Anda di halaman 1dari 17

Halaman 1

13
Caraka Tani: Jurnal Pertanian Berkelanjutan . 34(1), 13-21, 2019
URL: https://jurnal.uns.ac.id/carakatani/article/view/27098
DOI: http://dx.doi.org/10.20961/carakatani.v34i1.27098
ISSN 2613-9456 (Cetak) 2599-2570 (Online)
Hak Cipta © 2019 Universitas Sebelas Maret
Pengaruh Pupuk Kandang Yang Stabil dan Jumlah Bibit
Pertumbuhan dan Hasil Beras Hitam ( Oryza sativa L. Indica)
Okti Herliana

, Ida Widiyawati dan Sapto Nugroho Hadi


Laboratorium Agroekologi, Departemen Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia
* Penulis korespondensi: okti.herliana@unsoed.ac.id

Abstrak
Beras hitam merupakan salah satu sumber pangan fungsional. Kendala budidayanya adalah ketersediaan
yang berkualitas
input benih dan pupuk organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang yang
stabil terhadap
pertumbuhan dan hasil padi hitam, untuk mengamati pengaruh jumlah semai per lubang tanam dan untuk
mendapatkan
kombinasi pupuk kandang dan jumlah bibit terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil padi hitam. NS
Penelitian dilakukan di sawah di Desa Karanglewas Kidul, Kecamatan Karanglewas, Banyumas,
Jawa Tengah selama bulan April sampai September 2016. Penelitian ini menggunakan rancangan petak
terbagi, dengan 3 ulangan.
Petak utama adalah tiga jenis pupuk kandang (ayam, kambing dan sapi), sedangkan anak petak adalah
semai
nomor (1, 2 dan 3). Data dianalisis menggunakan ANOVA dan DMRT pada taraf p 0,05. Hasilnya
menunjukkan
bahwa kotoran ayam memberikan produktivitas padi tertinggi yaitu 5,15 ton ha -1 . 1 bibit setiap lubang
memberi
hasil tertinggi pada panjang malai dan jumlah butir per malai. Perlakuan kombinasi yang lebih baik adalah
kotoran ayam dan tiga bibit per lubang tanam yang memberikan hasil gabah tertinggi 5,38 ton ha -1 .
Kata kunci: beras hitam, pertumbuhan dan hasil, jumlah bibit, pupuk kandang
Mengutip ini sebagai: Herliana, O., Widiyawati, I., & Hadi, S., N. (2019). Pengaruh Pupuk Kandang dan
Bibit Yang Stabil
Jumlah Pertumbuhan dan Hasil Beras Hitam ( Oryza sativa L.Indica). Caraka Tani: Jurnal Berkelanjutan
Pertanian , 34 (1), 13-21. doi : http://dx.doi.org/10.20961/carakatani.v34i1.27098
PENGANTAR
Tanaman padi diklasifikasikan sebagai tanaman serealia utama
yang hasilnya dikenal dengan nasi yang dikonsumsi sebagai
makanan pokok hampir semua orang indonesia
(Kristamtini dkk., 2014). Berdasarkan
Chaudhary (2003), ada berbagai warna beras
dan warnanya tergantung pada pigmen warna,
terutama antosianin di lapisan pericarp, biji
mantel atau aleuron. Menurut Kristamtini (2009),
Ada 3 jenis nasi di dunia yaitu nasi putih,
nasi merah dan nasi hitam.
Beras hitam mengandung lebih sedikit protein dan zat besi
kandungan 15,52 ppm lebih tinggi dari nasi putih
dari varietas IR64, Ciherang, Cisadane,
Sintanur, Pandanwangi dan Batang Gadis yang
mengandung zat besi berkisar antara 2,9 sampai
4,4 ppm. Nutrisi zat besi dibutuhkan oleh tubuh dalam

Diterima untuk publikasi 18 Januari 2019
Diterima setelah koreksi 15 Februari 2019
pembentukan sel darah merah. Kandungan zat besi dalam
beras dapat mengatasi anemia (Suardi dan Ridwan,
2009).
Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung
pigmen terbaik (terutama antosianin), dalam
kontras dengan nasi putih atau nasi warna lain. Hitam
nasi memiliki rasa yang enak, aroma yang khas dan unik
penampilan. Saat dimasak, nasi hitam menjadi
kental dengan rasa dan aroma yang menggugah selera
(Suardi dan Ridwan, 2009). Beras hitam dikenal
secara lokal oleh orang-orang dengan nama yang berbeda, yaitu
Nasi Wulung di Solo Jawa Tengah, Nasi Gadog di
Cibeusi Jawa Barat, Nasi Cempo Ireng atau Jlitheng
nasi di Sleman Yogyakarta dan nasi melik di
Bantul, Yogyakarta ( Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi , 2013).

Halaman 2
14
Caraka Tani: Jurnal Pertanian Berkelanjutan . 2019. 34(1), 13-21
Hak Cipta © 2019 Universitas Sebelas Maret
Varietas beras hitam belum banyak
ditanam dan adaptasi pada padi organik
ekosistem tidak diketahui. Sementara itu, kebutuhan untuk
peningkatan beras hitam harus dilanjutkan sejalan
dengan fungsinya sebagai pangan pokok fungsional dan sebagai
obat, jadi nasi ini lebih cocok menjadi
dihasilkan dari sistem pertanian organik (Maulida
dan Arisoesilaningsih, 2013). Tambahan,
diperlukan teknologi yang efektif untuk meningkatkan
produksi beras hitam, salah satunya dengan
mengatur jumlah benih per lubang tanam
dan jenis pupuk organik.
Penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang dapat mengurangi
kualitas tanah tetapi hanya penambahan organik
pupuk tidak akan dapat meningkatkan hasil panen
produktifitas. Manajemen nutrisi terpadu
sistem pemberian pupuk organik dan
pupuk anorganik secara seimbang merupakan
upaya menerapkan pertanian berkelanjutan yang
dapat meningkatkan produktivitas lahan sekaligus tanaman
hasil (Juarsah, 2014). Pupuk organik tanah adalah
sumber utama nitrogen tanah, perannya cukup besar
dari segi fisik, kimia dan biologi dan
perbaikan lingkungan. nutrisi
kandungan pupuk organik yang terdapat pada pupuk kandang
bervariasi tergantung pada jenis ternak, pakan ternak, umur
dan kesehatan ternak. Jenis lainnya berwarna hijau
pupuk kandang, yang dapat berupa sisa tanaman
atau yang ditanam khusus sebagai penghasil
pupuk hijau, tanaman liar di tepi tanah,
pinggir jalan, atau saluran irigasi (Rachman et al.,
2006).
Penentuan jumlah tanaman per
lubang tanam erat kaitannya dengan tingkat tanaman
populasi. Kepadatan populasi tanaman mempengaruhi tanaman
pertumbuhan dan produksi. Selain menghemat penggunaan
benih, juga dapat meningkatkan perkembangan
potensi anak anjing dan akhirnya mendapatkan yang terbaik
produksi (Muyassir, 2012). Menurut Aliksa
Organik SRI Consultan (2009), menanam satu benih
per lubang tanam akan memberikan kesempatan untuk
bibit untuk menumbuhkan lebih banyak tunas, memberikan kebebasan
pergerakan dan menghindari terjadinya persaingan.
Hasil penelitian Christanto dan Agung
(2014), menunjukkan bahwa jumlah bibit per lubang
secara signifikan mempengaruhi jumlah butir per
malai, berat 1.000 butir biji,
berat gabah kering yang dipanen dan hasil panen
indeks. Hasil tertinggi 4.387 ton h -1 of
gabah kering yang dipanen diperoleh dari
perlakuan satu benih per lubang. Bibit
perawatan 1-3 batang per rumpun menyediakan malai
panjang, jumlah butir per malai, jumlah
butir berbutir per malai dan berat 1.000
benih cenderung lebih baik dari perlakuan lainnya
(Misran, 2017).
Pemanfaatan pupuk kandang yang stabil dan
jumlah bibit per lubang tanam belum
banyak diterapkan untuk membudidayakan beras hitam, sehingga
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
pupuk organik yang efektif dan jumlah yang optimal
benih per lubang tanam untuk tanaman padi hitam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kestabilan
pupuk kandang, efek jumlah bibit per tanam
lubang, serta untuk mendapatkan kombinasi yang lebih baik dari
pupuk kandang dan jumlah bibit yang stabil per tanam
lubang pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi hitam.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di sawah
sawah Desa Karanglewas Kidul,
Karanglewas, Banyumas, Jawa Tengah, itu
terletak pada koordinat 7º25'32.9” Lintang Selatan
dan 109º12'03.5” Bujur Timur dengan ketinggian
sekitar 93 meter di atas permukaan laut. NS
lokasi percobaan memiliki jenis tanah Inceptisol,
suhu harian 30,4 o C, kelembaban udara
79,5% dan curah hujan bulanan 116,5 mm.
Pengamatan variabel pertumbuhan dan hasil gabah
dilakukan di lapangan dan Laboratorium
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto. Penelitian ini mencakup sekitar
6 bulan mulai dari April sampai dengan September
2016.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan lokal
varietas benih padi Bali (sumber;
petani Banyumas), pupuk kandang (sapi, kambing dan
ayam), Bio-P60 sebagai bio pestisida yang diproduksi oleh
Laboratorium Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Jenderal Soedirman dan lainnya
bahan pendukung. Alat yang digunakan
alat tulis, kertas label, jenis timbangan digital analitik
801201 Mattler-10 Ledo AC, penggaris, meteran, cangkul,
ember, kompor, tali, papan nama, kantong plastik,
lembar observasi dan penyemprot.
Percobaan lapangan menggunakan rancangan petak terpisah
(SPD) dengan 2 faktor yaitu jenis pupuk kandang
dan jumlah bibit per lubang tanam, ulangan
tiga kali. Plot utama adalah pupuk kandang
jenisnya yaitu kotoran ayam (P1), kotoran kambing
(P2), kotoran sapi (P3), sedangkan anak petaknya adalah
jumlah bibit per lubang tanam yaitu satu
(B1), dua (B2) dan tiga bibit per tanam
lubang (B3). Terdapat 9 kombinasi perlakuan,

halaman 3
Caraka Tani: Jurnal Pertanian Berkelanjutan . 2019. 34(1), 13-21
15
Hak Cipta © 2019 Universitas Sebelas Maret
yaitu P1B1, P1B2, P1B3, P2B1, P2B2, P2B3,
P3B1, P3B2 dan P3B3. Satuan percobaan adalah
2 x 3 m 2 .
Kegiatan penelitian adalah: pengolahan tanah, pembuatan
percobaan petak, pengayakan pupuk kandang dan
menerapkan sebagai pupuk organik sesuai dengan
perlakuan. Benih beras hitam ditanam untuk
21 hari sebelum tanam. Pemupukan diberikan
3 hari sebelum bibit dipindahkan ke lahan
dengan menggunakan kotoran ayam, kambing dan sapi dengan
dosis 20 ton ha -1 sama dengan 12 kg pupuk kandang
per petak. Aplikasi pupuk kandang yang stabil per petak
adalah 12kg. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan,
irigasi, pengendalian hama dan penyakit.
Pengukuran variabel pertumbuhan dilakukan
keluar selama periode vegetatif akhir dan hasil
dilakukan pada saat panen dan tanaman
adalah 120 hari setelah tanam.
Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman,
jumlah anakan produktif, jumlah daun per
rumpun, panjang malai, jumlah butir per
malai, jumlah lubang bulir, persentase
gabah isi, berat gabah kering per rumpun,
bobot 1.000 gabah dan produktivitas padi. Data
dianalisis menggunakan Analisis Varians (Uji F)
dan diikuti oleh uji jarak berganda Duncan
(DMRT) dengan p 0,05.
HASIL DAN DISKUSI
Matriks Anova yang berisi pertumbuhan dan hasil
variabel beras hitam yang diberi perlakuan stabil
pupuk kandang dan jumlah bibit per lubang tanam
disajikan pada Tabel 1 . Jenis pupuk kandang yang stabil
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,
anakan produktif, jumlah daun per rumpun,
jumlah gabah per malai, berat gabah kering per
hasil rumpun dan gabah. Sementara itu, bibit
jumlah per lubang tanam hanya terpengaruh
signifikan pada panjang malai dan jumlah malai
butir per malai. Namun, interaksi antara
kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata
berbeda untuk semua variabel yang diamati.
Tabel 1. Matriks Hasil ANOVA Terhadap Variabel Pertumbuhan dan Hasil Beras Hitam
Variabel
Perlakuan
P
B
PXB
Tinggi tanaman (cm)
*
n
n
Anakan produktif (batang)
*
n
n
Jumlah daun per rumpun (lembar)
*
n
n
Panjang malai (cm)
n
*
n
Jumlah gabah per malai (butir)
*
*
n
Jumlah perforasi gabah per malai (butir)
n
n
n
Persentase butir yang diisi (%)
n
n
n
Berat gabah kering per rumpun (g)
*
n
n
Berat 1.000 butir (g)
n
n
n
Produktivitas (ton ha -1 )
*
n
n
Keterangan : P = pupuk kandang yang stabil; B = jumlah bibit; PXB = interaksi antara pupuk kandang dan
jumlah bibit;
* = signifikan pada taraf p 0,05; ns = tidak signifikan
Pengaruh pupuk kandang yang stabil terhadap pertumbuhan dan hasil
dari beras hitam
Pengaruh pupuk kandang yang stabil terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman padi hitam disajikan pada Tabel 2 .
Pupuk kandang yang stabil berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
dan jumlah daun per rumpun dan memiliki a
berpengaruh nyata terhadap anakan produktif, jumlah
gabah per malai, berat gabah kering per rumpun dan
produktifitas. Menurut Kaya (2014),
aplikasi pupuk kandang dan pupuk NPK dapat
meningkatkan pH tanah, variabel pertumbuhan vegetatif
(tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif), gabah
komponen hasil dan hasil (jumlah diisi
butir per malai dan berat 1.000 butir).
Sari dkk. (2014), melaporkan bahwa hasil gabah dari
pemberian pupuk kandang 20 ton per ha dan dosis 100%
pupuk anorganik meningkat 24,19%
dibandingkan tanpa pemberian pupuk kandang.
Bachtiar dkk. (2016), mempelajari pengaruh
pupuk kandang dan SP-36 pada pertumbuhan padi sawah
tanaman, menyatakan bahwa aplikasi 100% SP-36 dan
pupuk kandang 20 ton per ha memberikan nilai tertinggi bagi
tinggi tanaman, jumlah anakan, berat kering biomassa
dan hasil gabah kering. Aplikasi pupuk kandang
dikombinasikan dengan urea terpengaruh secara signifikan
meningkatkan hasil gabah (Azis et al., 2012).

halaman 4
16
Caraka Tani: Jurnal Pertanian Berkelanjutan . 2019. 34(1), 13-21
Hak Cipta © 2019 Universitas Sebelas Maret
Tabel 2. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beras Hitam
Variabel
Jenis pupuk kandang yang stabil
P1
P2
P3
Tinggi tanaman (cm)
101,82
91,02 b
89,29 b
Jumlah anakan produktif
16.40
13,42 b
13,56 b
Jumlah daun per rumpun (lembar)
140,64
100,49 b
97,40 b
Panjang malai (cm)
22,88
22.49
22,63
Jumlah butir per malai
157,10
147,93 b
147.64 b
Jumlah perforasi gabah per malai
74,70
72,42
80,49
Persentase butir yang diisi (%)
52,97
51,64
46,66
Berat gabah kering per rumpun (g)
40,49
32,47 b
29,80 c
Berat 1.000 butir (g)
21,88
23,36
22.45 WIB
Produktivitas (ton ha -1 )
5.15 a
4.27 b
3,93 c
Keterangan : P1 = kotoran ayam; P2 = kotoran kambing; P3 = kotoran sapi. Angka diikuti oleh huruf yang sama
dalam huruf yang sama
baris tidak signifikan pada p 0,05 menurut DMRT
Kotoran ayam memiliki efek yang lebih baik dibandingkan dengan
lainnya pada tinggi tanaman dan jumlah daun per
rumpun, serta berpengaruh signifikan terhadap
anakan produktif, jumlah gabah per malai,
berat gabah kering per rumpun dan produktivitas. NS
Aplikasi kotoran ayam dapat menghasilkan
gabah sebesar 5,15 ton ha -1 yang lebih tinggi dari
kotoran kambing dan sapi sebesar 4,27 ton ha -1 dan 3,93
ton ha -1 , masing-masing (Tabel 2 ). Semakin tinggi
kandungan nitrogen dan fosfor pada ayam
pupuk kandang menyebabkan produktivitas yang lebih baik daripada yang lain
pupuk. Perbedaan kotoran hewan juga
kandungan nutrisinya bervariasi (Samekto, 2006;
Andayani dan Sarido, 2013).
Tabel 3. Kandungan gizi sapi, ayam dan kambing
Stabil
Pupuk
Isi (%)
n
P
K
Ca
Mg
Sapi
2.33 0.61 1.58 1.04 0.33
Ayam 3,21 3,21 1,57 1,57 1,44
Kambing
2.10 0.66 1.97 1.64 0.60
Sumber: Samekto, 2006
Kotoran ayam memiliki nutrisi yang lebih tinggi
konten dan terurai lebih cepat dari yang sama
jumlah unit sebagai pupuk kandang lainnya (Hartatik dan
Widowati, 2005). Elemen N adalah makro
unsur hara yang berperan penting dalam pertumbuhan
dan berbagai proses pengembangan pabrik
(Hakeem et al., 2011), seperti pembentukan
klorofil, protoplasma, protein dan nukleat
asam (Fahmi et al., 2010). Kebutuhan nitrogen
agar tanaman terpenuhi untuk tumbuh dengan baik. Ini adalah
didukung juga oleh penelitian Munawar
(2011), bahwa tanaman dengan nitrogen yang cukup akan tumbuh
baik Menurut (Syakhril et al., 2014), nitrogen
pemupukan memiliki efek yang signifikan pada tanaman
tinggi, panjang malai, berat 1.000 biji dan
produksi sebesar 7,52 ton ha -1 .
Kotoran ayam memiliki kualitas yang lebih baik karena
kandungan P tinggi selain N dan K (Masdar dan
Kasim, 2009). Menurut ayam yang dianalisis tanah
pupuk kandang memiliki 2,473% C organik, 0,094% P total,
0,308% N total, 0,87 % K total, lebih tinggi dari sapi
dan kotoran kambing berdasarkan analisis tanah di
Laboratorium Sumberdaya Lahan, Pertanian
Fakultas, 2016. Fosfor (P) adalah makro
unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk berbagai kehidupan
proses seperti fotosintesis, respirasi,
transfer dan penyimpanan energi, pembelahan sel dan
pembesaran dan metabolisme karbohidrat dalam
tanaman (Salisbury dan Ross, 1992).
Menurut Bustami dkk. (2012), tanaman
pertumbuhan dan produksi tanaman akan mencapai optimal jika
faktor pendukung pertumbuhan dalam keadaan optimal
syaratnya, unsur yang dimaksud adalah unsur hara
dibutuhkan oleh tanaman terutama N, P dan K dalam
kondisi optimal, tersedia untuk tanaman lain dan
nutrisi mikro. Taiz dan Zeiger (2002), juga
menyatakan bahwa fosfor berperan sebagai penyusun
metabolit dan senyawa kompleks sebagai aktivator
dan kofaktor atau penyusun enzim.
Syamsiyah dkk. (2009), menyatakan bahwa pemupukan P
memiliki efek yang sangat nyata dalam meningkatkan hasil padi
tanaman di sawah berpasir di Kulon Progo
pantai, provinsi yogyakarta.
Jenis pupuk kandang yang stabil tidak mempengaruhi
panjang malai, jumlah perforasi butir per
malai dan berat 1.000 butir. Dia
berpikir bahwa efek genetik lebih kuat dari
pengaruh unsur N, P dan K yang terkandung dalam

halaman 5
Caraka Tani: Jurnal Pertanian Berkelanjutan . 2019. 34(1), 13-21
17
Hak Cipta © 2019 Universitas Sebelas Maret
pupuk. Menurut Rahayu dan Harjoso
(2011), pertumbuhan dan produksi tanaman tidak hanya
dipengaruhi oleh aplikasi pemupukan, tetapi juga oleh
jenis kultivar. Kultivar yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan kultivar lokal Bali yang tanggap dalam
Kabupaten Banyumas dan beberapa petani membudidayakannya.
Pengaruh jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan
hasil beras hitam
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah bibit saja
berpengaruh nyata terhadap panjang malai dan
jumlah butir per malai, tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap tinggi tanaman, anakan produktif,
jumlah daun per rumpun, jumlah butir
perforasi per malai, persentase terisi
gabah, berat gabah kering per rumpun, 1.000 butir
berat dan hasil biji. Panjang malai yang lebih baik
dicapai pada perlakuan satu bibit dengan
panjang 23,16 cm. Perawatan satu bibit
juga memberikan jumlah gabah yang lebih baik per malai
(164,60 butir).
Tabel 4. Pengaruh jumlah semai per lubang tanam terhadap pertumbuhan dan hasil padi hitam
Variabel
Nomor bibit
B1
B2
B3
Tinggi tanaman (cm)
95,89
91,78
94,04 bulan
Anakan produktif (batang)
14.11
14,75
14,51
Jumlah daun per rumpun
112,47
111,53
114,53
Panjang malai (cm)
23.16
22,63 b
22,22 c
Jumlah butir per malai
164,60
148,96 b
139,11 c
Jumlah perforasi gabah per malai
87,59
74,54
65,48
Persentase butir yang diisi (%)
47,65
50,34
53,29
Berat gabah kering per rumpun (g)
34,63
34,99
33.14
Berat 1.000 butir (g)
22.14
22,56
22,99
Produktivitas (ton ha -1 )
4.38 a
4.43 a
4.55 a
Catatan : B1 = satu bibit per lubang tanam; B2 = dua bibit per lubang tanam; B3 = tiga bibit per tanam
lubang. Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak signifikan pada p 0,05 menurut
DMRT
Menurut Misran (2017), penggunaan besar
jumlah bibit membuat jumlah
malai akan berkurang, persentase kosong
butir akan meningkat dan berat 1.000 butir
akan berkurang. Susilo dkk. (2015) menyatakan bahwa
lebih sedikit bibit per lubang tanam, panjang malai
cenderung akan lebih lama. Faktor jumlah
bibit per lubang tanam menunjukkan nyata
hasil yang berbeda antar perlakuan untuk malai
panjang. Jumlah 1 bibit per lubang tanam
memberikan rata-rata panjang malai tertinggi 23,16
cm. Ini karena jumlah biji yang sedikit bisa
memanfaatkan unsur hara, sinar matahari dan air dengan baik.
Menurut Gani (2003), kerapatan tanaman dapat menyebabkan
kompetisi nutrisi. Susilo dkk. (2015) menyatakan
bahwa jumlah bibit per tanam lebih sedikit
lubang, penyerapan nutrisi, sinar matahari dan udara adalah
lebih optimal, sehingga memberi ruang untuk anakan tanaman
pembentukan dan pertumbuhan akar yang optimal. Berdasarkan
Gardner dkk. (1991), pertumbuhan tanaman dan
perkembangan dikendalikan oleh genetika, tanaman
kompetisi, pengguguran daun, media tanam
atmosfer dan pH tanah.
Jumlah bibit 3 batang per rumpun
dapat tumbuh lebih baik daripada jumlah kurang dari 3
batang per rumpun, tetapi karena persaingan
antar tanaman dalam penyerapan unsur hara, sehingga
sehingga dapat menekan pertumbuhan dan hasil padi
tanaman. Lakitan (2000) menyatakan bahwa jumlah
benih per rumpun cenderung meningkatkan persaingan
antara tanaman dalam satu rumpun untuk sinar matahari dan
nutrisi sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi. Berdasarkan hasil berbagai
percobaan, pengaruh pupuk kandang yang stabil dan
jumlah bibit per rumpun terhadap pertumbuhan dan hasil
padi telah menunjukkan bahwa 2 bibit per rumpun memiliki
dampak signifikan pada hasil gabah dengan lebih tinggi
pengembalian uang dibandingkan dengan yang lain. Ini
perlakuan tidak hanya memberikan hasil gabah yang lebih tinggi tetapi juga
memiliki pengembalian bersih dan rasio biaya: manfaat yang lebih tinggi.
Pada percobaan ini digunakan benih berumur 18 hari
bibit. Karena bibit yang lebih muda memiliki
kapasitas untuk pendirian awal dan mulai tumbuh
pada tingkat yang lebih cepat karena perkembangan akar yang lebih tinggi
menyebabkan lebih banyak penyerapan nutrisi dan gulma
kemampuan penekanan dibandingkan dengan usia
bibit (Gurjar et al., 2018).
Jumlah bibit per lubang tanam tidak
berpengaruh nyata atau tinggi tanaman. Ini dipikirkan
dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman tersebut

18
Caraka Tani: Jurnal Pertanian Berkelanjutan . 2019. 34(1), 13-21
Hak Cipta © 2019 Universitas Sebelas Maret
sendiri sehingga peningkatan jumlah bibit per
lubang tanam tidak memberikan perbedaan nyata dalam
tinggi tanaman. Susilo dkk. (2015) menyatakan bahwa tanaman
tinggi per rumpun lebih dipengaruhi oleh genetik
faktor sehingga jumlah biji tidak mempengaruhi
tinggi tanaman.
Gambar 1. Kombinasi pupuk kandang stabil dan jumlah bibit terhadap bobot gabah hitam
beras menurut DMRT pada p 0,05
Jumlah bibit per lubang tanam juga tidak
sangat mempengaruhi produksi tanaman
faktor, yaitu anakan produktif, berat gabah kering per
rumpun, berat 1.000 butir dan beras
produktifitas. Kondisi ini disebabkan oleh genetik
Tipe. Penelitian ini menggunakan beras hitam varietas lokal
dan tumbuh dalam ekologi yang sama. Bentuk, ukuran
dan berat benih ditentukan oleh genetik
faktor (Hutasoit et al., 2015).
Thawait dkk. (2014) mengamati bahwa
transplantasi 2-3 bibit bukit -1 dalam jarak tanam
dari 25 cm x 25 cm tercatat paling tinggi secara signifikan
tinggi tanaman (129,64), jumlah anakan (15,70
anakan bukit -1 ), akumulasi bahan kering (102,65 g
hill -1 ) dan hasilkan karakter atribut bersama dengan
hasil gabah tertinggi (3,820 ton ha -1 ) dan jerami
hasil (7,791 ton ha -1 ). Penelitian lebih lanjut oleh
Ehsanullah dkk. (2012) mengamati efek dari
kepadatan bibit per rumpun memiliki pengaruh yang kuat
pada pertumbuhan padi dan hasil gabah karena persaingan
efek baik pada vegetatif dan reproduksi
perkembangan. Panjang malai, jumlah cabang
per malai dan biji tetap per malai
tidak terpengaruh pada berbagai tingkat bibit padi per
bukit. Jumlah 2, 3 dan 4 bibit bukit -1
menghasilkan kernel beras yang maksimal pada hasil dan
indeks panen karena peningkatan jumlah malai
bantalan anakan dan berat 1.000 kernel. Ahmad
dan Hasanuzzaman (2012) mengamati bahwa
hasil gabah tertinggi (497 gm -2 ) diamati pada
perlakuan kombinasi dua bibit
bukit -1 .
Tidak ada interaksi antara jenis pupuk kandang yang stabil
dan jumlah bibit per lubang tanam aktif
variabel produktivitas beras hitam per hektar.
Perpaduan terbaik kotoran ayam
perlakuan dan jumlah tiga biji per
lubang tanam dengan produktivitas hasil gabah sebesar 5,38
ton ha -1 .
KESIMPULAN
Kotoran ayam adalah jenis organik terbaik
pupuk yang memberikan produktivitas sebesar 5,15
ton ha -1 dan mempengaruhi parameter pertumbuhan tanaman
tinggi, anakan produktif, jumlah daun per
rumpun, jumlah gabah per malai, gabah kering
berat per rumpun). Jumlah bibit terbaik adalah
tiga biji per lubang tanam yang menghasilkan gabah
hasil sebesar 4,55 ton ha -1. Kombinasi terbaik adalah
perlakuan kotoran ayam dan tiga biji per
lubang tanam yang menghasilkan gabah sebesar 5,38 ton ha -1 .
0,0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
P1B1 P1P2 P1B3 P2B1 P2B2 P2B3 P3B1 P3B2 P3B3
P
produktivitas (ton
Ha
-1
)
Perlakuan
SM
C
SM
SM
SM
SM
ab
A
A

Caraka Tani: Jurnal Pertanian Berkelanjutan . 2019. 34(1), 13-21


19
Hak Cipta © 2019 Universitas Sebelas Maret
PENGAKUAN
Kami mengucapkan terima kasih kepada LPPM Universitas
Jenderal Soedirman yang telah mendanai penelitian ini
pada skema Riset Institusi 2016.
REFERENSI
Ahmad, S., & Hasanuzzaman, M. (2012).
Pengaruh Terintegrasi Kepadatan Tanaman, Kadar N dan
Rezim Irigasi pada Produksi Biomassa,
Konten N, Efisiensi Penggunaan PAR dan Air
Produktivitas Beras Di Bawah Irigasi Semiarid
Lingkungan. Bukan. Bot. Horti. Agrobo. , 40 (1),
2017–211. Diperoleh dari www.notulae
botanicae.ro
Aliksa Organik SRI Konsultan, [AOSC]. (2009).
Pertanian ramah lingkungan melalui metode
sistem intensifikasi padi. Modul
Pelatihan Pelatih. Banda Aceh.
Andayani, & Sarido, L. (2013). Uji Empat Jenis
Pupuk Kandang terhadap pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Cabai Keriting ( Capsicum
tahun L). AGRIFOR , 12 (1), 22–29.
Diperoleh dari https://media.neliti.com/
media/publikasi/30076-ID-uji-empat-jenis-
pupuk-kandang-terhadap-pertumbuhan-dan-
hasil-tanaman-cabai-kerit.pdf
Azis, A., Muyassir, & Bakhtiar. (2012).
Perbedaan Jarak Tanam dan Dosis Pupuk
Kandang terhadap Sifat Kimia Tanah dan
Hasil Padi Sawah ( Oryza sativa L .). Jurnal
Manajemen Sumberdaya Lahan , 1 (2), 120–
125.
Bachtiar, T., Waluyo, SH, & Syaukat, SH
(2016). Pengaruh Pupuk Kandang dan SP-36
terhadap pertumbuhan Tanaman Padi Sawah.
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ,
9 (2), 151–159. https://doi.org/10.17146/JAIR.
2013.9.2.2739
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, [BBPADI].
(2013). Tanaman Pengelolaan Terpadu (PTT)
Padi Lahan Sawah Irigasi . Subang, Jawa
Barat: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Kementerian Pertanian. Diperoleh
dari
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/
index.php/publikasi/panduan-teknis/
pengelolaan-tanaman-terpadu-ptt-padi-lahan-
sawah-irigasi
Bustami, Sufardi, & Bakhtiar. (2012). Serapan
Hara dan Efisiensi Pemupukan Phosfat serta
pertumbuhan Padi Varietas Lokal. Jurnal
Manajemen Sumberdaya Lahan , 1 (2),
159-170. https://doi.org/10.1145/1041624.
1041664
Chaudhary, RC (2003). Nasi Khas The
Dunia: Pengaruh WTO dan HKI terhadap Its
Tren Produksi dan Pemasaran. Jurnal dari
Pertanian Pangan dan Lingkungan , 1 (2), 34–
41. Diperoleh dari http://agris.fao.org/agris-
search/search.do?recordID=FI2016100515
Christanto, H., & Agung, IGAMS (2014).
Jumlah Bibit Per Lubang dan Jarak Tanam
Berpengaruh terhadap Hasil Padi Gogo ( Oryza
sativa L.) dengan System of Rice
Intensifikasi (SRI) di Lahan Kering. Bumi
Jurnal Lingkungan Lestari , 14 (1), 1–8.
Diperoleh dari https://ojs.unud.ac.id/index.
php/blje/artikel/tampilan/11210
Ehsanullah, Jabran, K., Asghar, G., Hussain, M.,
& Rafiq, M. (2012). Pengaruh Nitrogen
Pemupukan dan Kepadatan Bibit Halus
Hasil Padi di Faisalabad, Pakistan. tanah dan
Lingkungan , 31 (2), 152-156.
Fahmi, A., Utami, SNH, & Radjagukguk, B.
(2010). Pengaruh Interaksi Hara Nitrogen dan
Fosfor terhadap pertumbuhan Tanaman
Jagung ( Zea mays L) di Tanah Regosol dan
Latosol. Berita Biologi , 10 (3), 297–304.
https://doi.org/10.14203/beritabiologi.v10i3.7
44
Gani, A. (2003). Pedoman Praktis Bercocok
Tanam Padi Sawah dengan Sistem SRI .
Gardner, FP, Pearce, RB, & Mithcell, RL
(1991). Fisiologi Tanaman Budidaya .
Pers Universitas Indonesia. Diterima dari
https://books.google.co.id/books/about/Fisiol
ogi_tanaman_budidaya.html?id=ygfdngEAC
AAJ&redir_esc=y
Gurjar, GN, Swami, S., & Meena, NK (2018).
Pengaruh Umur Bibit dan Jumlah
Bibit per Bukit pada Pertumbuhan dan Hasil
Budidaya Padi Dataran Rendah di Asia – Sebuah Tinjauan.
Jurnal Internasional Mikrobiologi Terkini
dan Ilmu Terapan , 7 (06), 3751–3760.
https://doi.org/10.20546/ijcmas.2018.706.439
Hakeem, KR, Ahmad, A., Iqbal, M., Gucel, S.,
& Ozturk, M. (2011). Beras hemat nitrogen
Kultivar Dapat Mengurangi Polusi Nitrat.
Ilmu Lingkungan dan Polusi

Penelitian , 18 (7), 1184-1193. https://doi.org/
10.1007/s11356-010-0434-8
Hartatik, W., & Widowati, LR (2005).
Pengaruh Kompos Pupuk Organik yang
Diperkaya dengan Bahan Mineral dan Pupuk
Hayati terhadap Sifat-sifat Tanah, Serapan
Hara, dan Produksi Sayuran Organik .
Hutasoit, T., Yetti, H., & Yulia, AE (2015).
Pengaruh Jumlah Bibit di Lubang Tanam
dan Pengendalian Frekuensi Gulma terhadap
pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah ( Oriza
sativa L.) dengan Metode SRI. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Riau , 2 (1), 1–11. Diambil dari https://www.
neliti.com/publications/202940/pengaruh-
jumlah-bibit-pada-lubang-tanam-dan-
frekuensi-pengendalian-gulma-terhada
Juarsah, I. (2014). Pemanfaatan Pupuk Organik
untuk Pertanian Organik dan Lingkungan
Berkelanjutan I. Dalam Prosiding Seminar
Nasional Pertanian Organik (hlm. 127–136).
Bogor.
Kaya, E. (2014). Pengaruh Pupuk Organik dan
Pupuk NPK terhadap pH dan K-Tersedia
Tanah Serta Serapan-K, pertumbuhan, dann
Hasil Padi Sawah ( Oryza sativa L ). BUANA
SAINS , 14 (2), 113-122. https://doi.org/
10.33366/BS.V14I2.353
Kristamtini. (2009). Mengenal Beras Hitam dari
Bantul . Yogyakarta: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP).
Kristamtini, Taryono, Basunanda, P., & Murti, R.
H. (2014). Keragaman Genetik dan Korelasi
Parameter Warna Beras dan Kandungan
Antosianin Total Sebelas Kultivar Padi Beras
Hitam Lokal. Ilmu Pertanian , 17 (1), 90-103.
Lakitan, B. (2000). Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan . PT Raja Grafindo Persada.
Diperoleh dari https://books.google.co.id/
buku/tentang/Dasar_dasar_fisiologi_tumbuhan
.html?id=jTuSnQAACAAJ&redir_esc=y
Masdar, & Kasim, M. (2009). Efek
Optimalisasi Bibit dan Pupuk Kandang Ayam
terhadap pertumbuhan Vegetatif Tanaman
Intensifikasi Padi SRI. Agrista , 13 (1), 14–20.
Diperoleh dari http://www.jurnal.unsyiah.
ac.id/agrista/article/view/951
Maulida, DAR, & Arisoesilaningsih, E. (2013).
Dinamika Struktur Komunitas Vegetasi Liar
dan pertumbuhan Padi Hitam di Sawah
Organik Kecamatan Kepanjen Malang.
Biotropika: Jurnal Biologi Tropis , 1 (1),
19–23. Diperoleh dari https://biotropika.ub.
ac.id/index.php/biotropika/article/view/123
Misran, M. (2017). Efisiensi Penggunaan Jumlah
Bibit terhadap pertumbuhan dan Produksi Padi
Sawah. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan ,
14 (1), 39–43. https://doi.org/10.25181/jppt.
v14i1.140
Munawar, A. (2011). Kesuburan Tanah Dan
Nutrisi Tanaman . Bogor: IPB Press.
muyassir. (2012). Efek Jarak Tanam, Umur dan
Jumlah Bibit terhadap Hasil Padi Sawah
( Oryza sativa L.). Jurnal Manajemen
Sumberdaya Lahan , 1 (2), 207–212.
Rachman, A., Dariah, A., & Santoso, D. (2006).
PUPUK HIJAU . Bogor: Balai Penelitian
Tanah. Diperoleh dari http://balittanah.
litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainn
ya/03pupuk hijau.pdf
Rahayu, AY, & Harjoso, T. (2011). aplikasi
Abu Sekam pada Padi Gogo ( Oryza sativa L.)
terhadap Kandungan Silikat dan Prolin Daun
serta Amilosa dan Protein Biji. Jurnal dari
Biota , 16 (1), 48–55.
Salisbury, FB, & Ross, CW (1992). Fisiologi
tumbuhan . Dewan Bahasa dan Pustaka.
Diperoleh dari https://books.google.co.id/
books/about/Fisiologi_tumbuhan.html?id=Xn
MpngEACAAJ&redir_esc=y
Samekto, R. (2006). Pupuk Kompos . Yogyakarta:
PT.Citra Aji Parama.
Sari, RP, Islami, T., & Sumarni, T. (2014).
aplikasi
Pupuk
Kandang
dalam
Meminimalisir Pupuk Anorganik pada
Produksi Padi ( Oryza sativa L.) Metode SRI.
Jurnal Produksi Tanaman , 2 (4), 308–315.
https://doi.org/10.21176/PROTAN.V2I4.111
Suardi, D., & Ridwan, I. (2009). Beras Hitam,
Pangan Berkhasiat yang Belum Populer.
Susilo, J., Ardian, A., & Ariani, E. (2015).
Pengaruh Jumlah Bibit Per Lubang Tanam dan
Dosis Pupuk N, P dan K terhadap
pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah ( Oryza
Sativa L.) dengan Metode SRI. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas

Riau , 2 (1), 1–15. Diambil dari https://www.


neliti.com/publications/189736/pengaruh-
jumlah-bibit-per-lubang-tanam-dan-dosis-
pupuk-np-dan-k-terhadap-pertum
Syakhril, Riyanto, & Arsyad, H. (2014). Efek
Pupuk Nitrogen terhadap Penampilan dan
Produktivitas Padi Inpari Sidenuk. AGRIFOR ,
13 (1), 85–92. Diambil dari https://media.
neliti.com/media/publications/30059-ID-
pengaruh-pupuk-nitrogen-terhadap-
penampilan-dan-produktivitas-padi-inpari-
sidenu.pdf
Syamsiyah, J., Mulud, S., & Lilis, A. (2009).
Efisiensi Pupuk P dan Hasil Padi ( Oryza sativa
L.) di Sawah Pasir Pantai Kulonprogo yang
Zeolit Diberi. Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah Dan
Agroklimatologi. , 6 (1), 7–14.
Taiz, L., & Zeiger, E. (2002). Fisiologi Tumbuhan .
Sinauer Associate Inc.Penerbit Sunderland,
Massachusetts.
Thawait, D., Patel, AK, Kar, S., Kumar, M. dan,
S., & Meshram, MR (2014). Penampilan dari
Beras Beraroma Transplantasi ( Oryza sativa L.)
Di bawah Praktek Budidaya Berbasis SRI; A
Metode Berkelanjutan untuk Produksi Tanaman. NS
Bioscan , 9 (2), 539–542. Diterima dari
www.thebioscan.in

Anda mungkin juga menyukai