Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATITIS

DI PAVILIUN KUSUMA RUMAH SAKIT PUSRI PALEMBANG

OLEH :
Nama : Annisa Rahmafita
NIM : PO.71.20.1.20.089

Dosen Pembimbing : Ismar Agustin, S.Kp., M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Sirosis Hepatitis di Rumah Sakit Pusri
Palembang”.
Penulisan makalah ini disusun sebagai syarat kelulusan mata kuliah Praktik Klinik
Keperawatan Dasar pada semester 3 ini di Poltekkes Kemenkes Palembang Program Studi
DIII Keperawatan. Penulis menyadari segala kekurangan dalam penulisan ini, namun atas
bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak dapatlah terpenuhi segala
kelengkapan dan penulisannya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi saya sebagai penulis merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
saya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 22 Januari 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi permasalahan di
indonesia. Ditinjau dari pola penyakit hati yang dirawat, secara umum mempunyai urutan
sebagai berikut: hepatitis virus akut, sirosis hati, kanker hati, abses hati. Dari data
tersebut ternyata sirosis hati menempati urutan kedua. Sirosis hati merupakan salah satu
penyakit hati kronis yang paling banyak ditemukan dimasyarakat dan merupakan
stadium terakhir dari penyakit hati menahun (Hadi S, 2000 dalam Stiphany, 2010).
Cedera pada struktur seluler dari hati menyebabkan fibrosis terkait dengan radang kronis
dan perubahan necrotic menghasilkan sirosis (Digiulio & Donna Jackson, 2014). Sirosis
hepatis adalah penyakit hati menahun (penyakit hati kronis) dan merupakan stadium
akhir dari penyakit hati kronis (Nurdjanah, 2009 dalam Sitompul, dkk, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) (2015), Sekitar 700.000 umat manusia
meninggal karena sirosis hepatis. Sedangkan Data WHO (2011) dalam Ika (2015)
mencatat sebanyak 738.000 pasien dunia meninggal akibat sirosis hati ini. Penyakit ini
menjadi penyebab kematian terbesar pada penderitanya.
Pada tahun 2012 Indonesia memiliki penduduk yang terserang penyakit hati kronis
sebanyak 20 juta jiwa. Informasi kesehatan untuk pasien sangat penting untuk
kelangsungan pemulihan pasien. Pemulihan tidak berlangsung dengan cepat atau mudah
apabila pasien tidak mengetahui hal-hal yang baik untuk mempercepat penyembuhannya
(Fitriani, 2013).
Berdasarkan laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata prevalensi
sirosis hepatis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat dibangsal penyakit dalam
atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat. Perbandingan
prevalensi sirosis pada pria:wanita adalah 2,1:1 dan usia rata-rata 44 tahun. (Sulaiman
Akhbar, dkk, 2007 dalam Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia, 2013).
Menurut Black & Hawks, (2009) dalam Riris, (2014) bahwa penyebab sirosis hepatis
belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor genetik dalam keluarga turut ambil bagian
dalam penyakit ini. Kondisi yang menjadi faktor predisposisi munculnya penyakit ini
adalah konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama, riwayat
terinfeksi virus (B ataupun C), obstruksi bilier, intoksikasi bahan kimia industri, dan
penggunaan obat, seperti acetaminophen, methotrexate, atau isoniazid.
Menurut Burroughs, Dooley, Heathcote,& Lok, (2011) dalam Rahayu (2013),
Berdasarkan dari etiologi, prevalensi sirosis alkoholik, sirosis non alkoholik, dan sirosis
viral khususnya hepatitis C tergolong tinggi. Di sisi lain, prevalensi sirosis viral di negara
berkembang termasuk Indonesia, tergolong tinggi khususnya hepatitis B dan C.
Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor yang juga memengaruhi proses penyakit
yaitu usia, gender (laki-laki), obesitas, dan gangguan metabolik. Faktor-faktor ini
mempunyai pengaruh yang bervariasi pada pasien yang berbeda.
Gejala dapat berkembang secara bertahap, atau mungkin tidak terlihat gejala sama
sekali. Ketika timbul gejala, dapat meliputi: Jaundice, yaitu menguningnya kulit, mata,
dan selaput lendir karena bilirubin yang meningkat. Urin juga terlihat menjadi lebih
gelap seperti air teh. warna tinja pucat / tinja menjadi hitam, kehilangan nafsu makan,
mual & muntah darah, mimisan & gusi berdarah, kehilangan berat badan. Komplikasi
yang dapat timbul yaitu pembekakkan atau penumpukan cairan pada kaki (edema) dan
pada perut (asites) (Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia /PPHI 2013).
Menurut Saputra (2013), beberapa komplikasi dari sirosis hepatis asites, varises
esofagus, hemoroid, perdarahan, melena, hipertensi portal, koma hepatikum, kanker hati.
Sedangkan menurut Lovena, (2015) bahwa sirosis hepatis sering disebabkan oleh
hepatitis B, asites sebagai komplikasi terbanyak.
Menurut hasil penelitian Stiphany, dkk, (2010- 2011) bahwa penderita sirosis hati
dengan proporsi tertinggi adalah keluhan utama perut membesar (44,7%), klasifikasi
sirosis dekompesanta (95,1%), riwayat penyakit terdahulu yaitu penyakit hati lainnya
(25,2%), status komplikasi adalah tidak ada komplikasi (52,4%), jenis komplikasi varises
esophagus dan perdarahan (55,1%), sumber biaya Askes (41,7%), lama rawatan rata-rata
9,31 hari, keadaan sewaktu pulang pulang berobat jalan (72,8%).
Pasien yang menderita sirosis hepatitis sangat penting membutuhkan perawatan
berupa asuhan keperawatan. Perawat sebagai salah satu anggota tim yang terlibat
langsung dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga harus bisa memberikan
kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien dengan memberikan asuhan
keperawatan yang holistik dan komprehensif, melalui proses keperawatan yang dimulai
dengan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
tindakan keperawatan, evaluasi tindakan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
Dari data tersebut diatas menunjukan prevelensi penyakit sirosis hepatitis yang cukup
tinggi di dunia, di Indonesia dan di Sumatera Selatan khususnya di Palembang, serta
dampak dari penyakit tersebut yang sangat luar biasa, maka penulis tertarik untuk
menuangkan hal tersebut didalam makalah ini sehingga dapat lebih memahami dan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatitis secara holistik dan
komprehensif dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Sirosis Hepatitis di
Rumah Sakit Pusri Palembang”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada
makalah ini yaitu “Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis hepatitis
secara holistik dan komprehensif di Rumah Sakit Pusri Palembang?”.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan sirosis hepatitis secara holistik dan komprehensif.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji pasien sirosis hepatitis
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien sirosis hepatitis secara holistik
dan komprehensif
3. Menyusun intervensi (perencanaan) keperawatan pada pasien sirosis hepatitis
4. Melaksanakan intervensi (implementasi keperawatan) yang sesuai dengan
perencanaan keperawatan pada pasien sirosis hepatitis
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien sirosis hepatitis
6. Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada pasien sirosis hepatitis

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Menambah informasi dan menambah wawasan penulis dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatitis meliputi
pengkajian, merumuskan diganosa, menyusun intervensi (perencanaan),
melaksanakan intervensi (implementasi keperawatan), mengevaluasi tindakan, dan
mendokumentasikan tindakan.
1.4.2 Manfaat Bagi Tempat Praktik
Studi kasus pada makalah ini diharapkan menjadi masukan untuk melakukan
asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatitis secara holistik dan komprehensif.

1.4.3 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan


Makalah ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan mengenai asuhan keperawatan pada
pasien sirosis hepatitis.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi Sirosis Hepatitis
1. Pengertian
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hati dengan inflamasi dan fibrosis
yang mengakibatkan distorsi struktur dan hilangnya sebagian besar hepar.
Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian sel-sel hepar,
terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan jaringan parut yang
menggantikan sel-sel normal. (Baradero, 2008). Sirosis Hepatis merupakan
penyakit hati menahun ditandai adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul.
Biasanya dimulai dengan proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul, sehingga menimbulkan
perubahan sirkulasi mikro dan makro sel hepar tidak teratur (Nugroho, 2011).
Sirosis adalah penyakit kronis yang dicirikan dengan penggantian jaringan hati
normal dengan fibrosis yang menyebar, yang mengganggu struktur dan fungsi
hati. Sirosis, atau jaringan parut pada hati, dibagi menjadi tiga jenis: alkoholik,
paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis, dan jenis sirosis yang paling
umum,; paskanekrotik, akibat hepatitis virus akut sebelumnya; dan bilierm akibat
obstruksi bilier kronis dan infeksi (jenis sirosis yang paling jarang terjadi)
(Brunnerd & Suddart, 2013).
Sirosis hati merupakan perubahan jaringan hati yang ditandai dengan
regenerasi nodular yang bersifat difus dan dikelilingi oleh septa-septa fibrosis.
Perubahan distorsi tersebut dapat mengakibatkan peningkatan aliran darah portal,
disfungsi sintesis hepatosit, serta meningkatakan risiko karsinoma hepatoseluler
(KHS) (Chritanto,2014).
Sirosis merupakan kondisi fibrosis dan pembentukan jaringan parut yang difus
di hat. Jaringan hati normal digantikan oleh nodus-nodus fibrosa serta pita-
pitafibrosa yang mengerut dan mengelilingi hepatosit. Arsitektur dan fungsi hati
normal terganggu (Elizabeth J.Corwin,2012).
Sirosis hepatis merupakan penyakit hepatik kronis yang ditandai dengan
kehancuran terdifusi dan regenerasi fibrotik sel hepatik. Saat jaringan nekrotik
menyebabkan fibrosis, sirosis mengubah hati dan vaskuler normal, mengganggu
aliran darah dan limfa dan akhirnya mengakibatkan insufisiensi hepatik (Soleh S.
Naga dkk, 2012).
Sirosis hepatik adalah penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi semua
pembuluh darah besar dan semua sistem arsitektur hati mengalami perubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan fibrosis disekitar parenkim hati yang
mengalami regenerasi (Sjattar, 2017).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis adalah stadium akhir fibrosis
hepatik yang ditandai dengan fibrosis, dengan destorsi arsitektur hati yang normal
oleh lembar-lembar jaringan ikat. Dan menyebabkan hati akan sangat kecil
berkisar 700-800 g, dan permukaan nya tidak rata serta noduler.
2. Anatomi dan Fisiologi Sirosis Hepatitis

Gambar 1.1
Anatomi Hepar (Sjattar, 2017)

Gambar 1.2
Siroris Hepar (Widya,2018)

Hati merupakan organ terbesar dari system pencernan yang ada dalam tubuh
manusia. Berwarna coklat, sangat vaskules lunak. Beratnya sekitar 1300-1550
gram. Di dalam hati terdiri dari lobulus-lobulus yang banyak sekitar 50.000-
100.000 buah. Lobulus yang terbentuk segienam, setiap lobulus terdiri dari jajaran
sel hati (hematosist) seperti jari-jari roda melingkari suatu vena sentralis diantara
sel hati terdapat sinusinoid yang pada dindingnya terdapat makrofag yang disebut
sel kuffer yang dapat memfagosit sel-sel darah yang rusak dan bakteri. Hematosit
menyerap nutrient, oksigen dan zat racun dari darah sinusinoid. Didalam
hematosit zat racun akan didetoksifikasi. Diantara hematosist terdapat saluran
empedu (kanalikuli empedu) untuk menyerap bahan pembentuk cairan empedu.
Kanalikuli-kanalikuli akan bergabung menjadi duktus hepatikus, yang bercabang
menjadi dua, satu menuju kandung empedu yang disebut duktus sitius, yang kedua
duktus koleodokus akan bergabung dengan duktus wisrung dari pankreas menuju
duodenum.

Bagian-Bagian Hati

Menurut Qorry, 2014, bagian sel-sel dari organ hati yang memiliki peranan
besar dalam menunjang fungsi dan kinerja hati yang sangat penting bagi
kesehatan tubuh, diantaranya:
a) Lobus hati
Lobus hati terbentuk dari sel parenkim dan sel non parenkim. Sel parenkim
pada hati disebut heptosit. Sel parenkim ini memiliki sekitar 80% volume hati
yang memiliki fungsi dari kinerja utama organ hati. Selain lobus hati juga
terdapat lobus sinusoidal yang memiliki 40% sel hati.
b) Hepatosis
Ia merupakan bagian dari sel endodermal merupakan stimulasi dari
jaringan mesenkimal yang secara terus-menerus saat embrio sedang
berkembang yang kemudian menjadi sel parenkimal. Selama masa
perkembangan tersebut, akan terjadi peningkatan pada transkripsi mRNA
albumin yang berfungsi untuk stimulan proliferasi dan diferensiasi sel
endodermal yang menjadi hepatosit.
c) Lumen lobus
Lumen lobus yang terbentuk dari SEC yang memiliki 3 jenis sel lainnya,
seperti sel kupffer, sel ito, linfosit intrahepatic seperti sel pit. Sel non-
parenkimal yang memiliki volume hati sekitar 6,5% yang memproduksi
berbagai jenis substansi yang mengatur dan mengontrol dari berbagai macam
fungsi dan kerja dari Hepatosit.
d) Filtrasi
Filtrasi yang merupakan salah satu fungsi dari lumen lobus sinusoidal yang
memisahkan antara permukaan hepatosit dari darah, SEC yang memiliki
muatan endosisitas yang sangat besar dengan berbagai ligan seperti
glikoprotein, kompleks imun, transferrin dan seruroplasmin.
e) Sel ito
Sel ito yang berada pada jaringan perisinusoidal, yang merupakan sel
dengan banyak vesikel lemak di dalam sitoplasma yang mengikat SEC sangat
kuat hingga memberikan lapisan ganda pada lumen lobus sinusoidal. Saat hati
berada pada kondisi normal, sel ito menyimpan vitamin A guna
mengendalikan kelenturan matriks ekstraseluler yang dibetuk dengan SEC,
yang juga merupakan kelenturan dari lumen sinusoid.
f) Sel kupffer
Sel kupffer yang berada pada jaringan intrasunisoidal, yang merupakan
makrofag dengan kemampuan endositik dan fagositik yang mencengangakan.
Sel kupffer sehari-hari berinterkasi dengan material yang berasal saluran
pencernaan yang mengandung larutan bacterial, dan mencegah aktivasi efek
toksin senyawa tersebut kedalam hati. Paparan larutan bacterial yang tinggi,
terutama paparan LPS, membuat sel kupffer melakukan sekresi berbagai
sitokinin yang memicu proses peradangan dan dapat menyebabkan cedera
pada hati.
g) Sel pit
Ia merupakan limfosit dengan granula besar, seperti sel NK yang
bermukim di hati, sel pit dapat menginduksi kematian seketika pada sel tumor
tanpa bergantung pada ekspresi antigen pada kompleks histokompatibilitas
utama.

3. Patofisiologi Sirosis Hepatitis


Menurut Black & Hawks tahun 2009 sirosis adalah tahap akhir pada banyak
tipe cedera hati. Sirosis hati biasanya memiliki konsistensi noduler, dengan berkas
fibrosis (jaringan parut) dan daerah kecil jaringan regenerasi. Terdapat kerusakan
luas hepatosit. Perubahan bentuk hati merubah aliran sistem vaskuler dan limfatik
serta jalur duktus empedu. Periode eksaserbasi ditandai dengan stasis empedu,
endapan jauundis.
Menurut Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, (2012), gangguan
hematologik yang sering terjadi pada sirosis adalah kecendrungan perdarahan,
anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Penderita sering mengalami perdarahan
hidung, gusi, menstruasi berat, dan mudah memar. Masa protrombin dapat
memanjang. Manifestasi ini terjadi akibat berkurangnya pembentukan faktor-
faktor pembekuan oleh hati. Anemia, leukopenia, dan trombositopenia diduga
terjadi akibat hipersplenisme. Limpa tidak hanya membesar (spelenomegali) tetapi
juga lebih aktif menghancurkan sel-sel darah dari sirkulasi. Mekanisme lain yang
menimbulkan anemia adalah defisiensi folat, vitamin B12, dan besi yang terjadi
sekunder akibat kehilangan darah dan peningkatan hemolisis eritrosit. Penderita
juga lebih mudah terserang infeksi.
Kerusakan hepatoseluler mengurangi kemampuan hati mensintesis normal
sejumlah albumin. Penurunan sintesis albumin mengarah pada hipoalbuminemia,
yang dieksaserbasi oleh kebocoran protein ke dalam ruang peritonium. Volume
darah sirkulasi menurun dari kehilangan tekanan osmotik koloid. Sekresi
aldosteron meningkat lalu merangsang ginjal untuk menahan natrium dan air.
Sebagai akibat kerusakan hepatoseluler, hati tidak mampu menginaktifkan
aldosteron. Sehingga retensi natrium dan air berlanjut. Lebih banyak cairan
tertahan, volume cairan asites meningkat.
Hipertensi vena porta berkembang pada sirosis berat. Vena porta menerima
darah dari usus limpa. Jadi peningkatan di dalam tekanan vena porta
menyebabkan: (1) aliran balik meningkat pada tekanan reistan dan pelebaran vena
esofagus, umbilikus, dan vena rektus superior, yang mengakibatkan perdarahan
varises (2) asites (akibat pergesaran hidrostastik atau osmotik mengarah pada
akumulasi cairan di dalam peritoneum) dan (3) bersihan sampah metabolik protein
tidak tuntas dengan akibat meningkat amonia, selanjutnya mengarah kepada
esefalopati hepatikum.
Kelanjutan proses sebagai akibat penyebab tidak diketahui atau
penyalahgunaan alkohol biasanya mengakibatkan kematian dari ensefalopati
hepatikum, infeksi bakteri (gram negatif) peritonitis (bakteri), hepatoma (tumor
hati), atau komplikasi hipertensi porta.
Gangguan endokrin sering terjadi pada sirosis. Hormon korteks adrenal, testis
dan ovarium, dimetabolisme dan diinaktifkan oleh hati normal. Atrofi testis,
ginekomastia, alopesia, pada dada dan aksila, serta eritema palmaris (telapak
tangan merah), semuanya diduga disebabkan oleh kelebihan esterogen, dalam
sirkulasi. Peningkatan pigmentasi kulit diduga aktivitas hormon perangsang
melanosit yang bekerja secara berlebihan.
4. Klasifikasi
Menurut Diyono & Sri Mulyati (2013) beberapa tipe atau klasifikasi sirosis hati di
antaranya:
a) Sirosis Portal Leannec (alkoholik, nutrisional) , dimana jaringan parut
secara khas mengelilingi daerah portal. Seiring disebabkan oleh alkohol
kronis.
b) Sirosis pasca nekrotik, di mana terdapat pita jaringan parut yang lebar
sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
c) Sirosis Bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di
sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi billier yang kronis dan infeksi
(kolangitis). Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal
tempat kanalikus biliaris dari masing – masing lobulus hati bergabung untuk
membentuk saluran empedu baru. Dengan hal ini, terjadi pertumbuhan
jaringan yang berlebihan, terutama terdiri atas saluran empedu yang baru dan
tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut (Diyono & Sri Mulyati
(2013).
Menurut Christanto (2014) sirosis hepatis Secara klinis, sirosis dapat dibedakan
menjadi sirosis kompensanta (gejala klinis belum ada atau minimal) dan sirosis
dekompensata (gejala dan tanda klinis jelas):
1) Sirosis kompensata
Kebanyakan bersifat asimtomatis dan hanya dapat didiagnosa melalui
pemeriksaan fingsi hati. Bila ada, gejala yang muncul berupa kelelahan non
spesifik. Penurunan libido, atau gangguan tidur. Tanda khas (stigmata) sirosis
juga seringkali belum tampak pada tahap ini. Sebenarnya sekitar 40% kasus
sirosis kompensata telah mengalami varises esofagus, namun belum
menunjukan tanda-tanda pendarahan.
2) Sirosis dekompensata
Disebut sirosis dekompensata apabila ditemukan paling tidak 1 dari
manifestasi berikut, ikterus, asites dan edema perifer, hematemesis melena
(akibat pendarahan varises esofagus), jaundice, atau enselopalopati (baik tanda
dan gejala minimal hingga perubahan status mental). Asites merupakan tanda
dekompensata yang paling sering ditemukan (sekitar 80%).
5. Etiologi
Menurut Diyono dan Mulyanti 2013, etiologi dapat dibagi menjadi 2 yaitu
1. Etiologi yang diketahui penyebabnya, yaitu:
a. Hepatitis virus B dan C
b. Alkohol
c. Metabolik
d. Kolestasis kronik /sirosis siliar sekunder intra dan ekstra hepatic
e. Gangguan imunologis, seperti: hepatitis lupoid, hepatitis kronik aktif
f. Toksik dan obat, seperti: INH, metildopa
g. Operasi pintas usus halus pada obesitas
h. Malnutrisi, infeksi seperti malaria
2. Etiologi tanpa diketahui penyebabnya:
Sirosis yang tidak diketahui penyebabnya dinamakan sirosis kriptogenik dari
heterogenous.
6. Patofisiologi
Patofisiologi sirosis hepatis menurut (Brunner & Suddart, 2014) : Meskipun
ada beberapa faktor yang terlihat dalam etiologi sirosis, konsumsi minuman
beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi dengan
frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi
dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis,
namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab yang utama
pada perlemakan hati dan konsukuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian,
sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum
minuman keras dan pada individu yang dietnya normal tetapi dengan konsumsi
alkohol yang tinggi.
Sebagian individu tampaknya lebih rentan terhadap penyakit ini dibanding
individu lain tanpa ditentukan apakah individu tersebut memiliki kebiasaan
minum minuman keras ataukah menderita malnutrisi. Jumlah laki-laki penderita
sirosis adalah dua kali lebih banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis
berusia 40-60 tahun.Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh
episode nekrosis yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di
sepanjang perjalanan penyakit tersebut. Sel-sel hati yang dihancurkan itu secara
berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut; akhirnya jadilah jaringan parut
melampui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal
yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat dari bagian-bagain
yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip
paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang khas. Sirosis hepatis
biasanya memiliki awitan yang insidious dan perjalanan penyakit yang sangat
panjang sehingga kadang- kadang melewati rentang waktu 30 tahun(baik tanda
dan gejala minimal hingga perubahan status mental). Asites merupakan tanda
dekompensata yang paling sering ditemukan (sekitar 80%).

Menurut Nurarif dan Kusuma, 2015 patofisiologi sirosis hepatis yaitu sirosis
penyakit kronis dicirikan dengan pergantian jaringan hati normal dengan fibrosis
menyebar yang mengganggu struktur dan fungsi hati, fibrosis terbentuk melalui
proses bertahap, nekrosis sel hati terjadi poliferasi jaringan fibrosa lalu timbulnya
nodul-nodul lama kelamaan hepatik lobus dan sirkulasi darah akan terganggu, lalu
terjadi deformasi organ hati, pengerasan dan sirosis. Sirosis hepatis terbentuk
melalui kelainan jaringan parenkim hati, mengakibatkan hipertensi portal maupun
hipoalbuminemia sehingga terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler,
perpindahan cairan ke ekstrasel sehingga bisa menyebabkan kelebihan volume
cairan yang ditandai dengan akumulasi dalam rongga perut(asites) dan edema
perifer. Akibat asites dan edema perifer bisa menimbulkan ekspansi paru
terganggu terjadinya masalah ketidakefektifan pola nafas. Selain itu Sirosis
hepatis menyebabkan fungsi hati terganggu , gangguan metabolisme bilirubin
menyebabkan feses pucat, urine gelap, penumpukan garam empedu dibawah kulit,
priuritas dan menimbulkan masalah kerusakan integritas kulit, resiko
perdarahan(perdarahan gastrointestinal): hematemesis melena , masalah nyeri
akibat inflamasi akut dan gangguan metabolisme zat besi penurunan produksi
darah merah, sehingga bisa juga berdampak pada gangguan intoleransi aktivitas.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada sirosis hepatis yaitu:
1) Terapi mencakup antasid, Suplemen vitamin dan nutrisi, diet seimbang;
diuretik penghemat kalium (untuk asites) hindari alkohol Brunner & Suddart,
(2013).
2) Dokter biasanya meresepkan multivitamin untuk menjaga kesehatan. Sering
kali vitamin K diberikan untuk memperbaik faktor pembekuan (Black &
Hawks, 2009).
3) Dokter mungkin juga meresepkan pemberian albumin IV untuk menjaga
volume plasma (Black & Hawks, 2009). Sedangkan menurut Lyndon Saputra
(2014), penatalaksanaan medis pada sirosis hepatis yaitu sebagai berikut:
1) Memberikan oksigen
2) Memberikan cairan infus
3) Memasang NGT (pada perdarahan)
4) Terapi transfusi: platelet, packed red cells, fresh frozen plasma
(FFP)
5) Diuretik: spironolakton (Aldactone), Furosemid (lasix)
6) Sedatif: fenobarbital (Luminal)
7) Pelunak feses : dekusat
8) Detoksikan Amonia: Laktulosa
9) Vitamin: zink
10) Analgetik: Oksikodon
11) Antihistamin: difenhidramin (Benadryl)
12) Endoskopik skleroterapi: entonolamin
13) Temponade balloon varises: pipa Sengstaken-Blakemore (pada
perdarah aktif)
14) Profilaksis trombosis vena provunda : stocking kompresi
sekuensial.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Black & Hawks (2009), penatalaksaan keperawatan sebagai
berikut:
1) Mencegah dan memantau perdarahan
Pantau klien untuk perdarahan gusu, purpura, melena, hematuria, dan
hematemesis.Periksa tanda vital sebagai pemeriksa tanda syok. Selain itu
untuk menceah perdarahan, lindungi klien dari cedera fisik jatuh atau abrasi,
dan diberikan suntikan hanya ketika benar- benar diperlukan, menggunakan
jarum sintik yang kecil. Instruksikan klien untuk menghindari nafas hidung
dengan kuat dan mengejan saat BAB. Terkadang pelunak fases diresepkan
untuk mencegah mengejan dan pecahnya varises.
2) Meningkatkan status nutrisi
Modifikasi diet: diet tinggi proten untuk membangun kembali jaringan
dan juga cukup karbohidrat untuk menjaga BB dan menghemat protein.
Berikan suplemen vitamin biasanya pasien diberikan multivitamin untuk
menjaga kesehatan dan diberikan injeksi Vit K untuk memperbaiki faktor
bekuan.
3) Meningkatkan pola pernapasan efektif
Edema dalam bentuk asites, disamping menekan hati dan
memengaruhi fungsinya, mungki juga menyebabkan nafas dangkal dan
kegagalan pertukaran gas, berakibat dalam bahaya pernafasan. Oksigen
diperlukan dan pemeriksaan AGD arteri. Posisi semi fowler, juga pengkuran
lingkar perut setiap hari perlu dilakukan oleh perawat.
4) Menjaga keseimbangan volume cairan
Dengan adanya asites dan edema pembatasan asupan cairan klien harus
dipantau ketat. Memantau asupan dan keluaran, juga mengukur lingkar perut.
5) Menjaga integritas kulit
Ketika tedapat edema, mempunyai resiko untuk berkembang
kemungkinan lesi kulit terinfeksi. Jika jaundis terlihat, mandi hangat-hangat
kuku dengan pemakai sabun non-alkalin dan penggunaan lotion.
6) Mencegah Infeksi
Pencegahan infeksi diikuti dengan istirahat adekuat, diet tepat,
memonitor gejala infeksi dan memberikan antibiotik sesuai resep.
8. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2014) masifestasi klinis sirosis hepatis terdiri dari :
1. Pembesaran hati
2. Obstruksi portal dan asites
3. Varises dan gastrointestinal
4. Edema
1) Derajat I: kedalaman 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik
2) Derajat II: kedalaman 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
3) Derajat III: kedalaman 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
4) Derajat IV: kedalaman >7 mm dengan waktu kembali 7 detik
5. Defisiensi vitamin dan anemia
6. Kemunduran mental
WOC SIROSIS HEPATITIS

Sumber : Black & Hawks (2009) yang telah diolah kembali


2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah proses atau kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara
langsung kepada pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar pasien dan membantu pasien untuk
mendapatkan kesehatan yang optimal. Proses keperawatan mencakup tahap-tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan dan
dokumentasi keperawatan (Martin dan Griffin, 2014).

2.2.1 Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab)
Biasanya identitas klien/ penanggung jawab dapat meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis,
nomor registrasi, hubungan klien dengan penanggung jawab.
b. Keluhan Utama:
Pada awal sirosis hepatis biasaya orang dengan sirosis sering terungkap kondisinya secara
tidak sengaja ketika mencari pelayanan kesehatan untuk masalah lain. Beberapa kondisi menjadi
alasan masuk pasien yaitu dengan keluhan nyeri abdomen bagian atas sebelah kanan, mual,
muntah, dan demam. Sedangkan pada tahap lanjut dengan keluhan adanya ikterus, melena,
muntah berdarah. (Black & Hawks, 2009)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat perawat melakukan pengkajian biasanya akan diperoleh komplikasi berat dengan
dasar fisiologis; asites disebabkan malnutrisi, GI muncul dari varises esofagus (pembesaran
vena), sehingga pasien mengeluhkan bengkak pada tungkai, keletihan, anoreksia. (Black &
Hawks, 2009)
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya adanya riwayat Hepatitis, pascaintoksikasi dengan kimia industri, sirosis bilier dan
yang paling sering ditemukan dengan riwayat mengonsumsi alkohol.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Sirosis Hepatis merupakan penyakit yang menular, jadi jika ada keluarga yang menderita
hepatitis maka akan menjadi faktor resiko.
f. Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Biasanya nafsu makan pasien akan berkurang, karena adanya mual, muntah.
2) Eliminasi
BAB : biasanya berwarna hitam (melena)
BAK : biasanya urine berwarna gelap
3) Personal Hygiene
Biasanya pasien mengalami defisit perawatan diri karena kelelahan.
4) Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pada ensefalopati pola tidur terbalik, malam hari terbangun dan siang hari tertidur
5) Pola aktivitas
Biasanya aktivitas dibantu keluarga dan perawat karena adanya kelelahan
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital
Biasanya pada diperiksa tingkat kesadaran, bila pada ensefalopati hepatikum akan terjadi
penururnan kesadaran, Tanda- tanda vital juga diperiksa untuk mengetahui keadaan umum
pasien
2) Kepala
Biasanya akan tampak kotor karena pase mengalami defisit perawatan diri
3) Wajah
Wajah biasanya tampak pucat
4) Mata
Biasanya sklera tampak ikterik dan konjungtiva tampak anemis
5) Hidung
Biasanya tampak kotor
6) Mulut
Adanya bau karateristik pernapasan yaitu fetor hepaticus
7) Telinga
Biasanya tampak kotor kaena defisit perawatan diri
8) Paru
a. Inspeksi : Pasien tampak sesak
b. Palpasi : Fremitus seimbang bila tidak ada komplikasi
c. Perkusi : Bila terdapat efusi pleura maka bunyinya hipersonor
d. Auskultasi : Secara umum normal, akan ada stridor bila ada akumulasi sekret.
9) Jantung
10) Abdomen
a. Perkusi : Redup
b. Auskultasi : Penurunan bising usus
11) Ekstremitas
Biasanya Terdapat udem tungkai, penurunan kekuatan otot, Eritema Palmaris pada
tangan, Jaundis dan CRT >2 detik
12) Genitalia
Biasanya pada wanita menstruasi tidak teratur

h. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin biasanya rendah
2) Leukosit biasnya meningkat
3) Trombosit biasanya meningkat
4) Kolesterol biasanya rendah
5) SGOT dan SGPT biasanya meningkat
6) Albumin biasanya rendah
7) Pemerikaan CHE (koloneterase): penting dalam menilai sel hati. Bila terjadi kerusakan sel
hati, kadar CHE akan turun, pada perbaikan terjadi kenaikan CHE menuju nilai normal.
8) Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam dalam diet
(Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)
9) Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali serum, aspartat aminotransferase [AST], [tranaminase
glutamate oksaloasetat serum (SGOT)], alanin aminotransferase [ALT], [transaminasenglutamat
piruvat serum (SGPT)], GGT, kolinesterase serum dan bilirubin), masa protrombin, gas darah
arteri, biopsy.
10) Pemidaian ultrasonografi
11) Pemindaian CT
12) MRI
13) Pemindaian hati radioisotope
(Brunner & Suddart, 2013)
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien sirosis hepatitis yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi. Kategori: psikologi, subkategori:
nyeri dan kenyamanan (D.0077)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. Kategori: lingkungan, subkategori:
keamanan dan proteksi (D.0130)
3. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal. Kategori: fsiologis, subkategori:
nutrisi dan cairan (D.0020)
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke jaringan.
Kategori: fisiologi, subkategori: nutrisi dan cairan (D.0019)
5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (nyeri). Kategori: psikologis,
subkategori: nyeri dan kenyamanan (D.0074)
6. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi. Kategori: fisiologis,
subkategori: nutrisi dan cairan (D.0022)
7. Risiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan hipertensi. Kategori: fisiologis,
subkategori: sirkulasi (D.0017)
8. Risiko gangguan integritas kulit ditandai dengan faktor elektris (blue light). Kategori:
lingkungan, subkategori: keamanan dan proteksi (D.139)

2.2.3 Intervensi Keperawatan


NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri Akut L.08066 Manajemen Nyeri ( I.08238 )
(D.0077) Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ... x 24 Observasi :
jam diharapkan ekspektasi 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi,
tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
a. Kemampuan 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
menuntaskan aktivitas 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
meningkat memperingan nyeri
b. Keluhan nyeri menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
c. Meringis menurun nyeri
d. Sikap protektif menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
e. Gelisah menurun nyeri
f. Kesulitan tidur menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
g. Menarik diri menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
h. Berfokus pada diri sudah diberikan
sendiri menurun 9. Monitor efek samping penggunaan analgesic
i. Diaforesis menurun
j. Perasaan depresi Terapeutik :
(tertekan) menurun 10. Berikan teknik non farmakologis untuk
k. Perasaan takut mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
mengalami cedera akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
berulang menurun pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
l. Anoreksia menurun kompres hangat/dingin, terapi bermain)
m. Perineum terasa tertekan 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
menurun nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
n. Uterus teraba membulat kebisingan)
menurun 12. Fasilitasi istirahat dan tidur
o. Ketegangan otot 13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
menurun pemilihan strategi meredakan nyeri
p. Pupil dilatasi menurun
q. Muntah menurun Edukasi :
r. Mual menurun 14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
s. Frekuensi nadi membaik 15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
t. Pola napas membaik 16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
u. Tekanan darah membaik 17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
v. Proses berpikir membaik 18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
w. Fokus membaik mengurangi rasa nyeri
x. Fungsi berkemih
membaik Kolaborasi :
y. Perilaku membaik 19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
z. Nafsu makan dan pola
tidur membaik
2. Hipertermia L.14134 Manajemen Hipertermia ( I.15506 )
(D.0130) Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ... x 24 Observasi :
jam diharapkan ekspektasi 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
termoregulasi membaik dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
dengan kriteria hasil : penggunaan inkubator)
a. Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh
b. Kulit merah menurun 3. Monitor kadar elektrolit
c. Kejang menurun 4. Monitor haluaran urine
d. Akrosianosis menurun 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
e. Konsumsi oksigen
menurun Terapeutik :
f. Piloereksi menurun 6. Sediakan lingkungan yang dingin
g. Vasokonstriksi perifer 7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
menurun 8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
h. Kutis memorata menurun 9. Berikan cairan oral
i. Pucat menurun 10. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
j. Takikardi menurun mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
k. Takipnea menurun 11. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
l. Bradikardi menurun hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
m. Dasar kuku sianolik leher, dada, abdomen, aksila)
menurun 12. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
n. Hipoksia menurun 13. Berikan oksigen, jika perlu
o. Suhu tubuh membaik
p. Suhu kulit membaik Edukasi :
q. Kadar glukosa darah 14. Anjurkan tirah baring
membaik
r. Pengisian kapiler
membaik
Kolaborasi :
s. Ventilasi membaik
t. Tekanan darah membaik 15. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
3. Diare (D.0020) L.04033 Manajemen Diare ( I.03101 )
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ... x 24 Observasi :
jam diharapkan ekspektasi 1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi
eliminasi fekal membaik gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
dengan kriteria hasil : infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres)
a. Kontrol pengeluaran 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
feses meningkat 3. Identifikasi gejala invaginasi (mis. tangisan
b. Keluhan defekasi lama keras, kepucatan pada bayi)
dan sulit menurun 4. Monitor warna, volume, frekuensi, dan
c. Mengejan saat defekasi konsistensi tinja
menurun 5. Monitor tanda dan gejala hypovolemia
d. Distensi abdomen 6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah
menurun perianal
e. Terasa massa pada rektal 7. Monitor jumlah pengeluaran diare
menurun 8. Monitor keamanan penyiapan makanan
f. Urgency menurun
g. Nyeri abdomen menurun Terapeutik :
h. Kram abdomen menurun 9. Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam
i. Konsistensi feses gula, oralit, pedialyte, renalyte)
membaik 10. Pasang jalur intravena
j. Frekuensi defekasi 11. Berikan cairan intravena (mis. RL, RA) jika
membaik perlu
k. Peristaltik usus membaik 12. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
13. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu

Edukasi :
14. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
15. Anjurkan menghindari makanan pembentuk
gas, pedas, dan mengandung laktosa
16. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI

Kolaborasi :
17. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis.
loperamide, difenoksilat)
18. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/
spasmolitik (mis. papaverin, ekstak belladona,
mebeverine)
19. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis.
atapulgit, smektit, kaolin-pektin)
4. Defisit Nutrisi L.03030 Manajemen Nutrisi ( I.03119 )
(D.0019) Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ... x 24
jam diharapkan ekspektasi Observasi :
1. Identifikasi status nutrisi
status nutrisi membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang disukai
a. Porsi makanan yang 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
dihabiskan meningkat
nasogastrik
b. Kekuatan otot pengunyah 6. Monitor asupan makanan
meningkat 7. Monitor berat badan
c. Kekuatan otot menelan 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkat
d. Serum albumin Terapeutik :
meningkat 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
e. Verbalisasi keinginan 10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
untk meningkatkan piramida makanan)
nutrisi meningkat 11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
f. Pengetahuan tentang sesuai
pilihan makanan yang 12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
sehat meningkat konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
g. Pengetahuan tentang
protein
pilihan minuman yang 14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
sehat meningkat 15. Hentikan pemberian makan melalui selang
h. Pengetahuan tentang nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
standar asupan nutrisi
yang tepat meningkat Edukasi :
16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
i. Penyiapan dan
17. Anjurkan diet yang diprogramkan
penyimpanan minuman
yang aman meningkat Kolaborasi :
j. Sikap terhadap 18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
makanan /minuman (mis. pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
sesuai dengan tujuan 19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
kesehatan meningkat jumlah kalori dan jenis nutrien yang
k. Perasaan cepat kenyang dibutuhkan, jika perlu
menurun
l. Nyeri abdomen menurun
m. Sariawan menurun
n. Rambut rontok menurun
o. Diare menurun
p. Berat badan membaik
q. Indeks Massa Tubuh
(IMT) membaik
r. Frekuensi makan
membaik
s. Nafsu makan membaik
t. Bising usus membaik
u. Tebal lipatan kulit trisep
membaik
v. Membran mukosa
membaik
5. Gangguan Rasa L.08064 Manajemen Nyeri ( I.08238 )
Nyaman Setelah dilakukan asuhan
(D.0074) keperawatan selama ... x 24 Observasi :
jam diharapkan ekspektasi 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi,
status kenyamanan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
meningkat dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
hasil : 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
a. Kesejahteraan fisik dan 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
psikologis meningkat memperingan nyeri
b. Dukungan sosial dari 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
teman dan keluarga nyeri
meningkat 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
c. Perawatan sesuai nyeri
kebutuhan dan keyakinan 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
budaya meningkat 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
d. Kebebasan melakukan sudah diberikan
ibadah meningkat 9. Monitor efek samping penggunaan analgesic
e. Rileks meningkat
f. Keluhan tidak nyaman Terapeutik :
menurun 10. Berikan teknik non farmakologis untuk
g. Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
h. Kebisingan menurun akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
i. Keluhan sulit tidur, pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kedinginan, atau kompres hangat/dingin, terapi bermain)
kepanasan menurun 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
j. Gatal menurun nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
k. Mual menurun kebisingan)
l. Lelah menurun 12. Fasilitasi istirahat dan tidur
m. Merintih/menangis 13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
menurun pemilihan strategi meredakan nyeri
n. Iritabilitas menurun
o. Menyalahkan diri sendiri Edukasi :
menrun 14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
p. Konfusi menurun 15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
q. Percobaan bunuh diri 16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
menurun 17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
r. Memori masa lalu 18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri
s. Suhu ruangan, pola
eliminasi, postur tubuh, Kolaborasi :
kewaspadaan membaik 19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
t. Pola hidup dan pola tidur
membaik
6. Hipervolemia L.03020 Manajemen Hipervolemia ( I.03114 )
(D.0022) Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ... x 24 Observasi :
jam diharapkan ekspektasi 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis.
keseimbangan cairan ortopnea, dispnea, edema)
meningkat dengan kriteria 2. Identifikasi penyebab hipervolemia
hasil : 3. Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi
a. Asupan cairan meningkat jantung, tekanan darah, MAP, CVP, PAP,
b. Haluaran urin meningkat POMP, CO, Cl) jika tersedia
c. Kelembapan membran 4. Monitor intake dan output cairan
mukosa meningkat 5. Monitr tanda hemokonsentrasi (mis. kadar
d. Asupan makanan natrium)
meningkat 6. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik
e. Edema menurun plasma (mis. kadar protein dan albumin
f. Dehidrasi menurun meningkat)
g. Asites menurun 7. Monitor kecepatan infus secara ketat
h. Konfusi menurun 8. Monitor efek samping diuretik
i. Tekanan darah membaik
j. Denyut nadi radial Terapeutik :
membaik 9. Timbang berat badan setiap hari pada waktu
k. Tekanan arteri rata-rata yang sama
membaik 10. Batasi asupan cairan dan garam
l. Membran mukosa 11. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40o
membaik
m. Mata cekung membaik Edukasi :
n. Turgor kulit membaik 12. Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5
o. Berat badan membaik mL/kg/jam dalam 6 jam
13. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1kg
dalam sehari
14. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan
dan haluaran cairan
15. Ajarkan cara membatasi cairan

Kolaborasi :
16. Kolaborasi pemberian diuretik
17. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium
akibat diuretik
18. Kolaborasi pemberian continuous renal
replacement therapy (CRRT), jika perlu
7. Risiko Perfusi L.02014 Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Serebral Tidak Setelah dilakukan asuhan ( I.06194 )
Efektif (D.0017) keperawatan selama ... x 24
jam diharapkan ekspektasi Observasi :
perfusi serebral meningkat 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis.
dengan kriteria hasil : lesi, gangguan metabolisme, edema serebral)
a. Tingkat kesadaran 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
meningkat 3. Monitor MAP (mean arterial pressure)
b. Kognitif meningkat 4. Monitor CVP (central venous pressure) jika
c. Tekanan intrakranial perlu
menurun 5. Monitor PAWP, jika perlu
d. Sakit kepala menurun 6. Monitor PAP, jika perlu
e. Gelisah menurun 7. Monitor ICP (intra cranial pressure) jika
f. Kecemasan menurun tersedia
g. Agitasi menurun 8. Monitor CPP (cerecral perfusion pressure)
h. Demam menurun 9. Monitor gelombang ICP
i. Nilai rata-rata tekanan 10. Monitor status pernafasan
darah membaik 11. Monitor intake dan output cairan
j. Kesadaran membaik 12. Monitor cairan serebro-spinalis (mis. warna,
k. Tekanan darah sistolik konsistensi)
dan diastolik membaik Terapeutik :
l. Refleks saraf membaik 13. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
14. Berikan posisi semi fowler
15. Hindari maneuver valsava
16. Cegah terjadinya kejang
17. Hindari penggunaan PEEP
18. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
19. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
20. Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi :
21. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
22. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika
perlu
23. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
8. Risiko L.14125 Perawatan Integritas Kulit ( I.11353 )
Gangguan Setelah dilakukan asuhan
Integritas Kulit keperawatan selama ... x 24 Observasi :
(D.0139) jam diharapkan ekspektasi 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
integritas kulit dan jaringan (mis. perubahan sirkulasi, perubahan status
meningkat dengan kriteria nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
hasil : lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
a. Elastisitas meningkat
b. Hidrasi meningkat Terapeutik :
c. Perfusi jaringan 2. Ubah posisi tiap 2 jam bila tirah baring
meningkat 3. Lakukan pemijatan pada area penonjolan
d. Kerusakan jaringan tulang, jika perlu
menurun 4. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
e. Kerusakan lapisan kulit selama periode diare
menurun 5. Gunakan produk berbahan ptrolium atau
f. Nyeri menurun minyak pada kulit kering
g. Pendarahan menurun 6. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
h. Kemerahan menurun hipoalergik pada kulit sensitif
i. Hematoma menurun 7. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
j. Pigmentasi abnormal kulit kering
menurun
k. Jaringan perut menurun Edukasi :
l. Nekrosis menurun 8. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion,
m. Abrasi kornea menurun serum)
n. Suhu kulit membaik 9. Anjurkan minum air yang cukup
o. Sensasi membaik 10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
p. Tekstur membaik 11. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
q. Pertumbuhan rambut 12. Anjurkan menhindari terpapar suhu ekstrem
membaik 13. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada diluar rumah
14. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan disesuaikan, terdiri dari hari dan tanggal dilakukan implementasi keperawatan, diagnosa
keperawatan, tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan, dan tanda tangan yang
melakukan implementasi keperawatan.
Terdapat lima tahapan pada implementasi menurut Potter dan Perry (2011), diantaranya :
mengkaji ulang klien, menelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang sudah ada,
mengidentifikasi bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan dan mendokumentasikan
intervensi.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Untuk evaluasi dibagi menjadi dua macam, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, yang berorientasi pada
etiologi dan dilakuakn secara terus menerus sampai tujuan yang telah dilakukan tercapai. Sedangkan
evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara
menyeluruh, yang berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan keberhasilan atau
ketidakberhasilan proses keperawatan dan rekapitulasi serta kesimpulan status kesehatan klien sesuai
dengan kerangka waktu yang ditetapkan (Nursalam, 2012).
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau mematau perkembangan klien, digunakan
komponen SOAP/SOAPIE/SOAPIER. Pengertian SOAPIER adalah sebagai berikut :
S : Data Subjektif
Perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan
dikemukakan klien.
O : Data Objektif
Perkembangan objektif yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan
lainnya.
A : Analisis
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif), apakah berkembang ke
arah perbaikan atau kemunduran.
P : Perencanaan
Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis diatas yang berisi
melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
I : Implementasi
Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana.
E : Evaluasi
Yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan evaluasi telah dilaksanakan dan
sejauh mana masalah klien teratasi.
R : Reassesment

BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama (Inisial) : Ny. YMS
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Komp PU No 295 RT 003 Kel. Kenten Laut, Kec Talang Kelapa
Kabupaten Banyuasin
No. Register : RBI-22-01-02XX
No. RM : 203098
Tanggal MRS : 18 Januari 2022 / Pukul : 19.52 WIB
Tanggal Pengkajian : 24 Januari 2022 / Pukul : 14.30 WIB
Diagnosa Medis : Sirosis Hepatitis + Asites + Acute Abd + GEA Dehidrasi Ringan Sedang

b. Identitas Penanggungjawab
Nama (Inisial) : Tn. E
Umur : 67 Tahun
Pendidikan : Tidak Tercantum
Hubungan dg Pasien : Suami
Pekerjaan : Tidak Tercantum
Alamat : SDA

1.1 Hasil Anamnesa Status Kesehatan Pasien dengan Sirosis Hepatitis


PENGKAJIAN HASIL
Keluhan Utama Pasien mengeluh perut membuncit sejak ± 1 bulan
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien MRS tanggal 18 Januari 2022 melalui IGD dengan
keluhan perut membuncit dan terasa sesak. Pada saat pengkajian
tanggal 24 Januari 2022 pukul 14.30 WIB di ruang Kusuma RS
Pusri, pasien mengatakan perut membuncit ± sejak 1 bulan yang
lalu, perut terasa penuh, sempat sesak saat MRS namun sekarang
tidak sesak lagi. Pasien mengatakan nyeri pada abdomen. Pasien
mengatakan BAB 10x sehari dengan konsistensi encer dan
banyak. Pasien mengatakan tidak mampu bergerak banyak,
badannya terasa lemah. Pasien mengatakan tubuhnya semakin
lama semakin kuning.
Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah dirawat di
Rumah Sakit karena penyakit yang sama namun pasien
mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit keturunan serta penyakit menular. Akan
tetapi suaminya seorang perokok aktif.
1.2 Hasil Anamnesa Pola Kebutuhan Dasar Pasien dengan Sirosis Hepatitis
POLA KEBUTUHAN DASAR HASIL
Pola Oksigenasi Sebelum sakit :
Suara nafas vesikuler, pasien mengatakan tidak sesak nafas.

Saat sakit :
Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada kesulitan
bernafas, pasien mengatakan tidak sesak nafas.
Pola Nutrisi Sebelum sakit :
- Makan : Pasien mengatakan di rumah makan 3x sehari (nasi,
sayur, lauk pauk). Pasien mengatakan selalu menghabiskan porsi
makannya.
- Minum : Pasien mengatakan minum air putih 5-8 gelas/hari yang
dilakukan setelah makan dan sewaktu-waktu.
Saat sakit :
- Makan : Pasien mengatakan di RS makan 3x (pagi siang sore)
berupa (bubur biasa, sayur, lauk pauk, buah). Pasien selalu
menghabiskan porsi makannya. (BBRL : Bubur Biasa Rendah
Lemak)
- Minum : Pasien mengatakan minum air putih 3-6 gelas/hari yang
dilakukan setelah makan dan sewaktu-waktu serta sesekali
minum teh manis.
Pola Eliminasi Sebelum sakit :
- BAK : Pasien mengatakan BAK 6x sehari, warna urin jernih,
tidak ada nyeri, darah, dan tidak ada hambatan saat BAK.
- BAB : Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi
lembek, berwarna kuning, tidak berlendir, dan tidak berdarah.

Saat sakit :
- BAK : Pasien mengatakan BAK 5x, warna urin sedikit kuning,
dan tidak ada nyeri ataupun hambatan saat BAK.
- BAB : Pasien mengatakan BAB 10x, dengan konsistensi cair,
berwarna coklat, tidak berlendir, tidak berdarah, dan bau khas
feses.
Pola Aktifitas dan Latihan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan ibu rumah tangga yang aktif mengerjakan semua
aktifitas di rumah.

Saat sakit :
Pasien hanya terbaring ditempat tidur.
Perawatan Diri Sebelum sakit :
Pasien mampu menyisir rambut, menggosok gigi, mandi, dan
berpakaian secara mandiri.

Saat sakit :
Kegiatan perawatan diri dibantu oleh orang lain (suaminya).
Pola Istirahat dan Tidur Sebelum sakit :
Pasien mengatakan waktu tidur dirumah pukul 23.00 dan bangun
pukul 05.00 subuh.

Saat sakit :
Pasien mengatakan waktu tidur di RS pukul 22.00 dan bangun pukul
05.00 subuh.
Rasa Aman dan Nyaman Sebelum sakit :
Pasien tidak berisiko jatuh dan pasien mengatakan merasa nyaman
dengan fisiknya.

Saat sakit :
Pasien tidak nyaman dengan kondisi perutnya yang semakin lama
semakin membuncit.
Pola Komunikasi Sebelum sakit :
Pasien menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Saat sakit :
Pasien tetap menggunakan bahasa Indonesia saat di rumah sakit dan
tetap bisa berkomunikasi secara lancar.
Pola Ibadah Sebelum sakit :
Tidak tercantum.

Saat sakit :
Tidak tercantum.
Pola Kebutuhan Belajar Sebelum sakit :
Tidak tercantum.

Saat sakit :
Tidak tercantum.
Pola Kegiatan Lainnya Tidak ada

1.3 Hasil Anamnesa Status Mental Pasien dengan Sirosis Hepatitis


PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HASIL
Kondisi Pasien lemah dan tidak nyaman dengan penyakitnya.
Orientasi Orientasi pasien mengenai :
a. Tempat (pasien tau sekarang beraada di rumah sakit)
b. Waktu (pasien tau hari dan tanggal sekarang)
c. Orang (pasien dapat mengenali orang dan mampu
berinteraksi dengan orang tersebut)
Proses Berpikir Proses berfikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan)
pasien kurang mengingat bagaimana proses penyakit yang
pasien alami hingga sekarang ini. Pasien bisa mengambil
keputusan dibantu oleh suaminya.
Motivasi Motivasi pasien ingin sembuh agar bisa berkumpul kembali
dengan keluarganya.
Persepsi Persepsi pasien mengetahui tentang penyakitnya, dan pasien
menerima dengan keadaannya sekarang.
Status Psikologis Status psikologi pasien baik, interaksi pasien baik dengan
keluarga maupun dengan orang lain. Pasien mengatakan
perutnya semakin membesar.

1.4 Hasil Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pasien dengan Sirosis Hepatitis


PEMERIKSAAN FISIK HASIL
Keadaan Umum / Kesadaran Lemah / CM (Compos Mentis)
Tanda-Tanda Vital TD : 130/80 mmHg
N : 89x/mnt
S : 37 o C
RR : 24x/mnt
Antropometri BB : Tidak tercantum.
TB : Tidak tercantum.
IMT : Tidak tercantum.
LILA : Tidak tercantum.
Skala Nyeri - P : Pasien mengatakan nyeri perut (abdomen)
- Q : Perut terasa penuh, padat, mual
- R : Perut (abdomen)
- S : Skala nyeri 3
- T : Setiap saat
Pemeriksaan Integumen Kulit tampak bersih, warna kulit pasien kuning, turgor kulit lambat
(kembali >3 detik), tidak ada sianosis.
Pemeriksaan Kepala - Rambut : putih, bersih, rontok.
- Kepala : simetris.
- Kulit kepala : tampak bersih.
- Wajah : ada oedema.
- Mata : simetris, ishokor, sclera ikterik, konjungtiva pucat,
tidak ada oedema pada kelopak mata.
- Hidung : pasien tidak sesak, tidak ada pembesaran polip, tidak
ada sumbatan.
- Telinga : bersih, fungsi pendengaran baik
- Mulut : rongga mulut bersih, lidah tampak bersih, tidak ada
karies pada gigi, tidak ada pembengkakan gusi, tidak ada
pembesaran tonsil.
Pemeriksaan Leher Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
Pemeriksaan Payudara dan Ketiak - Inspeksi : Payudara simetris, tidak terdapat benjolan
pada payudara, puting menonjol, areola mammae
kecoklatan.
- Palpasi : Payudara tidak teraba benjolan yang mengeras dan tidak
ada nyeri serta tidak ada pembengkakan di payudara.
Pemeriksaan Dada - Inspeksi : Bentuk dada simetris
- Palpasi : Tidak ada benjolan pada dada, dan tidak ada nyeri
tekan.
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Vesikuler
Pemeriksaan Abdomen - Inspeksi : Warna kulit kuning (ikterik) perut buncit membesar,
tidak ada bekas luka, hepar teraba membesar
- Auskultasi : Bising usus 20x/menit.
- Perkusi : Ada hepatomegaly
- Palpasi : Ada benjolan hepar, ada nyeri tekan
Pemeriksaan Musculoskeletal Ekstremitas Atas
(ekstremitas) Mampu menggerakkan tangan secara mandiri, hanya lengan kanan
terasa sedikit nyeri, tidak teraba benjolan dan terpasang infus RL
di lengan kiri. Tidak ada kelainan bentuk dan fungsi.

Ekstremitas Bawah
Mampu menggerakkan kaki secara mandiri dan tidak teraba
benjolan.

1.5 Hasil Anamnesa Pemeriksaan Penunjang Pasien dengan Sirosis Hepatitis


PEMERIKSAAN PENUNJANG TANGGAL HASIL
Laboratorium 19/01/22 FAAL HATI
Bilirubin Total : 34,05 mg/dL
Bilirubin Direk : 32,30 mg/dL
Bilirudin Indirek : 1,75 mg/dL
Albumin : 1,3 g/dL
Alkali Phospatase : 390 U/L
Globulin : 3 g/dL
Protein Total : 4,30 g/dL
SGPT : 25 U/L
SGOT : 50 U/L
PROFIL DM
Glukosa Sewaktu : 90 mg/dL
USG 24/01/2022 Obstruksi distal CBD (Curiga Batu)
Massive Ascites
Hydrops disertai sludge galdbladder
Hepatomegaly
Rontgen - Tidak tercantum.
EKG - Tidak tercantum.
Lainnya 18/01/22 PCR negatif

1.6 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pasien dengan Sirosis Hepatitis


PENATALAKSANAAN TERAPI
Infus Aminofusin Hepar 1/12 jam
Infus NS 3% : RL : D 10%
Infus Drip D5% + Ceftriaxone 1 Fial ( 1 jam)
Infus Drip NS 100 cc + Furosemide 4amp (6 jam)
Spironolactone 100mg (2x1)
Ciprofloxaxin (2x1)
Lansoprazole (2x1)
Metro Flsh (3x1)
Diatabs (2x1)
Curcuma (3x1)
VIP Albumin (3x2)
Antasida Syrup (3x2)
3.2 Diagnosa Keperawatan
NO TANGGAL DATA PROBLEM (MASALAH) ETIOLOGI (PENYEBAB)
1. Senin DS : Perfusi Perifer Tidak Efektif Penurunan aliran darah arteri
24 Januari 2022 - Pasien mengeluh mati rasa pada telapak tangan (D.0009)
- Pasien mengeluh kesemutan pada kaki
DO :
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 130/80 mmHg
- N : 89x/mnt
- S : 37o C
- RR : 24x/mnt
- Akral teraba dingin
- Pasien tampak pucat
- Turgor kulit lambat (>3 detik)
- Terdapat edema pada kaki, tangan, dan wajah
Selasa
25 Januari 2022 DS :
- Pasien mengeluh mati rasa pada telapak tangan
- Pasien mengeluh kesemutan pada kaki
DO :
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 82x/mnt
- S : 36,6o C
- RR : 21x/mnt
- Akral teraba dingin
- Pasien tampak pucat
- Turgor kulit lambat (3 detik)
Rabu - Terdapat edema pada kaki, tangan, dan wajah
26 Januari 2022
DS :
- Pasien mengeluh mati rasa pada telapak tangan
- Pasien mengeluh kesemutan pada kaki
DO :
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 82x/mnt
- S : 36,6o C
- RR : 21x/mnt
- Akral teraba hangat
- Turgor kulit membaik (1 detik)
- Terdapat edema pada kaki, tangan, dan wajah
2. Senin DS : Diare (D.0020) Inflamasi Gastrointestinal
24 Januari 2022 - Pasien mengatakan BAB ± 10x sehari dengan konsistensi cair,
berwarna coklat
- Pasien mengeluh lelah terus-terusan BAB
DO :
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 130/80 mmHg
- N : 89x/mnt
- S : 37o C
- RR : 24x/mnt
- Pasien BAB lebih dari 3x sehari
- Feses cair, coklat, bau khas feses, tidak berlendir
- Bising usus hiperaktif
- Pasien tampak mengusap perutnya

Selasa
25 Januari 2022 DS :
- Pasien mengatakan BAB ± 7x sehari dengan konsistensi cair,
berwarna coklat
- Pasien mengatakan lelah berkurang
DO :
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 82x/mnt
- S : 36,6o C
- RR : 21x/mnt
- Pasien BAB lebih dari 3x sehari
- Feses cair, coklat, bau khas feses, tidak berlendir
- Bising usus hiperaktif
Rabu - Pasien tampak mengusap perutnya
26 Januari 2022
DS :
- Pasien mengatakan BAB ± 3x sehari dengan konsistensi lembek,
berwarna coklat
- Pasien mengatakan lelah berkurang
DO :
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 110/70 mmHg
- N : 80x/mnt
- S : 36,6o C
- RR : 20/mnt
- Pasien BAB lebih dari 3x sehari
- Feses lembek, coklat, bau khas feses, tidak berlendir
- Bising usus normal
- Pasien tampak mengusap perutnya

3. Senin DS : Hipovolemia (D.0023) Kehilangan cairan aktif (diare)


24 Januari 2022 - Pasien mengatakan tubuhnya lemas
- Pasien mengatakan haus
- Pasien mengatakan BAB cair ± 10x sehari
DO :
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran Compos Mentis
- TD : 130/80 mmHg
- N : 89x/mnt
- S : 37o C
- RR : 24x/mnt
- Pasien tampak gelisah
- Turgor kulit lambat (>3 detik)
- Membran mukosa kering

Selasa
25 Januari 2022 DS :
- Pasien mengatakan lemas berkurang
- Pasien mengatakan haus
- Pasien mengatakan BAB cair ± 7x sehari
DO :
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran Compos Mentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 82x/mnt
- S : 36,6o C
- RR : 21x/mnt
- Pasien tampak gelisah
- Turgor kulit lambat (3 detik)
- Membran mukosa kering
Rabu
26 Januari 2022
DS :
- Pasien mengatakan lemas berkurang
- Pasien mengatakan haus berkurang
- Pasien mengatakan BAB lembek ± 3x sehari
DO :
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran Compos Mentis
- TD : 110/70 mmHg
- N : 80x/mnt
- S : 36,6o C
- RR : 20x/mnt
- Pasien tampak gelisah
- Turgor kulit membaik (1 detik)
- Membran mukosa lembab
4. Senin DS : Nyeri Akut (D.0077) Agen pencedera fisiologis
24 Januari 2022 - Pasien mengeluh nyeri pada bagian perutnya (sirosis hepar)
DO :
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 130/80 mmHg
- N : 89x/mnt
- S : 36o C
- RR : 24x/mnt
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak meringis
- Skala nyeri : 3
- Lokasi nyeri : perut (abdomen)
- Durasi nyeri : setiap saat

Selasa
25 Januari 2022 DS :
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya berkurang
DO :
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 82x/mnt
- S : 36,6o C
- RR : 21x/mnt
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak sedikit meringis
- Skala nyeri : 2
- Lokasi nyeri : perut (abdomen)
Rabu - Durasi nyeri : setiap saat
26 Januari 2022
DS :
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya berkurang
DO :
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 110/70 mmHg
- N : 80x/mnt
- S : 36,6o C
- RR : 20x/mnt
- Skala nyeri : 1
- Lokasi nyeri : perut (abdomen)
- Durasi nyeri : setiap saat

3.3 Intervensi Keperawatan


NO Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Senin Perfusi Perifer Tidak efektif bd L.02011 Perawatan Sirkulasi ( I.02079 )
24 Januari 2022 Penurunan Aliran Darah Arteri Setelah dilakukan asuhan keperawatan
D.0009 selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
Ditandai dengan: ekspektasi perfusi perifer meningkat 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema,
DS : dengan kriteria hasil : pengisian kapiler, warna, suhu, ankle brachial
- Pasien mengeluh mati rasa a. Denyut nadi perifer meningkat indeks)
pada telapak tangan b. Penyembuhan luka meningkat 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis.
- Pasien mengeluh kesemutan c. Sensasi meningkat diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar
pada kaki d. Warna kulit pucat menurun kolestrol tinggi)
DO : e. Edema perifer menurun 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak
- Keadaan umum : Lemah f. Nyeri ekstremitas menurun pada ekstremitas
- Kesadaran : Compos Mentis g. Parastesia menurun Terapeutik :
- TD : 130/80 mmHg h. Kelemahan otot menurun 4. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah
- N : 89x/mnt i. Kram otot menurun di area keterbatasan perfusi
- S : 37o C j. Bruit fernoralis menurun 5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
- RR : 24x/mnt k. Nekrosis menurun dengan keterbatasan perfusi
- Akral teraba dingin l. Pengisian kapiler membaik 6. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
- Pasien tampak pucat m. Akral membaik pada area yang cedera
- Turgor kulit lambat (>3 detik) n. Turgor kulit membaik 7. Lakukan pencegahan infeksi
- Terdapat edema pada kaki, o. Tekanan darah sistolik membaik 8. Lakukan perawatan kaki dan kuku
tangan, dan wajah p. Tekanan darah diastolik membaik 9. Lakukan hidrasi
q. Tekanan arteri rata-rata membaik Edukasi :
r. Indeks ankle-brachial membaik 10. Anjurkan berhenti merokok
11. Anjurkan berolahraga rutin
12. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari
kulit terbakar
13. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
darah, antikogulan, dan penurun kolestrol, jika
perlu
14. Anjurkan minum obat pengontrrol tekanan darah
secara teratur
15. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat
beta
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
(mis. melembabkan kulit kering pada kaki)
17. Anjurkan program rehabilitasi vaskular
18. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
(mis. rendah lemak jenuh, minyak ikan omega3)
19. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
2. Senin Diare bd Inflamasi L.04033 Manajemen Diare ( I.03101 )
24 Januari 2022 Gastrointestinal Setelah dilakukan asuhan keperawatan
D.0020 selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
Ditandai dengan : ekspektasi tingkat eliminasi fekal 1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi
DS : membaik dengan kriteria hasil : gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
- Pasien mengatakan BAB ± 10x a. Kontrol pengeluaran feses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres)
sehari dengan konsistensi cair, meningkat 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
berwarna coklat b. Keluhan defekasi lama dan sulit 3. Identifikasi gejala invaginasi (mis. tangisan keras,
- Pasien mengeluh lelah terus- menurun kepucatan pada bayi)
terusan BAB c. Mengejan saat defekasi menurun 4. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
DO : d. Distensi abdomen menurun tinja
- Keadaan umum : Lemah e. Terasa massa pada rektal menurun 5. Monitor tanda dan gejala hypovolemia
- Kesadaran : Compos Mentis f. Urgency menurun 6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perianal
- TD : 130/80 mmHg g. Nyeri abdomen menurun 7. Monitor jumlah pengeluaran diare
- N : 89x/mnt h. Kram abdomen menurun 8. Monitor keamanan penyiapan makanan
- S : 37o C i. Konsistensi feses membaik Terapeutik :
- RR : 24x/mnt j. Frekuensi defekasi membaik 9. Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam
- Pasien BAB lebih dari 3x k. Peristaltik usus membaik gula, oralit, pedialyte, renalyte)
sehari 10. Pasang jalur intravena
- Feses cair, coklat, bau khas 11. Berikan cairan intravena (mis. RL, RA) jika perlu
feses, tidak berlendir 12. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
- Bising usus hiperaktif lengkap dan elektrolit
- Pasien tampak mengusap 13. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
perutnya Edukasi :
14. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
15. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung laktosa
16. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi :
17. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis.
loperamide, difenoksilat)
18. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/
spasmolitik (mis. papaverin, ekstak belladona,
mebeverine)
19. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis.
atapulgit, smektit, kaolin-pektin)
3. Senin Hipovolemia bd Kehilangan L.03028 Manajemen Hipovolemia ( I.03116 )
24 Januari 2022 Cairan Aktif (diare) Setelah dilakukan asuhan keperawatan
D.0023 selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
Ditandai dengan : ekspektasi status cairan membaik 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
DS : dengan kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
- Pasien mengatakan tubuhnya a. Kekuatan nadi meningkat tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
lemas b. Turgor kulit meningkat turgor kulit menurun)
- Pasien mengatakan haus c. Output urine meningkat 2. Monitor intake dan output cairan
- Pasien mengatakan BAB cair ± d. Pengisian vena meningkat Terapeutik :
10x sehari e. Ortopnea menurun 3. Hitung kebutuhan cairan
DO : f. Dispnea menurun 4. Berikan posisi modified trendelenburg
- Keadaan umum : Lemah g. PND menurun 5. Berikan asupan cairan oral
- Kesadaran Compos Mentis h. Edema anasarka dan perifer Edukasi :
- TD : 130/80 mmHg menurun 6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- N : 89x/mnt i. Berat badan menurun 7. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
- S : 37o C j. Distensi vena jugularis menurun Kolaborasi :
- RR : 24x/mnt k. Suara nafas tambahan menurun 8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
- Pasien tampak gelisah l. Kongesti paru menurun NaCl, RL)
- Turgor kulit lambat (>3 detik) m. Perasaan lemah menurun 9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
- Membran mukosa kering n. Keluhan haus menurun glukosa 2,5 %)
o. Konsentrasi urin menurun 10. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
plasmanate)
p. Frekuensi nadi membaik 11. Kolaborasi pemberian produk darah
q. Tekanan darah membaik
r. Tekanan nadi membaik
s. Membran mukosa membaik
t. Kadar Hb dan Ht membaik
u. Hepatomegali membaik
v. Intake cairan membaik
w. Status mental dan suhu tubuh
membaik
4. Senin Nyeri Akut bd Agen Pencedera L.08066 Manajemen Nyeri ( I.08238 )
24 Januari 2022 Fisiologis (sirosis hepar) Setelah dilakukan asuhan keperawatan
D.0077 selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
Ditandai dengan : ekspektasi tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi,
DS : dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
- Pasien mengeluh nyeri pada a. Kemampuan menuntaskan aktivitas 2. Identifikasi skala nyeri
bagian perutnya meningkat 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
DO : b. Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Keadaan umum : Lemah c. Meringis menurun memperingan nyeri
- Kesadaran : Compos Mentis d. Sikap protektif menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
- TD : 130/80 mmHg e. Gelisah menurun nyeri
- N : 89x/mnt f. Kesulitan tidur menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- S : 36 C
o
g. Menarik diri menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- RR : 24x/mnt h. Berfokus pada diri sendiri menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
- Pasien tampak gelisah i. Diaforesis menurun yang sudah diberikan
- Pasien tampak meringis j. Perasaan depresi (tertekan) menurun 9. Monitor efek samping penggunaan analgesic
- Skala nyeri : 3 k. Perasaan takut mengalami cedera
- Lokasi nyeri : perut (abdomen) berulang menurun Terapeutik :
- Durasi nyeri : setiap saat l. Anoreksia menurun 10. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
m. Perineum terasa tertekan menurun rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
n. Uterus teraba membulat menurun music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
o. Ketegangan otot menurun imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
p. Pupil dilatasi menurun bermain)
11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
q. Muntah menurun (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
r. Mual menurun 12. Fasilitasi istirahat dan tidur
s. Frekuensi nadi membaik 13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
t. Pola napas membaik pemilihan strategi meredakan nyeri
u. Tekanan darah membaik Edukasi :
v. Proses berpikir membaik 14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
w. Fokus membaik 15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
x.Fungsi berkemih membaik 16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
y. Perilaku membaik 17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
z. Nafsu makan dan pola tidur 18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
membaik rasa nyeri
Kolaborasi :
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
5. Selasa Perfusi Perifer Tidak efektif bd L.02011 Perawatan Sirkulasi ( I.02079 )
25 Januari 2022 Penurunan Aliran Darah Arteri Setelah dilakukan asuhan keperawatan
D.0009 selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
Ditandai dengan: ekspektasi perfusi perifer meningkat 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema,
DS : dengan kriteria hasil : pengisian kapiler, warna, suhu, ankle brachial
- Pasien mengeluh mati rasa a. Denyut nadi perifer meningkat indeks)
pada telapak tangan b. Penyembuhan luka meningkat 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis.
- Pasien mengeluh kesemutan c. Sensasi meningkat diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar
pada kaki d. Warna kulit pucat menurun kolestrol tinggi)
DO : e. Edema perifer menurun 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak
- Keadaan umum : Lemah f. Nyeri ekstremitas menurun pada ekstremitas
- Kesadaran : Compos Mentis g. Parastesia menurun
- TD : 120/80 mmHg h. Kelemahan otot menurun Terapeutik :
- N : 82x/mnt i. Kram otot menurun 4. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah
- S : 36,6o C j. Bruit fernoralis menurun di area keterbatasan perfusi
- RR : 21x/mnt k. Nekrosis menurun 5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
- Akral teraba dingin l. Pengisian kapiler membaik dengan keterbatasan perfusi
- Pasien tampak pucat m. Akral membaik 6. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
- Turgor kulit lambat (3 detik) n. Turgor kulit membaik pada area yang cedera
- Terdapat edema pada kaki, 7. Lakukan pencegahan infeksi
tangan, dan wajah o. Tekanan darah sistolik membaik 8. Lakukan perawatan kaki dan kuku
p. Tekanan darah diastolik membaik 9. Lakukan hidrasi
q. Tekanan arteri rata-rata membaik Edukasi :
r. Indeks ankle-brachial membaik 10. Anjurkan berhenti merokok
11. Anjurkan berolahraga rutin
12. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari
kulit terbakar
13. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
darah, antikogulan, dan penurun kolestrol, jika
perlu
14. Anjurkan minum obat pengontrrol tekanan darah
secara teratur
15. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat
beta
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
(mis. melembabkan kulit kering pada kaki)
17. Anjurkan program rehabilitasi vaskular
18. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
(mis. rendah lemak jenuh, minyak ikan omega3)
19. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

6. Selasa Diare bd Inflamasi L.04033 Manajemen Diare ( I.03101 )


25 Januari 2022 Gastrointestinal Setelah dilakukan asuhan keperawatan
D.0020 selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
Ditandai dengan : ekspektasi tingkat eliminasi fekal 1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi
DS : membaik dengan kriteria hasil : gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
- Pasien mengatakan BAB ± 7x a. Kontrol pengeluaran feses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres)
sehari dengan konsistensi cair, meningkat 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
berwarna coklat b. Keluhan defekasi lama dan sulit 3. Identifikasi gejala invaginasi (mis. tangisan keras,
- Pasien mengatakan lelah menurun kepucatan pada bayi)
berkurang c. Mengejan saat defekasi menurun 4. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
DO : d. Distensi abdomen menurun tinja
- Keadaan umum : Lemah e. Terasa massa pada rektal menurun 5. Monitor tanda dan gejala hypovolemia
- Kesadaran : Compos Mentis f. Urgency menurun 6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perianal
- TD : 120/80 mmHg g. Nyeri abdomen menurun 7. Monitor jumlah pengeluaran diare
- N : 82x/mnt h. Kram abdomen menurun 8. Monitor keamanan penyiapan makanan
- S : 36,6o C i. Konsistensi feses membaik Terapeutik :
- RR : 21x/mnt j. Frekuensi defekasi membaik 9. Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam
- Pasien BAB lebih dari 3x k. Peristaltik usus membaik gula, oralit, pedialyte, renalyte)
sehari 10. Pasang jalur intravena
- Feses cair, coklat, bau khas 11. Berikan cairan intravena (mis. RL, RA) jika perlu
feses, tidak berlendir 12. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
- Bising usus hiperaktif lengkap dan elektrolit
- Pasien tampak mengusap 13. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
perutnya Edukasi :
14. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
15. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung laktosa
16. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi :
17. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis.
loperamide, difenoksilat)
18. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/
spasmolitik (mis. papaverin, ekstak belladona,
mebeverine)
19. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis.
atapulgit, smektit, kaolin-pektin)
7. Selasa Hipovolemia bd Kehilangan L.03028 Manajemen Hipovolemia ( I.03116 )
25 Januari 2022 Cairan Aktif (diare) Setelah dilakukan asuhan keperawatan
D.0023 selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
Ditandai dengan : ekspektasi status cairan membaik 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
DS : dengan kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
- Pasien mengatakan lemas tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
berkurang a.
Kekuatan nadi meningkat turgor kulit menurun)
- Pasien mengatakan haus b.
Turgor kulit meningkat 2. Monitor intake dan output cairan
- Pasien mengatakan BAB cair ± c.
Output urine meningkat Terapeutik :
7x sehari d.
Pengisian vena meningkat 3. Hitung kebutuhan cairan
DO : e.
Ortopnea menurun 4. Berikan posisi modified trendelenburg
- Keadaan umum : Lemah f.
Dispnea menurun 5. Berikan asupan cairan oral
- Kesadaran Compos Mentis g.
PND menurun Edukasi :
- TD : 120/80 mmHg h.
Edema anasarka dan perifer 6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- N : 82x/mnt menurun 7. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
- S : 36,6o C i. Berat badan menurun Kolaborasi :
- RR : 21x/mnt j. Distensi vena jugularis menurun 8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
- Pasien tampak gelisah k. Suara nafas tambahan menurun NaCl, RL)
- Turgor kulit lambat (3 detik)l. Kongesti paru menurun 9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
- Membran mukosa kering m. Perasaan lemah menurun glukosa 2,5 %)
n. Keluhan haus menurun 10. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
o. Konsentrasi urin menurun plasmanate)
p. Frekuensi nadi membaik 11. Kolaborasi pemberian produk darah
q. Tekanan darah membaik
r. Tekanan nadi membaik
s. Membran mukosa membaik
t. Kadar Hb dan Ht membaik
u. Hepatomegali membaik
v. Intake cairan membaik
w. Status mental dan suhu tubuh
membaik
8. Selasa Nyeri Akut bd Agen Pencedera L.08066 Manajemen Nyeri ( I.08238 )
25 Januari 2022 Fisiologis (sirosis hepar) Setelah dilakukan asuhan keperawatan
D.0077 selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
Ditandai dengan : ekspektasi tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi,
DS : dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
- Pasien mengatakan nyeri pada a. Kemampuan menuntaskan aktivitas 2. Identifikasi skala nyeri
bagian perutnya berkurang meningkat 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
DO : b. Keluhan nyeri menurun memperingan nyeri
- Keadaan umum : Lemah c. Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
- Kesadaran : Compos Mentis d. Sikap protektif menurun nyeri
- TD : 120/80 mmHg e. Gelisah menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- N : 82x/mnt f. Kesulitan tidur menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- S : 36,6o C g. Menarik diri menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
- RR : 21x/mnt h. Berfokus pada diri sendiri menurun yang sudah diberikan
- Pasien tampak gelisah i. Diaforesis menurun 9. Monitor efek samping penggunaan analgesic
- Pasien tampak sedikit meringis j. Perasaan depresi (tertekan) menurun Terapeutik :
- Skala nyeri : 2 k. Perasaan takut mengalami cedera 10. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
- Lokasi nyeri : perut (abdomen) berulang menurun rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
- Durasi nyeri : setiap saat l. Anoreksia menurun music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
m. Perineum terasa tertekan menurun imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
n. Uterus teraba membulat menurun bermain)
o. Ketegangan otot menurun 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
p. Pupil dilatasi menurun (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
q. Muntah menurun 12. Fasilitasi istirahat dan tidur
r. Mual menurun 13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
s. Frekuensi nadi membaik pemilihan strategi meredakan nyeri
t. Pola napas membaik Edukasi :
u. Tekanan darah membaik 14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
v. Proses berpikir membaik 15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
w. Fokus membaik 16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
x.Fungsi berkemih membaik 17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
y. Perilaku membaik 18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
z. Nafsu makan dan pola tidur rasa nyeri
membaik Kolaborasi :
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
9. Rabu Perfusi Perifer Tidak efektif bd L.02011 Perawatan Sirkulasi ( I.02079 )
26 Januari 2022 Penurunan Aliran Darah Arteri Setelah dilakukan asuhan keperawatan
D.0009 selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
Ditandai dengan: ekspektasi perfusi perifer meningkat 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema,
dengan kriteria hasil : pengisian kapiler, warna, suhu, ankle brachial
DS : a. Denyut nadi perifer meningkat indeks)
- Pasien mengeluh mati rasa b. Penyembuhan luka meningkat 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis.
pada telapak tangan c. Sensasi meningkat diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar
- Pasien mengeluh kesemutan d. Warna kulit pucat menurun kolestrol tinggi)
pada kaki e. Edema perifer menurun 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak
DO : f. Nyeri ekstremitas menurun pada ekstremitas
- Keadaan umum : Lemah g. Parastesia menurun Terapeutik :
- Kesadaran : Compos Mentis h. Kelemahan otot menurun 4. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah
- TD : 120/80 mmHg i. Kram otot menurun di area keterbatasan perfusi
- N : 82x/mnt j. Bruit fernoralis menurun 5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
- S : 36,6o C k. Nekrosis menurun dengan keterbatasan perfusi
- RR : 21x/mnt l. Pengisian kapiler membaik 6. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
- Akral teraba hangat m. Akral membaik pada area yang cedera
- Turgor kulit membaik (1 detik) n. Turgor kulit membaik 7. Lakukan pencegahan infeksi
- Terdapat edema pada kaki, o. Tekanan darah sistolik membaik 8. Lakukan perawatan kaki dan kuku
tangan, dan wajah p. Tekanan darah diastolik membaik 9. Lakukan hidrasi
q. Tekanan arteri rata-rata membaik Edukasi :
r. Indeks ankle-brachial membaik 10. Anjurkan berhenti merokok
11. Anjurkan berolahraga rutin
12. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari
kulit terbakar
13. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
darah, antikogulan, dan penurun kolestrol, jika
perlu
14. Anjurkan minum obat pengontrrol tekanan darah
secara teratur
15. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat
beta
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
(mis. melembabkan kulit kering pada kaki)
17. Anjurkan program rehabilitasi vaskular
18. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
(mis. rendah lemak jenuh, minyak ikan omega3)
19. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
10. Rabu Diare bd Inflamasi L.04033 Manajemen Diare ( I.03101 )
26 Januari 2022 Gastrointestinal Setelah dilakukan asuhan keperawatan
D.0020 selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
Ditandai dengan : ekspektasi tingkat eliminasi fekal 1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi
DS : membaik dengan kriteria hasil : gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
- Pasien mengatakan BAB ± 3x a. Kontrol pengeluaran feses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres)
sehari dengan konsistensi meningkat 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
lembek, berwarna coklat b. Keluhan defekasi lama dan sulit 3. Identifikasi gejala invaginasi (mis. tangisan keras,
- Pasien mengatakan lelah menurun kepucatan pada bayi)
berkurang c. Mengejan saat defekasi menurun 4. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
DO : d. Distensi abdomen menurun tinja
- Keadaan umum : Lemah e. Terasa massa pada rektal menurun 5. Monitor tanda dan gejala hypovolemia
- Kesadaran : Compos Mentis f. Urgency menurun 6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perianal
- TD : 110/70 mmHg g. Nyeri abdomen menurun 7. Monitor jumlah pengeluaran diare
- N : 80x/mnt h. Kram abdomen menurun 8. Monitor keamanan penyiapan makanan
- S : 36,6o C i. Konsistensi feses membaik Terapeutik :
- RR : 20/mnt j. Frekuensi defekasi membaik 9. Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam
- Pasien BAB lebih dari 3x k. Peristaltik usus membaik gula, oralit, pedialyte, renalyte)
sehari 10. Pasang jalur intravena
- Feses cair, coklat, bau khas 11. Berikan cairan intravena (mis. RL, RA) jika perlu
feses, tidak berlendir 12. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
- Bising usus normal lengkap dan elektrolit
- Pasien tampak mengusap 13. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
perutnya Edukasi :
14. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
15. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung laktosa
16. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi :
17. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis.
loperamide, difenoksilat)
18. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/
spasmolitik (mis. papaverin, ekstak belladona,
mebeverine)
19. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis.
atapulgit, smektit, kaolin-pektin)
11. Rabu Hipovolemia bd Kehilangan L.03028 Manajemen Hipovolemia ( I.03116 )
26 Januari 2022 Cairan Aktif (diare) Setelah dilakukan asuhan keperawatan
D.0023 selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
Ditandai dengan : ekspektasi status cairan membaik 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
DS : dengan kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
- Pasien mengatakan lemas a. Kekuatan nadi meningkat tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
berkurang b. Turgor kulit meningkat turgor kulit menurun)
- Pasien mengatakan haus c. Output urine meningkat 2. Monitor intake dan output cairan
berkurang d. Pengisian vena meningkat Terapeutik :
- Pasien mengatakan BAB e. Ortopnea menurun 3. Hitung kebutuhan cairan
lembek ± 3x sehari f. Dispnea menurun 4. Berikan posisi modified trendelenburg
DO : g. PND menurun 5. Berikan asupan cairan oral
- Keadaan umum : Lemah h. Edema anasarka dan perifer Edukasi :
- Kesadaran Compos Mentis menurun 6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- TD : 110/70 mmHg i. Berat badan menurun 7. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
- N : 80x/mnt j. Distensi vena jugularis menurun Kolaborasi :
- S : 36,6o C k. Suara nafas tambahan menurun 8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
- RR : 20x/mnt l. Kongesti paru menurun NaCl, RL)
- Pasien tampak gelisah m. Perasaan lemah menurun 9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
- Turgor kulit membaik (1 detik) n. Keluhan haus menurun glukosa 2,5 %)
- Membran mukosa lembab o. Konsentrasi urin menurun 10. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
p. Frekuensi nadi membaik plasmanate)
q. Tekanan darah membaik 11. Kolaborasi pemberian produk darah
r. Tekanan nadi membaik
s. Membran mukosa membaik
t. Kadar Hb dan Ht membaik
u. Hepatomegali membaik
v. Intake cairan membaik
w. Status mental dan suhu tubuh
membaik
12. Rabu Nyeri Akut bd Agen Pencedera L.08066 Manajemen Nyeri ( I.08238 )
26 Januari 2022 Fisiologis (sirosis hepar) Setelah dilakukan asuhan keperawatan
D.0077 selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
Ditandai dengan : ekspektasi tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi,
DS : dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
- Pasien mengatakan nyeri pada a. Kemampuan menuntaskan aktivitas 2. Identifikasi skala nyeri
bagian perutnya berkurang meningkat 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
DO : b. Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Keadaan umum : Lemah c. Meringis menurun memperingan nyeri
- Kesadaran : Compos Mentis d. Sikap protektif menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
- TD : 110/70 mmHg e. Gelisah menurun nyeri
- N : 80x/mnt f. Kesulitan tidur menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- S : 36,6 C
o
g. Menarik diri menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- RR : 20x/mnt h. Berfokus pada diri sendiri menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
- Skala nyeri : 1 i. Diaforesis menurun yang sudah diberikan
- Lokasi nyeri : perut (abdomen) j. Perasaan depresi (tertekan) menurun 9. Monitor efek samping penggunaan analgesic
- Durasi nyeri : setiap saat k. Perasaan takut mengalami cedera Terapeutik :
berulang menurun 10. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
l. Anoreksia menurun rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
m. Perineum terasa tertekan menurun music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
n. Uterus teraba membulat menurun imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
o. Ketegangan otot menurun bermain)
p. Pupil dilatasi menurun 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
q. Muntah menurun (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
r. Mual menurun 12. Fasilitasi istirahat dan tidur
s. Frekuensi nadi membaik 13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
t. Pola napas membaik Edukasi :
u. Tekanan darah membaik 14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
v. Proses berpikir membaik 15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
w. Fokus membaik 16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
x.Fungsi berkemih membaik 17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
y. Perilaku membaik 18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
z. Nafsu makan dan pola tidur rasa nyeri
membaik Kolaborasi :
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

3.4 Implementasi Keperawatan


NO Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
1. Senin Perfusi Perifer Tidak efektif bd Perawatan Sirkulasi ( I.02079 ) S : Pasien mengatakan telapak tangannya mati
24 Januari 2022 Penurunan Aliran Darah Arteri rasa, pasien mengatakan kakinya masih
D.0009 Observasi : kesemutan
14.40 WIB 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, O : Akral teraba dingin, pasien masih pucat,
edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle turgor kulit membaik (3 detik), membran
brachial indeks) mukosa kering, tampak edema anasarka, TTV
14.40 WIB 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau pasien normal, keadaan umum pasien lemah.
bengkak pada ekstremitas - Keadaan umum : Lemah
Terapeutik : - Kesadaran : Compos Mentis
14.40 WIB 5. Hindari pengukuran tekanan darah pada - TD : 120/70 mmHg
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi - N : 86x/mnt
Edukasi : - S : 36,8o C
14.50 WIB
14.50 WIB 11. Anjurkan berolahraga rutin - RR : 22x/mnt
14. Anjurkan minum obat pengontrrol A : Masalah belum teratasi
14.55 WIB tekanan darah secara teratur P : Lanjutkan intervensi
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,
tepat (mis. melembabkan kulit kering pada edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle
14.55 WIB kaki) brachial indeks)
18. Anjurkan program diet untuk 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
memperbaiki sirkulasi (mis. rendah lemak bengkak pada ekstremitas
jenuh, minyak ikan omega3) 5. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat (mis. melembabkan kulit kering pada
kaki)
18. Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. rendah lemak jenuh, minyak ikan
omega3)
2. Senin Diare bd Inflamasi Manajemen Diare ( I.03101 ) S : Pasien mengatakan BAB 8x sehari,
24 Januari 2022 Gastrointestinal konsistensi cair, berwarna coklat, dan mulai
D.0020 Observasi : membaik, pasien mengatakan lelah berkurang
15.00 WIB 1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi O : Frekuensi BAB membaik (8x sehari), feses
gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses cair, coklat, tidak berlendir, dan bau khas feses,
infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres) bising usus hiperaktif, pasien tampak belum
15.00 WIB 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan nyaman, TTV pasien normal, dan keadaan
15.05 WIB 3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan umum pasien lemah.
konsistensi tinja - Keadaan umum : Lemah
15.06 WIB 4. Monitor tanda dan gejala hypovolemia - Kesadaran : Compos Mentis
Terapeutik : - TD : 120/70mmHg
15.10 WIB 5. Berikan cairan intravena (mis. RL, RA) - N : 86x/mnt
jika perlu - S : 36,8o C
Edukasi : - RR : 22x/mnt
15.15 WIB
11. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering A : Masalah teratasi sebagian
secara bertahap P : Lanjutkan intervensi
15.15 WIB
14. Anjurkan menghindari makanan 1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi
pembentuk gas, pedas, dan mengandung gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
laktosa infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres)
Kolaborasi : 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
15.30 WIB 15. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses 3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan
(mis. atapulgit, smektit, kaolin-pektin) konsistensi tinja
5. Berikan cairan intravena (mis. RL, RA) jika
perlu
11. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
14. Anjurkan menghindari makanan pembentuk
gas, pedas, dan mengandung laktosa
15. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
(mis. atapulgit, smektit, kaolin-pektin)
3. Senin Hipovolemia bd Kehilangan Manajemen Hipovolemia ( I.03116 ) S : Pasien mengatakan tubuhnya masih lemas,
24 Januari 2022 Cairan Aktif (diare) pasien mengatakan haus, pasien mengatakan
D.0023 Observasi : BAB cair ± 8x sehari
16.00 WIB 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. O : Pasien tampak gelisah, turgor kulit lambat
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, (3 detik), membran mukosa kering, TTV pasien
tekanan darah menurun, tekanan nadi normal, keadaan pasien lemah, jumlah intake
menyempit, turgor kulit menurun) cairan pasien (± 500ml perhari), jumlah output
16.20 WIB 2. Monitor intake dan output cairan cairan pasien (±350 mL perhari)
Terapeutik : - Keadaan umum : Lemah
16.10 WIB 4. Berikan posisi modified trendelenburg - Kesadaran : Compos Mentis
16.05 WIB 5. Berikan asupan cairan oral - TD : 120/70 mmHg
Edukasi : - N : 86x/mnt
16.05 WIB
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan - S : 36,8o C
oral - RR : 22x/mnt
16.10 WIB
7. Anjurkan menghindari perubahan posisi A : Masalah belum teratasi
mendadak P : Lanjutkan intervensi
16.20 WIB Kolaborasi : 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
16.20 WIB (mis. NaCl, RL) tekanan darah menurun, tekanan nadi
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. glukosa 2,5 %) menyempit, turgor kulit menurun)
2. Monitor intake dan output cairan
5. Berikan asupan cairan oral
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL)
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. glukosa 2,5 %)

4. Senin Nyeri Akut bd Agen Pencedera Manajemen Nyeri ( I.08238 ) S : Pasien mengatakan masih nyeri perut
24 Januari 2022 Fisiologis (sirosis hepar) O : Pasien meringis, pasien tampak gelisah,
D.0077 Observasi : skala nyeri berkurang, TTV normal.
19.00 WIB 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, P : Pasien mengatakan nyeri perut
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Q : Nyeri seperti ingin muntah
19.00 WIB 2. Identifikasi skala nyeri R : Lokasi nyeri → Abdomen
19.02 WIB 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan S : Skala nyeri → 2
memperingan nyeri T : Setiap saat
19.20 WIB 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer - Keadaan umum : Lemah
yang sudah diberikan - Kesadaran : Compos Mentis
19.20 WIB 9. Monitor efek samping penggunaan - TD : 120/70 mmHg
analgesic - N : 86x/mnt
Terapeutik : - S : 36,8o C
19.05 WIB
10. Berikan teknik non farmakologis untuk - RR : 22x/mnt
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, A : Masalah teratasi sebagian
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi P : Lanjutkan intervensi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi,
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
19.02 WIB bermain) 2. Identifikasi skala nyeri
11. Kontrol lingkungan yang memperberat 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, yang sudah diberikan
19.02 WIB kebisingan) 9. Monitor efek samping penggunaan analgesic
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri 10. Berikan teknik non farmakologis untuk
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
19.05 WIB Edukasi : akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
19.05 WIB nyeri kompres hangat/dingin, terapi bermain)
19.06 WIB 15. Jelaskan strategi meredakan nyeri 15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk 18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri mengurangi rasa nyeri
19.10 WIB
Kolaborasi : 19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
5. Selasa Perfusi Perifer Tidak efektif bd Perawatan Sirkulasi ( I.02079 ) S : Pasien mengatakan telapak tangannya mati
25 Januari 2022 Penurunan Aliran Darah Arteri rasa, pasien mengatakan kakinya masih
D.0009 Observasi : kesemutan
14.40 WIB 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, O : Akral teraba dingin, pasien masih pucat,
edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle turgor kulit membaik (2 detik), membran
brachial indeks) mukosa kering, tampak edema anasarka
14.40 WIB 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau berkurang, TTV pasien normal, keadaan umum
bengkak pada ekstremitas pasien lemah.
Terapeutik : - Keadaan umum : Lemah
14.40 WIB 5. Hindari pengukuran tekanan darah pada - Kesadaran : Compos Mentis
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi - TD : 120/70 mmHg
Edukasi : - N : 82x/mnt
14.50 WIB
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang - S : 36,5o C
tepat (mis. melembabkan kulit kering pada - RR : 20x/mnt
14.50 WIB kaki) A : Masalah teratasi sebagian
18. Anjurkan program diet untuk P : Lanjutkan intervensi
memperbaiki sirkulasi (mis. rendah lemak 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,
jenuh, minyak ikan omega3) edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle
brachial indeks)
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat (mis. melembabkan kulit kering pada
kaki)
18. Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. rendah lemak jenuh, minyak ikan
omega3)

6. Selasa Diare bd Inflamasi Manajemen Diare ( I.03101 ) S : Pasien mengatakan BAB 5x sehari,
25 Januari 2022 Gastrointestinal konsistensi lembek, berwarna coklat, dan mulai
D.0020 Observasi : membaik, pasien mengatakan lelah berkurang
15.00 WIB 1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi O : Frekuensi BAB membaik (5x sehari), feses
gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses lembek, coklat, tidak berlendir, dan bau khas
infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres) feses, bising usus normal, pasien tampak masih
15.00 WIB 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan mnegusap perutnya, TTV pasien normal, dan
15.05 WIB 3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan keadaan umum pasien lemah.
konsistensi tinja - Keadaan umum : Lemah
Terapeutik : - Kesadaran : Compos Mentis
15.10 WIB 5. Berikan cairan intravena (mis. RL, RA) - TD : 120/70mmHg
jika perlu - N : 82x/mnt
Edukasi : - S : 36,5o C
15.15 WIB
11. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering - RR : 20x/mnt
secara bertahap A : Masalah teratasi sebagian
15.15 WIB
14. Anjurkan menghindari makanan P : Lanjutkan intervensi
pembentuk gas, pedas, dan mengandung 1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi
laktosa gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
15.30 WIB Kolaborasi : infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres)
15. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses 3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan
(mis. atapulgit, smektit, kaolin-pektin) konsistensi tinja
5. Berikan cairan intravena (mis. RL, RA) jika
perlu
11. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
7. Selasa Hipovolemia bd Kehilangan Manajemen Hipovolemia ( I.03116 ) S : Pasien mengatakan lemas berkurang, pasien
25 Januari 2022 Cairan Aktif (diare) mengatakan haus, pasien mengatakan BAB cair
D.0023 Observasi : ± 5x sehari
16.00 WIB 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. O : Gelisah tampak berkurang, turgor kulit
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, lambat (2 detik), membran mukosa lembab,
tekanan darah menurun, tekanan nadi TTV pasien normal, keadaan pasien lemah,
menyempit, turgor kulit menurun) jumlah intake cairan pasien (± 1200 ml perhari),
16.20 WIB 2. Monitor intake dan output cairan jumlah output cairan pasien (±700 mL perhari)
Terapeutik : - Keadaan umum : Lemah
16.05 WIB 5. Berikan asupan cairan oral - Kesadaran : Compos Mentis
Edukasi : - TD : 120/70 mmHg
16.05 WIB
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan - N : 82x/mnt
oral - S : 36,5o C
Kolaborasi : - RR : 20x/mnt
16.20 WIB
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis A : Masalah teratasi sebagian
16.20 WIB (mis. NaCl, RL) P : Lanjutkan intervensi
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
(mis. glukosa 2,5 %) frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun)
2. Monitor intake dan output cairan
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL)
8. Selasa Nyeri Akut bd Agen Pencedera Manajemen Nyeri ( I.08238 ) S : Pasien mengatakan nyeri perut berkurang
25 Januari 2022 Fisiologis (sirosis hepar) O : Pasien sedikit meringis, gelisah berkurang,
D.0077 Observasi : skala nyeri berkurang, TTV normal.
19.00 WIB 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, P : Pasien mengatakan nyeri perut
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Q : Nyeri seperti ingin muntah
19.00 WIB 2. Identifikasi skala nyeri R : Lokasi nyeri → Abdomen
19.20 WIB 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer S : Skala nyeri → 1
yang sudah diberikan T : Setiap saat
19.20 WIB 9. Monitor efek samping penggunaan - Keadaan umum : Lemah
analgesic - Kesadaran : Compos Mentis
Terapeutik : - TD : 120/70 mmHg
19.05 WIB 10. Berikan teknik non farmakologis untuk - N : 82x/mnt
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, - S : 36,5o C
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi - RR : 20x/mnt
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi A : Masalah teratasi sebagian
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi P : Lanjutkan intervensi
bermain) 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi,
19.05 WIB Edukasi : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
19.06 WIB 15. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
mengurangi rasa nyeri yang sudah diberikan
19.10 WIB Kolaborasi : 10. Berikan teknik non farmakologis untuk
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
9. Rabu Perfusi Perifer Tidak efektif bd Perawatan Sirkulasi ( I.02079 ) S : Pasien mengatakan telapak tangannya
26 Januari 2022 Penurunan Aliran Darah Arteri sudah ada rasa, pasien mengatakan kakinya
D.0009 Observasi : tidak lagi kesemutan
14.40 WIB 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,
edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle
brachial indeks) O : Akral teraba hangat, pasien tidak pucat lagi,
14.40 WIB 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau turgor kulit membaik (<1 detik), membran
bengkak pada ekstremitas mukosa lembab, tidak ada edema anasarka,
Terapeutik : TTV pasien normal, keadaan umum pasien
14.40 WIB 5. Hindari pengukuran tekanan darah pada membaik.
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi - Keadaan umum : Sedang
Edukasi : - Kesadaran : Compos Mentis
14.50 WIB
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang - TD : 110/80 mmHg
tepat (mis. melembabkan kulit kering pada - N : 80x/mnt
kaki) - S : 36o C
14.50 WIB
18. Anjurkan program diet untuk - RR : 20x/mnt
memperbaiki sirkulasi (mis. rendah lemak A : Masalah teratasi
jenuh, minyak ikan omega3) P : Hentikan intervensi
10. Rabu Diare bd Inflamasi Manajemen Diare ( I.03101 ) S : Pasien mengatakan BAB 1x sehari, bentuk
26 Januari 2022 Gastrointestinal lembut dan padat, berwarna kuning kecoklatan,
D.0020 Observasi : dan mulai membaik, pasien mengatakan tidak
15.00 WIB 1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi lelah lagi
gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses O : Frekuensi BAB membaik (1x sehari), feses
infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres) lembut padat, kuning kecoklatan, tidak
15.05 WIB 3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan berlendir, dan bau khas feses, bising usus
konsistensi tinja normal, pasien tampak tenang dan nyaman,
Terapeutik : TTV pasien normal, dan keadaan umum pasien
15.10 WIB 5. Berikan cairan intravena (mis. RL, RA) membaik.
jika perlu - Keadaan umum : Sedang
Edukasi : - Kesadaran : Compos Mentis
15.15 WIB
11. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering - TD : 110/80mmHg
secara bertahap - N : 80x/mnt
- S : 36o C
- RR : 20x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
11. Rabu Hipovolemia bd Kehilangan Manajemen Hipovolemia ( I.03116 ) S : Pasien mengatakan tidak lemas, pasien
26 Januari 2022 Cairan Aktif (diare) mengatakan tidak haus lagi, pasien mengatakan
D.0023 BAB lembut ± 1x sehari
16.00 WIB Observasi : O : Pasien tenang, turgor kulit membaik (<1
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. detik), membran mukosa lembab, TTV pasien
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, normal, keadaan pasien membaik, jumlah intake
tekanan darah menurun, tekanan nadi cairan pasien (± 2L perhari), jumlah output
16.20 WIB menyempit, turgor kulit menurun) cairan pasien (±700 mL perhari)
2. Monitor intake dan output cairan - Keadaan umum : Sedang
16.05 WIB Edukasi : - Kesadaran : Compos Mentis
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan - TD : 110/80 mmHg
oral - N : 80x/mnt
16.20 WIB
Kolaborasi : - S : 36o C
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis - RR : 20x/mnt
(mis. NaCl, RL) A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
12. Rabu Nyeri Akut bd Agen Pencedera Manajemen Nyeri ( I.08238 ) S : Pasien mengatakan nyeri perut hilang
26 Januari 2022 Fisiologis (sirosis hepar) O : Pasien tidak meringis, pasien tampak
D.0077 Observasi : tenang, skala nyeri berkurang, TTV normal.
19.00 WIB 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, P : Pasien mengatakan tidak nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Q : tidak nyeri
19.00 WIB 2. Identifikasi skala nyeri R : Lokasi nyeri → Abdomen
19.20 WIB 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer S : Skala nyeri → 0
yang sudah diberikan T : Setiap saat
- Keadaan umum : Sedang
Terapeutik : - Kesadaran : Compos Mentis
19.05 WIB 10. Berikan teknik non farmakologis untuk - TD : 110/80 mmHg
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, - N : 80x/mnt
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi - S : 36o C
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi - RR : 20x/mnt
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi A : Masalah teratasi
bermain) P : Hentikan intervensi
3.5 Evaluasi Keperawatan
Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan (Subjektif/Objektif/Analisa/Perencanaan)
Senin 1 S : Pasien mengatakan telapak tangannya mati rasa, pasien mengatakan kakinya masih
24 Januari 2022 Perfusi Perifer Tidak efektif bd kesemutan
Penurunan Aliran Darah Arteri O : Akral teraba dingin, pasien masih pucat, turgor kulit membaik (3 detik), membran mukosa
D.0009 kering, tampak edema anasarka, TTV pasien normal, keadaan umum pasien lemah.
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 120/70 mmHg
- N : 86x/mnt
- S : 36,8o C
- RR : 22x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle
brachial indeks)
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis. melembabkan kulit kering pada
kaki)
18. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis. rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega3)
Senin 2 S : Pasien mengatakan BAB 8x sehari, konsistensi cair, berwarna coklat, dan mulai membaik,
24 Januari 2022 Diare bd Inflamasi Gastrointestinal pasien mengatakan lelah berkurang
D.0020 O : Frekuensi BAB membaik (8x sehari), feses cair, coklat, tidak berlendir, dan bau khas
feses, bising usus hiperaktif, pasien tampak belum nyaman, TTV pasien normal, dan keadaan
umum pasien lemah.
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 120/70mmHg
- N : 86x/mnt
- S : 36,8o C
- RR : 22x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres)
2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
5. Berikan cairan intravena (mis. RL, RA) jika perlu
11. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
14. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung laktosa
15. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis. atapulgit, smektit, kaolin-pektin)
Senin 3 S : Pasien mengatakan tubuhnya masih lemas, pasien mengatakan haus, pasien mengatakan
24 Januari 2022 Hipovolemia bd Kehilangan Cairan BAB cair ± 8x sehari
Aktif (diare) O : Pasien tampak gelisah, turgor kulit lambat (3 detik), membran mukosa kering, TTV pasien
D.0023 normal, keadaan pasien lemah, jumlah intake cairan pasien (± 500ml perhari), jumlah output
cairan pasien (±350 mL perhari)
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 120/70 mmHg
- N : 86x/mnt
- S : 36,8o C
- RR : 22x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun)
2. Monitor intake dan output cairan
5. Berikan asupan cairan oral
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5 %)

Senin 4 S : Pasien mengatakan masih nyeri perut


Nyeri Akut bd Agen Pencedera
24 Januari 2022 Fisiologis (sirosis hepar) O : Pasien meringis, pasien tampak gelisah, skala nyeri berkurang, TTV normal.
D.0077 P : Pasien mengatakan nyeri perut
Q : Nyeri seperti ingin muntah
R : Lokasi nyeri → Abdomen
S : Skala nyeri → 2
T : Setiap saat
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 120/70 mmHg
- N : 86x/mnt
- S : 36,8o C
- RR : 22x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgesic
10. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Selasa 1 S : Pasien mengatakan telapak tangannya mati rasa, pasien mengatakan kakinya masih
25 Januari 2022 Perfusi Perifer Tidak efektif bd kesemutan
Penurunan Aliran Darah Arteri O : Akral teraba dingin, pasien masih pucat, turgor kulit membaik (2 detik), membran mukosa
D.0009 kering, tampak edema anasarka berkurang, TTV pasien normal, keadaan umum pasien lemah.
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 120/70 mmHg
- N : 82x/mnt
- S : 36,5o C
- RR : 20x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle
brachial indeks)
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis. melembabkan kulit kering pada
kaki)
18. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis. rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega3)
Selasa 2 S : Pasien mengatakan BAB 5x sehari, konsistensi lembek, berwarna coklat, dan mulai
25 Januari 2022 Diare bd Inflamasi Gastrointestinal membaik, pasien mengatakan lelah berkurang
D.0020 O : Frekuensi BAB membaik (5x sehari), feses lembek, coklat, tidak berlendir, dan bau khas
feses, bising usus normal, pasien tampak masih mnegusap perutnya, TTV pasien normal, dan
keadaan umum pasien lemah.
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 120/70mmHg
- N : 82x/mnt
- S : 36,5o C
- RR : 20x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres)
3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
5. Berikan cairan intravena (mis. RL, RA) jika perlu
11. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
Selasa 3 S : Pasien mengatakan lemas berkurang, pasien mengatakan haus, pasien mengatakan BAB
Hipovolemia bd Kehilangan Cairan
25 Januari 2022 Aktif (diare) cair ± 5x sehari
D.0023 O : Gelisah tampak berkurang, turgor kulit lambat (2 detik), membran mukosa lembab, TTV
pasien normal, keadaan pasien lemah, jumlah intake cairan pasien (± 1200 ml perhari), jumlah
output cairan pasien (±700 mL perhari)
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 120/70 mmHg
- N : 82x/mnt
- S : 36,5o C
- RR : 20x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun)
2. Monitor intake dan output cairan
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
Selasa 4 S : Pasien mengatakan nyeri perut berkurang
25 Januari 2022 Nyeri Akut bd Agen Pencedera O : Pasien sedikit meringis, gelisah berkurang, skala nyeri berkurang, TTV normal.
Fisiologis (sirosis hepar) P : Pasien mengatakan nyeri perut
D.0077 Q : Nyeri seperti ingin muntah
R : Lokasi nyeri → Abdomen
S : Skala nyeri → 1
T : Setiap saat
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 120/70 mmHg
- N : 82x/mnt
- S : 36,5o C
- RR : 20x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
10. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Rabu 1 S : Pasien mengatakan telapak tangannya sudah ada rasa, pasien mengatakan kakinya tidak
26 Januari 2022 Perfusi Perifer Tidak efektif bd lagi kesemutan
Penurunan Aliran Darah Arteri O : Akral teraba hangat, pasien tidak pucat lagi, turgor kulit membaik (<1 detik), membran
D.0009 mukosa lembab, tidak ada edema anasarka, TTV pasien normal, keadaan umum pasien
membaik.
- Keadaan umum : Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 110/80 mmHg
- N : 80x/mnt
- S : 36o C
- RR : 20x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Rabu 2 S : Pasien mengatakan BAB 1x sehari, bentuk lembut dan padat, berwarna kuning kecoklatan,
26 Januari 2022 Diare bd Inflamasi Gastrointestinal dan mulai membaik, pasien mengatakan tidak lelah lagi
D.0020 O : Frekuensi BAB membaik (1x sehari), feses lembut padat, kuning kecoklatan, tidak
berlendir, dan bau khas feses, bising usus normal, pasien tampak tenang dan nyaman, TTV
pasien normal, dan keadaan umum pasien membaik.
- Keadaan umum : Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 110/80mmHg
- N : 80x/mnt
- S : 36o C - RR : 20x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Rabu 3 S : Pasien mengatakan tidak lemas, pasien mengatakan tidak haus lagi, pasien mengatakan
26 Januari 2022 Hipovolemia bd Kehilangan Cairan BAB lembut ± 1x sehari
Aktif (diare) O : Pasien tenang, turgor kulit membaik (<1 detik), membran mukosa lembab, TTV pasien
D.0023 normal, keadaan pasien membaik, jumlah intake cairan pasien (± 2L perhari), jumlah output
cairan pasien (±700 mL perhari)
- Keadaan umum : Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 110/80 mmHg
- N : 80x/mnt
- S : 36o C
- RR : 20x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Rabu 4 S : Pasien mengatakan nyeri perut hilang
26 Januari 2022 Nyeri Akut bd Agen Pencedera O : Pasien tidak meringis, pasien tampak tenang, skala nyeri berkurang, TTV normal.
Fisiologis (sirosis hepar) P : Pasien mengatakan tidak nyeri
D.0077 Q : tidak nyeri
R : Lokasi nyeri → Abdomen
S : Skala nyeri → 0
T : Setiap saat
- Keadaan umum : Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 110/80 mmHg
- N : 80x/mnt
- S : 36o C
- RR : 20x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai