Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka
Referensi penelitian terdahulu yang pertama adalah jurnal oleh Arwan, Jumianti Diana dan
Muhammad Izwar, tahun 2019 berjudul “Gender dalam Cerpen Laila Karya Putu Wijaya
Tinjauan Kritik Sastra Feminis.” Penelitian ini membahas tentang gender dalam cerita pendek
berjudul Laila karya Putu Wijaya dengan menggunakan teori kritik sastra feminis. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan adanya
ketidakadilan gender yang terjadi pada seorang tokoh yang bernama Laila dan juga
mengemukakan tentang pandangan tokoh-tokoh lain terhadap ketidakadilan gender yang dialami
oleh Laila. Tokoh-tokoh tersebut berusaha membuat Laila keluar dari ketidakadilan gender yang
dialaminya. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah objek
penelitian yang menggunakan cerpen Laila karya Putu Wijaya. Perbedaan penelitian terdahulu
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah fokus penelitiannnya yang mana penelitian yang
akan dilakukan berfokus pada beban ganda pada tokoh Laila yang diceritakan dalam cerpen ini.
Referensi penelitian terdahulu yang kedua adalah jurnal oleh Nurul Laili Nadhifah, Arcci
Tusita, Sri Herminingrum tahun 2017 berjudul “Beban Ganda yang Dialami Perempuan Kulit
Hitam dalam Dua Novel Toni Morrison, A Mercy dan Home.” Penelitian ini berfokus pada beban
yang dialami oleh kaum perempuan kulit hitam utamanya terkait dengan rasisme dan seksisme
baik yang dilakukan oleh orang-orang kulit putih maupun para laki-laki kulit hitam. Dengan
dipusatkan pada tokoh Cee di Home dan Florens di A Mercy, penelitian ini dilakukan dengan
menerapkan pendekatan poskolonialisme dan teori feminisme hitam (black feminism). Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah model telaah novel karangan penulis Afro-
Amerika serta referensi untuk penelitian-penelitian lain yang berkaitan dengan feminism hitam
dan poskolonialisme. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah fokus penelitian mengenai beban ganda yang dialami oleh tokoh dalam karya sastra.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah objek karya sastra
yang diteliti.
Referensi penelitian terdahulu yang ketiga adalah jurnal oleh Asep Iskandar, berjudul
“Ketidakadilan Gender dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer Sebagai
Alternatif Bahan Ajar Sastra di SMA.” Penelitian ini membahas bentuk-bentuk ketidakadilan
gender, dampak ketidakadilan gender dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer
serta , mendeskripsikan novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer sebagai alternatif
bahan ajar sastra di SMA. Feminisme yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian
feminisme sosialis. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil kajian
feminisme sosialis dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketidakadilan gender dalam
novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer layak sebagai alternatif bahan ajar sastra di
SMA. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada teori
kajian feminisme sosialis yang akan digunakan. Sedangkan perbedaanya terdapat pada objek
penelitian karya sastra yang digunakan.

Landasan Teori
1. Unsur Intrinsik Cerpen
a. Tema
Secara sederhana Stanton (dalam Al-Ma’ruf, 2017:64) menyebut tema yang
disamakan dengan “gagasan utama” sebagai makna yang bernilai besar lebih dari
kelihatannya. Menurut Sadjiman (Al-Ma’ruf, 2017:64) yang dimaksud dengan tema
adalah gagasan yang mendasari karya sastra. Tema itu kadang-kadang didukung oleh
penulis latar, dalam karya yang lain tersirat dalam lakuan tokoh, atau dalam penokohan.
Dengan demikian dapat disimpulkan tema adalah suatu gagasan utama atau ide sentral
yang menjadi dasar atau meneladani sebuah cerita. Tema inilah yang menggerakkan
cerita dari awal hingga akhir.
b. Alur
Alur merupakan rangkaian peristiwa yang sambung-sinambung yang terjalin
dalam hubungan kausalitas (sebab-akibat) guna membangun jalannya ceita secara terpadu
dan utuh. Peristiwa yang dialami tokoh dalam cerita dapat tersusn menurut urutan waktu
terjadinya (Al-Ma’ruf, 2017:64).
c. Tokoh dan penokohan
Cerita rekaan pada dasarnya mengisahkan seseorang atau beberapa orang yang
menjadi tokoh. Yang dimaksud tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami
peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita Panuti-Sudjiman (melalui
Sugihastuti dan Suharto, 2002: 50-51).
d. Latar
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, atau pengacuan yang berkaitan dengan
waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Unsur latar
dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial budaya.
a) Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Misalnya Gunung Kidul, Juranggede, Pejaten, dan Paruk, atau
sungai, hutan, jalan raya, dan kamar hotel (Nurgiyantoro, 2013: 314-315).
b) Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa- peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” juga terkait langsung
dengan keadaan tempat dan cara hidup para tokoh cerita.
c) Latar sosial-budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Deskripsi latar sosial-budaya, tingkah laku kehidupan sosial masyarakat di tempat
yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2013: 322).

2. Pengertian Feminisme
Feminisme merupakan faham untuk menyadarkan posisi perempuan yang rendah dalam
masyarakat, dan keinginan memperbaiki atau mengubah keadaan tersebut (Ratna Saptari dan
Brigitte Holzner, 1997: 47). Nancy F. Catt (melalui Murniati, 2004: 207) mengungkapkan bahwa
pengertian feminisme mengandung tiga komponen, yaitu :
a. Suatu keyakinan bahwa tidak ada perbedaan yang berdasarkan seks (sex quality), yakni
menentang adanya posisi hierarkis antara jenis kelamin. Persamaan hak terletak pada
kuantitas dan kualitas. Posisi relasi hierarkis menghasilkan superior dan inferior.
b. b.Suatu pengakuan bahwa dalam masyarakat telah terjadi konstruksi sosial yang
merugikan perempuan.
c. Feminisme menggugat perbedaan yang mencampuradukkan seks dan gender sehingga
perempuan dijadikan sebagai kelompok tersendiri dalam masyarakat.

3. Kritik Sastra Feminisme Sosialis


Kritik satra feminis sosialis, yang meneliti tokoh-tokoh perempuan dalam sebuah karya
sastra dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat. Feminisme sosialis adalah
gerakan untuk membebaskan para perempuan melalui perubahan struktur patriarki. Perubahan
struktur patriarki bertujuan agar kesetaraan gender dapat terwujud. Feminis sosialis menekankan
pada aspek gender dan ekonomis dalam penindasan atas kaum perempuan. Perempuan dapat
dilihat sebagai penghuni kelas ekonomi dalam pandangan Marx dan “kelas seks”, sebagaimana
disebut oleh Shulamith Firestone (dalam Sutan Sjahrir, 1982: 91). Artinya, perempuan
menampilkan pelayanan berharga bagi kapitalisme baik sebagai pekerja maupun istri yang tidak
menerima upah atas kerja domestik mereka. Salah satu isu utama yang dibahas feminis sosialis
adalah menelaah hubungan antara kerja domestik dengan kerja upahan atau dengan kata lain
menelaah hubungan antara keluarga dan kerja.

4. Beban Ganda (Double Burden)


Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis
kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Adanya anggapan bahwa kaum
perempuan memiliki sifat memeliharan dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah
tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum
perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk
menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai dari membersihkan dan mengepel
lantai, memasak, mencuci, mencari air untuk mandi hingga memelihara anak. Di kalangan
keluarga miskin beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh perempuan sendiri. Terlebih-
lebih jika si perempuan tersebut harus bekerja, maka ia memikul beban kerja ganda.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imron, dan Farida Nugrahani. 2017. Pengkajian Sastra Teori dan Aplikasi.
Surakarta: CV. Djiwa Amarta Press.
Sugihastuti dan Suharto. 2002. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Penilaian Pembelajaran Bahasa: Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Saptari, Ratna dan Bigitte Holzner. 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial.
Jakarta: Pustaka Utama Graft.
Nunuk P. Murniati. 2004. Getar Gender. Magelang: Indonesiatera
Sutan Sjahrir. 1982. Sosialisme Indonesia, Pembangunan. Jakarta: Lembaga Penunjang
Pembangunan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai