Anda di halaman 1dari 9

Apakah Batasan Pengertian Program Lesson Study?

Dalam buku Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik


(Pengalaman IMSTEP-JICA), disebutkan bahwa lesson study adalah “model pembinaan profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar” (2006: 10).
Lesson study bukanlah metode ataupun strategi pembelajaran. Di dalam kegiatan lesson study bisa
diterapkan berbagai metode dan strategi pembelajaran dalam rangka pembinaan berkelanjutan
pembelajaran kolaboratif-kolegalitas untuk membangun komunitas belajar. Selanjutnya secara
kolaboratif pula para pendidik mencari solusi dan merancang pembelajaran yang berpusat pada
siswa/mahasiswa. Langkah berikutnya adalah menerapkan pembelajaran di kelas oleh seorang
guru/dosen, sementara yang lain sebagai pengamat aktivitas siswa, yang dilanjutkan dengan
diskusi pasca pembelajaran untuk merefleksikannya (Argawinata, Jurnalnet.com/konten. php?
nama=BeritaUtama& topik=5& id=894, akses 12 Februari 2009: 17.45)

Inti kegiatan program lesson study mengikuti pola: PLAN - DO - SEE yang sinambung.

3. Mengapa Program Lesson Study Dilaksanakan?

Program Lesson Study telah dibuktikan memberi banyak manfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Program yang berasal dari Jepang ini, kini telah pula diserap dan diadopsi oleh
berbagai negara, termasuk Amerika Serikat. Strategi lesson study memiliki banyak keunggulan
dibanding dengan model inservice training guru lainnya (Hendayana, dkk., 2006: 36). Di Indonesia,
program ini telah pula dijadikan pilot projek sejak tahun 1998 di 3 IKIP (Bandung, Yogya, dan
Malang). Alasannya, seperti dikemukakan oleh Fasli Jalal: "Model lesson study sengaja diadopsi dan
dimodifikasi untuk dijadikan sekolah pelatihan guru yang terkait masalah pembelajaran sehari-hari
khususnya matematika dan IPA".

Pada awalnya, program lesson study ini digunakan dalam pembelajaran MIPA. Tetapi, sejalan
dengan pernyataan Fasli Jalal bahwa program lesson study itu sengaja diadopsi dan dimodifikasi,
maka di Bandung, sebagai salah satu contoh modifikasi tersebut adalah yang diselenggarakan di
SMAN 9 Bandung. Mereka melaksanakan program lesson study untuk mata pelajaran PPKN. Materi
pelajaran yang dipilih adalah tentang sistem politik, yang dikemas dalam bentuk drama rancangan
siswa secara berkelompok.

Manfaat yang bisa didapatkan dari program lesson study antara lain menyangkut peningkatan
pengetahuan guru/dosen tentang materi ajar dan pembelajarannya; peningkatan pengetahuan
guru/dosen tentang cara mengobservasi kegiatan belajar siswa; menguatnya hubungan kolegalitas
antarguru/dosen, guru-dosen, maupun dengan observer di luar guru dan dosen; menguatnya
hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran jangka
panjang; meningkatnya motivasi guru/dosen untuk senantiasa berkembang; dan meningkatnya
kualitas rencana pembelajaran --termasuk komponen-komponennya seoerti bahan ajar, teaching
materials (hands on), dan stragegi pembelajaran (Hendayana, dkk. 2006: 39).

4. Bagaimana Bentuk Pelaksanaan Program Lesson Study?

Hendayana dkk. mencatat beberapa masukan yang diberikan oleh observer pada saat pelaksanaan
refleksi pada akhir kegiatan lesson study. Catatan tersebut bisa dijadikan sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan lesson study.

·  Siswa/mahasiswa yang duduk jauh dari posisi guru/dosen pada saat pengajar memberi 
   penjelasan tentang materi ajar, sebaiknya diberi kesempatan mengambil tempat lebih 
   dekat dengan posisi guru/dosen;

·  Pada saat siswa/mahasiswa sedang bekerja dalam kelompok, guru/dosen sebaiknya


memperhatikan keaktifan siswa/mahasiswa. Posisi duduk melingkar, model huruf U, atau
membentuk segi empat mengelilingi guru/dosen, disarankan agar menjadi pilihan dalam
pemosisian tempat duduk siswa/mahasiswa. Dengan cara seperti itu, semua siswa/mahasiswa
memiliki kesempatan akses yang sama terhadap aktivitas yang dikerjakan secara bersama.
Guru/dosen pun bisa memperhatikan siswa/mahasiswa secara menyeluruh;

·  Posisi meja laboratorium disarankan berhadapan sepasang-sepasang agar ruang gerak


siswa/mahasiswa lebih leluasa. Salah satu yang ditengarai sebagai penyebab sulitnya bekerja
secara berkelompok, adalah posisi tempat duduk yang kurang memberi keleluasaan gerak
siswa/mahasiswa;

·  Observer disarankan terdiri atas beragam kalangan, yang memungkinkan beragamnya masukan
ditinjau dari substansi hasil amatan, kedalaman, maupun ketelitiannya. Observer berada di luar
posisi daerah kegiatan pembelajaran, tidak mengganggu kegiatan belajar, tidak berkomunikasi,
dan harus mencatat perilaku pebelajar. Masukan-masukan dari observer dibahas secara
menyeluruh pada saat dilaksanakan kegiatan refleksi;

·  Pemahaman tentang perilaku-perilaku siswa/mahasiswa dalam proses pembelajaran menjadi


sangat penting terutama bagi guru/dosen. Pada saat guru/dosen menjadi observer, mereke harus
mampu mengidentifikasi secara baik tingkat pemahaman dan kesulitan yang dihadapi
siswa/mahasiswa. Peningkatan kemampuan mengajar dalam lesson study tidak hanya pada
guru/dosen model, tetapi juga pada guru/dosen observer; dan  

·  Kerja sama yang dilakukan oleh para guru/dosen dalam mengembangkan perencanaan,
implementasi, dan refleksi dapat meningkatkan proses interaksi konstruktif yang sangat potensial
untuk meningkatkan profesionalisme guru/dosen.

5. Siapa Yang Sebaiknya Terlibat Dalam Program Lesson Study?   

Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi. Inisiatif pelaksanaan, idealnya datang dari
pemimpin lembaga (kepala sekolah, ketua jurusan, dekan, rektor) dengan guru/dosen.
Jika lesson study dikembangkan berbasis sekolah/fakultas, maka yang melaksanakan kegiatan
lesson study adalah guru/dosen dari semua bidang studi di sekolah/fakultas tersebut bersama
kepala sekolah/dekan. Tujuan lesson study jenis ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar siswa/mahasiswa menyangkut semua bidang studi yang diajarkan.

Lesson study bisa dilaksanakan melibatkan guru/dosen bidang study sejenis. Misalnya, kelompok
guru/dosen matematika. Untuk guru telah ada komunitas belajar yang diwadahi dalam MGMP.
Lesson study jenis ini akan melibatkan banyak orang dari lokasi yang lebih beragam. Bisa juga
melibatkan para penentu kebijakan pendidikan atau bahkan stake holders dan masyarakat
pendukung sekolah/fakultas, dan sejenisnya.

6. Apa Saja Luaran Yang Diharapkan Dari Program Lesson Study?

Seperti disebutkan dalam definisi operasionalnya, ada sejumlah kondisi yang diharapkan muncul
setelah melaksanakan kegiatan lesson study. Beberapa hal yang penting adalah kesiapan
kolaboratif, kesadaran kolegalitas, dan terbentuknya komunitas belajar.

Beberapa hal fisik sebagai indikator luaran hasil kegiatan antara lain:

·  Pengembangan silabus yang lengkap;

·  Pembelajaran yang terencana dalam bentuk RPP;

·  Teaching materials (handout, LKS);

·  Teaching media (media pembelajaran, sumber belajar);

·  Data input (peserta didik, guru, komunitas, lingkungan kerja);

·  Data proses (perencanaan, implementasi, dan refleksi);

·  Data output (kinerja guru/dosen, peningkatan kemampuan dan sikap pebelajar maupun pengajar,
kegiatan laboratorium/studio, tanggapan pihak-pihak terkait); dan

·  Data evaluasi dampak (keberlanjutan)

(dari Firman dan Kaniawati (Ed.), 2007: 7 - 10).

7. Pertanyaan Penutup

Semua yang dikemukakan adalah hasil rangkuman dari beberapa catatan yang menjadi sumber
acuan yang membahas lesson study. Acuan tersebut menjadi penting karena disusun oleh para
pendahulu yang memiliki pengalaman melaksanakan kegiatan lesson study. Pertanyaan terakhir,
siapkah para guru dan dosen seni rupa melaksanakan program lesson study?

8. Pustaka Acuan    

Argawinata, Asep Z. Jurnalnet.com/konten. php?nama=BeritaUtama&topik=

       5&id=894, akses 12 Februari 2009: 17.45


Firman, Harry dan Ida Kaniawati (Ed.). 2007. Monitoring & Evaluasi Program

       Lesson Study (Lesson Learned dari JICA-SISTTEMS). Bandung: UPI Press

Hendayana, Sumar. 2006. Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan

       Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press

Diposkan oleh desainkomunikasivisual di 17:58 

Label: kolaborasi, komunitas belajar, lesson study, model pembinaan profesi pendidik, mutual learning, open


lesson, pengkajian

No comments:

Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pem-belajaran, tetapi merupakan
salah satu upaya pembinaan untuk mening-katkan proses pembelajaran yang dilakukan
oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berke-sinambungan dalam merencanakan
(plan), melaksanakan (do), meng-observasi dan melaporkan hasil pembelajaran/refleksi
(see). Yaitu;

1.Merencanakan pembelajaran dengan penggalian akademis pada topik dan alat - alat
pembelajaran yang digunakan, yang selanjutnya dise-but tahap Plan.

2.Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana pem-belajaran dan alat -


alat yang disediakan, serta mengundang rekan - rekan sejawat untuk mengamati.
Kegiatan ini disebut tahap Do.

3.Melaksanakan refleksi melalui berbagai pendapat/tanggapan dan diskusi bersama


pengamat/obser-ver. Kegiatan ini disebut tahap See.

Dari hasil pengamatannya, me-lengkapi tahapan di atas, Catherine Lewis (2004)


mengemukakan ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yaitu:

1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan


dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu
jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang:
pengembangan kemampuan aka-demik siswa, pengembangan kemampuan individual
siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembela-jaran yang
menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.

2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan
pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa
serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.

3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dariLesson
Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya,
apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa
bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan
guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari
setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian
tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana
lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau
pengawas sekolah.

4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan


merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan
pembelajaran yang dilak-sanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara
melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat
dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara
langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang
proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal - hal yang
detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja
digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.

Pandangan kritis yang dikemu-kakan inilah sehingga membedakan pelaksanaan Lesson


Study dengan proses pembelajaran yang biasa kita terapkan di Indonesia selama ini.
Sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembe-lajaran yang selama
ini dipandang kurang efektif, Lesson Study, sejak tahapan merencanakan (plan), kemudian
melaksanakan (do), dan akhirnya refleksi (see) membutuhkan keterbukaan dan melibatkan
pihak lain. Inilah hal terpenting yang ingin saya garis bawahi agar Lesson Study dapat
diterapkan dan berhasil di Indonesia.

Pertama, kemauan membuka diri. Membuka diri berarti menerima masukan dari pihak lain
sejak merencanakan materi pelajaran, ketika melaksanakan apa yang telah direncanakan,
dan merefleksikan hasil pelaksanaan tersebut sehingga memungkinkan guru-guru dapat
membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya.

Lesson study sebagai salah satu program kegiatan untuk mening-katkan kompetensi guru
dan kualitas pembelajaran dapat dikembangkan di sekolah sebagai studi untuk analisis atas
suatu praktik pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset
untuk menemukan inovasi pembelajaran tertentu. Apabila semua ini dapat menjadi sebuah
tradisi atau kebiasaan maka akan tampak hasil yang signifikan. Implementasi program ini
perlu dimonitor dan dievaluasi sehingga akan diketahui bagaimana keefektifan, keefesienan
dan perolehan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Inilah hal

Kedua, yang harus diperhatikan;

Pada dasarnya, Lesson Study dapat dilaksanakan melalui 7 (tujuh) langkah kegiatan, yaitu:

1. Pembentukan kelompok Lesson Study

2. Penentuan fokus Lesson Study

3. Perencanaan Lesson Study


4. Persiapan observasi

5. Pelaksaan dan observasi pembela-jaran

6. Tanya jawab (diskusi) tentang pembelajaran yang dilaksanakan, dan

7. Refleksi dan perencanaan langkah berikutnya (Richardson, 2006)

Lesson Study yang diniatkan untuk merevitalisasi MGMP (Musya-warah Guru Mata
Pelajaran –setelah era efektif PKG)- menyodorkan paradigma kritis tentang pembelajaran.
Meningkatkan mutu pembelajaran melalui pengamatan kepada perilaku siswa adalah
terobosan yang ditawarkan. Sikap dan perilaku yang ditunjukkan siswa selama proses
pembelajaran menjadi titik perhatian untuk meningkatkan pembelajaran pada proses
berikutnya.

Hal ini ditandai pada posisi pandang para pengamat ketika tahap pelaksanaan (do)
berlangsung. Semua catatan yang diperoleh merupakan bahan diskusi pada tahap refleksi
(see).

Kegiatan merencanakan (plan), melaksanakan (do), dan refleksi (see) menuntut


keterbukaan, kebersediaan bekerja sama dengan pihak lain. Keterbukaan inilah yang masih
menjadi kendala guru-guru kita. Menerima masukan ketika meren-canakan pelajaran masih
mungkin dilakukan. Tetapi membuka pintu kelas untuk dihadiri dan dalam jumlah banyak
guru lain untuk mengamati ketika sedang mengajar, bukanlah kendala yang mudah
ditaklukkan. Apalagi kebersediaan untuk dicer-mati, diberikan masukan dan kritikan
terhadap proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Perlu diingat bahwa inti
kegiatan refleksi (see) adalah kesiapan untuk saling men-dengarkan, selain itu juga bisa
mempertimbangkan kembali sejauh mana rencana pembelajaran tersebut telah sesuai dan
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, sebagai dasar untuk perbaikan selanjutnya.
Hambatan psikologis inilah yang harus diatasi terlebih dahulu untuk melihat keberhasilan
proses Lesson Study.

Penerapan Lesson Study dida-sarkan kepada proses, usaha yang berkesinambungan.


Proses yang asli dan nyata, bukan tampil karena hanya untuk diamati. Kondisi natural inilah
yang diyakini dapat membuat ilmu yang diperoleh tidak pernah dilupakan siswa. Guru harus
merubah cara menyampaikan ilmunya, dari yang bersifat klasikal (penyampaian materi)
menjadi eksploratif (pemahaman arti suatu ilmu). Keaktifan siswa dalam bereksplorasi tidak
akan terganggu oleh banyaknya pengamat yang hadir di dalam kelasnya.

Lesson study merupakan salah satu cara yang efektif untuk mening-katkan kualitas
pembelajaran. Hal ini dikarenakan :

1) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing”


pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang
dilaksanakan para guru,
(2) penekanan mendasar pada pelaksanaan suatu lesson study adalah agar para siswa
memiliki kualitas belajar,

(3) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, dijadikan fokus dan titik perhatian utama
dalam pembelajaran di kelas,

(4) berdasarkan pengalaman nyata dan alami di kelas, lesson study mampu menjadi
landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan

(5) lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis,
2004).

Terkait dengan penyelenggara-annya, Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang


dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson
Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari
berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar
kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang
bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP
merupakan peng-kajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok
guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran
pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten
atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.

Dengan penjelasan singkat di atas, saya berkeyakinan bahwa Lesson Study dapat


dijadikan jembatan untuk meniti ke arah cita-cita  proses pembelajaran yang ideal
sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan di atas. Para guru dapat
leluasa meningkatkan kinerja dan keprofesionalannya yang akhirnya dapat meningkatkan
mutu pembe-lajaran. Upaya terus menerus menerapkannya dapat meningkatkan kolaborasi
akademik dan dapat dilakukan secara berkelanjutan sehingga para guru dapat mengkaji
mutu pembelajaran berdasarkan data dan fakta yang sesungguhnya.

Secara individual, hal ini diyakini dapat menumbuhkan semangat introspeksi terhadap apa
yang sudah dilakukan selama ini dalam proses pembelajarannya. Sehingga paradig-ma
guru yang hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki menjadi memberikan inspirasi
kepada siswa untuk berkreasi dan melatih siswa untuk hidup mandiri. 

Agar dapat lebih memberi makna, perlu lebih diaktifkan peran dari komponen yang terkait
dalam bidang pendidikan, Kepala Sekolah, MGMP, Kantor Dinas Pendidikan, Universitas,
dan para pemerhati pendidikan pada komitmen nyata dalam mendukung kegiatan 

Kesimpulan

1. Lesson Study dilaksanakan ber-dasarkan tahapan - tahapan secara siklik, meliputi :

(a) tahapan perencanaan (plan);


(b) pelaksanaan (do);

(c) refleksi (see);

2. Lesson Study merupakan salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui


pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berke-lanjutan berlandaskan pada
prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

3. Ciri-ciri dari Lesson Study yaitu adanya: (a) tujuan bersama untuk jangka panjang; (b)
materi pelajaran yang penting; (c) studi tentang siswa secara cermat; dan (d) observasi
pembelajaran secara langsung

4. Lesson study memberikan banyak manfaat bagi para guru, antara lain: (a) guru dapat
mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (b) guru dapat memperoleh umpan balik dari
anggota/komunitas lainnya, dan (c) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan
hasil akhir dari Lesson Study

1. Penyelenggaraan Lesson Study dapat dilakukan dalam dua tipe: (a)Lesson


Study berbasis sekolah; dan (b) Lesson Study berbasis MGMP

Lesson Study jangan dianggap sebagai sebuah proyek sesaat dan ketika terjamin
dukungan keuangannya saja, tetapi meru-pakan kegiatan terus menerus yang tiada
henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total
Quality Management (TQM), yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa
secara terus-menerus, dan berdasarkan data.

 Lesson Study hendaklah dilakukan di wilayah guru mengajar dengan menggunakan kelas


dalam lingkungan nyata, sehingga akan membiasakan guru bekerja secara kolaboratif baik
dengan guru bidang studi dan  dengan guru di luar bidang studi, bahkan dengan
masyarakat.
 

Sumber Bacaan:

Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat

Catherine Lewis (2004) Does Lesson Study Have a Future in the United


States? Online: http://www.sowi-online.de/journal/2004-1 /lesson_lewis.htm

Richardson, J. 2006. Lesson study: Teacher Learn How to Improve Instruction.


National Staff Development Council. (Online):http://www.nsdc.org 03/05/06.

* Widyaiswara Pusdiklat Tenaga Tek

Anda mungkin juga menyukai