapat menyelingi latihan, sehingga tidak membosankan

8) Diperlukan kesabaran dan ketelatenan dari pendidik, terutama

pelajaran matematika

4. Pembelajaran Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin mathaein atau mathema,

yang berarti belajar atau hal yang dipelajari Depdiknas (2001: 2), Seperti

yang juga disampaikan oleh Aleks Maryunis (2007: 3), ”matematika

adalah bahasa yang memungkinkan ide-ide yang sangat rumit dapat

dipertukarkan dan saling dipahami”. Sedangkan Erman Suherman

(2003:5) menyatakan bahwa:


48

”Matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasi, pembuktian


logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah
yang didefenisikan dengan cermat, jelas dan akurat,
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa simbol
mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Nikson Marpaung dalam Muliyardi (2002: 3), menyatakan

bahwa, pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa

mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip matematika dengan

kemampuannya sendiri. Pembelajaran matematika diberikan melalui

proses internalisasi, sehingga konsep dan prinsip itu terbangun kembali.

Selanjutnya Junaidi (2010: 32), mengungkapkan “pembelajaran

matematika adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk

membelajarkan siswa, guna memperoleh ilmu pengetahuan dan

keterampilan matematika”

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika adalah proses atau kegiatan guru mata

pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswanya.

Pembelajaran matematika berguna untuk membantu siswa

mengkonstruksi konsep-konsep matematika dan untuk meningkatkan

kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa tentang

matematika.

Pada pembelajaran matematika diharapkan siswa dibiasakan untuk

memperoleh pengalaman melalui pengamatan terhadap sifat-sifat yang

dimiliki suatu objek,sehingga siswa mampu menangkap pengertian dari

suatu konsep. Pembelajaran matematika juga menuntut siswa untuk

mampu menemukan fakta, keterampilan, konsep dan aturan tertentu.


49

Untuk dapat menemukan semua itu, siswa diharapkan dapat berinteraksi,

mempunyai kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah dan belajar

mandiri.

Hakikat matematika yaitu membuat siswa belajar matematika

berdasarkan pengetahuan yang diperolehnya, anak berusaha menemukan

pemecahan masalahnya. Guru merupakan fasilitator dalam proses

pembelajaran maka guru perlu memberikan motivasi pada siswa untuk

mengajak siswa mau mengeluarkan ide atau pendapat sendiri. Proses

pembelajaran matematika mengharapkan siswa untuk belajar mandiri dan

aktif, sehingga diharapkan siswa bisa memperoleh pengetahuan.

5. Validitas, Praktikalitas dan Efektifitas Elearning Pada Pembelajaran

Berbasis Web

Menurut Nieveen (1999: 127), Pengembangan produk harus

consider the three aspect (validity, practicality, and effectiviness). Richey

(2007: 38-49), dan Plom (2010: 29), juga mengemukakan hal yang sama

bahwa dalam penelitian pengembangan website pembelajaran dikatakan

baik ketika memenuhi criteria valid, praktis dan efektif.

a. Validitas

Validitas merupakan suatu alat ukur yang menunjukan

tingkattingkat kevaliditan suatu instrument, menurut Sugiyono

(2014) menyatakan bahwa uji validitas merupakan suatu langkah

pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen,

dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrument yang akan

digunakaan dalam suatu penelitian. Dalam aspek penelitian


50

pengembangan, uji validitas dimaksudkan untuk menguji sejauh

mana kelayakan dan kualitas media yang dikembangkan.

Selanjutnya menurut pendapat Aker (1999) menjelaskan validitas

dikaitkan kepada dua hal pokok, yakni (1) validitas mengacu pada

sejauh mana desain yang dikembangkan didasarkan pada rasional

teoritik yang kuat (validitas isi); (2) berbagai komponen memiliki

hubungan satu sama lain (validitas konstruk). Aspek penelitian

pengembangan ini terdiri dari uji validitas yang dimaksudkan untuk

menguji sejauh mana elerarning berbasis web yang dikembangkan

valid untuk digunakan, sesuai dengan kurikulum, dan komponen

produk secara konsisten berhubungan satu sama lain. Pada

pengembangan elearning berbasis web berorientasi metode

pembelajaran drill ini, uji validitasi dilakukan melalui validasi 2

orang ahli, yaitu ahli media dan ahli materi.

Himpunan masyarakat Amerika untuk kegiatan pelatihan dan

pengembanga n(The American Society for training and

devolepment/ ASTD) dalam Rusman (2012: 291), menjelaskan

elearning yang layak digunakan memiliki karakteristik sebagai

berikut :

1) Interactivity (Interaktivitas)

Tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara

langsung (synchronus) seperti chatting, messenger dan tidak

langsung (asynchronus) seperti forum, mailing list.

2) Indenpendency (Kemandirian)
51

Flesksibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar

dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran lebih

terfokus pada peserta didik

3) Accessibility (Aksibilitas)

Sumber – Sumber belajar menjadi lebih mudah di akses melalui

pendistribusian di jaringan internet

4) Enrichment (Pengayaan)

Kegiatan pembelajaran, presentasi materi pelajaran sebagai

pengayaan

Pengukuran validitas dilakukan untuk mengetahui bagaimana

media elearning center dari hasil pengembangan dapat digunakan

dalam pembelajaran. Apakah pengembangan didasarkan pada

rasional teori yang kuat dan konsisten (Valid). Menurut Plom (2007:

29) website dikatakan valid apabila dilakukan melalui penilaian

pakar (validator).

Selanjutnya menurut Depdiknas (2008) Kriteria website

pembelajarann berbasis web dikatakan valid jika sudah memenuhi

beberapa ketercapain kreteria berikut:

1) Aspek Materi

Aspek materi terdiri dari kesesuaian dengan kompetensi dasar,

Kesesuain dengan kebutuhan siswa, kesesuain dengan

kebutuhan bahan ajar, kebenaran substansi materi pembelajaran,

manfaat untuk penambahan wawasan

2) Aspek Penyajian
52

Aspek penyajian ini terdiri dari kejelasan tujuan, urutan

penyajian, pemberian motivasi dan daya tarik dan kelengkapan

informasi.

3) Aspek Kebahasaan

Aspek bahasa terdiri dari kesesuaian bahasa dengan

perkembangan siswa, bahasa yang digunakan komunikatif,

kejelasan informasi, penggunaan bahasa secara efektif dan

efesien (jelas dan singkat) dan kesesuaian dengan kaidah bahasa

Indonesia yang baik dan benar.

4) Aspek Kegrafisan/Tampilan

Aspek kegrafisan/ tampilan sebuah website pembelajaran

berbasis web terdiri dari penggunaan font (jenis dan ukuran),

kesesuaian warna, huruf dan background, Layout atau tata

letak, ilustrasi, gambar,foto dan design tampilan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan kriteria

untuk mengevaluasi elerarning center berbasis web yang baik

dengan mempertimbangkan aspek-aspek penilaian seperti: (1) aspek

kelayakan isi, (2) aspek kebahasaan, (3) aspek penyajian, dan (4)

aspek grafika.

b. Kepraktisan

Langkah yang ditempuh setelah uji validitas adalah uji

praktikalitas. Uji praktikalitas bertujuan untuk memperoleh data

tentang kepraktisan produk yang dikembangkan. Praktikalitas

mengandung arti keterpakaian media, kemudahan memakai dan


53

menggunakannya. Menurut Sukardi (2013) pertimbangan

praktikalitas dapat dilihat dari aspek-aspek berikut ini:

1) Kemudahan penggunaan, meliputi: mudah diatur, disimpan, dan


dapat digunakan sewaktu-waktu
2) Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan sebaiknya singkat,
cepat, dan tepat
3) Mudah diinterpretasikan oleh guru ahli maupun oleh guru lain
4) Bisa digunakan sebagai pengganti dan untuk variasi
5) Sebaiknya memiliki karakteristik biaya murah dan dapat
dijangkau oleh guru atau sekolah yang hendak
menggunakannya.

Sedangkan Aker (1999) menjelaskan bahwa “Practicality

refers to the extent that users (and other experts) consider the

intervention as appealing and usable in normal conditions”.

Maksudnya adalah praktikalitas suatu media mengacu pada sejauh

mana para pengguna dan praktisi menyatakan media media yang

dikembangkan dapat diterapkan dan digunakan dalam kondisi

normal.

Kepraktisan sebuah website pembelajaran dapat dikatakan

praktis apabila sudah memenuhi beberapa ketercapaian criteria,

diantaranya:

1) Kemudahan dalam penggunaan menu

2) Kejelasan panduan pengguna

3) Penggunaan pembembelajaran berbasis web

4) Soal latihan

5) Pengerjaan evaluasi berupa kuis

6) Kemudahan dalam komunikasi

7) Motivasi belajar siswa


54

8) Pengaruh terhadap penguasaan materi

Pada penelitian pengembangan ini, peneliti mengukur tingkat

kepraktisan elerarning berbasis web dengan melihat apakah pendidik

menyatakan bahwa elearning berbasis web dapat digunakan oleh

pendidik dan peserta didik dan tingkat keterlaksaannya,

pembelajaran menggunakan elerarning berbasis web termasuk

kategori baik dengan melihat apakah komponen-komponen

elerarning untuk pembelajaran dapat dilaksanakan oleh pendidik di

kelas. Tingkat keterlaksaan pembelajaran dilihat dari hasil angket

respon peserta didik setelah melakukan pembelajaran terhadap

pendidik dan peserta didik.

c. Keefektifan

Efektivitas mengacu pada sejauh mana pengalaman dan hasil

belajar setelah menggunakan produk. Berkaitan dengan efektivitas,

Menurut Sejathi (2011), efektivitas merupakan “ketepatgunaan, hasil

guna, menunjang tujuan”. Sedangkan menurut Aker (1999)

menjelaskan bahwa “Effectiveness refer to the extent that the

experiences and outcomes with the intervention are consistent with

the intended aims”. Maksudnya, keefektifan mengacu pada tingkatan

pengalaman dan hasil intervensi konsisten dengan tujuan yang

dimaksud.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa sebuah

produk dapat dikatakan efektif apabila produk tersebut mampu

mencapai tujuan yang diharapkan. Pada penelitian pengembangan


55

ini, indikator untuk menyatakan bahwa keterlaksanaan elerarning

berbasis web dikatakan efektif, dilihat dari komponen-komponen:

(1) hasil belajar peserta didik, (2) aktivitas peserta didik, Dalam

penelitian pengembangan ini, peneliti mengukur keefektifan

elerarning berbasis web dari hasil belajar peserta didik. Hasil belajar

peserta didik diperoleh dari pemberian soal tes pada akhir

pembelajaran.

6. Model Pengembangan Four-D

Model pengembangan perangkat Four-D Model disarankan oleh

Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel

(1974). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define,

Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-

D, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran.

a. Define (Pendefinisian)

Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan

syarat-syarat pembelajaran. Tahap define ini mencakup lima langkah

pokok, yaitu analisis ujung depan (front-end analysis), analisis

siswa (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis

konsep (concept analysis) dan perumusan tujuan

pembelajaran (specifying instructional objectives).

1) Analisis Depan ( front and analysis)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974), analisis depan bertujuan

untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang

dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu


56

pengembangan bahan ajar. Dengan analisis ini akan didapatkan

gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah

dasar, yang memudahkan dalam penentuan atau pemilihan

bahan ajar yang dikembangkan.

2) Analisis Siswa ( learn analysis)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974), analisis siswa merupakan

telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain

pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik itu

meliputi latar belakang kemampuan akademik (pengetahuan),

perkembangan kognitif, serta keterampilan-keterampilan

individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran,

media, format dan bahasa yang dipilih. Analisis siswa dilakukan

untuk mendapatkan gambaran karakteristik siswa, antara lain:

(a) tingkat kemampuan atau perkembangan intelektualnya, (b)

keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang sudah

dimiliki dan dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang ditetapkan.

3) Analisis Konsep ( concept analysis)

Analisis konsep menurut Thiagarajan, dkk (1974) dilakukan

untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan,

menyusunnya dalam bentuk hirarki, dan merinci konsep-konsep

individu ke dalam hal yang kritis dan yang tidak relevan.

Analisis membantu mengidentifikasi kemungkinan contoh dan


57

bukan contoh untuk digambarkan dalam mengantar proses

pengembangan.

Analisis konsep sangat diperlukan guna mengidentifikasi

pengetahuan-pengetahuan deklaratif atau prosedural pada materi

matematika yang akan dikembangkan. Analisis konsep

merupakan satu langkah penting untuk memenuhi prinsip

kecukupan dalam membangun konsep atas materi-materi yang

digunakan sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan

standar kompetensi.

Mendukung analisis konsep ini, analisis-analisis yang perlu

dilakukan adalah (1) analisis standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang bertujuan untuk menentukan jumlah dan

jenis bahan ajar, (2) analisis sumber belajar, yakni

mengumpulkan dan mengidentifikasi sumber-sumber mana yang

mendukung penyusunan bahan ajar.

4) Analisis Tugas ( task analysis)

Analisis tugas menurut Thiagarajan, dkk (1974) bertujuan untuk

mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang akan

dikaji oleh peneliti dan menganalisisnya kedalam himpunan

keterampilan tambahan yang mungkin diperlukan. Analisis ini

memastikan ulasan yang menyeluruh tentang tugas dalam materi

pembelajaran.

5) Perumusan Tujuan Pembelajaran (specifying instructional

objectives)
58

Perumusan tujuan pembelajaran menurut Thiagarajan, dkk

(1974) berguna untuk merangkum hasil dari analisis konsep dan

analisis tugas untuk menentukan perilaku objek penelitian.

Kumpulan objek tersebut menjadi dasar untuk menyusun tes dan

merancang perangkat pembelajaran yang kemudian di

integrasikan ke dalam materi perangkat pembelajaran yang akan

digunakan oleh peneliti.

b. Design (Perancangan)

Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat

pembelajaran. Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini,

yaitu: (1) penyusunan standar tes (criterion-test construction), (2)

pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik

materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan format (format

selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan

menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4)

membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan Tes Acuan Patokan (constructing criterion-

referenced test)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974), penyusunan tes acuan

patokan merupakan langkah yang menghubungkan antara tahap

pendefinisian  (define) dengan tahap perancangan (design). Tes

acuan patokan disusun berdasarkan spesifikasi tujuan

pembelajaran dan analisis siswa, kemudian selanjutnya disusun


59

kisi-kisi tes hasil belajar. Tes yang dikembangkan disesuaikan

dengan jenjang kemampuan kognitif.  Penskoran hasil tes

menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan

pedoman penskoran setiap butir soal.

2) Pemilihan Media (media selection)

Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media

pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi. Lebih

dari itu, media dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis

konsep dan analisis tugas, karakteristik target pengguna, serta

rencana penyebaran dengan atribut yang bervariasi dari media

yang berbeda-beda.hal ini berguna untuk membantu siswa

dalam pencapaian kompetensi dasar. Artinya, pemilihan media

dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan ajar dalam

proses pengembangan bahan ajar pada pembelajaran di kelas.

3) Pemilihan Format (format selection)

Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran

ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi

pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, metode

pembelajaran, dan sumber belajar. Format yang dipilih adalah

yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan membantu

dalam pembelajaran matematika realistik.

4) Rancangan Awal (initial design)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 7) “initial design is the

presenting of the essential instruction through appropriate


60

media and in a suitable sequence.”  Rancangan awal yang

dimaksud adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran

yang harus dikerjakan sebelum ujicoba dilaksanakan. Hal ini

juga meliputi berbagai aktivitas pembelajaran yang terstruktur

seperti membaca teks, wawancara, dan praktek kemampuan

pembelajaran yang berbeda melalui praktek mengajar.

c. Development (Pengembangan)

Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan

produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni:

(1) penilaian ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji

coba pengembangan (developmental testing). Tujuan tahap

pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir

perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan

para pakar ahli/praktisi dan data hasil ujicoba. Langkah yang

dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Validasi ahli/praktisi (expert appraisal)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 8), “expert appraisal is a

technique for obtaining suggestions for the improvement of the

material.” Penilaian para ahli/praktisi terhadap perangkat

pembelajaran mencakup: format, bahasa, ilustrasi dan isi.

Berdasarkan masukan dari para ahli, materi pembelajaran

direvisi untuk membuatnya lebih tepat, efektif, mudah

digunakan, dan memiliki kualitas teknik yang tinggi.

2) Uji coba pengembangan (developmental testing)


61

Uji coba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan

langsung berupa respon, reaksi, komentar siswa, dan para

pengamat terhadap perangkat pembelajaran yang telah

disusun. Menurut Thiagarajan, dkk (1974) ujicoba, revisi dan

ujicoba kembali terus dilakukan hingga diperoleh perangkat

yang konsisten dan efektif.

d. Disseminate (Penyebaran)

Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir

pengembangan. Tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan

produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik individu,

suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan distributor harus selektif

dan bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk yang tepat.

Menurut Thiagarajan dkk, (1974: 9), “the terminal stages of final

packaging, diffusion, and adoption are most important although

most frequently overlooked.”

Diseminasi bisa dilakukan dikelas lain dengan tujuan untuk

mengetahui efektifitas penggunaan perangkat dalam proses

pembelajaran. Penyebaran dapat juga dilakukan melalui sebuah

proses penularan kepada para praktisi pembelajaran terkait dalam

suatu forum tertentu. Bentuk diseminasi ini dengan tujuan untuk

mendapatkan masukan, koreksi, saran, penilaian, untuk

menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi

oleh para pengguna produk.


62

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang menunjang penelitian ini adalah penelitian yang di

lakukan oleh:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Suryati Sefita Ferazona (2015)

“Pengembangan Media Pembelajaran E-learning Moodle dengan

menggunakan model Drills pada materi biologi Kelas XI SMA Negeri

Pekanbaru tahun ajaran 2015/2016”. Penelitian ini bertujuan agar bisa

meningkatkan semangat belajar siswa dalam mata pelajaran biologi

supaya mampu membuat siswa memahami pembelajaran dengan cara

yang menyenangkan. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa terdapatnya

kesulitan dalam memfokuskan perhatian siswa ketika menyampaikan

meteri pembelajaran sehingga kurangnya umpan balik dari siswa, serta

seringnya terjadi miskonsepsi antara apa yang di ajarkan dengan yang

ditangkap siswa. Hal itu terjadi karena kurangnnya media yang dapat

memfasilitasi siswa sesuai tuntutan materi yang akan disampaikan. Maka

dikembangkanlah Media Pembelajaran E-learning Moodle menggunakan

model drills.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nida Wahyuni (2012) “Penggunaan

Metode Drill Dalam Pembelajaran Matematika”. disimpulkan bahwa

penerapan metode drillpada proses pembelajaran matematika pada materi

integral dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa XII IPS1

SMA Negeri 1 Palopo. Hal itu terlihat pada lembar observasi yang

dilakukan Nida wahyuni pada Prosiding Seminar Nasional ISSN 2443-

1109, yakni kehadiran, keaktifan, dan perhatian siswa dalam


63

pembelajaran matematika mengalami peningkatan dari pertemuan

pertama sampai dengan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Di samping

itu, dari analisis nilai siswa diperoleh nilai rata-rata siswa yang terus

mengalami peningkatan mulai dari tes awal yang dilakukan sebelum

diterapkan metode drill sampai dengan tes akhir siklus I dan siklus II

setelah diterapkan metode drill

3. Penelitian yang dilakukan oleh Siska Hariyati (2016) “Pengembangan

Pembelajaran Geografi Berbasis Web (E-Learning) Pada Kelas X IPS DI

SMA Negeri Kamang Magek”. Pada penelitian ini Efektifitas

penggunaan website sebagai salah satu media pembelajaran pada kelas X

IPS menunjukan hasil yang sagat bagus serta efektif. Siswa mampu

memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 87 % sedangkan siswa yang

memperoleh nilai di bawah KKM hanya 13% dan nilai rata-rata hasil

belajar siswa 85,4.

4. Penelitian yang dilakukan Afrizzal Pungky Pratama dan I Gusti Putu

Asto Buditjahjanto (2016) “Pengembangan Media Pembelajaran

Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Web (Web Based Learning

) Pada Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Pada Siswa Kelas Xii

Tei , Di Smk Negeri 1 Sukorejo , Pasuruan”. Berdasarkan hasil dan

pembahasan penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

Dari validasi media pembelajaran pembelajaran berbasis web (web based

learning) dilakukan oleh 3 ahli yaitu 2 dosen dari Universitas Negeri

Surabaya dan 1 guru SMK Negeri 1 Sukorejo, Pasuruan. Didapat hasil

validasi sebagai berikut, dari aspek materi mendapat hasil validasi


64

sebesar 79,165%, dari aspek panduan penggunaan media mendapat hasil

sebesar 91,66%, dari aspek tampilan media mendapat 83,33% dan dari

aspek Bahasa mendapat nilai 83,3%. Dari keseluruhan aspek yang

divalidasi didapat rata–rata sebesar 77,77%, sehingga media

pembelajaran web (web based learning) sesuai dengan hasil validasi

termasuk dalam kategori sangat baik. Respon siswa terhadap media

pembelajaran berbasis web dilakukan oleh 31 siswa. Siswa mengisi

angket respon siswa setelah seluruh kegiatan belajar mengajar selesai dan

setelah melihat dan mengamati media pembelajaran berbasis web (web

based learning). Dari penelitian yang telah dilakukan didapat hasil respon

dari 12 indikator sebesar 81,985, sehingga respon siswa pada media

pembelajaran web (web based learning) termasuk dalam kategori sangat

baik.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu

Penelitian ini lebih focus ke pengembangan media elearning center sebagai

solusi media pembelajaran terpusat agar membantu peserta didik yang

memiliki kemampuan rendah tetapi memiliki kemauan tinggi agar bisa

melakukan pengulangan pembelajaran secara mandiri dan ujian secara

mandiri kerna keterbatasan waktu dalam kelas. Terkhusus dengan penerapan

metode drill yang selama ini membutuhkan waktu yang banyak dan kerja

extra guru dalam memberikan ujian serta remedial, maka peserta didik bisa

melakukan pengulangan pembelajaran dan ujian secara mandiri tanpa batas

berapa kali melakukan remedial sampai mendapatkan nilai di atas kkm

berdasarkan lama waktu materi pembelajaran di seting oleh guru mata


65

pelajaran pada elearning center . Serta pada penelitian ini media

pembelajaran elearning center setiap materinya memiliki bank soal untuk di

ujikan ke peserta didik secara otomatis sehingga di saat peserta didik

melakukan pengulangan ujian atau kuis soal secara otomatis akan berganti

secara acak.

C. Kerangka Berfikir

Dalam proses pembelajaran semakin tepat metoda atau media yang

digunakan semakin optimal pula tujuan akaan tercapai. Kerena metoda atau

media merupakan cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran

Media pembelajaran berbasis web akan dapat membantu siswa untuk

mempermudah dalam proses pembelajaran kerna tanpa ada batasan ruang dan

waktu. Secara kognitif siswa mendapatkan pengajaran yang mereka inginkan

kerna kemampuan siswa berbeda beda sehingga dengan pembelajaran

berbasis web mereka akan lebih memahami bagaimana cara dirinya untuk

belajar agar mampu mengerti tentang tujuan pembelajaran.

Media membelajaran elearning center berbasis web dengan penerapan

metode drill akan merangsang siswa untuk belajar secara mandiri, seperti

siswa yang mempunyai kemampuan rendah tetapi memiliki kemauan yang

kuat untuk bisa memahami suatu pembelajaran agar mendapatkan nilai atau

hasil belajar yang bagus. Hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah

tingkah laku akibat proses belajar. Hasil belajar sering pula disebut dengan

prestasi belajar. Prestasi belajar adalah kemampuan maksimal yang dicapai

oleh seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan kemampuan atau nilai-
66

nilai kecapakan yang diikutinya selama belajar berupa keterampilan afektif,

kognitif dan psikomotor.

Perlu dilakukan upaya pengembangan pembelajaran inspiratif,

inovatif, menantang, menyenangkan, dan motivasional (I2M3) untuk

meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Ranah Pesisir,

yang dilakukan secara mandiri, terutama dalam pembelajaran matematika.

Perlu dicarikan solusi atau alternatif supaya pembelajaran dapat

manarik perhatian dari siswa. Dalam hal ini yang dicobakan adalah

pembelajaran elearning center berbasis web dengan penerapan metode drill

dengan alasan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih

bervariasi memenuhi prinsip - prinsip belajar mandiri. Pembelajaran adalah

suatu interaksi anak didik dengan sumber belajar dalam suatu ruang lingkup

yang melibatkan berbagai komponen pendukung seperti materi, metod sarana

dan prasarana.

Metoda pembelajaran adalah suatu teknik yang digunakan dalam

menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan dalam pembelajaran. Pembelajaran elearning berbasis

web dengan metode drill adalah suatu pembelajaran dimana guru menyajikan

semua materi didalam sebuah media elarning berbasis web online yang bisa

diakses oleh siswa dari mana saja dengan syarat siswa sudah terautentikasi

agar bisa mengikuti pembelajaran serta ujian berulang kali hingga

mendapatkan nilai sebagus mungkin.

Berdasarkan uraian di atas. Diduga adanya efektifitas media

pembelajaran elearning center berbasis web dengan penerapan metode drill


67

terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Mata pelajaran

matematika adalah matapelajaran yang kompleks dan membutuhkan

perulangan agar lebih bisa memahaminya.

Anda mungkin juga menyukai