Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
Nama : Vian Agusto Ambarita
NIM : A1011211206
Kelas : E
Mata Kuliah : Hukum Adat
Dosen Pengampuh : Muhammad Tahir S.H.,M.H
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hikmatnya sehingga saya bisa
menyelesaikan makalah tentang “Status Kepemilikan Hak Atas Tanah Adat”. Tujuan dari
makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang Hukum Agraria yang ada di Indonesia
dan Status Tanah Beserta Penggunaannya. Penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Adat dari dosen. Selain itu, diharapkan makalah ini dapat
menambah wawasan bagi saya sebagai penulis dan juga para pembaca.
Terakhir, saya menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu saya membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun agar saya selaku penulis bisa
menulis makalah dengan baik lagi di kesempatan selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.2 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Metode Penulisan...................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 Sejarah Hukum Agraria Pada Masa VOC..........................................................................3-4
2.2 Undang-Undang Yang Mengatur Tentang Nasionalisasi Perkebunan Dan Perusahaan
Milik Belanda...............................................................................................................................4
2.3 Hak-Hak Atas Tanah Menurut Hukum Adat.........................................................................5
2.4 Penggarapan Tanah Adat Oleh Masyarakat Anggota Persekutuan....................................5-6
2.5 Hak-Hak Perseorangan Atas Tanah ......................................................................................7
BAB III............................................................................................................................................8
PENUTUP.......................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Secara nilai ideologis makna tanah bagi masyarakat hukum adat selain sebagai tempat
tinggal dan tempat untuk bertahan hidup dan mencari kehidupan rezeki seperti bercocok
tanam, sejatinya tanah memiliki peran strategis bagi persekutuan, karena tanah merupakan
tempat ia dikuburkan dan juga disemayamkan. Secara nilai sosiologis, tanah juga difungsikan
sebagai tempat berkumpul dan mengikatkan diri dalam satu persekutuan. Secara nilai
ekonomis, karena tanah terus meningkat, tanah merupakan aset modal yang sangat berharga
dalam persekutuan.
Sejarah Hukum Agraria pada masa kerajaan-kerajaan di nusantara ada yang
merugikan ada juga yang memperkuat. Merugikan apabila, wilayah persekutuan hukum adat
terletak di wilayah sekitar pusat kerajaan, pergantian kepala kepala persekutuan oleh raja,
pungutan pajak oleh raja kepada persekutuan. Memperkuat apabila : terdapat pengakuan dan
penguatan susunan organisasi persekutuan oleh kerajaan, contohnya pembentukan desa
perdikan.
Terlepas dari pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia yang berkontribusi
merugikan maupun memperkuat kualitas dan hak milik tanah bagi masyarakat hukum di
Indonesia, para ahli-ahli terkemuka dan perusahaan milik negara asingpun turut campur
tangan dalam proses sejarah hak kepemilikan tanah adat di Indonesia.
1
1.3 Metode Penulisan
1. Pengumpulan data dan informasi
Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan
pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian data dengan menonton saran
youtube dari dosen hukum adat sendiri. Data yang digunakan yaitu data dari media
elektronik dan beberapa Pustaka relevan lainnya. Adapun untuk Teknik
pengumpulan data yang dilakukan, yaitu:
1) Sebelum menuliskan informasi, terlebih dahulu penulis melakukan studi Pustaka
untuk menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis
mengenai lingkup informasi yang tercakup dalam penulisan.
2) Untuk melakukan pembahasan terkait hak kepemilikan tanah, diperlukan
berbagai referensi yang digunakan sebagai acuan, di mana referensi-referensi
tersebut dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan materi informasi dan
penjelasan sehingga memperoleh suatu solusi dan kesimpulan
2. Pengolahan informasi
Beberapa informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan informasi diolah
dengan menggunakan metode analisis deskriptif
3. Analisis
Aspek-aspek yang akan dianalisis yaitu bagaimana sejarah agraria dan hak
kepemilikan atas tanah beserta penggunaannya di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Hukum Agraria Pada Masa Kekuasaan Pemerintah Liberal Hindia Belanda
(1870-1900)
3
Pertama adalah diberlakukannya BW yang baru tahun 1948 (menggantikan BW yang lama).
Kedua mengembangan ide liberalisme di bidang hukum, contohnya dengan diberlakukannya
Regeeling Reglement (RR) tahun 1854 untuk mengontrol kekuasaan eksekutif (Gubernur
Jenderal) dan juga dibentuknya Volksraad (semacam DPR untuk masyarakat pribumi) pada
tahun 1918. Ketiga, pada tahun 1870, di-realease 2 agraria : Agrarische Wet (1870) yang
memberikan Hak Erfphact (semacam hak guna usaha atas tanah) selama 75 tahun, Agrarische
Besluit yakni memberlakukan sistem Domain Verklaring (seperti kebijakan landrent pada
masa Belanda). Keempat, pada pasal 51 Indische Staatregeling (IS) tahun 1925 (Staatblad
1925 No.447) di antaranya : larangan gubernur jenderal menjual tanah, memberikan status
Eigendom (semacam HM) pada kepemilikan pribumi yang turun temurun, pemberian hak
atas tanah seperti Erfphacht tidak boleh melanggar hak hak pribumi.
Pernyataan Domein (Domein Verklaring)
Pasal 1 Agrarisch Besluit memuat ketentuan berikut :
“Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan dalam pasal 2 dan 3 Agrarische Wet, tetap
dipertahankan asas, bahwa semua tanah yang pihak lain tidak dapat membuktikan sebagai
hak eigendomnay adalah domein (milik) negara.”
Kedua, adanya regulasi agraris yang mandiri, UU yang mengaturnya antara lain :
UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (biasa disebut UUPA)
4
2.3 Hak-Hak Atas Tanah Menurut Hukum Adat
Hukum adat mengakui status hukum hak, perseorang (privat) maupun dimiliki kesatuan
masyarakat (tanah publik milik MHA), hak atas tanah menurut hukum adat dibagi 2 :
- Hak perseorangan, contohnya tanah yasan, Andarbeni, Druwe dan Grand sultan
- Hak publik adat, yakni ulayat. Tidak termasuk di dalamnya: Tanah Gege, Tanah
Tegal Pangonan, Tanah Kas desa
- Hak ulayat merupakan hak yang dimiliki suatu persekutuan hukum adat yang
bersifat milik bersama untuk menguasai seluruh tanah beserta isinya dalam lingkungan
wilayah persekutuan tersebut. Hak ulayat merupakan hak atas tanah tertinggi dalam
hukum adat
Terdapat istilah “batas-membatasi/desak-mendesak” yang tiada henti dan terus
menurus. Mengartikan jika semakin maju dan bebas penduduk dalam usaha pertaniannya,
makan semakin kuat hak individu sebaliknya hak ulayat akan melemah.
Tetapi sebaliknya, ketika suatu tanah ditelantarkan, sehingga hak perseorang melemah
dan tanah tersebut kembali menjadi tanah ulayat (hak ulayat menguat). Contohnya
apabila suatu tanah pertanian memiliki pemiliknya namun tidak diurus lagi oleh
pemiliknya maka akan menyebabkan tanah tersebut menjadi tanah ulayat (mengkeret) dan
sebaliknya ketika tanah ulayat mulai digarap oleh seseorang maka tanah tersebut menjadi
tanah perorangan (mulur).
5
Ke dalam persekutuan
- Hanya persekutuan itu sendiri beserta warganya yang bebas menggunakan tanah dalam
wilayah persekutuannya
- Warga persekutuan dapat memanfaatkan tanah untuk keperluan keluarganya sendiri/somah,
tidak untuk kepentingan orang lain
- Kepala persekutuan bertanggung jawab penuh atas segala yang terjadi di wilayahnya
- Hak ulayat tidak dapat dipindahtangakan,dilepaskan, diasingkan dan lain-lainya
- Hak ulayat juga meliputi tanah yang digarap dengan hak perorangan
Ke luar persekutuan
- Orang dari luar persekutuan dasarnya tidak boleh menggunakan tanah persekutuan
- Orang luar persekutuan hanya bisa menggunakan tanah milik persekutuan ketika
mendapatkan izin dari kepala persekutuan
- Untuk mendapatkan izin kepala persekutuan, orang asing y.b.s perlu membayar uang
pemasukan/upeti/mesi (recognitie) kepada persekutuan
- Mesi bukanlah uang sewa, melainkan tanda bahwa ia orang asing, dan hak yang akan
diperolehnya tidak sama dengan hak asli persekutuan
Untuk penggunaan tanah, setiap orang dalam persekutuan maupun luar persekutuan
harus mendapatkan izin dari kepala persekutuan. Perbedaan izin kepala persekutuan yaitu
- Bagi warga persekutuan agar tidak ada benturan kepentingan
- Bagi orang asing sebagai tanda bahwa ia adalah orang luar persekutuan sehingga tanah
yang ia garap bukanlah miliknya.
6
2.4 Hak-Hak Perseorangan Atas Tanah
Hak-hak perseoragan atas tanah
- Hak menikmati hasil
- Hak wenang pilih
- Hak milik/Hak Yasan
- Hak imbalan jabatan
Pengakuan negara atas ulayat terdapat pada pasal UUPA ( UU No.5 tahun 1960)
yaitu
- Pada pasal 3 UUPA “……,pelakasanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari
masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataanya masih ada, harus
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan negara, yang
berdasarkan…..”
- Pasal 5 UUPA
Permen Agraria/Kep.BPN No.5 tahun 1999 tentang pedoman penyelesaian masalah
hak ulayat masyarakat hukum adat
- Tujuannya untuk melaksanakan urusan pertahanan dalam kaitannya dengan hak ulayat
yang masih ada di daerah tersebut
- Pasal 4 ayat (1) menyebutkan bahwa tanah ulayat, apabila dikehendaki oleh pemegang
haknya dapat didaftarkan sebagai hak atas tanah yang sesuai menurut ketentuan UUPA
Kriteria adanya hak ulayat menurut UU No.5 tahun 1960 (UUPA) dan termasuk
kedalam kriteria kumulatif (kriteria yang perlu dipenuhi semuanya)
- Adanya masyarakat hukum adat tertentu
- Adanya hak ulayat yang menjadi lingkungan hidup dan tempat mengambil keperluan hidup
masyarakat hukum adat
- Adanya tatanan hukum adat mengenai pengurusan, penguasaan dan penggunaan tanah
ulayat yang berlaku dan ditaati oleh masyarakat hukum adat
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah Hukum Agraria pada masa kerajaan-kerajaan di nusantara ada yang
merugikan ada juga yang memperkuat. Merugikan apabila, wilayah persekutuan hukum adat
terletak di wilayah sekitar pusat kerajaan, pergantian kepala kepala persekutuan oleh raja,
pungutan pajak oleh raja kepada persekutuan. Memperkuat apabila : terdapat pengakuan dan
penguatan susunan organisasi persekutuan oleh kerajaan, contohnya pembentukan desa
perdikan.
Terlepas dari pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia yang berkontribusi
merugikan maupun memperkuat kualitas dan hak milik tanah bagi masyarakat hukum di
Indonesia, para ahli-ahli terkemuka dan perusahaan milik negara asingpun turut campur
tangan dalam proses sejarah hak kepemilikan tanah adat di Indonesia.