Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)
Pokok Pembahasan : Pendidikan kesehatan tentang pendidikan kesehatan tentang penanganan
Diare pada anak balita dirumah tangga
Sasaran : Orang tua pasien anak di IGD
RSUD
Hari/Tanggal : Jum’at, 27 November 2020
Waktu : 14.00 s/d 14.30 WIB
Tempat : IGD RSUD
Penyuluh : Perawat IGD RSUD

A. Latar Belakang
Salah satu penyebab kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita) adalah
diare di seluruh dunia yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita.
Virus, bakteri, dan protozoa merupakan penyebab terjadinya diare (Carvajal et al.,
2016). Kejadian diare yaitu 1,7 miliar per tahun 760.000 balita meninggal akibat
diare (Sharif, Noorian, Sharif, & Taghavi, 2017). Diare merupakan penyakit endemis dan
menjadi dapat menyebabkan kematian. Di Indonesia, khususnya Provinsi Sumbar diare
menjadi urutan ke 11 dengan 140.300 kasus dari 34 provinsi (Kemenkes, 2017).

Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih
lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab diare. Jika diare
disertai muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi. Inilah yang harus selalu
diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan
kematian (Cahyono, 2010). Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
diare pada balita yaitu : 1). kesadaran dan pengetahuan ibu, 2). ketersedian sumber air
bersih dan ketersediaan jamban keluarga, 3). Faktor hygine, lingkungan, kesadaran orang
tua balita untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberian ASI menjadi faktor
yang penting dalam menurunkan angka kesakitan diare pada balita (Kemenkes RI, 2011).

Diare dapat merugikan kesehatan balita. Banyak dampak akibat diare diantaranya
adalah terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan asam dan basa, hipoglikemia, hipokalemia,
masalah status gizi, dan masalah sirkulasi (Adane, Mengistie, Kloos, Medhin, & Mulat,
2017). Proses homeostasis akan terjadi akibat dari dehidrasi sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, sasaran diharapkan mampu
mengetahui dan menerapkan Pendidikan kesehatan tentang pendidikan kesehatan
tentang penanganan Diare pada anak balita dirumah tangga
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit sasaran mampu:
a. Memahami pengertian diare
b. Memahami penyebab diare
c. Memahami tanda dan gejala diare
d. Memahami Derajat dehidrasi pada Diare
e. Memahami bagaimana penularan diare
f. Memahami bentuk pencegahan dari diare
g. Memahami bentuk penanganan diare dirumah dengan pemberian cairan tambahan
untuk mencegah dehidrasi pada anak diare

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dapat memberikan informasi pada calon tenaga pelayanan kesehatan (mahasiswa
Keperawatan) tentang pendidikan kesehatan tentang penanganan Diare pada anak balita
dirumah tangga
2. Bagi Audients
Keluarga pasien lebih mengetahui pendidikan kesehatan tentang pendidikan kesehatan
tentang penanganan Diare pada anak balita dirumah tangga

D. Materi (Terlampir)

E. Kegiatan Penyuluhan
1. Topik Kegiatan : Pendidikan kesehatan tentang pendidikan kesehatan tentang
penanganan Diare pada anak balita dirumah tangga
2. Sasaran : Orang Tua Balita umur (2 bulan – 5 tahun )
3. Metode : Ceramah, Tanya Jawab dan Demonstrasi
4. Media dan Alat : PPT, leaflet
5. Tempat : IGD RSUD
6. Waktu : 14.00 – 14.30 WIB
7. Setting Tempat :

Keterangan :

: Perawat

: Audiens (Orang tua Anak)


F. Kegiatan Penyuluhan

Pokok Kegiatan
No Waktu
kegiatan Penyuluh Audiens
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri, nama b. Memperhatikan
kelompok dan pembimbing
c. Menjelaskan kontrak waktu c. Menyetujui kontrak
5 menit
dan kontrak bahasa waktu
d. Menjelaskan topik d. Mendengarkan dan
memperhatikan
e. Menjelaskan tujuan e. Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
2. Penyampai a. Menggali pengetahuan a. Menjawab
an materi pasien tentang pengertian
diare
b. Mendengarkan
b. Memberikan reinforcement
20
positif
c. Mendengar dan menit
c. Menjelaskan pengertian
memperhatikan
diare
d. Menjawab
d. Menggali pengetahuan
pasien tentang penyebab
diare e. Mendengarkan
e. Memberikan reinforcement
positif f. Mendengar dan

f. Menjelaskan penyebab diare memperhatikan

g. Menggali pengetahuan g. Menjawab

pasien tentang tanda dan


gejala diare
h. Mendengarkan
h. Memberi reinforcement
positif
i. Mendengar dan
i. Menjelaskan tentang tanda
memperhatikan
dan gejala diare
j. Menjawab
j. Menggali pengetahuan
pasien tentang derajat
dehidrasi pada diare k. Mendengarkan
k. Memberi reimforcement
positif l. Mendengarkan dan
l. Menjelaskan tentang derajat memperhatikan
dehidrasi pada diare m. Menjawab
m. Men
ggali pengetahuan pasien
n. Mendengarkan
tentang cara penularan diare
n. Memberi reimforcement
o. Mendengarkan dan
positif
memperhatikan.
o. Menjelaskan tentang cara
p. Menjawab
penularan diare
p. Menggali pengetahuan
pasien tentang bentuk
penegahan diare q. Mendengarkan
q. Memberi reimforcement
positif r. Mendengarkan dan

r. Menjelaskan tentang bentuk memperhatikan

pencegahan diare
s. Menjawab
s. Menggali pengetahuan
t. Mendengarkan
pasien pasien tentang cara
merawat dirumah
u. Mendengarkan dan
t. Memberi reimforcement
memperhatikan
positif
u. Menjelaskan tentang cara
merawat dirumah dengan
anak diare
5. Penutup a. Mengevaluasi kepada pasien a. Mendengar,
dan keluarga pasien terkait memperhatikan dan
materi penyuluhan mengemukakan
pendapat
b. Memberikan reinforcement
b. Mendengarkan
positif 5 menit
c. Bersama keluarga pasien c. Mendengarkan dan
menyimpulkan meteri memperhatikan
penyuluhan
d. Menutup penyuluhan dan d. Menjawab salam
memberi salam

G. Evaluasi
a. Struktur
1. Diharapkan 70% pasien yang diundang menghadiri penyuluhan
2. Diharapkan pengorganisasian sesuai dengan peran dan tugasnya
3. Diharapkan setting tempat sesuai dengan perencanaan
b. Evaluasi Proses
1. Diharapkan acara di mulai sesuai yang direncanakan
2. Diharapkan materi diberikan sesuai dengan rencana kegiatan
3. Diharapkan 70% keluarga berpartisipasi dalam bertanya ataupun menjawab
pertanyaan
4. Diharapkan 70% keluarga pasien tidak meninggalkan ruangan penyuluhan selama
penyuluhan berlangsung
Lampiran Materi

A. PENGERTIAN DIARE
Diare adalah keadaan buang air besar lebuh dari 3x dalam sehari dengan konsistensi
cair atau lunak (Nanda, 2015). Berdasarkan definisi dari WHO (World Health
Organization) DIARE adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Berdasarkan lamanya maka diare dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2. Diare kronis/persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

B. PENYEBAB
1. Adanya infeksi bakteri & virus pada saluran cerna meliputi infeksi bakteri (Vibrio,
E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi
virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
2. Makanan dan Minuman yang tidak sehat
a. Makanan Contoh: Makanan yang tidak dicuci bersih, makanan yang
terkontaminasi oleh debu, lalat, kecoa Makanan yang sudah basi atau
beracun.
b. Minuman Contoh: Mengonsumsi air minum yang dimasak tidak terlalu lama,
menggunakan air minum yang tercemar, menggunakan botol susu yang kurang
bersih
3. Lingkungan yang kumuh atau kotor.
4. Perilaku, contoh : tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudan buang air besar atau kecil, tidak membuang tinja disembarang
tempat.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Buang air besar lebih dari 3x / hari dengan konsistensi cair.
2. Penderita merasa haus, mulut dan lidah kering, tulang pipi menonjol, mata cekung,
ubun-ubun tampak cekung pada bayi.
3. Kulit perut bila dicubit kembali keasal berlangsung pelan dan lambat.
4. Nafsu makan menurun, muntah, muka tampak pucat
5. Cengeng, gelisah dan demam cukup tingg

D. DERAJAT DEHIDRASI DIARE


1. DIARE TANPA DEHIDRASI Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare.
Tanda-tandanya:
 Balita tetap aktif
 Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa
 Mata tidak cekung
 Turgor kembali segera
2. DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan
penderita diare.
Tanda-tandanya:
 Gelisah atau rewel
 Mata cekung
 Ingin minum terus/rasa haus meningkat
 Turgor kembali lambat
3. DIARE DEHIDRASI BERAT Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita
diare. Tanda-tandanya:
 Lesu/lunglai, tidak sadar
 Mata cekung
 Malas minum
 Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik

E. PENULARAN DIARE PADA ANAK TERJADI DENGAN CARA 4F


1. Feces (tinja)
Feces adalah ampas pembuangan makanan dari pencernaan tubuh yang berisi
kotoran dan kuman penyakit. Maka dari itu setelah buang air besar, sangat
diwajibkan untuk orang tua membiasakan pada anak-anak untuk mencuci tangannya
dengan sabun antiseptik hingga benar-benar bersih.
2. Finger (jari)
Sudah bukan hal aneh lagi jika anak-anak kecil sangat suka memasukkan jarinya
ke dalam mulut. Pada saat itulah kemungkinan besar virus, kuman, bakteri, parasit,
dan micro–organisme yang menempel pada jari anak masuk ke dalam tubuh.
3. Fly (lalat)
Lalat banyak hinggap di tempat-tempat kotor seperti tumpukan sampah. Setelah
hinggap di tumpukan sampah, lalat juga senang hinggap pada makanan. Makanan
yang tidak ditutup dan dihinggapi oleh lalat dapat memicu terjadinya perpindahan
sumber penyakit dari sampah ke makanan.
4. Food (makanan)
Makanan atau susu yang sudah terlalu lama terkena udara sudah tercemar dengan
parasit yang tidak terlihat mata. Begitu pula dengan makanan yang dimasak kurang
matang dan makanan yang disimpan dalam wadah yang tidak higienis
menjadi penyebab diare pada anak kecil.

F. PENCEGAHAN DIARE
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah :
a. Perilaku Sehat
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini
di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah
6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil
ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat
preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi
yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang
dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan
pendamping ASI, yaitu:
o Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
o Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-
kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
o Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
o Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan,
makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air
tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat
yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko
terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
o Ambil air dari sumber air yang bersih
o Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.
o Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
o Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
o Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih
dan cukup.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan
sebelum makan,mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47%).
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
o Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
o Bersihkan jamban secara teratur.
o Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak
dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
o Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
o Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau
olehnya.
o Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam
lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
o Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.
7. Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah
agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering
disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah
diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9
bulan.

b. Penyehatan lingkungan
1. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui
air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih
harus tetap dilaksanakan.
2. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti
bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena
itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit
tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap
hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau
oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat
dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.
3. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan
tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

G. PENANGANAN DIARE DIRUMAH MELALUI PEMBERIAN CAIRAN


TAMBAHAN UNTUK MENCEGAH DEHIDRASI PADA ANAK DIARE
1. Rencana Terapi A : Penangana Diare dirumah
a. BERI CAIRAN TAMBAHAN
 Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
 Jika anak yang mendapat ASI eksklusif, beri ORALIT atau air
matang sebagai tambahan
 Jika anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa
diminum dan ORALIT atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah
sayur, air tajin, air matang, dsb)
AJARI IBU CARA MENCAMPUR DAN MEMBERIKAN ORALIT.
BERI IBU 6 BUNGKUS ORALIT (200 ML) UNTUK DIGUNAKAN
DIRUMAH
a. Cuci tangan sebelum menyiapkan
b. Siapkan 1 gelas (200 cc) air matang
c. Gunting ujung pembungkus oralit
d. Masukkan seluruh isi oralit ke dalam gelas yang berisi air tersebut
e. Aduk hingga bubuk oralit larut
f. Siap untuk diminum
TUNJUKKAN KEPADA IBU BERAPA BANYAK ORALIT/CAIRAN
LAIN YANG HARUS DIBERIKAN SETIAP KALI ANAK BAB :
 Sampai umur 1 tahun : 50 – 100ml setiap kali BAB
 Umur 1-5 tahun : 100 – 200ml setiap kali BAB

Katakan pada ibu :


 Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas
 Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat
 Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
b. BERI OBAT ZINC
Zat gizi zinc dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat
regenerasi sel yang rusak. Penelitian telah membuktikan bahwa pada anak diare,
pemberian zinc dapat menurunkan keparahan diare 2-3 bulan berikutnya, bahkan
dapat meningkatkan selera makan anak.

 Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet zink


kecuali bayi muda
 Cara pemberian tablet zink
 Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok the
(tablet akan larut kurang lebih 30 detik), segera berikan pada anak
 Apabila anaka muntah sekitar setengah jam setelah pemberian
tablet zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan
lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh
 Ingatkan ibu untuk memberikan tablet zinc setiap hari selama 10
hari penuh, meskipun diare sudah berhenti
 Bila anak menderita diare dehidrasi berat dan memerlukan cairan
infus, tetap berikan tablet zinc segera setelah anak bisa minum
atau makan
Beri ZINC 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan
dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI
 Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
 Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari
c. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN
1. Berikan ASI sesuai keinginan bayi
2. Berikan makanan keluarga yang bervariasi seperti makanan hewani dan
buah-buahan yang kaya vitamin A serta sayuran
3. Berikan ¾ mangkuk sampai 1 mangkuk setiap makan (1 mangkuk = 250
ml)
4. Berikan 3-4 kali setiap hari
5. Tawari 1 atau 2 kali makanan selingan antara waktu makan. Anak akan
memakannya jika lapar
6. Lanjutkan memberi makan anak dengan pelan-pelan dan sabar. Dorong
anak untuk makan tapi jangan memaksa
d. KAPAN HARUS KEMBALI
Nasihati ibu untuk kembali segera jika : BAB anak bercampur darah, dan anak
malas untuk minum.
 Jika anak diare persisten maka kunjungan ulangnya 3 hari
 Jika anak diare dehidrasi ringan / sedang, jika tidak ada perbaikan maka
kunjungan ulangnya 3 hari
 Diare tanpa dehidrasi, jika tidak ada perbaikan kunjungan ulangnya yaitu 3
hari

2. Rencana Terapi B : Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit


Berikasn oralit di klinik sesuai anjuran selama periode 3 jam

Umur sampai < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400
TENTUKAN DAN SEJUMLAH ORALIT UNTUK 3 JAM PERTAMA
Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (kg) X 75 ml Digunakan umur
hanya bila berat badan anak tidak diketahui
 Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman
diatas
 Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan
juga 100-200 ml air matang selama periode ini.

TUNJUKKAN CARA PEMBERIAN ORALIT


 Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas.
 Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih
lambat
 Lanjutkan ASI selama anak mau\
BERI TABLET ZINC SELAMA 10 HARI, KECUALI BAYI MUDA
SETELAH 3 JAM
 Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
 Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan
 Mulailah memberi makan anak

JIKA IBU MEMAKSA PULANG SEBELUM PENGOBATAN


SELESAI
 Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit dirumah
 Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan
 Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan 6 bungkus lagi
sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A
 Jelaskan 4 aturan perawatan oralit dirumah
1) Beri cairan tambahan
2) Beri tablet Zinc selama 10 hari
3) Lanjutkan pemberian makan
4) Kapan harus kembali

3. Rencana Terapi C : Penangana Dehidrasi berat dengan cepat


Dapatkah saudara memberi cairan intravena??
Tidak Ya
Lanjutkan kebawah 1) Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri
oralit melalui mulut, sementara infus disiapkan. Beri
100m/kgBB cairan RL (ringer laktat), jika tidak tersedia
gunakan Naclyang dibagi sebagai berikut :
Umur Pemebrian Pemberian
pertama 30 selanjutnya 70
ml/kg selama : ml/kg selama :
Bayi (> 28 hari – 1 jam 5 jam
<12 bulan
Anak (12 bulan -5 30 menit 2 ½ jam
tahun

2) Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum


teraba, beri tetesan lebih cepat
3) Beri oralit (±5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum,
biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan
berianak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang
dianjurkan.
4) Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam
. nilai dehidrasinya. Kemudian pilih rencana terapi yang
cocok
Apakah ada fasilitas cairan intravana yang terdekat (dalam 30 menit)?
Tidak Ya
1) Rujuk segera untuk pengobatan intravena
2) Jika anak bisa minum, beri ibu larutan oralit dan tunjukkan
cara meminumkan pada anak sedikit demi sedikit selama
dalam perjalanan
Apakah saudara telah dilatih menggunakan pipa orogstrik unutk rehidrasi?
Tidak Ya
1) Mulailah melakukan rehiddrasi dengan oralit melalui pipa
orogastrik : beri 20 ml/kg/jam (total120 ml/kg)
2) Periksa kembali anak setiap 1-2 jam
 Jika anak muntah terus atau perut makin kembung,
beri cairan lebih lambat
 Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik,
rujuk anak untuk pengobatan intravena
3) Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan
dehidrasi. Kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai
(A,B,C) unutk melanjutkan penanganan
CATATAN : Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah
rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan
pemberian cairan oralit per oral
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2019. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta. Depkes RI

KemenKes RI. 2011. Buletin Situasi Diare di Indonesia. Jakarta. KemenKes RI

KemenKes RI. 2011. Panduan Sosialisasi tatalaksana diare balita. Jakarta. KemenKes RI

Anda mungkin juga menyukai