Anda di halaman 1dari 2

MANTRA

Mantra berasal dari suku kata Man (Manana) dan kata Tra (Trana) yang berarti


pembebasan dari ikatan samsara atau dunia. Mantra merupakan sebuah kata atau kombinasi
beberapa kata yang sangat kuat/ ampuh. Mantra merupakan kekuatan kata yang dapat
dipergunakan untuk mewujudkan keinginan spiritual atau keinginan material.
Mantra disusun dengan menggunakan akṣara-akṣara tertentu, diatur sedemikian rupa
sehingga menghasilkan suatu bentuk bunyi, sedangkan huruf-huruf merupakan simbol-simbol
dari bunyi tersebut. Untuk menghasilkan pengaruh yang dikehendaki, mantra harus disuarakan
dengan cara yang tepat, sesuai dengan svara (ritme) dan varna (bunyi). 

Jenis-jenis Mantra
Jenis mantra berdasar sumbernya:
1. Vedik mantra,
2. Tantrika mantra,
3. Puraṇik mantra.

Jenis mantra berdasar kualitas:


1. Sattvika mantra, yaitu mantra yang diucapkan guna untuk pencerahan, sinar,
kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan), 
2. Rajasika mantra, yaitu mantra yang diucapka guna kemakmuran duniawi serta
kesejahteraan anak-cucu), 
3. Tamasika mantra (mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-roh jahat, untuk
menghancurkan atau menyengsarakan orang lain, ataupun perbuatan-perbuatan kejam
lainnya/Vama marga/Ilmu Hitam).

Disamping itu mantra juga dapat dibagi menjadi:


1. Mantra: yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa
suku kata atau kata, guna keperluan meditasi dari seorang guru (Mantra Diksa)
2. Stotra: doa-doa kepada para devata, Stotra ada yang bersifat umum, yaitu; yang
dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan
kehendakNya, misalnya doa-doa yang diucapkan oleh para rohaniawan ketika
memimpin persembahyangan, sedangkan Stotra yang bersifat khusus adalah doa-doa
dari seoarang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa keinginan khususnya,
misalnya doa memohon anak, dan sebagainya.
3. Kavaca Mantra: mantra yang dipergunakan untuk benteng atau perlindungan dari
berbagai rintangan.

Berdasarkan tingkat kesukarannya, mantra dapat dibagi menjadi 3, yaitu:


1. Paroksa Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang paling tinggi. Hal ini
disebabkan mantra jenis ini hanya dapat dijangkau arti dan maknanya kalau diwahyukan
oleh Tuhan. Tanpa sabda Tuhan mantra ini tidak mungkin dapat dipahami.
2. Adyatmika Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah.
Mantra ini dapat dicapai maknanya melalui proses pensucian diri. Orang yang rohaninya
masih kotor, tidak mungkin dapat memahami arti dan fungsi jenis mantra ini.
3. Pratyaksa Mantra, yaitu mantra yang lebih mudah dipahami. Untuk menjangkau makna
mantra ini dapat hanya mengandalkan ketajaman pikiran dan indriya.

Cara mengucapkan Mantra


1. Vaikari, yaitu mengucapkan mantra dengan mengeluarka suara dan dapat didengar oleh
orang lain, kekuatan mantra yang diucapkan dengan cara ini akan mampu memecah guna
tāmas (kelambanan), ketakutan yang ada pada diri seseorang. Cocok dipakai bagi para
sadhaka pemula dan dapat menghancurkan energi negatif yang ada di sekitar pengucapnya.
2. Upamsu, yaitu mantra yang diucapkan yang hanya didengar oleh orang yang
mengucapkannya saja (berbisik-bisik), kekuatan mantra  yang diucapkan dengan teknik ini
dapat memurnikan guna rajas (nafsu). Jika mantra ini diucapkan dengan cara ini juga dapat
memberikan perlindungan (kavaca) dari berbagai gangguan (lingkungan, energi negatif,
roh jahat, dan sebagainya).
3. Manasika, yaitu mantra yang diucapkan dalam hati, bermeditasi pada jiwa  dari mantra
serta arti dari kata-kata suci tersebut tanpa menggerakkan lidah ataupun bibir. Kekuatan
mantra ini akan dapat menumbuhkan kesadaran illahi pada diri yang mengucapkannya,
sedangkan yang bermeditasi pada irama pernapasan dengan menggunakn mantra
disebut Ajapajapa.

Penggunaan Mantra
Menurut waktu penggunaannya mantra dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Nitya Karma Puja, yaitu pengucapan mantra yang dilaksanakan setiap hari secara rutin,
misalnya seperti Puja Tri Saṇdhya, yang dilaksanakan setiap hari.

Nitya Karma Puja ada dua jenis, yaitu:


a. Sandhya Vandana atau Saṇdhyopasana, yaitu pemujaan yang dilakukan pada setiap
pertemuan waktu, artinya doa dan pemujaan yang dipersembahkan kepada Tuhan,
pada pertemuan waktu (sandhi) malam hari dengan pagi hari, tengah hari dan
pertemuan antara sore hari dengan malam.  
b. Japa atau Namasmaranam, yaitu pemujaan yang dilakukan untuk mengagungkan
nama-nama suci Tuhan dengan cara menyebut secara berulang-ulang. Dapat pula
dibantu dengan mala/rudraksa/ruas jari tangan atau menuliskannya di buku secara
terus-menerus/berulang-ulang.
  
2. Naimitika Karma Puja, yaitu pengucapan mantra yang dilakukan secara insidential pada
waktu-waktu tertentu saja. Misalnya: mantra yang diucapkan ketika upacara abhiseka,
peletakan batu pertama, dalam berbagai samskara, Purnama, Tilem, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaannya Naimitika Karma Puja ini ada yang berdasarkan Panca Wara, Sapta
Wara, Wuku, Sasih/Bulan, Varsa/tahun, dan berbagai kejadian yang dianggap penting,
seperti Gerhana Matahari, Gerhana Bulan, Wabah, tempat angker, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai